PENDAHULUAN
1
Belajar penemuan merupakan cara belajar yang dapat menghasilkan motivasi yang
baik.
Kurikulum 2013 dalam ruang lingkup fisika memiliki tujuan, yaitu untuk
meningkatkan motivasi siswa dengan menguasai konsep dan prinsip alam serta
memiliki hasil belajar yang baik. Tujuan pembelajaran fisika dalam kurikulum
2013 adalah agar siswa menguasai konsep dan prinsip serta memiliki keterampilan
mengembangkan motivasi dan sikap percaya diri untuk melanjutkan pendidikan.
Aspek UAS
Nilai tinggi 51
Nilai rendah 10
2
Rata - rata 46,56
Frekuensi KKM 0
Frekuensi KKM 33
Aspek UAS
Ketuntasan kilasikal 0%
%
(Sumber: Data nilai siswa kelas X SMK Nusantara Tondano (2019/2020)
3
menghargai yang lebih tinggi, menerima perbedaan antar individu dan sikap apatis
siswa berkurang (Maryani & Suparno, 2018).
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak
proses belajar (Dimyati & Mudjiono, 2009). Hasil belajar dapat dibedakan
menjadi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif
adalah kemampuan intelektual siswa seperti yang ditampakkan dalam
menyelesaikan soal-soal fisika, atau memecahkan suatu masalah yang
membutuhkan pemikiran (Bloom, 2008). Kata kognitif dapat diganti dengan kata
intelektual atau serebral. Menurut Anderson dan Krathwohl (2010) taksonomi
pendidikan dibagi menjadi dua struktur dimensi yaitu, dimensi pengetahuan dan
dimensi proses kognitif.
4
memperoleh topik-topik permasalahan, (b) kelompok asal melakukan diskusi
kelompok dan siswa yang telah mendapatkan topic permasalahan yang sama
bertemu kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan, (c) siswa
membuat laporan kelompok dengan cara kelompok ahli kembali ke kelompok asal
dan menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli, (d) kuis dilakukan
mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi, (e) penghitung skor
kelompok dan menentukan penghargaan kelompok (Rusman, 2012).
B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Siswa kurang memahami materi yang diajarkan
2. Hasil belajar siswa yang rendah
3. Masih kurangnya pengetahuan siswa dalam mata pelajaran fisika
4. Guru jarang menerapkan pembelajarean berkelompok
5. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika melum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika dengan
penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-
Achievement Division (STAD) pada siswa kelas X SMK Nusantara
Tondano (2020/2021)
5
2. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika dengan
penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa
Kelas X SMK Nusantara Tondano (2020/2021)
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
fisika dengan penerapan model pembelaarn Kooperatif Tipe Student
Teams-Achievement Division (STAD) dengan Jigsaw
D. Batasan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini dapat dipahami dan dikaji dengan baik
sesuai dengan arah dan tujuan, maka diperlukan suatu batasan masalah
yang akan dikaji secara mendalam. Skripsi ini terfokus pada pembahasan
tentang :
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIPA 1 dan MIPA 2 SMK
Nusantara Tondano (2020/2021)
2. Objek penelitian
Objek penelitian adalah hasil belajar, peneliti lebih fokus pada aspek
kognitif dan aspek afektif siswa kelas X SMK Nusantara Tondano
(2020/2021) dengan Penerapan Pembelajaran Koperatif Tipe Student
Teams-Achievement Division (STAD) dan Jigsaw.
E. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran
fisika dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw.
2. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran
fisika dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams-Achievement Division (STAD)
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata
pelaaran fisika dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) dan Tipe Jigsaw
F. Manfaat penelitian
6
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pendidikan, serta memkemberikan manfaat Bagi
penelitian selanjutnya mengenai penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) dan
Tipe Jigsaw.
2. Manfaat praktis
a. bagi peneliti
Sebagai tugas akhir dan memberi wawasan dari pengalaman praktis
di bidang penelitian. Hasil penelitian dapat dijadikan bekal untuk
menjadi tenaga pendidik yang profesional, pengetahuan dan
pengalaman dalam penyusun karya tulis ilmiah serta dapat
dipergunakan sebagai persyaratan menjadi sarjana.
b. Bagi guru/sekolah
Memberikan referensi bagi guru untuk mengembangkan proses
belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan kooperatif dan
memberikan sumbangan dalam perbaikan proses pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas sekolah.
c. Bagi siswa
Memperdalam materi, karena masing-masing anggota kelompok
bertanggung jawab menjelaskan bahan pelajaran pada anggota
kelompok lainnya.
Menumbuhkan minat belajar pada diri siswa dengan metode
pembelajaran yang baru.
Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa, karena setiap siswa
bertanggung jawab menjelaskan bahan pelajaran pada anggota
kelompok lainnya.
3.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan
serta menyediakanbahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk emmbantu
peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan
bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
9
dan memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai
pelajaran.
b. Team Game Tournament (TGT) Team Game Tournament (TGT)
merupakan salah satu pembelajaran kooperatif dimana siswa bermain
game dengan anggota tim lain untuk menambah poin skor tim mereka.
c. Jigsaw Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif dimana
terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang kemudian membentuk
kelompok ahli dan peran kelompok ahli ini untuk kembali ke kelompok
asalnya menjelaskan materi yang telah dibahas pada kelompok ahli
tersebut.
d. Cooperative Integrated Readingand Composition (CIRC) Cooperative
Integrated Readin Composalah satu pembelajaran kooperatif dimana siswa
terlibat dalam kegiatan membaca dan menulis dengan satu sama lain.
Selain itu mereka juga harus menguasai isi dari bacaan yang akan mereka
baca tersebut.
e. Group Investigation Group Investigation merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil dalam operasi penyelidikan, diskusi kelompok, dan perencanaan
kopersi dan proyek.
f. Learning Together Learning Together merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif dimana siswa terlibat dalam kegiatan diskusi kelompok yang
teratur tentang seberapa baik mereka bekerja sama.
g. Cooperative Scripting Cooperative Scripting merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif dimana siswa merasa bermanfaat untuk bersama-
sama dengan teman sekelas untuk membahas materi yang telah mereka
baca atau dengar di kelas.
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Student Teams-
Achievement Division (STAD)
a. Jigsaw
10
Strategi Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson pada tahun 1978. Dalam
metode Jigsaw, siswa ditugaskan sebagai tim multi-anggota untuk bekerja pada
materi akademik yang telah dibagi menjadi beberapa bagian. Setiap anggota
kelompok diberi bagian dari studi yang menjadikan dia seorang ahli pada materi
tersebut. Para ahli kemudian ditugaskan untuk membentuk kelompok ahli di mana
anggota kelompok mendiskusikan informasi dan memutuskan cara terbaik untuk
menyajikan materi kepada anggota tim rumah mereka. Setelah siswa telah
menguasai materi, anggota kelompok kembali ke tim rumah mereka untuk
mengajarkan materi kepada anggota lain.
Arti jigsaw dalam behasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan
gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja
sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa yang melakukan suatu kegiatan belajar
dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
11
orang. Keempat kelompok itu adalah kelompok heuristik, kelompok kritik,
kelompok interprestasi, dan kelompok historiogarfi. Kelompok-kelompok ini
disebut home teams (kelompok asal).
12
pada aktivitas dan interaksi antara siswa dengan siswa untuk saling memotivasi
dan membantu dalam memahami suatu materi pelajaran.
13
Untuk model ini siswa ditempatkan dalam tim/ kelompok belajar
beranggotakan empat orang sedemikian sehingga setiap tim terdapat siswa yang
berprestasi tinggi , sedang ( rata – rata ) , dan rendah atau variasi dari enis kelamin
, kelompok ras , dan etnis, atau kelompok sosial lainnya. Pengajar terlebih
dahulu menyaikan materi baru dalam kelas, kemudian anggota tim berlatih dan
mempelajari dab berlatih untuk materi tersebut dalam kelompok mereka yang
biasanya bekerja berpasangan. Mereka melengkapi lembar kerja, biasanya satu
sama lain, membahas masalah dan mengerakan latihan . tugas – tugas mereka itu
harus dikuasai oleh setiap anggota kelompok .tiap anggota kelompok menggunaka
lembar kerja siswa , dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar
melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok . pada akhirnya
guru memberikan kuis yang harus dikerakan siswa secara individu. Teori
psikologi kognitif – konstruktivistik: Teori Piaget Piaget ( slavin,2000)
memandang bahwa setiap anak memiliki rasa ingin tahu bawaan yang
mendorongnya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Baik secara lingkungan
fisik maupun sosialnya . piaget meyakini bahwa pengalaman secara fisik dan
memanipulasian lingkungannya akan mengembangkan kemampuannya . ia juga
mempercayai bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya , khususnya dalam
mengembangkan ide dan berdiskusi akan membantunya memperjelas hasil
pemikirannya dan menjadikan hasil pemikirannya lebih logis. Teori vygotsky
Vygotsky mendasarkan karyanya pada dua ide pertama . pertama ,
perkembangan intelektual dapat dipahami bila ditinjau dari konteks pengalaman
historis dan budaya anak . kedua , perkembangan bergantung pada system –
sistem isyarat ( sign system ) dimana ia tumbuh . system insyarat mengacu kepada
symbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berpikir,
berkomunikasi dan memecahkan masalah . menurut Vygotsky, peserta didik
belaar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih
mampu untuk memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektal .
Secara umum pembelajaran kooperatif tipe stad memiliki tujuan , yaitu
untuk menciptakan ikatan yang kuat antar siswa , membangun kecerdasan sosial
14
dan emosional , sehingga pada akhirnya siswa bias berinteraksi terhadap
lingkungannya dengan segala kemampuan dan potensi diri yang berkembang
dengan baik.
langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini(Slavin ( 1995
) mengemukakan ada 5) , yaitu :
1. Persiapan
Pada tahap ini guru memulainya dengan menyampaikan kepada siswa apa
yang hendak dipelajari dan mengapa hal itu penting. Selanjutnya guru
menyampaikan secara khusus tujuan pembelajaran . guru membangkitkan
motivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi apa yang akan mereka pelajari .
kemudian dilanutkan dengan memberikan apersepsi sebagai pengantar menuju
materi .
2. Penyajian materi
Pada tahap ini, siswa deberi kertas kerja sebagai bahan yang akan dipelajari
dalam bentk open – endend tasks. Dalam kerja kelompok ini siswa saling
berbagi tugas , saling bantu menyelesaikan tugas dengan target setiap anggota
kelompok mampu memahami maateri secara benar. Salah satu kera kera
15
dikumpulkan sebagai hasil kera kelompok. Pada tahap ini guru harus mampu
berperan sebagai fasilitator dan motivator kelompok . selanjutnya langkah –
langkah yang perlu dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut :
16
4. Tahap tes individu
5. Tahap pengahargaan
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kolompok.
Skor kelompok adalah rata-rata dari peningkatan individu dalam kelompok
tersebut. Penghargaan diberikan pada anggota tim yang paling
baik/berprestasi.penghargaan kelompok dilakukan dalam tahapan berikut ini:
a. Menghitung skor individu kelompok.
b. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisihperolehan skor
tes awal dan tes berikutnya,sehingga setiap anggota memiliki kesempatan
yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi
sekelompok.
C. Hasil Belajar
17
petumbuhan anak dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik nontes,
misalnya observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain.
18
pula dalam kegatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah
perilakunya dibanding sebelumnya. Soedijarto mendefinisikan hasil belajar
sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh mahasiswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku
mahasiswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai
penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.
Pencapaian itu didasrkan atas tujuanpengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu
dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
1. Dimensi Sikap
Manusia yang memiliki pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya
diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya. Pencapaian
pribadi tersebut dilakukan melalui proses:menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, dan mengamalkan.
2. Dimensi Pengetahuan Manusia yang memiliki pribadi yang menguasai
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban. Pencapaian pribadi tersebut
dilakukan melalui proses: mengetahui (C1), memahami (C2), menerapkan
(C3), menganalisis (C4) , sintesis (C5) dan mengevaluasi (C6).
19
3. Dimensi Keterampilan
Manusia yang memiliki pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Pencapaian pribadi
tersebut dilakukan melalui proses: mengamati; menanya; mencoba dan
mengolah; menalar; mencipta; menyajikan dan mengomunikasikan. Selain
cara belajar ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi belajar. Marilah
kita tinjau faktor-faktor tersebut.
a. Kemampuan Pembawaan
Kemampuan pembawaan ini akan mempengaruhi belajarnya anak.
Anak yang mempunyai kemampuan pembawaan yang lebih akan lebih
mudahbdan lebih cepat belajar daripada anak yang mempunyai
kemampuan yang kurang. Kekurangan dalam kemampuan pembawaan
ini masih dapat diatasi dengan banyak cara. Misalnya dengan membuat
latihan-latihan yang banyak.
b. Kondisi Fisik Orang Belajar
Menurut penyelidikan yang telah dilakukan oleh salah seorang
mahasiswa FIP UGM Yogyakarta ternyata bahwa kondisi fisik
mempengaruhi prestasi belajar anak. Maka adanya anak yang sering
sakit prestasinya menurun. Anak yang cacat misalnya kurang
pendengaran, kurang penglihatan prestasinya juga kurang apabila
dibandingkan dengan anak yang normal. Maka perlulah diperhatikan
kondisi fisik anak.
c. Kondisi Psikis Anak
Keadaan psikis yang kurang baik banyak sebabnya, mungkin
ditimpulkan oleh keadaan fisik yang tidak baik, sakit, cacat, mungkin
disebabkan oleh gangguan atau keadaan lingkungan, situasi rumah
keadaan keluarga, ekonomi dan lain-lain.
d. Kemauan Belajar
Adanya kemauan dapat mendorong belajar sebaliknya tidak adanya
kemauan dapat memperlemah belajar.Sikap terhadap Guru, mata
pelajaran dan pengertian mereka mengenai kemajuan mereka sendiri
20
Murid yang benci terhadap gurunya tak akan lancar belajarnya.
Sebaliknya apabila murid suka suka pada gurunya tentu akan
membantu belajarnya. Sikap yang baik, ramah mengenali murid, ini
akan menjadi dorongan bagi murid untuk menyukai gurunya. Sikap
murid terhadap mata pelajaran inipun merupakan faktor yang penting
dalam belajar. Mata pelajaran yang disukai akan lebih lancar dipelajari
daripada pelajaran yang kurang disenangi. Mata pelajaran yang dapat
disenangi atau dibenci tergantung dari banyak faktor. Adanya
pengertian, adanya kemajuan atau kemunduran dapat mendorong orang
yang belajar untuk lebih giat belajar.
D. Fisika
Sampai pada tahap ini kiranya cukup jelas bahwa yang dimaksud dengan
pembelajaran fisika adalah proses menjadikan anak atau siswa belajar fisika. Pada
pokoknya guru melaksanakan tugas pembelajaran fisika di dalam kelas, namum
jika berhasil bukan tidak mungkin hal itu menyebabkan siswa aktif belajat fisika
di dalam maupun di luar kelas. Itulah pembelajaran yang dapat dianggap berhasil .
Fisika adalah ilmu eksperimental. Fisikawan mengamati fenomena alam dan
berusaha menemukan pola dan prinsip yang menghubungkan fenomena-fenomena
ini. Pola ini disebut teori fisika atau ketika mereka sudah benar-benar terbukti dan
digunakan luas disebut hukum atau prinsip fisika. perkembangan teori fisika
memerlukan kreativitas dalam setiap tahapnya.
Untuk menciptakan pembelajaran fisika yang baik dan berhasil itu, maka
guru perlu memahami dengan baik terlebih dahulu materi ajar yang harus
disampaikan, peserta didik atau siswa yang akan mengikuti pelajaran, tujuan dan
hasil belajar yang diharapkan, serta cara mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran. Pada bagian ini kita akan membicarakan pembelajaran fisika
21
dengan mempertimbangan masukan utama berupa pemahaman atas hakekat fisika
sebagai bagian dari sains dan pemahaman atas peserta didik dan cara mereka
belajar.
22
Ilmu fisika yang mempelajari tentang cahay disebut optika, yang terbagi
menjadi dua yaitu optika geometris dan optika fisis. Optika geometris
mempelajari tentang pemantulan dan pembiasaan sedang optika fisis
mempelajari tentang polarisasi, interferensi, dan difraksi cahaya.
6. Suhu dan Kalor
Aplikasi kalor dalam bidang teknologi mungkin terdapat di rumah, yaitu
lemari es, suatu mesin yang diantaranya mengubah air menjadi es.
7. Listrik Dinamis
Lisrik dinamis mempelajari tentangmuatan-muatan listrik bergerak, yang
menyebabkan munculnya arus listrik
E. Kerangka Pemikiran
Proses Pembelajaran di SMK Nusantara Tondano khususnya pada mata
pelajaran fisika dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab,
dan penugasan baik secara individu maupun kelompok. Proses pembelajaran
fisika tersebut bersifat membosankan, tidak menarik dan menyebabkan siswa
mengantuk tidak berminat untuk aktif dalam proses pembelajaran. Siswa malas
bertanya, malas mengerjakan tugas, dan malas mendengarkan penjelasan guru.
Penugasan untuk dikerjakan dirumah juga banyak yang tidak diselesaikan secara
mandiri. Selama proses pembelajaran siswa lebih banyak pasif, kondisi tersebut
menunjukkan siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran ada mata pelajaran
ekonomi.
Oleh karena itu diperlukan perubahan proses pembelajaran untuk melihat
bagaimana hasil belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam
proses pembelajaran pada mata pelajaran fisika Materi suhu dan kalor ini
dilaksanakan dengan menerapkan 2 model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
( Student Team Achievement Division ) dan Jigsaw .
F. Hipotesis
23
Menurut Husein ( 20013:76 ) , hipotesis adalah pernyataan sementara yang
perlu dibuktikan benar atau tidak . adapun hipotesis yang telah dirumuskan
berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen, yaitu metode yang bertujuan untuk menguji suatu variabel terhadap
variabel lain atau menguji bagaimana hubungan sebab akibat antara variabel yang
satu dengan variabel yang lainnya. Metode penelitian eksperimen memiliki
perbedaan yang jelas dibanding dengan metode penelitian lainnya, yaitu adanya
pengontrolan terhadap variabel penelitian dan adanya pemberian perlakuan
terhadap kelompok eksperimen.
Dalam penelitian ini desain eksperimen yang digunakan adalah Matching Pretest
post- test Control Group Design. dari namanya saja sudah menunjukkan isi yang
terkandung di dalamnya, yaitu jenis-jenis eksperimen yang dianggap baik karena
sudah memenuhi persyaratan yaitu kelompok lain yang tidak dikenai eksperimen
dan ikut mendapatkan pengamatan (Suharsimi, 2002: 78).
25
O2 : Pemberian Test awal ( pre – test ) Kelas Kontrol
X1 : Pembelajaran Tipe STAD
X2 : Pembelajaran Jigsaw
O1 : Pemberian Test Akhir ( Post – test ) Kelas eksperimen
O2 : Pemberian Test Akhir ( Post – Test ) Kelas Kontrol
B. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan Objek Penelitian. Populasi penelitian ini yaitu
seluruh siswa kelas X SMK Nusantara Tondano dengan jumlah 46 siswa.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti ( Arikunto,2014:174).
Dalam penelitin sampel yang diambil adalah kelas X Mata pelajaran Fisika yang
terbagi atas 2, kelas X MIPA 1 sebanyak 23 siswa dan kelas X MIPA 2 sebanyak
26 siswa dengan jumlah keseluruhan 49 Orang siswa.
a. Tes
Tes yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Teknik ini dilakukan untuk
melengkapi data yang dibutuhkan, yaitu untuk uji coba instrumen penelitian
berupa soal test, nilai Pre-test dan post- test baik dari kelas eksperimen maupun
kelas kontrol.
26
b. Tes akhir ( post – test )
Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua
materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik –
baiknya oleh para peserta didik.
Dengan cara demikian maka akan apat diketahui apakah hasil tes akhir lebih
baik sama, ataukah lebih jelek dari tes awal. Jika hasil tes itu lebih baik
daripada tes awal, maka dapat diartikan bahwa program pengajaran telah
berjalan dan berhasil dengan sebaik – baiknya.
b. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan sekolah
yang akan diteliti mulai dari sejarah berdirinya sekolah struktur organisasi, sarana
dan prasarana, keadaan guru dan karyawan, daftar peserta didik yang menjadi
subjek penelitian, nilai tes terakhir sebelum dan sesudah diberikan tindakan dan
sebagainya.
Sebelum soal tes digunakan mengukur peserta didik pada kelas sampel, soal tes
terlebih dahulu diujicobakan. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
validitas realibilitas, tingkat kesukaran dan daya beda pada butir soal.
a. Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Sebuah tes dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah
“sahih”. Untuk menghitung validitas tentang Model Pembelajaran Kooperatif tipe
27
STAD dan Jigsaw dengan menggunakan pemberian butir soal rumus yang
digunakan adalah korelasi point biserial.
Rumus :
√
xi −xt p
rpbi =
st 1−p
Keterangan :
xi = Mean butir yang menjawab benar
xt = Mean skor total
st = Simpangan baku total
p = Proporsi yang menjawab benar
28
Untuk pengujian terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
dan Jigsaw adalah dengan menggunakan rumus K-R20.
Rumus K – R.20
Keterangan :
= Realibilitas tes secara keseluruhan
= Proporsi Subjek yang menjawab item dengan benar
= Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q = 1 – p )
Pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
N = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes ( standar deviasi adalah akar varians )
Kategori Koefisien Realibilitas adalah sebagai berikut :
0,80 – 1,00 sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 sedang
0,20 – 0,40 rendah
0,00 – 0,20 sangat rendah
Dimasukkan dalam rumus :
Nilai Uji realibilitas sebesar 0,77 termasuk dalam kategori tinggi berarti soal
tersebut memiliki kualitas yang tinggi.
Tingkat kesukaran soal
Menentukan taraf kesukaran ( TK ) digunakan rumus sebagai berikut :
B
P=
JS
Diman :
P = Indeks Kesukaran Soal
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Dengan interpretasi tingkat kesukaran sebagaimana terdalam tabel :
29
Tingkat Kesukaran ( TK ) Interpretasi atau Penafsiran TK
0.00 – 0.30 Sukar
0.30 – 0.70 Sedang
0.70 Mudah
No P Tingkatnya
1 0.66 Sedang
2 0.5 Sedang
3 0.33 Sedang
4 0.16 Sukar
5 0.29 Sukar
6 0.33 sedang
7 0.4 Sedang
8 0.4 Sedang
9 0.29 Sukar
10 0.58 Sedang
11 0.70 Mudah
12 0.66 Sedang
13 0.70 Mudah
14 0.66 Sedang
15 0.83 Mudah
16 0.58 Sedang
17 0.75 Mudah
18 0.63 Sedang
19 0.46 Sedang
20 0.58 Sedang
E. Uji Prasyarat
Pengujian dapat dilakukan dengan data-data yang meliputi uji Normalitas
sebelum melanjutkan ke tahap pengujian sesuai langkah-langkah yang ada.
a. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas ini dilakukan pada perolehan data tes pada masing – masing
kelas. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
memiliki tingkat varian data yang sama atau tidak. Untuk menguji ksamaan dua
varian data dari kelompok maka digunakan persamaan sebagai berikut :
30
Terlebih dahulu dihitung masing – masing varians ( s2 ) nilai tes awal ari kelas
kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan rumus varians ( s2 ) untuk sampel
≤ 30, maka digunakan persamaan:
2 2
n ∑f i xi − (∑ f i x i )
S 12=
n ( n−1 )
Langkah selanjutnya adalah membandingkan varians nilai tes awal dari kedua
kelas, maka digunakan rumus :
2
s1
F= 2
s2
31
batas nyataatas−x
z- score =
s
3. Dengan diketahui batas daerah , maka dapat ditentukan luas darah untuk tiap –
tiap kelas interval yaitu selisih dari kedua batasnya berdasarkan kurva z –
score
4. Frekuensi yang diharapkan ( E 1 ) ditentukan dengan cara mengalikan luas
darah dengan banyaknya data
5. Frekuensi pengamatan ( Oi ) merupakan frekuensi pada tiap kelas interval
tersebut.
Adapun untuk mengukur tingkat kenormalan data, maka digunakan uji chi –
quare.
x2 = ∑ ¿ ¿
Dimana :
x2 = distribusi chi – kuadrat
Oi = hasil pengamatan
E1 = hasil yang diharapkan
Penguji dilakukan pada taraf signifikan 5% atau ( = 0,05 ) dan dk = ( k-3 ) dengan
ketentuan data berdistribusi normal jika x2hitung < x2tabel .
Rumus :
x 1−¿ x 2
¿
√
t= s 1 1
+
n1 n 2
Keterangan :
X = mean dari kedua sampel ( eksperimen dan kontrol )
n = jumlah sampel
32
S = standar deviasi
Sebelum menggunakan persamaan uji t , maka terlebih dahulu
ditentukan variabel yang akan dimasukkan kedalam persamaan dengan
urutan sebagai berikut :
1. Menetukan nilai rata – rata hasil belajar atau nilai tes akhir siswa kelas
eksperimen dan rata – rata belajar siswa kelas kontrol dengan rumus:
∑f i x i
x=
∑f i
Keterangan :
x = rataan
x1 = data ke – i
f1 = frekuensi data x1
∑fi = ukuran data
2. Menetukan standar deviasi ( s ) variabel X ( kelas perlakuan ) dan standar
deviasi ( s ) variabel Y ( kelas kontrol ) , dengan persamaan:
n ∑f i xi2−(∑ f i x i)2
S12 =
n(n−1)
2 2
n ∑f i xi −(∑ f i x i)
2
S2=
n(n−1)
S2 = ¿ ¿ ¿
Dengan :
n = banyak data
x = rataan
33
x1 = data ke –i
fi = frekuensi data x1
Analisis data untuk uji – t , hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Ha : µ1 > µ2 : ada pengaruh hasil belajar siswa yang diajarkan dengan diterapkan
model pembelajaran STAD dan Jigsaw pada materi ekonomi.
Teknik Analisis
Data Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling menentukan
dari suatu penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil
penelitian.
Uji hipotesis yang sesuai digunakan adalah uji t. Uji t adalah salah satu uji
statistic yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang
signit
34
F. Teknik Analisi data
b. Eksperimen ( X1 – Y )
Pengujian ini untuk membandingkan hasil pretest dan post test pada kelas
kontrol dengan penerpan model pembelajaran STAD ( Student Team
Achievement Devision )
Rumus yang dignkan adalah Paired sampel t test :
x1 – x2
√ ( )( √ )
2 2
t = s 1 s2 s s2
+ −2 r 1
n1 n 2 √ n1 n2
dimana :
x 1=rata−rata sampel sebelum perlakuan
x 1=rata−rata sampel sesudah perlakuan
s1=simpangan baku sebelum perlakuan
s2=simpangan baku sesudah perlakuan
n1= jumlah sampel sebelum perlakuan
n2 = jumlah sampel sesudah perlak uan
Hipotesis :
Ho : Jika thitung < ttabel : tidak ada perbedaan hasil belajar siswa melalui hasil test
dengan menggunakan model pembelajaran STAD
Ha : jika thitung > ttabel : terdapat perbedaan hasil belajar siswa melalui hasil test
dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD
c. Kontrol ( X2 – Y )
Pengujian ini untuk membandingkan hasil pretest dan post test pada kelas
kontrol dengan penerpan model pembelajaran Jigsaw Rumus yang dignkan
adalah Paired sampel t test :
35
x1 – x2
√ ( )( √ )
2 2
t = s 1 s2 s s2
+ −2 r 1
n1 n 2 √ n1 n2
dimana :
x 1=rata−rata sampel sebelum perlakuan
x 1=rata−rata sampel sesudah perlakuan
s1=simp angan baku sebelum perlakuan
s2=simpangan baku sesudah perlakuan
n1= jumlah sampel sebelum perlakuan
n2 = jumlah sampel sesudah perlakuan
Hipotesis :
Ho : Jika thitung < ttabel : tidak ada perbedaan hasil belajar siswa melalui hasil test
dengan menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw
Ha : jika thitung > ttabel : terdapat perbedaan hasil belajar siswa melalui hasil test
dengan menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw
d. rumus independent sampel t – test ( uji t )
x 1−x 1
t=
√¿ ¿ ¿ ¿
x 1 = adalah rata – rata skor / nilai kelompok eksperimen
x = adalah rata – rata skor / nilai kelompok kontrol
n1 = adalah jumlah responden kelompok eksperimen
n2 = adalah jumlah responden kelompok kontrol
S1 = adalah variance skor kelompok eksperimen
S2 = adalah variance skor kelompok control
36
F. Analisis respon siswa
Data tentang respon siswa diperoleh melalui angket , respon siswa digunakan
untuk mengukur pendapat siswa terhadap ketertarikan , perasaan senang dan
keinginan, serta kemudahan memahami pelajaran dan juga cara guru mengajar
serta model pembelajaran yang digunakan. Persentase respon siswa dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
f
P= X 100 %
N
Keterangan :
P = Persentase respon siswa
f = proporsi siswa yang memilih
n = Jumlah siswa ( responden )
Adapun kriteria persentase respon siswa adalah sebagai berikut :
No Angka Keterangan
1 0 – 10% Tidak tertarik
2 11 – 40% Sedikit tertarik
3 41 – 60% Cukup tertarik
4 61 – 90% Tertarik
5 91 – 100% Sangat tertarik
37
DAFTAR PUSTAKA
38