Anda di halaman 1dari 13

PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN PENALARAN ADAPTIF DALAM

PEMBELAJARAN PENDEKATAN PROBING-PROMPTING MATERI


PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:
NATALIS DAVID
NIM. F2181161023

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNG PURA
PONTIANAK
2019
PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN PENALARAN ADAPTIF DALAM
PEMBELAJARAN PENDEKATAN PROBING-PROMPTING MATERI
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Natalis David, Edy Tandililing, Agung Hartoyo


Program Studi Pasca Sarjana Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak
Email: david.riirunda@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konseptual dan
penalaran adaptif siswa dalam materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Probing-Prompting dengan bantuan alat
peraga pecahan. Tahapan pelaksanaan penelitian dimulai dengan memberi tes 1 di kelas
VII B SMP Bruder Pontianak yang berjumlah 32 siswa untuk melihat tingkat pemahaman
konseptual dan penalaran adaptif siswa dalam materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan. Selanjutnya analisis dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap
beberapa siswa yang untuk mengetahui kesalahan pemahaman konsep dan juga alasan
dari jawaban yang diberikan. Tahapan berikutnya adalah memberikan pembelajaran
dengan pendekatan Probing-Prompting pada kelas VII C SMP Bruder Pontianak yang
berjumlah 30 siswa. Pendekatan pembelajaran Probing-Prompting yang dirancang
meliputi RPP, LKS serta kegiatan menyusun dan menemukan konsep penjumlahan dan
pengurangan pecahan dengan bantuan alat peraga pecahan. Selanjutnya para siswa kelas
VII C diberikan tes 2 untuk melihat tingkat pemahaman konseptual dan penalaran adaptif
dalam materi penjumlahan dan pengurangan pecahan setelah pembelajaran. Kemudian
melakukan analisis terhadap jawaban yang diberikan dan melakukan wawancara terhadap
beberapa subjek penelitian. Adapun hasil penelitian ini secara umum adalah berupa
rekomendasi dan contoh penerapan pendekatan pembelajaran dalam meningkatkan
kemampuan pemahaman konseptual dan penalaran adaptif siswa dalam materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan.

Kata Kunci: Probing-Prompting, pemahaman konseptual, penalaran adaptif

PENDAHULUAN lima komponen yang termasuk ke dalam


Memiliki kemampuan dan kecakapan kecakapan matematis, antara lain
dalam matematika merupakan syarat penting pemahaman konseptual dan penalaran
pada era globalisasi dan kompetitif sekarang adaptif. Pemahaman konseptual diartikan
ini. Mengapa? Karena matematika melatih sebagai apa yang peserta didik ketahui dan
siswa berpikir secara logis, sistematis, pahami tentang suatu konsep atau ide-ide
analitis, kritis serta kreatif, sehingga mampu dasar dari suatu topik dalam matematika
menyelesaikan masalah dengan (National Assessment of Educational
memanfaatkan informasi yang diterimanya Progress [NAEP], 2002; Chadwik, 2009;
(Suratman, 2010). Hal ini sejalan dengan Walle, 2010). Sedangkan penalaran adaptif
pendapat yang dikemukakan oleh Walle (adaptive reasoning) merujuk pada
(2010: 1) bahwa memiliki kompetensi dalam kemampuan berpikir secara logis yang
matematika akan membuka pintu untuk masa menghubungkan konsep dan situasi, selain
depan yang produktif. itu kemampuan untuk berpikir reflektif,
Berdasarkan penelitian National kemampuan menjelaskan, serta kemampuan
Research Council [NRC] (2001: 116) ada
memberikan pembenaran (NRC, 2001; banyak soal tanpa memahami konsep dengan
Kilpatrick, 2001; Widjajanti, 2011). baik. Situasi seperti ini tentunya berdampak
Pemahaman konseptual dan penalaran buruk, karena mengakibatkan daya serap dan
adaptif pada dasarnya bukan merupakan penguasaan siswa terhadap suatu materi
komponen yang terpisah melainkan saling menjadi tidak utuh dan kemampuan
beririsan. Hubungan keduanya secara bernalarnya menjadi tidak terlatih.
implisit dijelaskan NAEP (2002: 38) yang Dari studi pendahuluan yang
menyatakan bahwa pemahaman konseptual dilakukan terhadap 17 siswa kelas VII di
mencerminkan kemampuan siswa untuk sekolah swasta di Pontianak pada 28 Oktober
bernalar dalam pengaturan yang melibatkan 2017. Tes yang diberikan berjumlah 10 soal
penerapan definisi konsep, hubungan, atau materi tentang operasi penjumlahan dan
representasinya. Artinya ketika siswa pengurangan pecahan. Dari studi
memiliki pemahaman konsep, mereka pendahuluan tersebut diperoleh fakta bahwa
mampu melihat hubungan antar konsep dan hanya 10 siswa menjawab benar dan 7 siswa
prosedur serta mampu memberikan masih keliru untuk soal penjumlahan dan
penjelasan sebab akibat dari beberapa fakta pengurangan pecahan berpenyebut sama. 4
(Suratman, 2010). Sehingga bila dicermati siswa menjawab benar dan 13 siswa masih
bahwa konsep matematika dipahami dan keliru untuk soal penjumlahan dan
dipelajari dengan penalaran, dan penalaran pengurangan pecahan yang berbeda
dilatihkan dengan belajar matematika penyebutnya. Dan hanya 1 siswa yang
(Shadiq, 2004: 4). menjawab benar, 16 siswa lainnya belum bias
Pembelajaran matematika dengan menjawab dengan tepat untuk soal
pemahaman direkomendasikan oleh penjumlahan dan pengurangan pecahan yang
sejumlah ahli yang tergabung dalam NCTM. jawabannya disertai dengan alasan.
Para ahli ini percaya bahwa belajar Dari hasil tes tersebut menunjukkan
matematika dapat lebih maksimal apabila bahwa pecahan merupakan satu di antara
para guru memfokuskan pada kemampuan materi yang sulit dikuasai bagi siswa.
berpikir dan pemahaman (Walle, 2010: 1). Padahal materi tentang pecahan sudah
Oleh sebab itu, sebagai upaya untuk diperkenalkan sejak Sekolah Dasar. Pada
mewujudkan tujuan pembelajaran kelas 3 terpapar berbagai cara pecahan
matematika diperlukan pemahaman digunakan dan bagaimana perhitungan
konseptual dan penalaran adaptif yang baik sederhana. Di kelas 4 mereka mulai belajar
dalam pembelajaran matematika. menambahkan, mengurangi, mengalikan,
Namun dalam pelaksanaannya di dan membagi pecahan dan menggunakan
kelas, proses pembelajaran matematika operasi ini untuk memecahkan masalah (Wu,
kurang membangun pemahaman dan melatih 2013: 3). Namun kenyataannya tidak sedikit
penalaran. Hasil survey yang dilakukan oleh siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)
IMSTEP-JICA menunjukan bahwa yang mengalami hambatan dalam
pembelajaran matematika masih berfokus menyelesaikan soal tentang operasi pecahan,
pada hal-hal yang bersifat prosedur dan terutama dalam penjumlahan dan
mekanis. Pembelajaran cenderung berpusat pengurangan pecahan (Sugiatno, 2010: 182).
pada guru dan konsep-konsep penting Kesulitan siswa pada pecahan
matematika seringkali disampaikan secara seringkali disebabkan dari kurangnya
informatif. Guru belum mampu pemahaman konseptual (Fazio dan Siegler,
menyelanggarakan pembelajaran berbasis 2011: 7). Hal ini diduga karena pecahan
kecakapan abad 21 yang meliputi: (1) memiliki sifat yang sulit untuk dipahami
Creative and Innovative (2) Collaboration (Iulia dan Gugoiu, 2006). Salah satu alasan
(3) Communication dan (4) Critical Thinking kesulitannya adalah prosedur pada pecahan
and problem solving. Akibatnya yang terjadi tidak selalu sesuai dengan aturan bilangan
adalah siswa hanya dilatih menyelesaikan bulat. Misalnya, perkalian dua pecahan dapat

2
menghasilkan jawaban yang lebih kecil dari susunan katanya, probing berarti
daripada pengalinya, sementara perkalian menyelidiki, memeriksa, menggali atau
bilangan bulat selalu menghasilkan produk melacak, sedangkan prompting berarti
yang lebih besar (Hansen et al., 2017: 46). mendorong atau membimbing.
Selain itu, seringkali siswa melihat Menurut Suherman (2008) pendekatan
pembilang dan penyebut sebagai bilangan pembelajaran probing-prompting adalah
terpisah daripada keseluruhan yang utuh. Hal “pembelajaran dengan menyajikan
ini kemudian mengakibatkan kesalahan dan serangkaian pertanyaan yang bersifat
miskonsepsi dalam hal perhitungan dengan menggali dan membimbing, sehingga
pecahan (Walle, 2010: 35). memunculkan proses berpikir yang
Oleh sebab itu diharapkan dalam mengaitkan pengetahuan siswa sebelumnya
pembelajaran guru dapat berinovasi dengan dengan pengetahuan baru yang sedang
mengombinasikan bahasa lisan, bahasa dipelajari”.
tertulis, manipulatif, gambar, dan situasi Lebih lanjut Huda (2014: 281)
dunia nyata guna membantu siswa menjelaskan bahwa pendekatan
membangun pemahaman tentang konsep pembelajaran probing-prompting terdiri dari
pecahan. Hal ini harus dilakukan, karena dua teknik bertanya yaitu probing question
menurut pendapat Cramer, Wyberg, dan dan prompting question. Probing question
Leavitt (2008: 492) menyatakan ”Before adalah pertanyaan yang bersifat menggali
operating with fractions, students need to untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari
understand what a fraction means”. Artinya siswa guna mengembangkan kualitas
bahwa sebelum beroperasi dengan pecahan, jawaban, sehingga lebih jelas, akurat dan
siswa perlu memahami dahulu makna lebih beralasan. Sedangkan prompting
pecahan. question adalah pertanyaan yang diajukan
Untuk itu diperlukan suatu untuk mengarahkan siswa dalam proses
pembelajaran yang berpandangan berpikirnya. Dengan demikian pendekatan
konstruktivisme yang mampu membimbing pembelajaran probing-prompting diartikan
dan menuntun siswa dalam membangun sebagai pembelajaran yang menitikberatkan
pemahamannya. Salah satunya dengan pada pemahaman dan pendalaman konsep
memaksimalkan keterampilan guru dalam dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
bertanya. Menurut hasil penelitian yang
Keterampilan guru dalam bertanya dilakukan oleh Mayasari, dkk (2014: 57)
mampu membantu siswa untuk pendekatan pembelajaran probing-prompting
mengidentifikasi proses berpikir, melihat ini memberikan kesempatan kepada siswa
hubungan antara ide-ide dan untuk untuk aktif membangun pemahaman konsep
membangun pemahaman baru bagi siswa dan melalui proses berpikir baik secara individual
menemukan solusi yang masuk akal bagi maupun diskusi kelompok. Mereka
mereka. Senada dengan ini, dalam menemukan konsep tersebut berdasarkan ide-
makalahnya Utomo (2011: 199) menyatakan ide dan pengetahuan dasar yang mereka
bahwa pemberian “clue”, “hint”, atau miliki, kemudian dikaitkan dengan
pertanyaan menuntun pada saat siswa pengetahuan baru, sehingga apa yang mereka
menemui kesulitan dalam memecahkan dapatkan akan tersimpan lebih lama dalam
masalah merupakan langkah yang bijaksana ingatannya.
dan memudahkan siswa dalam berfikir secara Dengan memperhatikan fakta-fakta
rasional untuk membangun pemahamannya. yang telah diuraikan, maka penelitian tentang
Pendekatan pembelajaran yang “Pemahaman Konseptual dan Penalaran
akomodatif dan diduga dapat meningkatkan Adaptif dengan Pendekatan Pembelajaran
aktivitas berpikir siswa dan aktif membangun Probing-Prompting Materi Penjumlahan dan
pemahaman konsep adalah pendekatan Pengurangan Pecahan di Sekolah Menengah
pembelajaran Probing-prompting. Jika dikaji Pertama menarik untuk segera dilakukan.

3
METODE PENELITIAN memberikan tes 2 dan kembali melakukan
Pendekatan dalam penelitian ini adalah wawancara kepada 8 subjek terpilih dengan
pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu tujuan untuk melihat efek dari pembelajaran
penelitian yang mendeskripsikan dan yang telah diberikan.
menafsirkan data yang berkenaan dengan
Tahap Analisis Data
fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang
Dalam tahap ini dilakukan analisis
terjadi saat penelitian berlangsung secara apa
jawaban pada tes 2 dan hasil wawancara.
adanya (Subana, 2009: 89)
Kemudian jawaban subjek tersebut dirinci
Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa
satu persatu dan bandingkan dengan jawaban
kelas VII C SMP Bruder Pontianak tahun
tes 1. Perbandingan dilakukan berdasarkan
pelajaran 2018/2019. Adapun objek
indikator-indikator pemahaman konseptual
penelitian ini yaitu pemahaman konseptual
dan penalaran adaptif yang telah
dan penalaran adaptif siswa dalam materi
dioperasionalkan.
penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini
Tahap Penarikan Kesimpulan
terdiri dari empat tahap, yaitu: persiapan,
Setelah dilakukan analisis, tahap
pelaksanaan, analisis data dan penarikan
selanjutnya adalah menyimpulkan hasil yang
kesimpulan.
diperoleh selama penelitian berlangsung dan
mendeskripsikan pembahasan dengan
Tahap Persiapan
menjawab rumusan masalah dari penelitian
Dalam tahap persiapan dimulai dengan
yang dilakukan, yaitu mengenai pemahaman
pembuatan instrumen dan perangkat
konseptual dan penalaran adaptif dalam
pembelajaran mengenai pemahaman
penjumlahan dan pengurangan pecahan
konseptual dan penalaran adaptif tentang
sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran
penjumlahan dan pengurangan pecahan yang
dengan pendekatan probing-prompting.
terdiri dari kisi-kisi soal, alternatif jawaban
Teknik pengumpulan data dalam pene-
tes, pedoman penskoran, RPP dan LKS serta
litian ini adalah teknik pengukuran dengan
pedoman wawancara. Langkah selanjutnya
memberikan tes tertulis kepada siswa dan
adalah melakukan validasi isi dan empiris
teknik komunikasi langsung (wawancara)
terhadap instrumen perangkat yang dibuat.
dengan mengadakan kontak langsung atau
tatap muka secara lisan dengan siswa.
Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan dimulai
HASIL PENELITIAN DAN
dengan memberikan tes 1 kepada siswa kelas
PEMBAHASAN
VII B SMP Bruder Pontianak yang sebanyak
Hasil Penelitian
32 orang sebagai langkah awal untuk melihat
Penelitian ini dilaksananakan mulai
kemampuan subjek penelitian. Setelah itu,
tanggal 21 November hingga 30 November
diambil 11 siswa yang menunjukan
2018. Adapun hasil tes 1 dan tes 2 subjek
kurangnya pemahaman konsep dan
sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran
rendahnya penalaran adaptif siswa untuk
dengan pendekatan probing-prompting. Tes
dijadikan sebagai subjek penelitian.
sebelum pembelajaran dilakukan untuk
Kemudian subjek tersebut diwawancarai
mengetahui tingkat pemahaman dan
untuk mengetahui alasan jawaban yang
penalaran adaptif siswa dalam materi
diberikan dan mengumpulkan informasi
penjumlahan dan pengurangan pecahan.
kedalaman pemahaman konsep yang dimiliki
Analisis dilakukan dengan melihat kesalahan
siswa. Selanjutnya memberikan
siswa dalam mengerjakan soal.
pembelajaran dengan pendekatan probing-
Berikut hasil anaslisis kesalahan dari
prompting untuk seluruh siswa kelas VII C
contoh subjek terpilih dalam menyelesaikan
yang berjumlah 30 siswa. Setelah diberikan
soal berdasarkan indikator pemahaman
pembelajaran, langkah selanjutnya yaitu
konseptual.

4
Berdasarkan jawaban dan hasil wawancara
1. Buatlah suatu gambar yang menyatakan yang dilakukan, diperoleh bahwa siswa
3 belum memahami definisi pecahan secara
pecahan !
5
benar. Kekeliruan memahami pecahan
menyebabkan kesalahan dalam
Pecahan dibagi mengoperasikan pecahan, secara khusus
menjadi 7 bagian operasi penjumlahan dan pengurangan,
dan pembagian
partisi yang tidak akibatnya belum bisa menjawab dengan
simetris juga tidak benar perintah dari soal tersebut.
sama besar
4. Ibu membeli kain di pasar sepanjang 1
Gambar 1. Jawaban S1 pada siswa pertama meter. Jika sesampainya di rumah ibu
1
Berdasarkan jawaban dan hasil wawancara memberikan meter kepada kakak,
6
yang dilakukan diperoleh bahwa siswa tidak berapakah sisa kain ibu?
paham dengan konsep pecahan. Siswa hanya
menjawab dengan asal sehingga dia tidak
dapat menggambar dengan pecahan dengan
benar.

2. Buatlah gambar yang menyatakan Gambar 4. Jawaban S4 pada siswa ketiga


1 2
penjumlahan + beserta hasil
2 3 Berdasarkan jawaban dan hasil wawancara
penjumlahannya yang dilakukan, diperoleh bahwa siswa
belum memahami bentuk pecahan.
Ketidakpahaman terhadap bentuk pecahan
menyebabkan kesalahan dalam
mengoperasikan pecahan, secara khusus
operasi penjumlahan dan pengurangan,
Gambar 2. Jawaban S2 pada siswa kedua akibatnya belum bisa menjawab dengan
Berdasarkan jawaban dan hasil wawancara benar perintah dari soal tersebut.
yang dilakukan, diperoleh bahwa siswa 5
5. Sebuah tongkat panjangnya meter,
masih mengalami hambatan dalam operasi 2
penjumlahan pecahan. Penyamaan penyebut dimasukan ke dalam air dengan arah
sudah benar, namun masih pembilangnya tegak. Jika bagian tongkat yang terlihat di
5
tidak disesuaikan. Dan juga gambar pecahan atas permukaan air meter. Berapa meter
6
2
juga masih keliru, sehingga belum bisa panjang tongkat yang tenggelam?
3
menjawab dengan benar perintah dari soal
tersebut.
3. Diketahui 𝑎 − 27 = 57
Tentukan nilai a agar pernyataan di atas
menjadi benar, dan tuliskan cara Gambar 5. Jawaban S5 pada siswa pertama
mendapatkannya …. Berdasarkan jawaban dan hasil wawancara
yang dilakukan, diperoleh bahwa siswa
belum mampu merubah informasi yang
terdapat didalam soal ke bentuk matematika.
Ketidakmampuan menerapkan informasi
kedalam situasi baru ini menyebabkan
Gambar 3. Jawaban S3 pada siswa ketiga kesalahan dalam mengoperasikan pecahan,

5
secara khusus operasi penjumlahan dan dapat memanipulasi ide-ide/konsep terkait
pengurangan. masalah penjumlahan dan pengurangan
Selanjutnya contoh hasil anaslisis pecahan. Dapat memanipulasi konsep
jawaban subjek terpilih setelah diberi penjumlahan dan pengurangan.
pembelajaran dengan pendekatan probing-
4.
prompting berdasarkan indikator pemahaman
konseptual.
1.
Gambar 9. Jawaban subjek soal tes nomor 4
Berdasarkan hasil jawaban tertulis dan
wawancara menunjukan bahwa siswa sudah
dapat mengasosiasikan makna dengan hasil
penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Hasil pengurangan bermakna sebagai sisa tali
yang terpakai.
Gambar 6. Jawaban subjek soal tes nomor 1
5.
Berdasarkan jawaban dan hasil wawancara
yang dilakukan diperoleh bahwa siswa sudah
dapat menggunakan pendekatan, diagram,
manipulatif, dan beragam representasi
konsep pecahan. Dapat menggambar bentuk Gambar 10. Jawaban subjek soal tes nomor 5
pecahan dengan benar dan memahami makna Berdasarkan hasil jawaban tertulis dan
bagian dari pecahan wawancara menunjukan bahwa siswa sudah
2. dapat menerapkan dan menyesuaikan
gagasan dengan situasi baru dalam terkait
soal penjumlahan dan pengurangan pecahan.

Berikut hasil anaslisis kesalahan dari


contoh subjek terpilih dalam menyelesaikan
soal berdasarkan indikator penalaran adaptif
5 3
1. Hitunglah hasil penjumlahan + =….
3 7
Untuk menyelesaikan penjumlahan
Gambar 7. Jawaban subjek soal tes nomor 2 tersebut, apa langkah pertama yang anda
lakukan? Jelaskan!
Berdasarkan hasil jawaban tertulis dan
wawancara menunjukan bahwa siswa sudah
dapat menggunakan pendekatan, diagram,
manipulatif, dan beragam representasi
konsep penjumlahan dan pengurangan
pecahan. Gambar 11. Jawaban S1 pada siswa pertama

3. Berdasarkan jawaban siswa tersebut, terlihat


bahwa siswa belum memahami definisi dan
konsep penjumlahan dan pengurangan secara
benar. Siswa menjumlahkan pembilang
dengan pembilang dan penyebut dengan
Gambar 8. Jawaban subjek soal tes nomor 3 penyebutnya. Langkah yang dilakukan keliru
sehingga mengakibatkan hasil yang diperoleh
Berdasarkan hasil jawaban tertulis dan juga salah
wawancara menunjukan bahwa siswa sudah

6
2. Apakah setiap penjumlahan dan Dari contoh tersebut, apa yang dapat
pengurangan pecahan yang penyebutnya disimpulkan untuk menjumlahkan pecahan
berbeda selalu menggunakan KPK dari yang penyebutnya tidak sama? Jelaskan
kedua penyebut tersebut? Jelaskan!

Gambar 14. Jawaban S4 pada siswa kedua

Gambar 12. Jawaban S2 pada siswa keempat Berdasarkan jawaban dan hasil wawancara
yang dilakukan, diperoleh bahwa siswa pada
Berdasarkan hasil wawancara yang dasarnya sedikit sudah memahami konsep
dilakukan, diperoleh bahwa siswa dengan penjumlahan pecahan yang berbeda
yakin bahwa penggunaan KPK dalam penyebutnya. Namun mengalami kesulitan
menyelesaikan penjumlahan dan saat menyimpulkan, hal ini diduga siswa
pengurangan pecahan yang penyebutnya sering menyelesaikan soal secara prosedural
berbeda. Siswa cenderung menggunakan saja, tanpa memahami secara utuh.
menggunakan cara yang prosedural, 5
akibatnya alasan yang diberikan belum tepat. 5. Suatu hari, Nenek membeli kg salak di
2
2 1 1 pasar. Sesampainya di rumah Nenek
3. Setujukah anda jika − 6 = 2 ? jelaskan memberikan salak tersebut kepada ibu
3
3
alasanmu. sebanyak kg dan memberikan pada bibi
4
5
kg. Berapakah salak nenek yang masih
6
tersisa ?
Gambar 13. Jawaban S3 pada siswa keempat
Berdasarkan jawaban dan hasil wawancara
yang dilakukan, diperoleh bahwa siswa pada
Gambar 15. Jawaban S5 pada siswa pertama
dasarnya belum yakin dengan jawabana yang
ditulis. Hasil yang didapatkan dan Berdasarkan jawaban dan hasil wawancara
ketidakyakinan tersebut disebabkan siswa yang dilakukan, diperoleh bahwa siswa pada
tidak paham terhadap konsep penjumlahan dasarnya sudah bisa menemukan pola dari
dan pengurangan pecahan, akibatnya alasan masalah yang diberikan. Tetapi belum
yang diberikan belum tepat. memahami konsep penjumlahan dan
pengurangan pecahan, akibatnya jawaban
4. Amati penjumlahan pecahan dibawah ini!
yang diberikan belum tepat.
Selanjutnya contoh hasil anaslisis
jawaban subjek terpilih setelah diberi
pembelajaran dengan pendekatan probing-
prompting berdasarkan indikator penalaran
adaptif.
1.

Gambar 16. Jawaban subjek soal tes nomor 1


Berdasarkan hasil jawaban tertulis dan
wawancara menunjukan bahwa siswa sudah

7
dapat dapat memberikan langkah-langkah Berdasarkan hasil jawaban tertulis dan
dan alasan mengenai jawaban yang diberikan wawancara menunjukan bahwa siswa sudah
dapat menemukan pola dari suatu masalah
2.
berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan.

Pembahasan
Permasalahan dalam penelitian ini
Gambar 17. Jawaban subjek soal tes nomor 2 adalah bagaimana pendekatan pemebelajaran
probing-prompting dalam materi
Berdasarkan jawaban tertulis dan wawancara
penjumlahan dan pengurangan pecahan di
menunjukan bahwa siswa sudah dapat
SMP Bruder Pontianak Tahun Ajaran
memberikan alasan dengan tepat mengenai
2018/2019. Berdasarkan rumusan masalah
jawaban yang diberikan
dari penelitian ini maka pembahasan
3. penelitian ini mengungkapkan kondisi
sebelum pembelajaran diberikan, saat
pelaksanaan dan juga kondisi setelah
pembelajaran diberikan.
Untuk mengetahui kondisi sebelum
pembelajaran, adapun langkah awal yang
Gambar 18. Jawaban subjek soal tes nomor 3 dilakukan adalah memberikan tes 1 dan
wawancara kepada mereka untuk
Berdasarkan jawaban tertulis dan wawancara mengungkap kemampuan awal subjek
menunjukan bahwa siswa sudah dapat penelitian. Dari hasil tes dan wawancara
memeriksa kesahihan suatu argumen dari ditemukan beberapa miskonsepsi dan
suatu pernyataan atau persamaan terkait kurangnya kemampuan siswa dalam
penjumlahan dan pengurangan pecahan membuat alasan dari jawaban yang diberikan.
4. Fazio dan Siegler (2011: 7) menyatakan
bahwa kesulitan siswa pada pecahan
seringkali disebabkan dari kurangnya
pemahaman konseptual. Ketidakpahaman
siswa terhadap konsep pecahana
Gambar 19. Jawaban subjek soal tes nomor 4 menyebabkan siswa salah dalam memaknai
Berdasarkan jawaban tertulis dan wawancara dan mengoperasikan pecahan. Siswa tidak
menunjukan bahwa siswa sudah dapat mampu mengoperasikan pecahan dengan
menarik kesimpulan dari sebuah pernyataan benar jika tidak memahami konsep pecahan.
yang diberikan mengenai konsep Adapun untuk kemampuan pemahaman
penjumlahan dan pengurangan pecahan, konseptual pada indikator merepresentasikan
meski masih terdapat juga siswa yang belum suatu pecahan terjadi kesalahan konsep
bisa dengan benar menyimpulkan suatu dalam memaknai pecahan. Secara umum
pernyataan yang diberikan. kesalahan yang dilakukan adalah siswa
belum mampu merepresentasikan suatu
5. pecahan dalam suatu gambar dengan benar.
Kesalahan yang seringkali dilakukan adalah
pembagian partisi yang tidak sama dan
jumlah partisi yang dibuat tidak sesuai
dengan bilangan pecahan.
Gambar 20. Jawaban subjek soal tes nomor 5 Beberapa contoh kesalahan lain yang
dilakukan adalah gambar yang mewakili
penjumlahan dua pecahan bentuknya tidak

8
sama serta pembagian partisi tidak sama Selain itu siswa belum mampu menarik
besar. Misalnya hasil penjumlahan pecahan kesimpulan terkait langkah-langkah dalam
berbentuk segitiga dan segiempat hasilnya menjumlahkan pecahan dari sebuah contoh
berupa lingkaran. Selain itu beberapa penjumlahan pecahan yang penyebutnya
ditemukan bahwa konsep siswa tentang berbeda. Kesimpulan yang ditulis tidak
penjumlahan dan pengurangan pecahan general dan berorientasi pada angka.
terinferensiasi dengan konsep perkalian Selanjutnya, analisis pada indikator
pecahan yaitu menjumlahkan pembilang dan menemukan pola dari suatu masalah terkait
penyebutnya secara langsung tanpa penjumlahan dan pengurangan pecahan.
menyamakan penyebutnya lebih dahulu. Kesalahan yang dilakukan antara lain siswa
Untuk indikator kemampuan tidak dapat merubah informasi dari soal
memanipulasi konsep penjumlahan dan kedalam bentuk matematika. Selain itu siswa
pengurangan pecahan, masih terdapat siswa belum dapat mengurangkan pecahan yang
yang mengalami hambatan dalam konsep penyebutnya berbeda dengan benar.
penjumlahan dan pengurangan. Dalam Kesalahan yang sering terjadi adalah
menyelesaikan soal tersebut ada siswa yang menjumlahkan pembilang dan penyebut
hanya menghitung pembilangnya saja tanpa secara langsung. Hal ini menjadi lebih rumit
menuliskan penyebutnya. ketika soal lebih kompleks dengan
Selanjutnya analisis indikator mengurangkan tiga pecahan sekaligus.
mengasosiasi antara makna dengan hasil Tahap berikutnya adalah pelaksanaan
penjumlahan dan pengurangan pecahan. pembelajaran dengan pendekatan probing-
Kesalahan yang dilakukan siswa antara lain prompting. Huda (2014: 281)
belum bisa mengurangkan bilangan bulat mengemukakan bahwa pembelajaran
dengan pecahan. Siswa mengalami probing-prompting merupakan pembelajaran
kebingungan memahami informasi pada soal yang identik dengan pertanyaan-pertanyaan
yang menyatakan 1 meter dan dikurangkan yang bersifat menggali dan membimbing
1 1 dengan proses berpikir untuk
dengan . Bilangan 1 meter dan seakan
6 6
menghubungkan apa yang siswa ketahui
terpisah dan tidak ada hubungannya. Siswa
dengan materi yang sedang dipelajari”.
tidak memaknai redaksi 1 meter pada soal
6
Adapun langkah pembelajaran diawali
dapat juga menyatakan bilangan . pemberian apersepsi dengan menyajikan
6
Demikian juga untuk kemampuan masalah kontekstual berupa potongan buah
penalaran adaptif, berdasarkan data yang apel dan mengajukan beberapa pertanyaan
diperoleh, analisis subjek soal tes nomor 1 (tahap probing). Guru meminta beberapa
terjadi kesalahan ketika siswa melakukan siswa untuk menjawabnya, apabila
penjumlahan pecahan yang penyebutnya mengalami kesulitan, guru memberikan
berbeda dan menuliskan langkah pertama topangan (tahap prompting) misalnya dengan
yang dilakukan. Kesalahan yang dilakukan menunjukan penampang melintang buah apel
antara lain siswa keliru dalam melakukan yang dipotong sama besar yang menyerupai
1
penjumlahan dan tidak menuliskan langkah bentuk pecahan . Hal ini bertujuan untuk
4
pertama yang dilakukan. Hasil penjumlahan mempermudah siswa dalam berpikir secara
didapat dengan menjumlahkan pembilang rasional untuk membangun pemahaman
dan penyebut secara langsung. (Utomo, 2011)
Pada soal tes nomor 2 terdapat kesalahan Selanjutnya siswa diberi pertanyaan
saat siswa memberikan alasan pada jawaban lanjutan hingga mengarah pada konsep
yang ditulis. Ada beberapa contoh kesalahan penjumlahan dan pengurangan pecahan. Para
yang dilakukan siswa antaralain, tidak siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi
memahami konsep penjumlahan dan membahas LKS yang disediakan. Tugas
pengurangan dengan benar, misalnya dalam dalam LKS terdiri dari 7. Nomor 1, 2 dan 3
menyamakan penyebut menggunakan FPB. merupakan materi prasyarat untuk melihat

9
kemampuan awal siswa dan pemahaman konseptual siswa pada kelas eksperimen
siswa terhadap konsep dasar pecahan. Nomor lebih baik daripada kelas konvensional.
4 dan 5 merupakan soal operasi penjumlahan Sehingga dari hasil tes yang diberikan
dan pengurangan pecahan yang didukung pada siswa diperoleh siswa dapat memahami
oleh gambar. Hal ini bertujuan untuk konsep penjumlahan dan pengurangan
menuntun pemahaman siswa agar pecahan sesuai dengan indikator pemahaman
menemukan pola dari konsep penjumlahan konseptual dan penalaran adaptif. Hal ini
dan pengurangan pecahan. Sedangkan nomor dikarenakan dalam proses pembelajaran
6 dan 7 merupakan kegiatan untuk dengan pendekatan probing-prompting
menemukan konsep penjumlahan dan terdapat langkah-langkah yang menuntut
pengurangan pecahan terutama pada siswa untuk aktif berpikir dan menemukan
penjumlahan dan pengurangan pada pecahan konsep dengan bantuan alat peraga. Dengan
yang berpenyebut berbeda. Hal ini juga demikian, siswa secara langsung
bertujuan agar siswa memahami penerapan membuktikan sendiri dan menemukan alasan
konsep KPK dan menemukan alasan mengapa konsep tersebut didapat.
mengapa perlu menyamakan penyebut dalam Langkah-langkah dalam pembelajaran
menjumlahkan atau mengurangkan pecahan pendekatan probing-prompting memberikan
berpenyebut berbeda. kontribusi bagi siswa untuk membangun
Pada kegiatan penutup siswa diajukan pemahaman dalam pembelajaran. Siswa
pertanyaan pendalaman materi, misalnya dituntun dengan pertanyaan-pertanyaan dari
• Mengapa dalam penjumlahan dan yang paling sederhana hingga pertanyaan
pengurangan pecahan harus menyamakan tingkat tinggi. Hal ini sesuai dengan prinsip
penyebutnya? belajar yang dikemukakan oleh NCTM
• Apakah setiap operasi penjumlahan dan bahwa siswa harus belajar dari yang mereka
pengurangan pecahan berpenyebut berbeda ketahui, yang bertujuan menghubungkan
harus menggunakan KPK dari kedua pemikiran dengan materi yang akan
penyebut tersebut? dipelajari.
• Bagaimana jika salah satu penyebut Demikian juga dengan kemampuan
merupakan kelipatan dari penyebut lainnya, penalaran adaptif, pembelajaran dengan
apakah masih menggunakan konsep KPK? pendekatan probing-prompting memberi
Setelah diberikan pembelajaran dengan ruang bagi siswa untuk berpikir dan bernalar.
pendekatan probing-prompting, subjek Siswa tidak memperoleh pengetahuan secara
penelitian diberikan tes 2 yang disertai langsung, namun harus mengkonstruksi
wawancara dengan tujuan untuk melihat efek pemahamannya sendiri dari informasi yang
dari pembelajaran yang diberikan. Secara dimiliki dengan scaffolding dari guru jika
umum tidak ditemukan kesalahan dalam mengalami hambatan. Selain itu siswa harus
memahami penjumlahan dan pengurangan mampu memberikan alasan dari jawaban
pecahan. Subjek sudah dapat menjumlahkan yang diberikan. Berdasarkan hasil analisis
pecahan berpenyebut berebeda dan setiap soal tes dan wawancara setelah
menggambar bentuk pecahan yang diberikan. pembelajaran menggunakan pendekatan
Adapun kesalahan yang siswa lakukan pada probing-prompting, siswa sudah dapat
soal nomor 4 yaitu belum mampu memahami konsep penjumlahan dan
menyimpulkan secara lengkap penjumlahan pengurangan pecahan. Selain itu mereka juga
dan pengurangan pecahan. Untuk soal nomor dapat memberikan alasan penggunaan
5 masih terdapat beberapa siswa yang prosedur yang dilakukan. Sehingga
mengalami kesalahan menjumlahkan, tetapi pembelajaran pendekatan probing-prompting
tidak pada konsep. Temuan ini serupa dengan dapat digunakan untuk meningkatkan
temuan penelitian lain (Suharsono, 2015) pemahaman konseptual dan penalaran adaptif
yang melaporkan bahwa pemahaman dalam materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan.

10
KESIMPULAN DAN SARAN rangka meningkatkan kemampuan
Kesimpulan pemahaman konseptual dan penalaran adaptif
Dari hasil penelitian mengenai siswa. Pembelajaran ini melibatkan siswa
pemahaman konseptual dan penalaran adaptif secara aktif dalam menemukan, menyelidiki,
dalam pembelajaran pendekatan probing- memaknai dan merumuskan konsep-konsep
prompting materi penjumlahan dan matematika secara utuh khususnya
pengurangan pecahan, dapat disimpulkan penjumlahan dan pengurangan pecahan.
bahwa: Selain itu harus lebih banyak memberikan
1. Dari hasil tes pengatahuan awal, masih latihan soal yang menggunakan pertanyaan
banyak ditemukan siswa yang mengalami “mengapa” (soal yang jawabannya
kesalahan dalam menjumlahkan dan memerlukan alasan), daripada soal rutin
mengurangkan pecahan. Misalnya dengan lebih memperhatikan kemampuan-
terdapat siswa yang konsep penjumlahan kemampuan yang belum tercapai dengan
dan pengurangan pecahannya baik (2) Sangat disadari bahwa penelitian ini
terinferensiasi dengan konsep perkalian sangat terbatas dan belum mampu mencakup
pecahan. secara luas. Oleh sebab itu perlu dilakukan
2. Berdasarkan hasil tes pengatahuan awal, penelitian lebih lanjut tentang pendekatan
masih banyak ditemukan siswa yang pembelajaran probing-prompting ini dengan
belum mampu memberikan argumen yang dengan kategori dan jenjang yang berbeda.
kuat dari jawaban yang diberikan terkait Karena pembelajaran dengan pendekatan
penjumlahan dan pengurangan pecahan. probing-prompting memfasilitasi siswa
3. Pembelajaran pendekatan probing- dalam membangun pemahaman konsep dan
prompting disusun untuk memberikan juga daya nalar siswa.
kontribusi yang baik bagi pemahaman
konsep dan proses berpikir siswa pada DAFTAR RUJUKAN
materi penjumlahan dan pengurangan Chadwick, David. 2009. Approaches to
pecahan. Kemudian hasil analisis sebelum Building Conceptual
pembelajaran dan tindakan dikembangkan Understandings. Wellington
dalam beberapa bahan ajar meliputi RPP, Cramer, K., Wyberg, T. dan Leavitt, S. 2008.
LKS dan diterapkan untuk membantu The Role of Representations in
siswa memperoleh pemahaman dan Fraction Addition and Subtraction.
pendalaman konsep secara utuh. Mathematics teaching in the Middle
4. Berdasarkan hasil analisis setiap butir soal school Vol. 13, No. 8.
tes dan wawancara setelah pembelajaran, Fazio, L. dan Siegler, R. 2008. Teaching
kemampuan pemahaman konseptual dan Fractions. International Academy of
penalaran adaptif siswa pada materi Education.
penjumlahan dan pengurangan pecahan Hansen, et al. 2017. Identifying Learning
sudah lebih baik. Oleh sebab itu Difficulties with Fractions: A
pendekatan probing-prompting dapat Longitudinal Study of Student
diterapkan untuk meningkatkan Growth from Third through Sixth
pemahaman konseptual dan penalaran Grade. Contemporary Educational
adaptif penjumlahan dan pengurangan Psychology 50 (2017) 45–59
pecahan. Suratman, Dede. 2010. Pemahaman
Konseptual dan Pengetahuan
Saran Prosedural Materi Pertidaksamaan
Berdasarkan kesimpulan dan temuan Linear Satu Variabel Siswa Kelas VII
dalam penelitian ini, peneliti menyarankan SMP. Jurnal Cakrawala
antara lain : (1) Pembelajaran dengan Kependidikan Vol. 8
pendekatan probing-prompting dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam

11
Huda. 2014. Pendekatan-pendekatan Sugiatno. 2010. Pendekatan sajian untuk
Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu materi penjumlahan dan
Metodis dan Paradigmatis. pengurangan pecahan. Jurnal
Yogyakarta: Pustaka Belajar. Cakrawala Kependidikan Vol. 8 No.
Iulia dan Gugoiu, Teodoru. 2006. The Book 2.
of Fractions. Ontario: La Citadelle Suharsono. 2015. Meningkatkan
Kilpatrick, J. Swafford, J dan Findel, B. Kemampuan Pemahaman dan
2001. “Adding It Up: Helping Disposisi Matematik Siswa SMA
Children Learn Mathematics”. Menggunakan Teknik Probing
Whasington, DC: Nasional Academy Prompting. Bandung: Edusentris,
_Press. Jurnal Ilmu Pendidikan dan
Mayasari, Y. dkk. 2014. Penerapan Pengajaran, Vol. 2 No. 3
PROBING-PROMPTING Suherman, E. 2008. Pendekatan Belajar dan
LEARNING dalam Pembelajaran Pembelajaran Berorientasi
Matematika Siswa Kelas VIII MTSn Kompetensi Siswa. Educare: Jurnal
Lubuk Buaya Padang. Padang: Pendidikan dan Budaya, Vol.5 No.2
Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3 diunduh dari: http://educare.e-
No. 1. fkipunla.net. tanggal: 2 Desember
National Assessment Governing Boar. 2001. 2017.
Mathematics Framework for the Utomo, D. P. 2011. Masalah-Masalah dalam
2003 National Assessment of Pembelajaran Matematika di SMP.
Educational Progres. U.S. Widya Warta No. 01 Tahun XXXV
Department of Education Van De Walle, John A, Karp, Karen S, &
National Council of Teachers of Bay-Williams, Jennifer M. (2010).
Mathematics. 2001. Principles and Elementary and Middle School
Standards For School Mathematics. Mathematics Teaching
Reston: The National Council of Developmentally. USA: Pearson
Teacher of Mathematic, Inc. Education, Inc.
National Research Council. (2001). Adding it Widjajanti, D. B. 2011. Mengembangkan
up: Helping children learn Kecakapan Matematis Mahasiswa
mathematics. Kilpatrick, J., Calon Guru Matematika Melalui
Swafford, J., &Findell, B (Eds.), Strategi Perkuliahan Kolaboratif
Mathematics Learning Study Berbasis Masalah. Prosiding
commite Center for Education, Seminar Nasional Penelitian,
Division of Behavioral and Social Pendidikan dan Penerapan MIPA.
Sciences and Education.Washington, Wu, Hung-His. 2014. Teaching Fractions
D. C.: National Academy Press According to the Common Core
Subana, M dan Sudrajat. (2009). Dasar- Standards. American Mathematical
dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Society.
CV. Pusaka Setia.

12

Anda mungkin juga menyukai