01(01),Agustus 2019
ISSN: xxxx-xxxx
URL : http://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/pmat
Abstract
Misconception is a concept that cannot be accepted by experts in the field of science concerned and can interfere
with the acceptance of new knowledge. Therefoe, information about misconceptions is needed to avoid ongoing
misconceptions. This study aims to describe the misconceptions and causes of misconception of class VII students of SMP
Negeri 1 Weru Academic Year 2018/2019 in the material set. This research was a case study with the qualitative approach.
The instruments used in this study were observation, description tests and interviews. Based on the results of observation,
test, and interview data analysis concluded 1) Misconceptions regarding: a) the concept of set, b) set of power, c) presents a
set in the form of Venn, d) slices, combinations, and differences from the two sets, and d) solving the problem a day days
using the set concept. 2) the causes of misconception occur: a) lack of focus when the teacher explains the material, b)
practical aspects of students, c) not fully understanding the related concepts, d) lack of varied practice questions, e)
students' reasoning, interpretation, and intuition wrong.
Abstrak
Miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak dapat diterima oleh para pakar dalam bidang ilmu yang bersangkutan
dan dapat menggangu penerimaan ilmu pengetahuan yang baru. Oleh karena itu, diperlukan informasi tentang miskonsepsi
untuk menghindari miskonsepsi yang berkelanjutan. Penelitian ini betujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi dan
penyebab miskonsepsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Weru Tahun Ajaran 2018/2019 pada materi himpunan. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunaan
dalam penelitian ini adalah observasi, tes uraian dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis data observasi, tes dan
wawancara disimpulkan 1) Terjadi miskonsepsi mengenai: a) konsep himpunan, b) himpunan kuasa, c) menyajikan
himpunan dalam bentuk Venn, d) irisan, gabungan, dan selisih dari dua himpunan, dan d) penyelesaian masalah sehari-hari
yang menggunakan konsep himpunan. 2) penyebab miskonsepsi terjadi adalah: a) kurang fokus pada saat guru menjelaskan
materi, b) aspek praktis siswa, c) tidak sepenuhnya memahami konsep yang berkaitan, d) kurangnya latihan soal yang
bervariasi, e) penalaran, interpretasi, dan intuisi siswa yang salah.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kemajuan suatu bangsa. Hal ini karena
pendidikan yang berkualitas mampu menciptakan kualitas simber daya manusia yang unggul.
Untuk menciptakan pendidikan berkualitas melalui beberapa usaha diantaranya
pengemembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana
pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga
1
Tatini et al.
kependidikan yang lainnya. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana guna mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan
bangsa ( Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas). Berdasarkan pengertian
tersebut, pada dasarnya tujuan pendidikan adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar
siap menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang sedang dan akan terjadi dalam kehidupan
berbangsa. Dengan kemampuan manusia yang unggul suatu bangsa akan lebih siap
menghadapi persaingan antar bangsa. Untuk menghasilkan SDM yang unggul diperlukan
kualitas pendidikan dari berbagai bidang salah satunya adalah matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Hal ini dapat
dilihat dengan diajarkannya matematika dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan
tinggi serta ditetapkannya metematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan di
Ujian Nasional. Menurut Abdurrahman (2012) matematika adalah bahasa simbolis untuk
mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan yang memudahkan manusia
berpikir dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Melalui pembelajaran
matematika siswa dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, logis, sitematis, cermat
efektif dan efisien dalam memecahkan masalah. Selain itu matematika berfungsi
mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus
matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
2
Analisis Miskonsepsi Siswa pada Materi Himpunan
konsep dari para ahli. Namun dalam proses pembelajaran terkadang pengetahuan awal yang
dibawa siswa tidak sejalan dengan pengetahuan yang diajarkan guru di kelas yang merupakan
ide para ilmuan tentang konsep tersebut. Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep para
ahli disebut miskonsepsi.
Menurut Suparno (2013) miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah atau pengetian yang diterima para pakar dalam bidang itu. Miskonsepsi
bukan sebagai kesalahan akibat kecerobohan akan tetapi kesalahan yang terjadi secara
berulang-ulang atau identik. Menurut Kunh, dkk dalam (Ormrod, 2009) miskonsepsi dapat
menghambat pembelajaran baru. siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep
selanjutnya bahkan salah dalam memahami karena siswa telah mengalami miskonsepsi atau
konsep yang tidak sesuai. Dalam hal ini jika siswa mengalami miskonsepsi pada suatu materi
akan berakibat miskonsepsi pula pada materi selanjutnya yang berkaitan dengan materi
tersebut jika miskonsepsi itu dibiarkan saja.
3
Tatini et al.
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM). Artinya masih banyak siswa yang melakukan
kesalahan dalam menyelesaikan soal. Hal ini menimbulkan pertanyaan pada diri peneliti
apakah kesalahan dalam menyelesaikan soal disebabkan karena tidak memahami konsep atau
telah terjadi miskonsepsi. Jika miskonsepsi telah terjadi, maka harus segera diatasi karena
ketika siswa mengalami miskonsepsi dalam suatu konsep dapat berakibat miskonsepsi pula
pada konsep lainnya yang berkaitan. Menemukan letak miskonsepsi merupakan langkah
pertama dalam mengatasi miskonsepsi.
Berdasaran uraian di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis miskonsepsi apa yang
dialami siswa dan faktor penyebab terjadinya miskonsepsi.
Kajian Pustaka
Novak & Gowin (1984, hal. 20) mendefinisikan miskonsepsi sebagai interpretasi
konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Sejalan dengan itu
Suparno (2013, hal. 8) menyatakan miskonsepsi atau salah konsep adalah suatu konsep yang
tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam
bidang itu. Konsep tersebut didapat sewaktu berada disekolah dasar, sekolah menengah, dari
pengalaman dan pengalaman mereka dimasyarakat atau dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun indikator siswa memahami konsep matematika menurut Peraturan Dirjen
Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004 dalam (Cicek, 2017, hal. 15) adalah mampu:
1. Menyatakan ulang sebuah konsep;
2. Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya
3. Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep
6. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu
7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah
Van den Berg dalam (Yanti, 2017, hal. 17) menyatakan bahwa berdasarkan penemuan
para peneliti mengenai miskonsepsi, siswa yang pernah mengalami miskonsepsi memiliki
ciri atau sifat sebagai berikut:
1. Sangat tahan akan perubahan, sulit sekali untuk dirubah
2. Sering kali siswa salah konsep terus menerus dan mengganggu, walaupun untuk soal
yang sederhana
4
Analisis Miskonsepsi Siswa pada Materi Himpunan
3. Sering kali tejaadi regresi, yaitu siswa yang sudah pernah mengatasi misskonsepsi,
beberapa bulan kemudian salah lagi
4. Miskonsepsi siswa tidak dapat dihilangkan dengan metode ceramah
5. Siswa, mahasiswa, guru, dosen, maupun peneliti dapat mengalami miskonsepsi
6. Siswa yang pandai dan lemah, kedua-duanya dapat mengalami miskonsepsi.
Menurut Sutrisna dalam Salamah (2015, hal. 27) kelompok kontruktivisme melihat
bahwa proses kontruksi pengetahuan itu tidak selalu hanya logika bepikir tetapi merupakan
campuran antara pengalaman, hasil pengamatan, kemampuan berpikir, dan kemampuan
bahasa. Oleh karena itu, pengetahuan yang dikontruksi siswa tidak akan mungkin sama
seratus persen antara yang satu dengan yang lain. Dengan demikian, menurut kelompok
kontruktivisme, paling tidak ada empat hal yang dapat menimbulkan miskonsepsi, yaitu:
pengalaman, hasil pengamatan, kemampuan berpikir, kemampuan berbahasa, guru, buku ajar,
dan sumber-sumber belajar yang lain. Menurut Parastuti, dkk (2016, hal. 2312) terdapat 4
pokok penyebab terjadinya miskonsepsi diantaranya, yaitu pengetahuan awal yang lemah,
permasalahan simbol dan rumus matematika, kesulitan memahami konteks materi, dan
permasalahan dalam menggeneralisasi masalah.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus
dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nana S.S (2006) penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
studi kasus (case study) merupaktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
secara indiidual maupun kelompok. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Weru yang
beralamat di jalan Kantor Pos Plered Weru Desa Setu Kulon Kec. Weru.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Weru. Teknik
pengambilan subjek dalam penelitian ini menggunakan sampel bertujuan (purposive
sampling). seluruh siswa kelas VII B diberi tes tertulis bentuk uraian tentang himpunan
kemudian dipilih 7 siswa untuk melakukan wawancara. Pemilihan subjek wawancara
berdasarkan hasil tes tertulis.yang diduga mengalami miskonsepsi.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, tes tertulis, dan
wawancara. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan obeservasi .
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi guru mengajar dan obsevasi
siswa saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.Peneliti melakukan pengamatan terhadap cara
5
Tatini et al.
mengajar guru dan sikap siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Kemudian setelah
dilakukan obserasi, siswa diberi tes tertulis bentuk uraian tentang himpunan. Hasil tes
tersebut berupa data kualitatif yang nantinya diidentifikasi mengenai miskonsepsi yang
dialami siswa. kemudian setelah didapati beberapa subjek yang mengalami miskonsepsi,
langkah selanjutnya adalah dilakukan wawancara terhadap bebrapa dari subjek tersebut.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam mengenai miskonsepsi
yang dimiliki siswa dan faktor penyebabnya. Pada tahap akhir ditarik kesimpulan sebagai
jawaban dari pertanyaan peneliti.
Tes Miskonsepsi tentang materi himpunan dikerjakan oleh 25 siswa kelas VII B
SMP Negeri 1 Weru. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jawaban siswa yang
mengandung miskonsepsi. Terdapat 7 soal yam terjadi miskonsepsi yaitu pada soal nomor 1,
5, 7, 8, 10 , dan 12.
Berikut disajikan dalam tabel dugaan sementara miskonsepsi yang dilakukan oleh
siswa pada jawaban tes miskonsepsi himpunan.
Tabel 1
Deskripsi Dugaan Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 1
No Jenis Kesalahan Konsep Siswa Subjek
6
Analisis Miskonsepsi Siswa pada Materi Himpunan
Tabel 2
Deskripsi Dugaan Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 5
7
Tatini et al.
Tabel 3
Deskripsi Dugaan Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 7
8
Analisis Miskonsepsi Siswa pada Materi Himpunan
Tabel 4
Deskripsi Dugaan Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 8
Tabel 5
Deskripsi Dugaan Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 10
1 Siswa melakukan kesalahan pada operasi selisih 14, 11, 12, 20, 1,
21
9
Tatini et al.
Tabel 6
Deskripsi Dugaan Miskonsepsi Siswa pada Soal Nomor 10
Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa, wawancara dan obervasi yang dilakukan
peneliti di SMP Negeri 1 Weru diperoleh pembahasan miskonsepsi siswa butir soal 1, 5, 7, 8,
10, dan 12 sebagai berikut:
1. Soal Nomor 1
Butir soal nomor 1 mengenai konsep himpunan. Miskonsepsi tentang konsep
himpunan dapat ditunjukkan berdasarkan berbagai anggapan siswa mengenai himpunan
diantaranya yaitu : (1) himpunan adalah kumpulan bilangan yang diberi kurung kurawal, (2)
himpunan suatu kumpulan, (3) himpunan adalah suatu objek/ benda yang dapat dihitung, dan
(4) himpunan adalah suatu bilangan yang ditulis dengan jelas.
Anggapan (1), (2), dan (3) secara garis besar ide tersebut muncul karena
pengamatannya tehadap contoh-contoh himpunan yang biasanya beranggotakan bilangan.
Adapun anggapan (4) muncul berdasarkan gagasannya sendiri yaitu menghubungkan
matematika dengan sesuatu yang dia ingat tentang himpunan yaitu anggotanya jelas, karena
matematika berkaitan erat dengan bilangan maka dia mendefinisikan sebagai bilangan yang
ditulis dengan jelas. Dengan demikian, miskonsepsi terjadi karena pengamatannya dan
gagasan asosiatif yang dimiliki siswa. Selain itu Penyebab terjadinya miskonsepsi dalam hal
ini adalah kurang fokus pada saat guru menjelaskan materi dan minat belajar siswa. Berikut
contoh penggalan jawaban siswa yang mengalami misskonsepsi:
Gambar 1
Penggalan Jawaban Siswa Kode S22 Nomor 1
2. Soal Nomor 5
Butir soal nomor 5 tentang himpunan kuasa. Miskonsepsi tentang menentukan
himpunan kuasa dapat ditunjukkan berdasarkan jawaban siswa yaitu Siswa menuliskan
himpunan kosong dan himpunan yang anggotanya benjumlah 1, 2, dan berjumlah 3 dengan
10
Analisis Miskonsepsi Siswa pada Materi Himpunan
tepat, tetapi kurang tepat dalam menuliskan himpunan yang anggotanya berjumlah 4. Siswa
menuliskan {a,b,c,d}, {b,c,d,a}, {c,d,b,a}, dan {d,a,b,c} dengan alasan bahwa dalam
himpunan kuasa menskipun himpunan sama hanya berbeda urutan tetap harus ditulis semua.
Penyebab terjadinya miskonsepi dalam hal ini tidak sepenuhnya memahami konsep
yang berkaitan yaitu himpunan sama. Hal ini dikarenakan kurang memperhatikan guru saat
menjelaskan materi. Berikut penggalan jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi:
Gambar 2
Penggalan Jawaban Siswa Kode S9 Nomor 5
3. Soal Nomor 7
Butir soal nomor 7 tentang himpunan irisan dan bentuk diagram Vennnya.
Miskonsepsi tentang menyajikan himpunan dalam bentuk diagram Venn dapat ditunjukan
berdasarkan berbagai anggapan siswa, yaitu (1) Siswa menamakan simbol irisan dengan
benar namun masih salah dalam memaknai irisan himpunan. Siswa memaknai irisan
himpunan A dan B yaitu himpunan yang anggotanya semua anggota himpunan A dan semua
anggota himpunan B. Dalam menyajikan himpunan dalam bentuk diagram Venn siswa juga
mengalami miskonsepsi. Siswa menggambarkan diagram Venn dari soal nomor 7 yaitu
menuliskan anggota himpunan A dan himpunan B serta menuliskan semua anggota himpunan
S yang ditunjukkan oleh Gambar 3. Miskonsepsi ini disebabkan oleh interpretasi siswa yang
salah tentang irisan dan menggambarkan diagram Venn.
Gambar 3
Penggalan Jawaban Siswa Kode S8 Nomor 7
(2) siswa sudah benar dalam menentukan irisan dari dua himpunan namun siswa
masih melakukan kesalahan dalam menggambarkan diagram Vennya. Cara siswa membuat
diagram Venn yaitu membuat kotak terlebih dahulu kemudian beri huruf S dipojok kiri atas
kemudian membuat lingkaran A dan B kemudian tulis anggota himpunan A di dalam
lingkaran yang satu dan tulis semua anggota himpunan B di dalam lingkaran yang satunya,
kemudian tulis anggota S yang belum termuat dalam lingkaran. Dalam hal ini siswa
mengalami miskonsepsi dalam menyajikan himpunan dalam bentuk diagram Venn.
11
Tatini et al.
Miskonsepsi ini disebabkan oleh interpretasi siswa yang salah tentang menggambarkan
diagram Venn.
Gambar 4
Penggalan Jawaban Siswa Kode S25 Nomor 7
4. Soal Nomor 8
Butir soal nomor 8 tentang irian dan gabungan dua himpunan dalam bentuk soal
cerita. Siswa menengalami miskonsepsi dalam memaknai soal cerita. Siswa beranggapan apa
yang ditanyakan itu sama dengan apa yang diketahui dari soal. Miskonsepsi ini terjadi
disebabkan oleh penalaran siswa yang salah dan kurangnya latihan soal yang bervariasi. Hal
ini dikarenakan siswa jarang diberikan soal latihan bentuk cerita. Berikut penggalan jawaban
siswa yang mengalami miskonsepsi:
Gambar 5
Penggalan Jawaban Siswa Kode S23 Nomor 8
5. Soal Nomor 10
Butir soal nomor 10 tentang irisan, gabungan, dan selisih dari dua himpunan. Siswa
mengalami kekeliruan antara irisan dan gabungan serta menyamakan konsep selisih pada
himpunan dan operasi selisih biasa. Siswa beranggapan bahwa irisan himpunan P dan Q yaitu
yang anggotanya semua anggota himpunan P dan semua anggota himpunan Q, dan gabungan
dari himpunan Q dan R yaitu anggota yang ada di himpunan Q dan R, selisih dari Q dan P
yaitu anggota Q dikurangi anggota P. Selain itu terdapat juga anggapan bahwa selisih dari
himpunan Q dan P yaitu yang anggotanya anggota himpunan Q dan anggota himpunan P,
yang selain anggota yang sama.
Penyebab terjadinya miskonsepsi adalah interpretasi dan intuisi yang salah tentang
irisan, gabungan, dan selisih dari dua himpunan. Berikut penggalan jawaban siswa yang
mengalami miskonsepsi:
12
Analisis Miskonsepsi Siswa pada Materi Himpunan
Gambar 6
Penggalan Jawaban Siswa Kode S8 Nomor 10
6. Soal Nomor 12
Butir soal nomor 12 tentang himpunan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa
mengalami miskonsepsi tentang penyelesaikan masalah sehari-hari yang menggunakan
konsep himpunan. Siswa membuat rumus sendiri sesuai dengan pemahamannya.
miskonsepsi ini terjadi karena siswa kurang memperhatikan pada saat guru menjelaskan
materi dan aspek praktis siswa. Berikut penggalan jawaban siswa yang mengalami
miskonsepsi:
Gambar 7
Penggalan Jawaban Siswa Kode S25 Nomor 12
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terkait miskonsepsi pada materi himpunan peneliti dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Miskonsepsi yang dialami siswa kelas VII SMP Negeri 1 Weru terdapat dalam beberapa
hal yaitu: a) miskonsepsi pada konsep himpunan b) miskonsepsi dalam menentukan
himpunan kuasa, c) miskonsepsi dalam menyajikan himpunan dalam bentuk diagram
Venn, d) Miskonsepsi dalam menentukan irisan gabungan,dan selisih dari dua himpunan,
dan e) miskonsepsi dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang menggunakan konsep
himpunan.
2. Penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Weru pada materi
himpunan diantaranya: Siswa tidak sepenuhnya memahami konsep yang berkaitan,
kurangnya latihan soal yang bervariasi, siswa kurang fokus pada saat guru menjelaskan
materi, aspek praktis siswa, penalaran siswa yang salah, interpretasi siswa yang salah, dan
intuisi siswa yang salah.
13
Tatini et al.
Daftar Pustaka
14