PROPOSAL TESIS
Oleh:
Yayuk Kuswanti
150311806320
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal penting yang harus dimiliki setiap manusia. Hal
ini karena pendidikan memiliki peran dan pengaruh yang positif terhadap segala
Salah satu perhatian khusus yang harus diberikan dapat dimulai pada
dalam suatu kegiatan belajar yang sangat bervariasi macamnya, seperti membaca,
(Gagne, 1975: 13). Kegiatan yang diikuti tersebut dapat digunakan sebagai bekal
1
2
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diberikan pada setiap
dan kemajuan ilmu-ilmu lain, seperti: ilmu kimia, fisika, dan komputer.
Pentingnya matematika dalam pendidikan ini dapat dilihat dari jam sekolah yang
(2003: 252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk
(secara luwes, akurat, efisien, dan tepat) dalam pemecahan masalah, serta
satunya dapat dinilai dari keberhasilan siswa dalam memahami dan menerapkan
Trends In International Mathematics and Science Study (TIMSS) sejak pertama kali
Assessment (PISA) sejak pertama Indonesia ikut serta (tahun 2003-2012), The
dalam bidang matematika. Hal ini tentu akan berdampak terhadap pendidikan dan
lugas, rasional, dan tuntas. Masalah matematika ini biasanya dapat berupa
pertanyaan atau soal. Menurut Cahya (2006: 201) soal yang dikategorikan sebagai
masalah memiliki sifat (1) tergantung situasi dan kondisi orang yang
konsep yang dimiliki, serta (3) sesuai dengan bidang yang dipelajari. Masalah
matematika yang sering dijumpai adalah soal tidak rutin yang berupa soal cerita.
Namun, tidak semua soal cerita dapat dikatakan sebagai masalah matematika.
matematika. Salah satu masalah yang sering dianggap sulit oleh siswa adalah soal
cerita. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian yang telah dilakukan Hasan (2014).
menyelesaikan soal cerita diantaranya adalah (1) tidak mampu merumuskan apa
yang diketahui dan ditanyakan secara tertulis; (2) tidak mampu mampu
matematika dengan baik pada proses perhitungan; dan (4) tidak melakukan
Salah satu materi yang dianggap sulit dan sering ditemukan kesalahan
siswa saat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi tersebut adalah
siswa sebanyak .., di kelas X-.. ditemukan kesulitan siswa dalam menyelesaikan
tersebut ditunjukkan dari rata-rata nilai kelas untuk metari Trigonometri yaitu ….
Selain ditunjukkan dari nilai yang diperoleh, kesulitan siswa juga ditunjukkan
pula saat siswa diberikan soal cerita yang berkaitan dengan Trigonometri. Siswa
dilakukan siswa tersebut banyak ditemukan pada struktur semantik, kosa kata, dan
ditemukan bahwa sekitar 70% dari kesalahan yang dilakukan siswa tahun ke-7
dan Clarkson, 1996 dalam White, 2010:133). Sedangkan menurut Sutopo (2005),
model matematika, dan siswa langsung menetapkan nilai akhir namun tidak teliti
merupakan studi yang dilakukan terhadap pekerjaan siswa dengan tujuan untuk
kesalahan ini dilakukan bukan hanya untuk menganalisis langkah pekerjaan siswa
yang benar, sebagian benar, atau yang salah dalam mencari solusi. Namun, juga
yang dilakukan (Borasi, 1987:2). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
Analysis (Muksar dkk, 2009). Metode analisis Newman diperkenalkan oleh Anne
Newman pada tahun 1977 dan pertama kali dipromosikan oleh Clement pada
yang dapat membantu menemukan kesalahan yang terjadi pada pekerjaan siswa
ketika menyelesaikan soal cerita. Adapun kelima tahapan tersebut yaitu membaca
(encoding).
karena siswa tidak dapat mengenali atau membaca kata kunci atau simbol yang
kesalahan terjadi karena siswa tidak memahami atau mengerti arti dari
keseluruhan kata kunci atau simbol yang telah dibaca yang mengakibatkan siswa
serangkaian operasi. Kesalahan pada tahap process skill terjadi karena siswa tidak
sempurna. Pada tahap yang terakhir yaitu encoding, kesalahan terjadi karena
siswa telah mengetahui solusi untuk permasalahan yang diberikan namun tidak
Newman ini telah terbukti ampuh sebagai alat menilai, menganalisis, dan
selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu membantu siswa agar ia tidak melakukan
proses yang dirancang untuk membantu siswa dalam belajar, kemudian secara
bertahap mengurangi bantuan tersebut saat siswa menjadi cukup terampil untuk
bantuan sementara yang dilakukan guru untuk membantu siswa dalam mengatasi
mandiri. Karena sifatnya yang sementara, sehingga bantuan yang diberikan akan
masalah matematika khususnya soal cerita. Hal itu ditunjukkan dengan siswa yang
scaffolding dapat menyelesaikan soal cerita tersebut dengan benar dan tepat.
bermakna dan dinamis di kelas kecil dan besar, memotivasi peserta didik untuk
menjadi siswa yang lebih baik, meningkatkan kemungkinan bagi siswa untuk
8
elemen tersebut yaitu memilih tugas yang sesuai dengan tujuan kurikulum,
Selain itu, Larkin (2001) menambahkan beberapa pedoman yang dapat dilakukan
guru dalam pelaksanaan scaffolding, yaitu: (1) guru memulai dengan apa yang
dapat dilakukan siswa; (2) guru membantu siswa mencapai sukses dengan cepat;
(3) guru membantu siswa untuk "menjadi" seperti orang lain; (4) guru membantu
siswa untuk tahu kapan saatnya berhenti; dan (5) guru membantu siswa untuk
mandiri.
adalah menyiapkan lingkungan belajar di kelas sebelum tatap muka dengan siswa.
Jadi, praktik scaffolding pada tingkat ini tidak menunjukkan interaksi langsung
siswa dan guru. Pada scaffolding tingkat kedua, terjadi interaksi langsung antara
9
guru dan siswa. Interaksi tersebut berupa guru memberikan penjelasan, peninjauan
kembali oleh siswa, dan penguatan pemahaman pada siswa. Pada scaffolding
Jadi, pada tahap ini siswa didukung untuk membuat koneksi dan mengembangkan
dilakukan.
berikut.
1. Masalah matematika adalah suatu soal yang berupa soal cerita matematika,
kecerobohan siswa.
materi trigonometri.
5. Trigonomeri adalah salah satu materi yang diajarkan untuk siswa kelas X di
KAJIAN PUSTAKA
Masalah tersebut dapat berasal dari diri sendiri maupun lingkungan. Menurut
kesenjangan yang terjadi antara apa yang diharapkan dengan kenyataan, antara
apa yang dimiliki dan apa yang dibutuhkan, antara apa yang telah diketahui
pertanyaan atau soal. Akan tetapi, tidak semua soal dapat disebut sebagai masalah.
Soal atau pertanyaan tersebut akan menjadi suatu masalah atau bukan tergantung
pada orang yang mendapatkannya. Hal ini karena masalah bersifat individual.
Bahkan soal atau pertanyaan yang menjadi masalah bagi seseorang pada suatu
waktu tertentu dapat menjadi bukan masalah di waktu lainnya. Ruseffendi (2006)
menyatakan bahwa suatu soal akan menjadi masalah apabila orang yang
mendapatkan soal tersebut tidak mengenali atau belum mengetahui cara yang
12
13
matematika jika soal tersebut menantang dan tidak dapat diselesaikan dengan
prosedur rutin yang biasa dilakukan. Menurut Hudoyo (1997: 191) terdapat empat
aplikasi, masalah proses, dan masalah teka-teki. Berikut penjelasan dari keempat
masalah tersebut.
(2) Masalah aplikasi, masalah yang akan memberikan kesempatan pada siswa
(3) Masalah proses, masalah yang akan melatih keterampilan siswa dalam
masalah.
masalah merupakan suatu bentuk kegiatan belajar yang penting dalam proses
menyelesaikan masalah baru pada situasi lain. Sedangkan menurut Slameto (1986:
penting yang harus diperhatikan oleh para guru matematika. Beberapa penjelasan
tersebut dapat menunjukkan bahwa siswa perlu memiliki kemampuan yang dapat
dianggap penting karena melalui penyelesaian masalah, siswa dapat berlatih untuk
memproses data atau informasi untuk menjawab masalah yang diberikan dengan
didapat tersebyt tidak mutlak memberikan satu jawaban saja. Untuk mendapatkan
(Jonassen, 2004:8).
dikuasai siswa agar dapat menyelesaikan masalah matematika. Empat hal tersebut
bahwa untuk dapat menyelesaikan soal cerita, siswa perlu belajar bagaimana
membaca suatu masalah. Artinya, siswa tidak hanya cukup menemukan kalimat
penting atau mengubahnya ke dalam operasi aritmatika, tapi siswa harus belajar
untuk membaca tiap kalimatnya dan memahami apa yang diharapkan soal secara
hanya sekedar tentang memperoleh jawaban dari hal yang ditanyakan. Namun,
berkaitan juga dengan proses berfikir atau langkah-langkah yang digunakan untuk
penyelesaian masalah, yaitu (1) merumuskan masalah, (2) menelaah masalah, (3)
dikemukakan Polya. Menurut Polya (1973:5), terdapat empat langkah yang harus
dengan rencana yang telah dibuat, dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh
hal yang menakutkan oleh beberapa siswa. Selain menakutkan, tak sedikit pula
khususnya soal cerita dapat diketahui dari kesalahan yang dilakukannya. Menurut
siswa), maupun insidental pada daerah tertentu (disebabkan oleh kekurang telitian
perbedaan antara nilai yang sesungguhnya dengan dugaannya atau perkiraan dari
nilai tersebut.
dari objek dasar matematika yang belum sepenuhnya dikuasai siswa. Objek dasar
tersebut di antaranya adalah fakta, konsep, operasi, dan prinsip (Soedjadi, 2000).
fakta dalam matematika, dan kesalahan dalam menggunakan rumus atau sifat-sifat
dan siswa langsung menetapkan nilai akhir namun tidak teliti membaca soal.
berasal dari diri siswa sendiri yang belum sepenuhnya menguasai materi tertentu
yang benar.
Pada penelitian ini, kesalahan siswa yang akan dianalisis adalah kesalahan
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis kesalahan siswa
Newman’s Error Analysis (NEA). Analisis ini pertama kali diperkenalkan oleh
Anne Newman pada tahun 1977. Ia adalah seorang guru bidang studi matematika
Kesalahan siswa pada tahap ini terjadi karena ia tidak dapat mengenali atau
yang ada tidak dapat dimanfaatkan siswa untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan.
tidak memahami atau mengerti arti dari keseluruhan kata kunci atau simbol
yang tidak tepat. Jadi, kesalahan ini akan terjadi jika siswa tidak dapat
menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan oleh masalah yang diberikan.
Pada tahap ini kesalahan terjadi karena siswa tidak dapat mengubah masalah
yang diberikan namun tidak dapat menuliskan solusi tersebut dalam bentuk
tertulis. Hal ini dapat diartikan juga dengan siswa gagal dalam menuliskan
tepat.
1980).
1. Bacakan pertanyaan tersebut. Jika terdapat kata yang tidak kamu mengerti
berilah tanda.
tersebut. Katakan dengan keras sesuai dengan apa yang kamu lakukan agar
2.4 Scaffolding
Setyanigsih, 2010). Kelima prinsip itu adalah pembelajaran yang ditekankan pada
kognitif, scaffolding, dan pengungkapan secara lisan. Dari kelima prinsip tersebut,
dan scaffolding.
melalui pemecahan masalah dengan bimbingan orang dewasa atau kerja sama
Perkembangan potensial
Perkembangan aktual
Pengetahuan siswa
seseorang tanpa bantuan orang lain. Daerah tersebut akan selalu berkembang
scaffolding. Teori scaffolding dikenalkan oleh Wood, Bruner dan Ross pada tahun
siswa tumbuh mandiri. Karena sifatnya yang sementara, sehingga bantuan yang
bantuan lagi. Jadi, seseorang akan dapat menyelesaikan masalah yang tingkat
lebih mampu.
merupakan pemberian bantuan oleh guru atau orang yang lebih mampu pada
siswa yang merasa kesulitan dalam belajar. Pemberian bantuan tersebut bersifat
23
sementara, dan lama-kelamaan akan dihilangkan saat siswa tersebut telah merasa
bahwa terdapat tiga tingkatan dalam penerapan metode scaffolding, yaitu tingkat
Pada scaffolding tingkat pertama, siswa dilatih untuk belajar mandiri. Guru
sebelum tatap muka dengan siswa. Persiapan tersebut seperti pemilihan alat yang
pada tingkat ini interaksi guru dan siswa tidak dapat diamati secara langsung.
Adapun gambaran scaffolding tingkat pertama ini dapat dilihat pada Gambar 2.2
berikut.
langsung antara guru dan siswa. Interaksi tersebut berupa explaining, reviewing,
reviewing, interaksi yang terjadi dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe. Tipe
pertama, meminta siswa menyatakan secara lisan apa yang mereka lihat dan
pikirkan. Tipe kedua, meminta siswa menjelaskan dan menjustifikasi. Tipe ketiga,
Pada scaffolding tingkat ketiga ini memuat interaksi yang diarahkan pada
ini, bantuan yang diberikan dapat mendukung siswa untuk membuat koneksi dan
gambaran scaffolding pada tingkat ini dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut.
melakukan kesalahan satu persatu. Hal ini dikarenakan setiap siswa melakukan
beda pula. Adapun gambaran praktik scaffolding yang akan dilakukan dalam
Mutlak Linear Satu variabel, (2) Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel, (3)
Fungsi, dan (4) Trigonometri. Pada penelitian ini materi yang akan digunakan
berasal dari bahasa Yunani, trigonon yang artinya tiga sudut, dan metro artinya
ilmu ukur sudut dan batasa-batasan dalam segitiga. Aplikasi trigonometri dalam
SMA/SMK ini memiliki tujuan agar siswa dapat memperoleh bekal untuk
Dalam materi ini sudut merupakan materi prasyarat yang harus dikuasi
siswa sebelum mempelajari materi trigonometri. Pada umumnya, ada dua ukuran
yang digunakan untuk menentukan besar sudut yaitu derajat dan radian.
Hubungan satuan derajat dengan satuan radian, bahwa satu putaran penuh sama
dengan 2𝜋 𝑟𝑎𝑑.
b) Perbandingan trigonometri
y
B
c
a
x
A b C
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑛
𝑡𝑎𝑛 𝛼 =
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑖𝑛𝑔
28
Jika pada posisi standar, salah satu kaki sudut berada di kuadran II maka
sudut tersebut dinamakan sudut di kuadran II. Pengertian yang sama untuk
jari-jari maka nilai perbandingan trigonometri untuk sudut-sudut di kuadran II, III,
METODE PENELITIAN
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif, karena data yang diperoleh berupa
data deskriptif. Menurut Nazir (2005: 54), metode deskriptif adalah suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu
2006: 28). Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil 6 siswa untuk dijadikan
29
30
pertimbangan dari guru dan nilai yang diperoleh saat pembelajaran materi
Tidak
Dipertimbangkan untuk dipilih sebagai
subjek penelitian
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan
1. Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama. Hal ini dikarenakan
2. Pedoman wawancara
Sebelum digunakan, instrumen ini terlebih dulu akan divalidasi oleh dosen.
Tes ini terdiri dari beberapa soal cerita yang disusun peneliti yang
sebelumnya telah divalidasi oleh beberapa ahli. Tes ini dilakukan untuk
trigonometri.
32
4. Pedoman scaffolding
Pada penelitian ini, data berupa hasil validasi soal tes, hasil validasi
pada pekerjaan tertulis maupun ungkapan verbal subjek penelitian dari wawancara
1. Tes
Tes diberikan pada siswa untuk mengetahui kesalahan yang dilakukan siswa
2. Wawancara
Analisis data kualitatif menurut Bognan & Biklen (1982) sebagaimana dikutip
Moleong (2007: 248), adalah upaya yang bekaitan dengan data, mengumpulkan data,
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Pada penelitian ini,
analisis data yang digunakan adalah analisis data model Miles dan Huermen yang
terdiri dari mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Adapun
1. Mereduksi data
(2013: 29), terdapat lima langkah yang harus diperhatikan saat mereduksi,
penelitian ini mereduksi data dilakukan setelah melakukan tes, yaitu saat
2. Menyajikan data
Menyajikan data diarahkan agar hasil dari mereduksi data dapat terorganisir
dan tersusun dengan baik, sehingga mudah untuk dipahami. Miles and
Hubermen (1984) menyatakan bahwa hal yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif. Selain dengan teks naratif, penyajian data juga dapat berupa bagan,
data dalam penelitian ini merupakan penyajian dari data-data yang diperoleh
saat penelitian. Penyajian data dilakukan setelah semua data yang diperoleh
selesai direduksi.
3. Menarik kesimpulan
berikut.
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan tes.
diberikan.
f. Melakukan tes dengan jenis yang sama dengan soal pada tes awal untuk
Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis sesuai dengan
36
37