OLEH :
KELAS E4B
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalam buku-buku, film, komputer,
kurikulum dan lainnya, Trianto (2009). Dari pengertian tersebut dalam dipahami bahwa: (1)
model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam
muatan mata pelajaran sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya; (2) model pembelajaran
dapat muncul dalam beragam bentuk dan variasi sesuai dengan landasan filosofi dan pedagogis
yang melatar belakanginya.
Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar
tentang bagaimana cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta konsep yang
sensual dari materi pembelajaran (Listiani, 2017).Abidin (2014) menyatakan bahwa model
Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk
membantu guru mengembangkan kemampuan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah
pada siswa selama mereka mempelajari materi pembelajaran. Model ini memfasilitasi siswa
untuk berperan aktif di dalam kelas melalui aktivitas memikirkan masalah yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-harinya, menemukan prosedur yang diperlukan untuk menemukan
informasi yang dibutuhkan, memikirkan situasi konstektual, memecahkan masalah, dan
menyajikan solusi masalah tersebut.
Problem based learning adalah pembelajaran yang memiliki esensi pembelajaran berupa
penyuguhan berbagai bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat
berfungsi sebagai sarana untuk melakukan investigasi dan penyelidikan. Di awal pembelajaran
siswa diberi permasalahan terlebih dahulu selanjutnya masalah tersebut diinvestigasi dan
dianalisis untuk dicari solusinya (Rerung, 2017). Penerapan model pembelajaran problem based
learning dapat memacu siswa belajar mandiri, menyelesaikan masalah dan berperilaku lebih
dewasa. Selain hasil belajar diperoleh siswa, problem based learning juga mengahsilkan dampak
untuk penggiring berupa peningkatan nilai akademik siswa (Dageng, 2015).
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui factor yang sering dikaitkan dengan
perbandingan hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem
Based Learning dan Contekstual teaching and learning yang dilakukan oleh Hutama (2015),
Primadoniati (2020), Tutik (2020), Pebriyani (2020), Sinurat & Siregar (2021), Gunawan (2021),
Widyasari, dkk, (2018)
Penelitian ini berfokus pada perbandingan hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Problem Based Learning dan Contekstual Teaching and Learning ada perbedaan
hasil belajar antara kelas yang menggunakan model Problem Based Learning melalui pendekatan
Contekstual teaching and learning, Hutama (2015), pengaruh positif penggunaan metode
pembelajaran problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar PAI kelas VIIISMPN 2
Ulaweng Kab.Bone, Primadoniati (2020), terdapat perbedaan yang signifikan penerapan metode
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Contextual Teaching and Learning (CTL)
terhadap hasil belajar siswa, Tutik (2020), Terdapat pengaruh model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar peserta didik kelas X OTKP di SMKN 1 Sooko
Mojokerto, Pebriyani (2020), Dari uji hipotesis diperoleh thitung sebesar 1,807 dan ttabel
sebesar 1,671 pada maka diperoleh thitung > ttabel yaitu (1,807 > 1,671). Sehingga hipotesis
yang menyatakan adanya pengaruh yang positif dan signifikan kolaborasi model pembelajaran
Problem Based Learning dan Contextual Teaching and Learning dan model pembelajaran
konvensional terhadap hasil belajar siswa, Sinurat & Siregar (2021).
Berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2021) Widyasari,
et al (2018), tidak ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran problem based learning
dan contekstual teaching and learning
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak terkait yang diuraikan
pada manfaat praktis dan manfaat teoritis, sebagai berikut:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan pendalaman
mengenai perbandingan hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Problem Based Learning dan Contekstual teaching and learning.. Selain itu, diharapkan agar
penelitian ini bisa dijadikan pedoman bagi pihak lain yang berkeinginan melakukan kajian
atau penelitianyang sejenis.
2. Secara praktis, bagi mahasiswa hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman
penelitian serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perbandingan hasil belajar
ekonomi siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning dan
Contekstual teaching and learning. Selain itu, diharapkan agar mahasiswa yang nantinya
akan berprofesi sebagai pendidik menggunakan pengetahuannya sebaik mungkin agar tidak
melakukan penilaian yang tidak baik kepada anak didiknya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Deskripsi Teori
1. Hasil Belajar
Menurut Anitah (2014) hasil belajar adalah kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan
dalam belajar yang menunjukkan suatu perubahan tingkah laku yang baru dari peserta didikyang
bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Hasil bealajar menurut Bloom mencakup tiga
aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomor. Sedangkan menurut Gagne lima tipe hasil
belajar yang dapat dicapai peserta didik yaitu motor skills, verbal information, intelektual skills,
attitude, dan cognitive strategies. Sudjana (2009) hasil belajar adalah kemampuankemampuan
yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar terbagi
menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah
tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang
paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para
peserta didik dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Susanto (2013) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh
dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Menurut Sudjana (2009)
“mendefinisikanhasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor”.
Menurut Dimyati&Mudjiono (2013) “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses
belajar”. Sudjana (2012, p. 3) menjelaskan bahwa hasil belajar pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku pada siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Di samping itu,
Abdurrahman (2003, p.37) mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh
siswa setelah melalui kegiatan belajar.
Suryabrata (2002, p. 233) menjelaskan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa yang
meliputi lingkungan sosial dan nonsosial. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang berasal
dari keadaan diri siswa, meliputi jasmani dan rohani/kepribadian termasuk dalam hal ini adalah
kedisiplinan dan kemandirian belajar siswa. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh siswa, ditandai dengan perubahan
perilaku setelah menjalani proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku individu tersebut relatif
menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Dengan kata lain, seseorang dinyatakan telah
mencapai hasil belajar jika pada dirinya terjadi perubahan tertentu melalui proses pembelajaran.
Menurut Farisi (2017) prinsip pembelajaran model PBL yaitu dengan memberikan
masalah sebagai langkah awal dalam proses pembelajaran, masalah yang disajikan adalah
masalah yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari, karena akan semakin baik
pengaruhnya pada peningkatan hasil belajar. Menurut Amrullah (2016) pembelajaran berbasis
masalah memiliki karakteristik yang digambarkan sebagi berikut:
1. Pelajaran berfokus pada memecahkan masalah, yaitu pelajaran bermula dari satu masalah dan
memecahkan masalah adalah tujuan dari pelajaran
2. Siswa bertanggung jawab untuk menyusun strategi dan memecahkan masalah. Pelajaran
pembelajaran berbasis masalag biasanya dilakukan secara berkelomok dimana semua siswa
terlibat dalam proses itu
3. Guru menuntun upaya siswa dengan mengajukan ertanyaan dan memberikan dukungan
pengajaran lain saat siswa berusaha memecahkan masalah
Menurut Dewi (2019) ciri-ciri model pembelajaran problem based learning yaitu:
Menurut Supiandi (2016) model pembelajaran problem based learning memiliki 5 tahapan
pembelajaran, yaitu:
1. Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas berpikir siswa secara penuh baik fisik
maupun mental 20
3. Kelas dalam kontekstual bukan tempat untuk memperoleh informasi, melainkan sebagai
tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu sistem belajar yang
didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka mampu
menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima dan mereka menangkap makna
dalam tugas - tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengalaman dan
pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya (Johnson, 2006:14). Tahapan dalam model
CTL yaitu (1) tahap invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang di bahas, (2) tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan menyelidiki dan
menemukan konsep melalui pengumpulan , pengorganisasian , penginterpretasi data dalam
sebuah kegiatan yang telah di rancang guru, (3) tahap penjelasan dan solusi, siswa memberikan
penjelasan – penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasi yang ditambah dengan
penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat
rangkuman dan ringkasan, (4) tahap pengambilan tindakan, siswa tahap ini membuat keputusan ,
menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan
pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individual maupun yang berhubungan dengan
pemecahan masalah (Sa’ud,2008:174)
Rusman (2012) mengemukakan bahwa pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang
dapat membantu guru mengaitkan materi ajar yang diajarkan kesituasi nyata. Strategi ini
mendorong peserta didik untuk mampu menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya, dengan
mengaplikasinnya dalam kehidupan sehari-hari. Trianto (2008)Berdasarkan pengertian tersebut
diatas, dapat dijelaskan konsep dasar model pembelajaran CTL yakni: (1) menekankan kepada
proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan
pada proses pengalaman secara langsung, (2) mendorong agar peserta didik menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, dan (3) mendorong
peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata. Dari ketiga konsep yang
disebutkan terlihat bahwa model pembelajaran CTL adalah sebuah model pembelajaran yang
berorientasi penuh dalam melibatkan peserta didik, dimana dalam proses pembelajaran peserta
didik didorong untuk menemukan materi, menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
dan mengamalkannya dalam kehidupan peserta didik sehari-hari. Pembelajaran CTL dapat pula
dikatakan sebagai satu model pembelajaran yang tidak hanya beroriontasi pada hasil belajar
tetapi pada proses belajar. Elaine B Johnson (2008: 187) mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang
mewujudkan makna, lebih lanjut Elaine mengatakan bahwa pembelajaran kontestual adalah
semua sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan
menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa
1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada pengetahuan yang
sudah dimiliki yang akan menjadi satu kesatuan yang utuh yang saling berkaitan.
2. Pembelajaran CTL adalah belajar dalam rangka menambah pengetahuan baru (Acquiring
Knowledge), yang diperoleh secara deduktif.
1. Relating. Guru menggunakan relat ing ketika mereka mencoba menghubungkan konsep baru
dengan sesuatu yang telah diketahui oleh siswa.
2. Experiencing. Guru harus dapat memberikan kegiatan yang handson kepada siswa sehingga
dari kegiatan yang dilakukan siswa tersebut dapat membangun pengetahuannya.
4. Cooperating. Belajar dalam konteks saling berbagi, merespon dan berkomunikasi dengan
pelajar lainnya.
B. Penelitian Relevan
C. Kerangka Berpikir
Hasil belajar merupakan ukuran keberhasilan kegiatan belajar siswa setelah melalui
proses pembelajaran. Hasil belajar siswa diketahui setelah siswa mengerjakan tes yang diberikan
ketika materi pembelajaran terselesaikan. Hasil belajar secara operasional dinyatakan dalam
bentuk skor atau angka yang menunjukkan sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran. Semakin besar angka yang diperoleh siswa, menunjukkan semakin baik
pemahaman terhadap materi pembelajaran, dan sebaliknya semakin kecil angka yang diperoleh
siswa, menunjukkan pemahaman yang rendah terhadap materi pembelajaran.
Rendahnya nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran mencerminkan masih kurangnya
pemahaman atau kemampuan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Pentingnya
pencapaian hasil belajar, maka rendahnya nilai hasil belajar siswa merupakan permasalahan yang
harus diperhatikan guru. Permasalahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah kurang bervariasinya model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Akibatnya
pembelajaran berlangsung monoton dan siswa kurang aktif berpartisipasi dalam proses
pembelajaran. Oleh sebab itu, menjadi guru yang terampil dalam memilih model pembelajaran
sehingga pembelajaran tidak berlangsung monoton dan siswa lebih aktif berpatispasi dalam
proses belajar. Penggunaan model pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan agar hasil belajar siswa baik dan meningkat. Model pembelajaran yang digunakan
adalah model pembelajaran problem based learning dan Contekstuan Teaching and Learning
Hasil Belajar
Hipotesis dalam suatu penelitian, rumusan hipotesis sangat penting. Hipotesis merupakan
simpulan sementara yang masih perlu diuji kebenaranya
Adapun hipotesis yang di ajukan adalah “ada perbandingan yang signifikan terhadap
perhandingan hasil belajar berdasarkan dedukasi teori dan kerangka berpikir maka dapat
ditemukan hipotesis penelitian sebagai berikut adalah terdapat perbedaan yang signifikan
penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Contextual Teaching and
Learning (CTL) yang dilakukan oleh Primadoniati (2020). Berbanding dengan penelitian yang
dilakukan oleh Gunawan (2021) Widyasari, et al (2018). Bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan model pembelajaran problem based learning dan contekstual teaching and learning .
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah nonequivalent control group design.
Desain penelitian ini menggunakan 2 kelas yaitu kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Pada kelas
eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran problem based learning sedangkan kelas eksperimen 2
menggunakan model pembelajaran contextual teacing learning. Sebelum melakukan perlakuan pada kelas
eksperimen 1 dan 2 terlebih dahulu siswa diberikan pretest sebagai kelas pembanding atau kontrol pada
kedua kelas eksperimen, yang bertujuan untuk mengetahui keadaan awal sebelum pelaksanan proses
pembelajaran dan memberikan posttest setelah perlakuan.
Pada penelitian ini kelas X IPS I, dan X IPS II SMA Negeri 1 Watopute akan
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
sebagai kelas eksperimen 1, sedangkan kelas X IPS III, dan Kelas X IPS IV SMA Negeri 1
Watopute melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contekstual
Teacing and Learning sebagaia kelas eksperimen 2. Pada kelas eksperimen satu dan dua tersebut
diberikan tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) yang soalnya sama. Desain dalam penelitian ini
yaitu pretest-posttest control group design dengan menggunakan pola rancangan:
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelas Pre-Tes Perlakuan Post-Test
Eksperimen 1 O1 X1 Y1
Eksperimen 2 O2 X2 Y2
Keterangan:
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Watopute. Kabupaten muna, dengan unit analisis
adalah siswa kelas X IPS di sekolah tersebut. Dipilihnya SMA Negeri 1 Watopute sebagai
tempat penelitian karena berdasarkan data yang diperoleh bahwa kemampuan hasil belajar siswa
kelas X IPS masih tergolong dalam kategori rendah. Penelitian ini akan dilakukan dalam kurun
waktu satu semester. Populasi penelitian adalah kelas X IPS yang berjumlah 6 kelas. Sedangkan
sampel penelitian adalah kelas X IPS 1 dan kelas X 6yang dipilih secara acak sederhana dari 10
kelas yang ada.
C. Prosedur Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran problem based learning
dan Contekstual Teacing and Learning Adapun prosedur yang digunakan dalam penerapan
kedua model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut Model pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) merupakan pembelajaran yang tidak terstruktur serta menggunakan
permasalahan nyata untuk peserta didik dapat berpikir kritis, mengembangkan keterampilan
untuk memecahkan masalah dan membangun pengetahuan baru (Fathurrohman, 2015:112).
Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan intelektual dan memecahkan masalah melalui
kegiatan pembelajaran yang berbasis masalah.
Pengumpul data pada penelitian ini adalah tes berupa soal uraian untuk mengukur hasil
belajar. Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian, diberikan untuk
mengetahui kemampuan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi setelah diberi
perlakuan yaitu model pembelajaran problem based learning dan Contekstual Teacing and
Learning. Menurut Gronlund (1985: 71), Tes uraian adalah bentuk tes dengan pertanyaan atau
tugas yang jawabannya memerlukan ekspresi pemikiran peserta tes. Karena itu ciri utama tes
uraian adalah kebebasan dalam mengemukakan gagasan jawaban. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Popham (1981: 247 – 275), bahwa pertanyaan uraian dapat digunakan untuk
mengukur hasil belajar yang kompleks, terutama sintesis dan evaluasi. Untuk itu diperlukan
kemampuan mengemukakan gagasan secara tertulis serta kemampuan tingkat tinggi. karena
kemampuan hasil belajar termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi, sehingga tepat bila
diukur dengan menggunakan tes uraian.
E. Instrumen Penelitian
Karena jawaban responden pasti beragam dalam rangka menjwsab soal/tes kemampuan
berpikir kritis, maka untuk meminimalisir unsur subjektifitas dalam melakukan penilaian. Dalam
penelitian ini untuk menilai kemampuan hasil belajar ekonomi siswa, peneliti menggunakan
kriteria yang dapat dilihat pada tabel
Validitas yang digunakan untuk memvalidasi instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk (construct validity) mengacu
pada sejauh mana suatu instrumen mengukur trait atau konstruk teoretik yang hendak diukur,
Laili (2016). Setelah instrumen dikonstruksi, instrumen dikonsultasikan dengan ahli. Validitas
oleh ahli ini bertujuan untuk memperoleh bukti validitas konstruk. Para ahli diminta pendapatnya
tentang tes esai kemampun berpikir kritis siswa yang telah disusun, jumlah ahli yang digunakan
orang yang sesuai dengan lingkup materi yang diteliti. Selanjutnya, setelah lolos dari
pemeriksaan tim ahli maka instrument penelitian ini akan diujicobakan kepada 15 orang siswa
yang dipilih secara acak dari populasi penelitian selain sampel penelitian. Berdasarkan formula
tersebut, kriteria pengambilan keputusannya adalah H0 ditolak jika t hitung ≥ t(0,05;n-1) atau nilai
signifikansi kurang dari 0,05. maka butir dinyatakan valid.
2. Pengujian Hipotesis
Setelah memperoleh nilai pre-test dan post-test pada kedua kelas, dihitung selisih antara pre-test
dan post-test untuk mendapatkan nilai gain dan gainternomalisasi. Rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai gain dan gainternomalisasi sebagai berikut.
( Skor pos test−skor pre test )
G ain=
( Skor maksimum−skor pre test )
Setelah semua data terkumpul, selanjutnya analisis data dilanjutkan untuk menjawab hipotesis,
yaitu untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan
sesudah perlakuan, serta bagaimana perbandingan kemampuan hasil belajar siswa antara yang
menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan yang menggunakan model
pembelajaran contekstual teaching and learning
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam konteks Kurikulum 2013. Bandung:
PT Refika AditamaBundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah
dalam pembelajaran Sains SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013)
Amrullah, A. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil
Belajar Biologi Siswa pada Konsep Fungi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Farisi, A., Abdul, H & Melvina. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Suhu dan Kalor. Jurnal Ilmiah Mahasiswa.
Vol (2) (3)
Gronlund, Norman E. dan Robert L. Linn. 1985. Measurement and Evaluation in Teaching. New York:
Macmillan Publising Company.
Harahap, D, P., Martina, R & Hardiansyah. 2016. Pengaruh Model Problem Based Learning
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Materi Pokok Bahasan Virus dikelas X Man
Rantau Prapat. Jurnal Pelita Pendidikan. Vol (5) (1)
Hasibuan, M, I. 2014. Model Pembelajaran CTL. Jurnal Logaritma. Vol (2) (1)
Johnson, Elaine. 2011.contextual teaching and learning. Jakarta : MLC.
Listiani, R., Ara, H & Meti, M. 2017. Perbandingan Model Pembelajaran Problem Solving dan
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Reproduksi
Manusia. Jurnal BioEdUIN. Vol (7) (1)
Ngalimun. (2014). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja pressindo.
Popham, W. James. 1981. Classroom Assessment, What Teacher Need to Know. Massachussets: A Simon
& Schuster Company.
Primayana, H, K., I Wayan, L & Putu, B, A. 2019. Pengaruh Model Pembelajran Kontekstual
Berbasis Lingkungan Terhada Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Minat Outdoor pada Siswa
Kelas IV. Jurnal Pendidkan IPA Indonesia. Vol (9) (2). ISSN: 2615-742x
Rerung, N., Iriwi L.S, S & Sri, W, W. 2017 Penerpan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) untuk Meningkatkan Hasil Belajarpeserta Didik SMA Pada Materi
Usaha dan Energi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika. Vol (6) (1). ISSN: 2303-1832
Rofiqoh, M, S., Singgih, B & Sri W. 2015. Perbandingan Belajar Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Learning Cycle 5E Berorientasi
Keterampilan Proses di SMA. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol (4) (1)
Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Saefudin, Udin Sa’ud. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sari, D, I, M. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual dengan Media Video Terhada
Kemamuan Berfikir Kritis dan Restasi Belajar Peserta Didik Materi Virus Kelas X IPA
Darul Ulum Palangka Raya. Palangka Raya: Universitas Islam Negeri Palangka Raya
Setiawan, P & I Dewa, N, S. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi Guru. Vol (1)
(2)
Setiawan, P & I Dewa, N, S. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi Guru. Vol (1)
(2)
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Supiandi, M, I & Hendrikus, J. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Biologi
SMA. Jurnal Pendidikan Sains. Vol (4) (2)