Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan bangsa.


Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk sumber daya
manusia agar menjadi individu yang berkualitas. Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa fungsi dan tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Saat ini pemerintah telah menetapkan
kurikulum 2013 sebagai kurikulum yang paling terbaru berdasarkan refleksi dari
kurikulum sebelumnya. Peran kurikulum ini sangat berpengaruh terhadap proses
dari pendidikan itu sendiri. Kurikulum 2013, yang tidak hanya mengutamakan
aspek kemampuan siswa, namun juga aspek sikap dan keterampilan (Sanyoto et
al., 2016). Seperti yang tersirat dalam peraturan Menteri Pendididikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2016, No 21 pasal 1 ayat 2 menyatakan,
kompetensi inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan. Model pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013, yaitu:
pembelajaran langsung dan tidak langsung. Pembelajaran langsung yang
mengembangkan pengetahuan, motivasi belajar, dan hasil belajar siswa dengan
menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung yang disebut
dengan dampak pembelajaran. Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran
yang terjadi selama proses pembelajaran langsung yang dikondisikan
menghasilkan dampak pengiring. Siswa berusaha mandiri untuk mencari
pemecahan masalah sehingga menghasilkan pengetahuan yang bermakna. Siswa
diharapkan memiliki motivasi yang tinggi melalui kegiatan mencari dan
menemukan solusi terhadap masalah yang ada sesuai dengan metode ilmiah.

1
Belajar penemuan merupakan cara belajar yang dapat menghasilkan motivasi yang
baik.

Kurikulum 2013 dalam ruang lingkup fisika memiliki tujuan, yaitu untuk
meningkatkan motivasi siswa dengan menguasai konsep dan prinsip alam serta
memiliki hasil belajar yang baik. Tujuan pembelajaran fisika dalam kurikulum
2013 adalah agar siswa menguasai konsep dan prinsip serta memiliki keterampilan
mengembangkan motivasi dan sikap percaya diri untuk melanjutkan pendidikan.

berbagai metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan


kelas untuk mencapai tujuan daripendidikan tersebut.

Berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan


bahwa rendahnya hasil belajar siswa diakibatkan oleh rendahnya motivasi belajar

yang dimiliki siswa.

Beranjak dari masalah-masalah yang telah diuraikan saat ini siswa


mengalamikesulitan dalam belajar akibat penggunaan strategi belajar yang kurang
tepat (Ulstad et al,2016). Hal tersebut juga senada dengan hasil observasi yang
dilakukan pada saat siswa masih kelas X oleh peneliti terhadap proses
pembelajaran fisika pada mata pelajaran fisika tergolong rendah. Rendahnya hasil
belajar siswa kelas X SMK Nusantara Tondano semester ganjil tahun ajaran
2019/2020. Berdasarkan observasi ketika melaksanakan PPL (Program
Pengalaman Lapangan) dan observasi serta wawancara pada tanggal 31 september
dan 2019 dengan siswa dan guru mata pelajaran Fisika disaat siswa masih kelas X
pada mata pelajaran fisika tergolong rendah. Rendahnya hasil belajar siswa kelas
X SMK Nusantara Tondano ditemukan bahwa nilai ulangan akhir semester genap
siswa kelas IPA pada mata pelajaran fisika tergolong rendah. Rendahnya hasil
belajar siswa kelas X SMK Nusantara Tondano tercermin dari nilai ulangan akhir
semester mata pelajaran fisika yang disajikan pada Tabel 1.

Aspek UAS
Nilai tinggi 51
Nilai rendah 10

2
Rata - rata 46,56
Frekuensi KKM 0
Frekuensi KKM 33
Aspek UAS
Ketuntasan kilasikal 0%
%
(Sumber: Data nilai siswa kelas X SMK Nusantara Tondano (2019/2020)

Tabel di atas menunjukkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti


terhadap proses pembelajaran fisika saat kelas X SMK Nusantara
Tondano(2019/2020) ditemukan bahwa nilai ulangan akhir semester genap pada
mata pelajaran fisika masih tergolong rendah, sehingga hasil observasi saat kelas
X masih terbilang rendah dengan hasil belajar pada semester ganjil tahun ajaran
2019/2020.

Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut, maka perlu adanya


perbaikan proses pembelajaran. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah strategi pembelajaran yang dapat merangsang atau memotivasi siswa
seperti membentuk kelompok ahli dengan kelompok asalnya untuk memperoleh
hasil belajar yang baik. Berdasarkan uraian tersebut, maka salah satu alternatif
yang ditawarkan untuk bisa meningkatkan hasil belajar siswa adalah menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Model Pembelajaran kooperatif
Tipe STAD ( Student Team Achievement Division ). Pembelajaran kooperatif
Jigsaw merupakan pembelajaran dimana siswa bertanggung jawab untuk belajar
materi dan mengajarkannya kepada siswa lainnya. Pembelajaran kooperatif Jigsaw
mampu meningkatkan berbagai pengalaman belajar dan mengajar serta dapat
meningkatkan keterampilan sosial siswa (Perkins & Tagle dalam Karacop, 2017).
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki beberapa keunggulan sebagai
berikut : (1) Mengembangkan hubungan antar pribadi positif siswa yang dimiliki
kemampuan belajar berbeda serta menerapkan bimbingan antar sesama teman. (2)
Meningkatkan motivasi belajar siswa, memperbaiki kehadiran dan keatifan siswa
serta menambah pemahaman materi sehingga siswa dapat memahami lebih
mendalam materi pelajaran yang telah diajarkan oleh gurunya. (3) Rasa

3
menghargai yang lebih tinggi, menerima perbedaan antar individu dan sikap apatis
siswa berkurang (Maryani & Suparno, 2018).

Keefektifan yang dimiliki model pembelajaran kooperatif Jigsaw ini dapat


meningkatkan keaktifitasan siswa dalam berpikir dan memahami materi pelajaran
dengan melakukan pembelajaran terhadap permasalahan yang nyata sehingga
siswa lebih termotivasi. Sedangkan Student Team Achievement Devision (STAD)
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana . siswa
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan
campuran menurut tingkat kinerjanya , jenis kelamin dan suku . guru
menyajikan pembelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan
bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut . akhirnya seluruh
siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan . saat kuis mereka tidak boleh
saling membantu.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak
proses belajar (Dimyati & Mudjiono, 2009). Hasil belajar dapat dibedakan
menjadi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif
adalah kemampuan intelektual siswa seperti yang ditampakkan dalam
menyelesaikan soal-soal fisika, atau memecahkan suatu masalah yang
membutuhkan pemikiran (Bloom, 2008). Kata kognitif dapat diganti dengan kata
intelektual atau serebral. Menurut Anderson dan Krathwohl (2010) taksonomi
pendidikan dibagi menjadi dua struktur dimensi yaitu, dimensi pengetahuan dan
dimensi proses kognitif.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan pembelajaran yang sering


digunakaan pada pembelajaran sains, pengajaran bahasa, ilmu sosial, dan
sebagainya dimana pembelajaran ini digunakan pada suatu kelas yang berbeda
tergantung pada bidang penggunaannya (Karacop, 2017). Kegiatan pembelajaran
kooperatif Jigsaw, yaitu: (a) siswa membaca untuk menggali informasi dan

4
memperoleh topik-topik permasalahan, (b) kelompok asal melakukan diskusi
kelompok dan siswa yang telah mendapatkan topic permasalahan yang sama
bertemu kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan, (c) siswa
membuat laporan kelompok dengan cara kelompok ahli kembali ke kelompok asal
dan menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli, (d) kuis dilakukan
mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi, (e) penghitung skor
kelompok dan menentukan penghargaan kelompok (Rusman, 2012).

Berdasarkan uraian tersebut maka dipandang perlu dilaksanakannya


penelitian lebih lanjut untuk memperoleh data yang menunjukkan pengaruh model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru terhadap motivasi dan hasil belajar siswa
(Syahputra, 2014). Oleh karena itu, diajukan sebuah penelitian yang berjudul:
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams-Achievement
Division (STAD) dan Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada
Pembelajaran Fisika Kelas X SMK Nusantara Tondano (2020/2021)”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Siswa kurang memahami materi yang diajarkan
2. Hasil belajar siswa yang rendah
3. Masih kurangnya pengetahuan siswa dalam mata pelajaran fisika
4. Guru jarang menerapkan pembelajarean berkelompok
5. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika melum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika dengan
penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-
Achievement Division (STAD) pada siswa kelas X SMK Nusantara
Tondano (2020/2021)

5
2. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika dengan
penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa
Kelas X SMK Nusantara Tondano (2020/2021)
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
fisika dengan penerapan model pembelaarn Kooperatif Tipe Student
Teams-Achievement Division (STAD) dengan Jigsaw
D. Batasan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini dapat dipahami dan dikaji dengan baik
sesuai dengan arah dan tujuan, maka diperlukan suatu batasan masalah
yang akan dikaji secara mendalam. Skripsi ini terfokus pada pembahasan
tentang :
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas X MIPA 1 dan MIPA 2 SMK
Nusantara Tondano (2020/2021)
2. Objek penelitian
Objek penelitian adalah hasil belajar, peneliti lebih fokus pada aspek
kognitif dan aspek afektif siswa kelas X SMK Nusantara Tondano
(2020/2021) dengan Penerapan Pembelajaran Koperatif Tipe Student
Teams-Achievement Division (STAD) dan Jigsaw.
E. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran
fisika dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw.
2. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran
fisika dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams-Achievement Division (STAD)
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa pada mata
pelaaran fisika dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) dan Tipe Jigsaw
F. Manfaat penelitian

6
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pendidikan, serta memkemberikan manfaat Bagi
penelitian selanjutnya mengenai penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division (STAD) dan
Tipe Jigsaw.
2. Manfaat praktis
a. bagi peneliti
Sebagai tugas akhir dan memberi wawasan dari pengalaman praktis
di bidang penelitian. Hasil penelitian dapat dijadikan bekal untuk
menjadi tenaga pendidik yang profesional, pengetahuan dan
pengalaman dalam penyusun karya tulis ilmiah serta dapat
dipergunakan sebagai persyaratan menjadi sarjana.
b. Bagi guru/sekolah
Memberikan referensi bagi guru untuk mengembangkan proses
belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan kooperatif dan
memberikan sumbangan dalam perbaikan proses pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas sekolah.
c. Bagi siswa
Memperdalam materi, karena masing-masing anggota kelompok
bertanggung jawab menjelaskan bahan pelajaran pada anggota
kelompok lainnya.
Menumbuhkan minat belajar pada diri siswa dengan metode
pembelajaran yang baru.
Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa, karena setiap siswa
bertanggung jawab menjelaskan bahan pelajaran pada anggota
kelompok lainnya.

3.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang secara sistematis


dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu. Model pembelajaran
tersusun atas beberapa komponen, yaitu fokus, sintaks, sistem sosial dan sistem
pendukung. Model pembelajaran pada umumnya memiliki ciri-ciri memiliki
prosedur yang sistematis, hasil belajar yang diterapkan secara khusus, penetapan
lingkungan secara khusus, memiliki ukuran keberhasilan tertentu, dan suatu model
mengajar menetapkan cara yang memungkinkan peserta didik melakukan interaksi
dan bereaksi dengan lingkungan.

Model Pembelajaran kooperatif terdiri dari kerangka kerja konseptual


guru belajar dan menggunakan template untuk merestrukturisasikan pelajaran dan
kegiatan saat ini yang menjadi kooperatif. Guru dilatih untuk membuat pelajaran
kooperatif agar sesuai dengan keadaan khusus siswa. Model pembelajaran
kooperatif membuat siswa yang melakukan pembelajaran akan menjadi lebih
menarik dan juga membuat antara siswa yang satu dengan yang lainnya tampak
lebih akrab.2 Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham konstruktivis.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa


sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya setiap siswa harus bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajaran dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua


jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih

8
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan
serta menyediakanbahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk emmbantu
peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan
bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam


kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal asalan.Pelaksanaan
pembelajaran kooperatif dengan benar akanmemungkinkangurumengelolakelas
lebihefektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan
pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) “memudahkan siswa
belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti, fakta, keterampilan, konsep, dan
bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan
diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar


kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan:

1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)


2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
4. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)
5. Group processing (pemrosesan kelompok)

Model pembelajaran kooperatif ada berbagai macam tipe yaitu Student


Teams Achievement Division (STAD), Team Game Tournament (TGT), Jigsaw,
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation,
Learning Together,and Cooperative Scripting.

a. Student Teams-Achievement Division (STAD) Student Teams-


Achievement Division (STAD) adalah salah satu pembelajaran kooperatif
yang terdiri siswa yang bekerja ke dalam kelompoknya untuk membuat

9
dan memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai
pelajaran.
b. Team Game Tournament (TGT) Team Game Tournament (TGT)
merupakan salah satu pembelajaran kooperatif dimana siswa bermain
game dengan anggota tim lain untuk menambah poin skor tim mereka.
c. Jigsaw Jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif dimana
terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang kemudian membentuk
kelompok ahli dan peran kelompok ahli ini untuk kembali ke kelompok
asalnya menjelaskan materi yang telah dibahas pada kelompok ahli
tersebut.
d. Cooperative Integrated Readingand Composition (CIRC) Cooperative
Integrated Readin Composalah satu pembelajaran kooperatif dimana siswa
terlibat dalam kegiatan membaca dan menulis dengan satu sama lain.
Selain itu mereka juga harus menguasai isi dari bacaan yang akan mereka
baca tersebut.
e. Group Investigation Group Investigation merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil dalam operasi penyelidikan, diskusi kelompok, dan perencanaan
kopersi dan proyek.
f. Learning Together Learning Together merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif dimana siswa terlibat dalam kegiatan diskusi kelompok yang
teratur tentang seberapa baik mereka bekerja sama.
g. Cooperative Scripting Cooperative Scripting merupakan salah satu
pembelajaran kooperatif dimana siswa merasa bermanfaat untuk bersama-
sama dengan teman sekelas untuk membahas materi yang telah mereka
baca atau dengar di kelas.
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Student Teams-
Achievement Division (STAD)
a. Jigsaw

10
Strategi Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson pada tahun 1978. Dalam
metode Jigsaw, siswa ditugaskan sebagai tim multi-anggota untuk bekerja pada
materi akademik yang telah dibagi menjadi beberapa bagian. Setiap anggota
kelompok diberi bagian dari studi yang menjadikan dia seorang ahli pada materi
tersebut. Para ahli kemudian ditugaskan untuk membentuk kelompok ahli di mana
anggota kelompok mendiskusikan informasi dan memutuskan cara terbaik untuk
menyajikan materi kepada anggota tim rumah mereka. Setelah siswa telah
menguasai materi, anggota kelompok kembali ke tim rumah mereka untuk
mengajarkan materi kepada anggota lain.

Arti jigsaw dalam behasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang
menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan
gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja
sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa yang melakukan suatu kegiatan belajar
dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Strategi Jigsaw sangat menekankan pada kerjasama dan tanggung jawab


bersama dalam kelompok. Keberhasilan setiap kelompok tergantung pada
partisipasi setiap individu dalam menyelesaikan tugas mereka. Ini berarti strategi
Jigsaw efektif meningkatkan keterlibatan setiap siswa dalam kegiatan ini.

Pembelajaran dengan metode Jigsaw diawali dengan pengenalan topik


yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang akan dipelajari
pada papan tulis, white board, penayangan power point dan sebagainya. Pada
Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik
tersebut. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur
kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.
Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil. Jumlah
kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang
disajikan misalnya metode penelitian sejarah, karena topik ini terdiri dari konsep
heuristik, kritik, inetrprestasi, dan historiografi, maka kelompok terbagi menjadi 4.
Jika dalam satu kelas ada 40 orang, maka setiap kelompok beranggotakan 10

11
orang. Keempat kelompok itu adalah kelompok heuristik, kelompok kritik,
kelompok interprestasi, dan kelompok historiogarfi. Kelompok-kelompok ini
disebut home teams (kelompok asal).

Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan matari tekstual kepada


tiap-tiap kelompok. Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab
mempelajari materi tekstual yang diterimanya dari guru. Kelompok heuristik akan
menerima tekstual dari guru tentang heuristik. Tiap orang dalam kelompok
heuristik memiliki tanggung jawab mengkaji secara mendalam konsep tersebut.
Demikian pula kelompok kritik, tiap-tiap orang dalam kelompok ini mendalami
konsep kritik, demikian seterusnya. Sesi berikutnya, membentuk expert teams
(kelompok ahli). Jumlah kelompok ahli tetap 4. Setiap kelompok ahli mempunyai
10 anggota yang berasal dari masing-masing kelompok asal. Karena jumlah
anggota setiap kelompok asal adalah 10 orang, maka aturlah sedemikian rupa
terpenting adalah di setiap kelompok ahli ada anggota dari kelompok asal yang
berbeda-beda tersebut. Dalam satu kelompok ahli ada anggota dari kelompok
heuristik, kritik, interprestasi, dan historiografi.

Setelah terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka


berdiskusi. Melalui diskusi di kelompok ahli diharapkan mereka memahami topik
metode penelitian sejarah sebagai pengetahuan yang utuh yaitu merupakan
pengetahuan struktur yang mengintegrasikan hubungan antar-konsep heuristik,
kristik, interpretasi, dan historiografi. Setelah diskusi di kelompok ini selesai,
selanjutnya kembali ke kelompok asal. Artinya, anggota-anggota yang berasal dari
kelompok heuristik, dan seterusnya. Setelah mereka kembali ke kelompok asal
berikan kesempatan kepada mereka berdiskusi. Kegiatan ini merupakan refleksi
terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari hasil berdiskusi di
kelompok ahli.

b. STAD (Student Team Achievement Division)

dikembangkan oleh Robert Slavin dkk. Di Universitas John Hopkin dan


merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana yang menekankan

12
pada aktivitas dan interaksi antara siswa dengan siswa untuk saling memotivasi
dan membantu dalam memahami suatu materi pelajaran.

Menurut Slavin (Rusman, 2012:213), model STAD (Student Team


Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling
banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam
Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Teknik, dan banyak subjek lainnya, dan
pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Menurut slavin ( Zainuddin , 2002:9 ) bahwa : model pembelajaran
kooperatif tipe STAD ( Student Team Achievement Division ) merupakan model
yang bersifat umum , sehingga dapat digunakan untuk bidang studi dan semua
tingkatan , serta merupakan model yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan
“.
Menurut Dian (2011), “Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah
satu model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dengan bantuan
lembaran kerja sebagai pedoman secara berkelompok, berdiskusi guna memahami
konsep-konsep, menemukan hasil yang benar”. Semua anggota diberi
tanggungjawab, semua siswa secara individu diberi tes yang akan berpengaruh
terhadap evaluasi seluruh kelompok, yaitu terdiri atas 4-5 orang. Setiap tim atau
kelompok hendaknya memiliki 12 anggota yang heterogen baik jenis kelamin
(laki-laki dan perempuan), ras, etnik, maupun berbagai kemampuan (tinggi,
sedang, rendah) Tiap anggota tim menggunakan lembaran kerja akademik
(lembar kerja siswa) dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar
melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim secara individu atau
tim, tiap satu atau dua minggu diadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan
mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. Tiap siswa dan tiap tim
diberi skor atas penguasaanya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara
individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna
diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh
penghargaan, jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.

13
Untuk model ini siswa ditempatkan dalam tim/ kelompok belajar
beranggotakan empat orang sedemikian sehingga setiap tim terdapat siswa yang
berprestasi tinggi , sedang ( rata – rata ) , dan rendah atau variasi dari enis kelamin
, kelompok ras , dan etnis, atau kelompok sosial lainnya. Pengajar terlebih
dahulu menyaikan materi baru dalam kelas, kemudian anggota tim berlatih dan
mempelajari dab berlatih untuk materi tersebut dalam kelompok mereka yang
biasanya bekerja berpasangan. Mereka melengkapi lembar kerja, biasanya satu
sama lain, membahas masalah dan mengerakan latihan . tugas – tugas mereka itu
harus dikuasai oleh setiap anggota kelompok .tiap anggota kelompok menggunaka
lembar kerja siswa , dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar
melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok . pada akhirnya
guru memberikan kuis yang harus dikerakan siswa secara individu. Teori
psikologi kognitif – konstruktivistik: Teori Piaget Piaget ( slavin,2000)
memandang bahwa setiap anak memiliki rasa ingin tahu bawaan yang
mendorongnya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Baik secara lingkungan
fisik maupun sosialnya . piaget meyakini bahwa pengalaman secara fisik dan
memanipulasian lingkungannya akan mengembangkan kemampuannya . ia juga
mempercayai bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya , khususnya dalam
mengembangkan ide dan berdiskusi akan membantunya memperjelas hasil
pemikirannya dan menjadikan hasil pemikirannya lebih logis. Teori vygotsky
Vygotsky mendasarkan karyanya pada dua ide pertama . pertama ,
perkembangan intelektual dapat dipahami bila ditinjau dari konteks pengalaman
historis dan budaya anak . kedua , perkembangan bergantung pada system –
sistem isyarat ( sign system ) dimana ia tumbuh . system insyarat mengacu kepada
symbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berpikir,
berkomunikasi dan memecahkan masalah . menurut Vygotsky, peserta didik
belaar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih
mampu untuk memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektal .
Secara umum pembelajaran kooperatif tipe stad memiliki tujuan , yaitu
untuk menciptakan ikatan yang kuat antar siswa , membangun kecerdasan sosial

14
dan emosional , sehingga pada akhirnya siswa bias berinteraksi terhadap
lingkungannya dengan segala kemampuan dan potensi diri yang berkembang
dengan baik.
langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini(Slavin ( 1995
) mengemukakan ada 5) , yaitu :
1. Persiapan
Pada tahap ini guru memulainya dengan menyampaikan kepada siswa apa
yang hendak dipelajari dan mengapa hal itu penting. Selanjutnya guru
menyampaikan secara khusus tujuan pembelajaran . guru membangkitkan
motivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi apa yang akan mereka pelajari .
kemudian dilanutkan dengan memberikan apersepsi sebagai pengantar menuju
materi .
2. Penyajian materi

Dalam mengembangkan materi pembelajaran perlu ditekankan beberapa hal


sebagai berikut :

a. Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan


dipelajari siswa dalam kelompok
b. Menekankan bahwa belajar adalah memahami makna dan bukan
sekadar hafalan
c. Memberikan umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol
pemahaman siswa .
d. Memberi penjelasan atau alas an mengapa jawaban itu benar atau salah
e. Beralih pada materi berikutnya jika siswa telah memahami masalah
yang ada.
3. Tahap kerja kelompok

Pada tahap ini, siswa deberi kertas kerja sebagai bahan yang akan dipelajari
dalam bentk open – endend tasks. Dalam kerja kelompok ini siswa saling
berbagi tugas , saling bantu menyelesaikan tugas dengan target setiap anggota
kelompok mampu memahami maateri secara benar. Salah satu kera kera

15
dikumpulkan sebagai hasil kera kelompok. Pada tahap ini guru harus mampu
berperan sebagai fasilitator dan motivator kelompok . selanjutnya langkah –
langkah yang perlu dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut :

a. Mintalah anggota kelompok untk memindahkan meja/ bangku agar mereka


berkumpul menjadi satu kelompok.
b. Berilah waktu yang kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok
c. Bagikan lembar kegiatan siswa
d. Serahkan pada siswa untuk bekera sama dalam pasangan, bertiga atau satu
kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari . jika
mereka mengerjakan soal , masing-masing siswa harus mengerjakan soal
sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak
dapat mengerjakan suatu pertanyaan,teman satu kelompok bertanggung
jawab menjelaskan suatu pertanyaan,jika siswa mengerjakan dengan
jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara
teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha
menjawab pertanyaan itu.
e. Tekankan paa siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka
yakin teman – teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada
kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk
belajar taidak hanya untuk diisi dan diserahkan . jadi penting bagi siswa
mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-
teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar .ingatkan siswa jika
mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman
sekelompoknya sebelum bertanya guru
f. Sementara siswa bekera dalam kelompok, guru berkeliling dalam
kelas.guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekera
dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya ntuk
mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekera dan sebagainya.

16
4. Tahap tes individu

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai,diadakan tes


secara individual atau quiz mengenai materi yang telah dipelajari dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan open-ended tasks dimana tes individu
dilakukan pada akhir setiap pertemuan . tujuannya agar siswa dapat
menunjukkan pemahaman dan apa yang telah dipelaari sebelumnya . skor
yang diperoleh siswa per individu ini didata dan dipersiapkan sebagai bahan
untuk perhitungan skor kelompok.

5. Tahap pengahargaan
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kolompok.
Skor kelompok adalah rata-rata dari peningkatan individu dalam kelompok
tersebut. Penghargaan diberikan pada anggota tim yang paling
baik/berprestasi.penghargaan kelompok dilakukan dalam tahapan berikut ini:
a. Menghitung skor individu kelompok.
b. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisihperolehan skor
tes awal dan tes berikutnya,sehingga setiap anggota memiliki kesempatan
yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi
sekelompok.
C. Hasil Belajar

Belajar merupakan proses dalam diri individu berinteraksi dengan


lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah
aktivitasmental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan
sikap.

Hasil belajar dapat berupa pengetahuan teoritis, keterampilan dan sikap.


Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan teknik tes. Keterampilan
dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan sikap dan

17
petumbuhan anak dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik nontes,
misalnya observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain.

Dalam pandangan behavioristik, belajar merupakan sebuah perilaku


membuat hubungan antara stimulus, kemudian memperkuatnya. Pengertian dan
pemahaman tidaklah penting dapat diperkuat dengan menghubungkannya secara
berulang-ulang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dan menghasilkan
perubahan yangdiinginkan. Belajar adalah perubahan perilaku yang di dapat
diamati melalui kaitan antara stimulus dan respons menurut prinsip yang
mekanistik. Dasar belajar adalah asosiasi antara kesan dengan dorongan untuk
berbuat. Pengulangan dapat menimbulkan tingkah laku dengan mengubah respons
bersyarat menjadi respons tanpa syarat. Proses belajar dapat melibatkan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada belajar kognitif, prosesnya
mengakibatnya perubahan dalam aspek kemampuan. Proses belajar merupakan
proses yang unik dan kompleks. Keunikan itu disebabkan karena hasil belajar
hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu
menampilkan perilaku belajar yang berbeda.

Perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar


afektif perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar
afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afective),
sedang belajar psikomotorik memberikan hasil belajarberupa keterampilan
(psychomotoric). Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk
pada suatu perolehanakibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan


mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang
sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan,
hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil
dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu

18
pula dalam kegatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah
perilakunya dibanding sebelumnya. Soedijarto mendefinisikan hasil belajar
sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh mahasiswa dalam mengikuti proses
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku
mahasiswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai
penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar.
Pencapaian itu didasrkan atas tujuanpengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu
dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Pemilihan pengetahuan sebagai tujuan pendidikan biasanya


mengasumsikan beberapa stabilitas di dunia, dalam budaya,atau di bidang subjek.
Jika pengetahuan yang dipelajari pada satu waktu tidak dianggap berguna atau
akurat maka di lain waktu, akan ada gunanya siswa belajar itu. Sangat mungkin
bahwa stabilitas pengetahuan yang bervariasi dengan bidang atau masalah sudah
dipertimbangkan. Beberapa bidang atau topik yang mengalami transisi cepat pada
satu waktu tidak diterima atau diubah tak lama kemudian. Dalam kondisi seperti
pengetahuan tidak dapat dibenarkan untuk kepentingan diri sendiri tetapi
dibenarkan dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan lainnya. Kompetensi
Lulusan terdiri atas :

1. Dimensi Sikap
Manusia yang memiliki pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya
diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya. Pencapaian
pribadi tersebut dilakukan melalui proses:menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, dan mengamalkan.
2. Dimensi Pengetahuan Manusia yang memiliki pribadi yang menguasai
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban. Pencapaian pribadi tersebut
dilakukan melalui proses: mengetahui (C1), memahami (C2), menerapkan
(C3), menganalisis (C4) , sintesis (C5) dan mengevaluasi (C6).

19
3. Dimensi Keterampilan
Manusia yang memiliki pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Pencapaian pribadi
tersebut dilakukan melalui proses: mengamati; menanya; mencoba dan
mengolah; menalar; mencipta; menyajikan dan mengomunikasikan. Selain
cara belajar ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi belajar. Marilah
kita tinjau faktor-faktor tersebut.
a. Kemampuan Pembawaan
Kemampuan pembawaan ini akan mempengaruhi belajarnya anak.
Anak yang mempunyai kemampuan pembawaan yang lebih akan lebih
mudahbdan lebih cepat belajar daripada anak yang mempunyai
kemampuan yang kurang. Kekurangan dalam kemampuan pembawaan
ini masih dapat diatasi dengan banyak cara. Misalnya dengan membuat
latihan-latihan yang banyak.
b. Kondisi Fisik Orang Belajar
Menurut penyelidikan yang telah dilakukan oleh salah seorang
mahasiswa FIP UGM Yogyakarta ternyata bahwa kondisi fisik
mempengaruhi prestasi belajar anak. Maka adanya anak yang sering
sakit prestasinya menurun. Anak yang cacat misalnya kurang
pendengaran, kurang penglihatan prestasinya juga kurang apabila
dibandingkan dengan anak yang normal. Maka perlulah diperhatikan
kondisi fisik anak.
c. Kondisi Psikis Anak
Keadaan psikis yang kurang baik banyak sebabnya, mungkin
ditimpulkan oleh keadaan fisik yang tidak baik, sakit, cacat, mungkin
disebabkan oleh gangguan atau keadaan lingkungan, situasi rumah
keadaan keluarga, ekonomi dan lain-lain.
d. Kemauan Belajar
Adanya kemauan dapat mendorong belajar sebaliknya tidak adanya
kemauan dapat memperlemah belajar.Sikap terhadap Guru, mata
pelajaran dan pengertian mereka mengenai kemajuan mereka sendiri

20
Murid yang benci terhadap gurunya tak akan lancar belajarnya.
Sebaliknya apabila murid suka suka pada gurunya tentu akan
membantu belajarnya. Sikap yang baik, ramah mengenali murid, ini
akan menjadi dorongan bagi murid untuk menyukai gurunya. Sikap
murid terhadap mata pelajaran inipun merupakan faktor yang penting
dalam belajar. Mata pelajaran yang disukai akan lebih lancar dipelajari
daripada pelajaran yang kurang disenangi. Mata pelajaran yang dapat
disenangi atau dibenci tergantung dari banyak faktor. Adanya
pengertian, adanya kemajuan atau kemunduran dapat mendorong orang
yang belajar untuk lebih giat belajar.
D. Fisika

Sampai pada tahap ini kiranya cukup jelas bahwa yang dimaksud dengan
pembelajaran fisika adalah proses menjadikan anak atau siswa belajar fisika. Pada
pokoknya guru melaksanakan tugas pembelajaran fisika di dalam kelas, namum
jika berhasil bukan tidak mungkin hal itu menyebabkan siswa aktif belajat fisika
di dalam maupun di luar kelas. Itulah pembelajaran yang dapat dianggap berhasil .
Fisika adalah ilmu eksperimental. Fisikawan mengamati fenomena alam dan
berusaha menemukan pola dan prinsip yang menghubungkan fenomena-fenomena
ini. Pola ini disebut teori fisika atau ketika mereka sudah benar-benar terbukti dan
digunakan luas disebut hukum atau prinsip fisika. perkembangan teori fisika
memerlukan kreativitas dalam setiap tahapnya.

Dalam perkembangannya di seluruh dunia, ilmu fisika menuangkan begitu


banyak definisi dan konsep. Dengan berbagai cara, saintis mendefinisikan dan
mengkonsepkan ilmu tersebut dengan sistem yang digunakan di wilayahnya.

Untuk menciptakan pembelajaran fisika yang baik dan berhasil itu, maka
guru perlu memahami dengan baik terlebih dahulu materi ajar yang harus
disampaikan, peserta didik atau siswa yang akan mengikuti pelajaran, tujuan dan
hasil belajar yang diharapkan, serta cara mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran. Pada bagian ini kita akan membicarakan pembelajaran fisika

21
dengan mempertimbangan masukan utama berupa pemahaman atas hakekat fisika
sebagai bagian dari sains dan pemahaman atas peserta didik dan cara mereka
belajar.

Perubahan global yang berlangsung cukup cepat menempatkan fisika


sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang merupakan tulang punggung teknologi,
terutama teknologi manufaktur dan teknologi modern.

Materi-materi yang dibahas pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)


khususnya untuk kelas X.

1. Besaran Fisika dan Satuannya


Fisika diawali dengan mengamati alam, tetapi hanya duduk dikursi saja
dan mengamati gejala alam tidaklah cukup. Pengematan gejala alam
haruslah disertai dengan data kuantitatif yang diperoleh dari hasil
pengukuran.
2. Gerak Lurus
Gerak buah kelapa tua jatuh dari tangkainya, gerak pelari, mobil, bola
sepak, begitu juga gerak bumi dan bulan merupakan contoh gerak. Suatu
benda dikatakan bergerak apabila kedudukannya senantiasa berubah
terhadap suatu acuan tertentu.
3. Gerak Melingkar Beraturan
Aplikasi gerak melingkar beraturan (GMB) dapat dilihat dari penggunaan
Kincir Angin. Dari keadaan diam, perlahan-lahan kincir berputar terhadap
porosnya. Beberapa saat kemudian, laju linear dari kecepatan sudut
putarnya jadi konstan, sehingga para penumpang dapat menikmati
permainan ini denga nyaman.
4. Dinamika Partikel
Dinamika yaitu cabang mekanika yang mempelajari penyebab dari gerak,
yaitu gaya.
5. Optika Geometris

22
Ilmu fisika yang mempelajari tentang cahay disebut optika, yang terbagi
menjadi dua yaitu optika geometris dan optika fisis. Optika geometris
mempelajari tentang pemantulan dan pembiasaan sedang optika fisis
mempelajari tentang polarisasi, interferensi, dan difraksi cahaya.
6. Suhu dan Kalor
Aplikasi kalor dalam bidang teknologi mungkin terdapat di rumah, yaitu
lemari es, suatu mesin yang diantaranya mengubah air menjadi es.
7. Listrik Dinamis
Lisrik dinamis mempelajari tentangmuatan-muatan listrik bergerak, yang
menyebabkan munculnya arus listrik
E. Kerangka Pemikiran
Proses Pembelajaran di SMK Nusantara Tondano khususnya pada mata
pelajaran fisika dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab,
dan penugasan baik secara individu maupun kelompok. Proses pembelajaran
fisika tersebut bersifat membosankan, tidak menarik dan menyebabkan siswa
mengantuk tidak berminat untuk aktif dalam proses pembelajaran. Siswa malas
bertanya, malas mengerjakan tugas, dan malas mendengarkan penjelasan guru.
Penugasan untuk dikerjakan dirumah juga banyak yang tidak diselesaikan secara
mandiri. Selama proses pembelajaran siswa lebih banyak pasif, kondisi tersebut
menunjukkan siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran ada mata pelajaran
ekonomi.
Oleh karena itu diperlukan perubahan proses pembelajaran untuk melihat
bagaimana hasil belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam
proses pembelajaran pada mata pelajaran fisika Materi suhu dan kalor ini
dilaksanakan dengan menerapkan 2 model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
( Student Team Achievement Division ) dan Jigsaw .

F. Hipotesis

23
Menurut Husein ( 20013:76 ) , hipotesis adalah pernyataan sementara yang
perlu dibuktikan benar atau tidak . adapun hipotesis yang telah dirumuskan
berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement


devision (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di SKM
Nusantar Tondano.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Tondano.
3. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw di kelas x SMA Negeri 1
Tondano.

24
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen, yaitu metode yang bertujuan untuk menguji suatu variabel terhadap
variabel lain atau menguji bagaimana hubungan sebab akibat antara variabel yang
satu dengan variabel yang lainnya. Metode penelitian eksperimen memiliki
perbedaan yang jelas dibanding dengan metode penelitian lainnya, yaitu adanya
pengontrolan terhadap variabel penelitian dan adanya pemberian perlakuan
terhadap kelompok eksperimen.

Dalam penelitian ini desain eksperimen yang digunakan adalah Matching Pretest
post- test Control Group Design. dari namanya saja sudah menunjukkan isi yang
terkandung di dalamnya, yaitu jenis-jenis eksperimen yang dianggap baik karena
sudah memenuhi persyaratan yaitu kelompok lain yang tidak dikenai eksperimen
dan ikut mendapatkan pengamatan (Suharsimi, 2002: 78).

Tabel 1. Desain Matching Pretest-Postest Control Group Design

Kelompok Pre test Perlakuan (X) Post tes


XA STAD O1 X1 O1
XB JIGSAW O2 X2 O2
Keterangan :

O1 : Pemberian test awal (pre-test) Kelas eksperimen

25
O2 : Pemberian Test awal ( pre – test ) Kelas Kontrol
X1 : Pembelajaran Tipe STAD
X2 : Pembelajaran Jigsaw
O1 : Pemberian Test Akhir ( Post – test ) Kelas eksperimen
O2 : Pemberian Test Akhir ( Post – Test ) Kelas Kontrol
B. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan Objek Penelitian. Populasi penelitian ini yaitu
seluruh siswa kelas X SMK Nusantara Tondano dengan jumlah 46 siswa.

b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti ( Arikunto,2014:174).
Dalam penelitin sampel yang diambil adalah kelas X Mata pelajaran Fisika yang
terbagi atas 2, kelas X MIPA 1 sebanyak 23 siswa dan kelas X MIPA 2 sebanyak
26 siswa dengan jumlah keseluruhan 49 Orang siswa.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data dalam penlitian ini antara lain :

a. Tes
Tes yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Teknik ini dilakukan untuk
melengkapi data yang dibutuhkan, yaitu untuk uji coba instrumen penelitian
berupa soal test, nilai Pre-test dan post- test baik dari kelas eksperimen maupun
kelas kontrol.

a. Tes awal ( pre – test )


Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah
materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para
peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan
pelajaran diberikan kepada peserta didik.

26
b. Tes akhir ( post – test )
Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua
materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik –
baiknya oleh para peserta didik.
Dengan cara demikian maka akan apat diketahui apakah hasil tes akhir lebih
baik sama, ataukah lebih jelek dari tes awal. Jika hasil tes itu lebih baik
daripada tes awal, maka dapat diartikan bahwa program pengajaran telah
berjalan dan berhasil dengan sebaik – baiknya.

b. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan sekolah
yang akan diteliti mulai dari sejarah berdirinya sekolah struktur organisasi, sarana
dan prasarana, keadaan guru dan karyawan, daftar peserta didik yang menjadi
subjek penelitian, nilai tes terakhir sebelum dan sesudah diberikan tindakan dan
sebagainya.

c. Angket Respon Siswa


Data tentang respon siswa diperoleh melalui angket , respon siswa digunakan
untuk mengukur pendapat siswa terhadap ketertarikan,perasaan senang dan
keinginan, serta kemudahan memahami pelajaran dan juga cara guru mengajar
serta model pembelajaran yang digunakan .

D. Analisis Instrument Penelitian

Sebelum soal tes digunakan mengukur peserta didik pada kelas sampel, soal tes
terlebih dahulu diujicobakan. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui
validitas realibilitas, tingkat kesukaran dan daya beda pada butir soal.

a. Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Sebuah tes dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah
“sahih”. Untuk menghitung validitas tentang Model Pembelajaran Kooperatif tipe

27
STAD dan Jigsaw dengan menggunakan pemberian butir soal rumus yang
digunakan adalah korelasi point biserial.

Rumus :


xi −xt p
rpbi =
st 1−p

Keterangan :
xi = Mean butir yang menjawab benar
xt = Mean skor total
st = Simpangan baku total
p = Proporsi yang menjawab benar

No. Validitas Status


soal rhitung rtabel
1 0.4492 0,433 Valid
2 0.6261 0,433 Valid
3 0.45195 0,433 Valid
4 0.5187 0,433 Valid
hBerd 5 0.6023 0,433 Valid asarkan hasil
6 0.5278 0,433 Valid
analisis yang 7 0.5037 0,433 Valid dilakukan
terhadap 20 8 0.59827 0,433 Valid soal pilihan
9 0.4835 0,433 Valid
ganda tersbut, dapat
10 0.5344 0,433 Valid
diketahui 11 0.47047 0,433 Valid semuanya
dinyatakan 12 0.70477 0,433 Valid valid.
13 0.531 0,433 Valid
14 0.5416 0,433 Valid
b. Uji
15 0.4835 0,433 Valid
16 0.4959 0,433 Valid Realibilitas
17 0.451 0,433 Valid
Reliabilitas
18 0.5127 0,433 Valid
menunjuk 19 0.52953 0,433 Valid suatu
pengetian 20 0.44872 0,433 Valid bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan dikatakan mempunyai taraf
kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Maka pengertian realibilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes.

28
Untuk pengujian terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
dan Jigsaw adalah dengan menggunakan rumus K-R20.

Rumus K – R.20
Keterangan :
= Realibilitas tes secara keseluruhan
= Proporsi Subjek yang menjawab item dengan benar
= Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q = 1 – p )
Pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
N = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes ( standar deviasi adalah akar varians )
Kategori Koefisien Realibilitas adalah sebagai berikut :
0,80 – 1,00 sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 sedang
0,20 – 0,40 rendah
0,00 – 0,20 sangat rendah
Dimasukkan dalam rumus :
Nilai Uji realibilitas sebesar 0,77 termasuk dalam kategori tinggi berarti soal
tersebut memiliki kualitas yang tinggi.
Tingkat kesukaran soal
Menentukan taraf kesukaran ( TK ) digunakan rumus sebagai berikut :
B
P=
JS
Diman :
P = Indeks Kesukaran Soal
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Dengan interpretasi tingkat kesukaran sebagaimana terdalam tabel :

29
Tingkat Kesukaran ( TK ) Interpretasi atau Penafsiran TK
0.00 – 0.30 Sukar
0.30 – 0.70 Sedang
0.70 Mudah

No P Tingkatnya
1 0.66 Sedang
2 0.5 Sedang
3 0.33 Sedang
4 0.16 Sukar
5 0.29 Sukar
6 0.33 sedang
7 0.4 Sedang
8 0.4 Sedang
9 0.29 Sukar
10 0.58 Sedang
11 0.70 Mudah
12 0.66 Sedang
13 0.70 Mudah
14 0.66 Sedang
15 0.83 Mudah
16 0.58 Sedang
17 0.75 Mudah
18 0.63 Sedang
19 0.46 Sedang
20 0.58 Sedang

E. Uji Prasyarat
Pengujian dapat dilakukan dengan data-data yang meliputi uji Normalitas
sebelum melanjutkan ke tahap pengujian sesuai langkah-langkah yang ada.

a. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas ini dilakukan pada perolehan data tes pada masing – masing
kelas. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
memiliki tingkat varian data yang sama atau tidak. Untuk menguji ksamaan dua
varian data dari kelompok maka digunakan persamaan sebagai berikut :

30
Terlebih dahulu dihitung masing – masing varians ( s2 ) nilai tes awal ari kelas
kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan rumus varians ( s2 ) untuk sampel
≤ 30, maka digunakan persamaan:

2 2
n ∑f i xi − (∑ f i x i )
S 12=
n ( n−1 )

Langkah selanjutnya adalah membandingkan varians nilai tes awal dari kedua
kelas, maka digunakan rumus :

2
s1
F= 2
s2

Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan ketentuan H 0 ( data


tidak memiliki varian yang berbeda ) diterima jika F hitung. Ftabel diperoleh dari
melihat pada tabel dengan membandingkan nilai dk penyebut terhadap dk
pembilang.

b. Uji Normalitas Data


Untuk langkah selanjutnya setelah melaksanakan penelitian, maka
dilakukan analisis data pada perolehan data tes akhir siswa, analisis ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat kenormalan sampel yang telah diteliti. Normalitas data
diuji dengan menggunakan rumus chi – kuadrat untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak.

Adapun untuk menguji normalitas terlbih dahulu harus menyusun data


dalam tabel distribusi frekuensi data kelompok untuk masing – masing kelas
dengan cara sebagai berikut :

1. Menentukan kelas interval yang telah ditentukan pada pengolahan data


sebelumnya , kemudian ditentukan juga batas nyata kelas interval, yaitu batas
atas kelas interval ditambah dengan 0,5.
2. Menetukan luas batas darah dengan mnggunakan tabel “ luas daerah dibawah
lengkungan normal standar dari o ke z namun sebelumnya harus menentukan
nilai z – score dengan rumus:

31
batas nyataatas−x
z- score =
s
3. Dengan diketahui batas daerah , maka dapat ditentukan luas darah untuk tiap –
tiap kelas interval yaitu selisih dari kedua batasnya berdasarkan kurva z –
score
4. Frekuensi yang diharapkan ( E 1 ) ditentukan dengan cara mengalikan luas
darah dengan banyaknya data
5. Frekuensi pengamatan ( Oi ) merupakan frekuensi pada tiap kelas interval
tersebut.
Adapun untuk mengukur tingkat kenormalan data, maka digunakan uji chi –
quare.
x2 = ∑ ¿ ¿
Dimana :
x2 = distribusi chi – kuadrat
Oi = hasil pengamatan
E1 = hasil yang diharapkan
Penguji dilakukan pada taraf signifikan 5% atau ( = 0,05 ) dan dk = ( k-3 ) dengan
ketentuan data berdistribusi normal jika x2hitung < x2tabel .

Pada desain penelitian eksperimen ini juga test – t digunakan untuk


menguji signifikan perbedaan mean. Perhitungan ini hanya dilakukan paa hasil
perhitungan data tes akhir siswa ( post test ) dan tidak dilakukan pada hasil data
tes awal siswa ( pre – test ) . adapun rumus yang digunakan dengan jumlah sampel
( n ) ≤ dari 30, maka :

Rumus :
x 1−¿ x 2
¿


t= s 1 1
+
n1 n 2
Keterangan :
X = mean dari kedua sampel ( eksperimen dan kontrol )
n = jumlah sampel

32
S = standar deviasi
Sebelum menggunakan persamaan uji t , maka terlebih dahulu
ditentukan variabel yang akan dimasukkan kedalam persamaan dengan
urutan sebagai berikut :
1. Menetukan nilai rata – rata hasil belajar atau nilai tes akhir siswa kelas
eksperimen dan rata – rata belajar siswa kelas kontrol dengan rumus:
∑f i x i
x=
∑f i

Keterangan :
x = rataan
x1 = data ke – i
f1 = frekuensi data x1
∑fi = ukuran data
2. Menetukan standar deviasi ( s ) variabel X ( kelas perlakuan ) dan standar
deviasi ( s ) variabel Y ( kelas kontrol ) , dengan persamaan:
n ∑f i xi2−(∑ f i x i)2
S12 =
n(n−1)

2 2
n ∑f i xi −(∑ f i x i)
2
S2=
n(n−1)

Kemudian standar deviasi ( s ) gabungan dengan rumus :

S2 = ¿ ¿ ¿

Dengan :

n = banyak data

S12 = simpangan baku sebelum menggunakan model STAD dan Jigsaw

x = rataan

S 22 = simpangan baku setelah menggunakan STAD dan Jigsaw

33
x1 = data ke –i

fi = frekuensi data x1

∑fi = ukuran datap

Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikan 5% atau ( = 0,05 ) dan dk =


( n1 + n2 – 2 ) serta peluang ( 1- ) dengan ketentuan H 0 diterima jika thitung ≤ ttabel dan
H0 ditolak jika thitung ≥ ttabel.

Analisis data untuk uji – t , hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

H0 : µ1 = µ2 : tidak ada pengaruh hasil belajar siswa yang diajarkan dengan


diterapkan model STAD dan Jigsaw pada materi ekonomi.

Ha : µ1 > µ2 : ada pengaruh hasil belajar siswa yang diajarkan dengan diterapkan
model pembelajaran STAD dan Jigsaw pada materi ekonomi.

Teknik Analisis

Data Teknik analisa data merupakan suatu langkah yang paling menentukan
dari suatu penelitian, karena analisa data berfungsi untuk menyimpulkan hasil
penelitian.

Dalam Penelitian ini Teknik Analisis Data digunakan untuk mengetahui


seberapa besar pengaruh hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika dengan
penerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (dikelas eksperimen) dan
Jigsaw (dikelas Kontrol) dikelas X SMK Nusantara Tondano , maka perlu
dilakukan uji hipotesis.

Uji hipotesis yang sesuai digunakan adalah uji t. Uji t adalah salah satu uji
statistic yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang
signit

34
F. Teknik Analisi data

a. Uji Hipotesis ( Paired Sampel T – Test )

b. Eksperimen ( X1 – Y )
Pengujian ini untuk membandingkan hasil pretest dan post test pada kelas
kontrol dengan penerpan model pembelajaran STAD ( Student Team
Achievement Devision )
Rumus yang dignkan adalah Paired sampel t test :
x1 – x2

√ ( )( √ )
2 2
t = s 1 s2 s s2
+ −2 r 1
n1 n 2 √ n1 n2
dimana :
x 1=rata−rata sampel sebelum perlakuan
x 1=rata−rata sampel sesudah perlakuan
s1=simpangan baku sebelum perlakuan
s2=simpangan baku sesudah perlakuan
n1= jumlah sampel sebelum perlakuan
n2 = jumlah sampel sesudah perlak uan

Hipotesis :
Ho : Jika thitung < ttabel : tidak ada perbedaan hasil belajar siswa melalui hasil test
dengan menggunakan model pembelajaran STAD
Ha : jika thitung > ttabel : terdapat perbedaan hasil belajar siswa melalui hasil test
dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD

c. Kontrol ( X2 – Y )
Pengujian ini untuk membandingkan hasil pretest dan post test pada kelas
kontrol dengan penerpan model pembelajaran Jigsaw Rumus yang dignkan
adalah Paired sampel t test :

35
x1 – x2

√ ( )( √ )
2 2
t = s 1 s2 s s2
+ −2 r 1
n1 n 2 √ n1 n2
dimana :
x 1=rata−rata sampel sebelum perlakuan
x 1=rata−rata sampel sesudah perlakuan
s1=simp angan baku sebelum perlakuan
s2=simpangan baku sesudah perlakuan
n1= jumlah sampel sebelum perlakuan
n2 = jumlah sampel sesudah perlakuan

Hipotesis :

Ho : Jika thitung < ttabel : tidak ada perbedaan hasil belajar siswa melalui hasil test
dengan menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw
Ha : jika thitung > ttabel : terdapat perbedaan hasil belajar siswa melalui hasil test
dengan menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw
d. rumus independent sampel t – test ( uji t )

Independent sampel t test digunakan untuk mengui signifikasi beda rata –


rata dua kelompok. Test ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependent . uji ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran tipe STAD dan Jigsaw terhadap hasil belajar
adapun rumus Independent sampel t test sebagai berikut:

x 1−x 1
t=
√¿ ¿ ¿ ¿
x 1 = adalah rata – rata skor / nilai kelompok eksperimen
x = adalah rata – rata skor / nilai kelompok kontrol
n1 = adalah jumlah responden kelompok eksperimen
n2 = adalah jumlah responden kelompok kontrol
S1 = adalah variance skor kelompok eksperimen
S2 = adalah variance skor kelompok control

36
F. Analisis respon siswa

Data tentang respon siswa diperoleh melalui angket , respon siswa digunakan
untuk mengukur pendapat siswa terhadap ketertarikan , perasaan senang dan
keinginan, serta kemudahan memahami pelajaran dan juga cara guru mengajar
serta model pembelajaran yang digunakan. Persentase respon siswa dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

f
P= X 100 %
N
Keterangan :
P = Persentase respon siswa
f = proporsi siswa yang memilih
n = Jumlah siswa ( responden )
Adapun kriteria persentase respon siswa adalah sebagai berikut :

No Angka Keterangan
1 0 – 10% Tidak tertarik
2 11 – 40% Sedikit tertarik
3 41 – 60% Cukup tertarik
4 61 – 90% Tertarik
5 91 – 100% Sangat tertarik

37
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, H. M. (2019). PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL JIGSAW UNTUK


MENINGKATKAN. jurnal pendidikan fisika dan teknologi, 270-277.

MALAU , J. (2014). PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN


FISIKA. Jurnal Formatif 4 ISSN: 2088-351X, 1-10.

Naibaho, G. D. (2011). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW


UNTUKMINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADAKONSEP ZAT DI KELAS VII SMP
NEGERI 3 HINAI. URNAL PENDIDDIKAN FISIKA, 59-64.

sarwanto, j. s. (2013). PENERAPAN PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF TIPE


JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASILBELAJAR FISIKA SISWA DI
SMP. Jurnal Pendidikan Fisika, 34-40.

Suparmi &, W. F. (2016). PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DAN


GI (GROUP INVESTIGATION) DITINJAU DARI KREATIVITASDAN SIKAP ILMIAH
BELAJAR SISWA. JURNAL INKUIRI , Vol 5, No. 3, 2016 (hal 40-48.

Tumanggo, V. Y. (2018). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW


untuk meningkatkan motivasi dan hasil belaarsiswa pada pembelaaran fisika
siswa kelas XI mipa di SMA 2 singaraja. JPPF, 31-44.

38

Anda mungkin juga menyukai