Anda di halaman 1dari 19

PENGERTIAN MODEL DAN SRATEGI PEMBELAJARAN SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Oleh :

Muhammad Nazhirul Haq(2021100012182)


Soni Setiawan(2021100012171)
Muhammad Hasan Saiful Rizal(2021100012183)
Muhammad Hendri(2021100012204)

Abstrak: Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan,
strategi, metode, teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dan mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melakukan aktivitas pembelajaran. Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai ‘siasat’, ‘kiat’,
‘trik’, atau ‘cara’. Sedang secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola
umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Didalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai “a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular
education goal”. Jadi strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Wina Sanjaya istilah strategi, sebagaimana banyak istilah lainnya,
dipakai dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Di dalam konteks belajar mengajar, strategi berarti pola
umum aktivitas guru-peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam

1
dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak dipergunakan gurupeserta didik di dalam bermacam-macam peristiwa belajar. 1
Sedangkan kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara
metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi, istilah
pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari
kata belajar dan mengajar (BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar (KBM).
Kata Kunci: Model, Strategi Pembelajaran, Faktor-faktor

1
Hamruni, strategi pembelajaran, (Yogyakarta:Insan Madani, 2012), hal 1-2

2
Pendahuluan

Model pembelajaran terus berkembang sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas pembelajaran. Kemampuan
guru dalam merancang pembelajaran yang mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa merupakan kunci tercapainya tujuan pembelajaran.
Banyak model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah problem based learning
(PBL) based internet dan pictorial riddle.

“Model Problem Based Learning (PBL) adalah rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah” (Sanjaya, 2010: 214). Peranan internet dalam model problem based learning (PBL) based internet adalah sebagai
penyedia content (sumber belajar) yang sangat kaya dan menghubungan (link) ke berbagai sumber belajar (Prawiradilaga dan Siregar, 2004:
311). Model pictorial riddle adalah suatu model pembelajaran untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil
maupun besar melalui suatu riddle bergambar di papan tulis, papan poster atau diproyeksikan dari suatu transparasi, kemudian guru mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan riddle tersebut.

Model Problem Based Learning (PBL) based Internet dan model pictorial riddle dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran
terutama IPS. Materi dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang 2 mewujudkan satu
pendekatan interdisipliner dalam aspek dan cabang ilmu sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya (Trianto, 2007: 124).
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi
di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap adanya berbagai perubahan segala ketumpangan yang terjadi dan terampil mengatasi
setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat (Trianto, 2007: 128). Realita yang
ditemui di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran IPS masih kurang optimal. Pembelajaran masih berpusat pada guru, penggunaan media
serta sumber belajar yang kurang optimal, menjadi faktor penyebab pembelajaran IPS terkesan membosankan, monoton dan tidak menarik

3
perhatian siswa. Hal ini berdampak dalam pembelajaran IPS siswa sekolah dasar yang masih berpikir secara konkrit dan membutuhkan
pembelajaran yang inspiratif serta menantang. Pembelajaran yang masih didominasi oleh metode ceramah membuat siswa cenderung pasif. Hal
tersebut menjadi penyebab rendahnya motivasi siswa yang akan berdampak pada rendahnya hasil belajar. Untuk mengubah persepsi siswa
tersebut maka perlu adanya transformasi di dalam pembelajaran IPS. Model pembelajaran merupakan kunci dari optimal atau tidaknya suatu
proses belajar. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk menguji model Problem Based Learning (PBL) Based Internet dan model
Pictorial Riddle mana yang memberikan hasil belajar paling optimal. Penelitian terhadap kedua model ini dilakukan pada kelas IVA dan IVB SD
Negeri Bratan I No.71 Surakarta. Kompetensi pembelajaran IPS yang akan digunakan adalah materi tentang masalah sosial di lingkungan
setempat.

Pembahasan

A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode,
teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dan mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melakukan aktivitas pembelajaran.2
Kedudukan dan fungsi pembelajaran yang strategis adanya kerangka konseptual yang mendasar. Dalam suatu model
pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi menyangkut tahapan-tahapan, sistem sosial
yang diharapkan, prinsip-prinsip reaksi guru dan siswa serta sistem penunjang yang diisyaratkan. Pemilihan model pembelajaran

2
M. Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya:university press, 2000), h. 2

4
sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta
tingkat kemampuan peserta didik. 3
2. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Kooperatif
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit
jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah-masalah kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif.
Menurut Johnson & Johnson pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu
kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama
lain dalam kelompok tersebut.4
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4- 6 orang siswa sederajat
tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu.
Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah
mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan
belajar.
Sebagaimana model-model pembelajaran lain, model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan-tujuan, langkah-langkah, dan
lingkungan belajar dan sistem pengelolaan yang khas.

3
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007), h.11
4
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 23

5
Tujuan Pembelajaran Kooperatif Eggen dan Kauchak menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah
kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi, dalam pembelajaran kooperatif siswa
berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.
3. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai dengan harapan, dan siswa dapat bekerja secara produktif dalam kelompok,
maka siswa perlu diajarkan keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif tersebut berfungsi untuk melancarkan
peranan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota
kelompok, sedangkan peranan tugas dapat dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok.
Lungren menyusun keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut secara terinci dalam 3 tingkatan keterampilan. Tingkatan
tersebut yaitu:5
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain:
1) Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya.
2) Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab
tertentu dalam kelompok.
3) Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi.
4) Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan persepsi/pendapat.
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain:

5
Isjoni, op.cit., h. 65-67

6
1) Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan verbal agar pembicara mengetahui anda secara energik
menyerap informasi.
2) Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih lanjut.
3) Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat berbeda.
4) Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan bahwa jawaban tersebut benar.
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir
Keterampilan kooperatif tingkat mahir ini antara lain: mengolaborasi, yaitu memperluas konsep, membuat kesimpulan
dan menghubungkan pendapat-pendapat dengan topik tertentu.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar bersama-sama dalam kelompok kecil dan
saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tidak hanya membantu siswa memahami
materi tetapi juga melatih siswa untuk berinteraksi sosial. Model ini dikembangan untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu
hasil akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.
B. Strategi Pembelajaran
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai ‘siasat’, ‘kiat’, ‘trik’, atau ‘cara’. Sedang secara umum strategi mempunyai
pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan
dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.6
Didalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai “a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular
education goal”. Jadi strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Wina Sanjaya istilah strategi, sebagaimana banyak istilah lainnya,
6
Hamruni, strategi pembelajaran, (Yogyakarta:Insan Madani, 2012), hal 1

7
dipakai dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Di dalam konteks belajar mengajar, strategi berarti pola
umum aktivitas guru-peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam
dan urutan perbuatan yang dimaksud tampak dipergunakan gurupeserta didik di dalam bermacam-macam peristiwa belajar.7
Sedangkan kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara
metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi, istilah
pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata
belajar dan mengajar (BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar (KBM).8
Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong baru, yang mulai populer semenjak lahirnya Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Menurut undang-undang ini pembelajaran diartikan sebagai pola
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut pengertian ini, pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Namun dalam implementasinya, sering kali kata pembelajaran ini diidentikkan
dengan kata mengajar.9
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar”, yang berarti petunjuk yang diberikan
kepada orang supaya diketahui. Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar” ditambah awalan ”pe” dan akhiran “an”
menjadi kata “pembelajaran”, diartikan sebagai proses, perbuatan, cara mengajar, atau mengajarkan sehingga anak didik mau
belajar.10

7
Hamruni, strategi pembelajaran, (Yogyakarta:Insan Madani, 2012), hal 1-2
8
Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar, (Jakarta:Kencana, 2013), hal 18-19
9
Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar, (Jakarta:Kencana, 2013), hal 19
10
Ahmad Susanto ... hal 19

8
Jadi pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik atau guru dan peserta didik atau siswa
dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu yaitu agar anak memperoleh baik ilmu pengetahuan, kemahiran atau keterampilan
serta sikap atau tabiat yang baik. Terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh para
ahli pembelajaran (instructional technology), diantaranya akan dipaparkan sebagai berikut :
a) Kosma secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu
yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menunju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
b) Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran yang
dimaksud meliputi sifat lingkup danurutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.
c) Dick dan Carey menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur
atau tahapan pembelajaran kegiatan belajar yang atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas prosedur atau tahapan kegiatan
belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan, materi atau paket program yang akan disampaikan kepada peserta didik.
d) Gropper mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh
peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.11
Selain itu Kemp juga menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.1112

11
Zainal aqib, Model-model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif), (Bandung : Yrama Widya,2013) hal 68-69
12
Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi pada standar proses pendidikan.(Jakarta:Kencana, 2006) hal 126

9
Dari uraian strategi, pembelajaran dan strategi pembelajaran di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi
pembelajaran yaitu suatu perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan pesrta didik
dalam upaya mencapai tujuan tertentu.

10
2. Perbedaan Strategi pembelajaran dengan Metode Pembelajaran
Strategi pembelajaran dan metode pembelajaran adalah dua hal yang saling berkaitan. Strategi pembelajaran merupakan suatu
perencanaan dalam pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan metode pembelajaran adalah cara pembentukan atau pengertian peserta
(penerima informasi) terhadap suatu penyajian informasi/bahan ajar. Terdapat tiga syarat utama berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar. Pertama adalah siswa yang berperan sebagai penerima informasi, kedua adalah materi bahan yang akan disampaikan
dan yang ketiga adalah pengajar selaku pengantar dan penyampai bahan ajar.13
Secara umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Secara khusus metode pembelajaran diartikan sebagai cara
atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan. Selain itu, metode juga merupakan berbagai teknik dan
sumber daya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar. 14
Jadi strategi pembelajaran merupakan suatu perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan dan disampaikan kepada peserta didik dengan
metode pembelajaran.
3. Strategi Pembelajaran Time Token
Strategi pembelajaran Time Token merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran demokratis di sekolah.
Proses pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subjek. Sepanjang proses belajar,
aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru berperan mengajak
siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.15
Adapun sintak dari strategi pembelajaran Time Token ini adalah sebagai berikut :
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
b. Guru mengondisikan kelas untuk melaksanakan kondisi klasikal
c. Guru memberi tugas pada siswa untuk memahami bacaan yang diberikan oleh guru mengenai materi pembelajaran
13
Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar, (Bandung:Yrama Widya, 2013) hal 1
14
Zainal aqib, Model-model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif), (Bandung : Yrama Widya,2013) hal 102
15
Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2013) hal 241

11
d. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa
e. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Satu kupon untuk satu
kesempatan berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak
boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus berbicara sampai kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga
semua anak berbicara.
f. Guru memberi sejumlah nilai berdasarkan waktu yang digunakan tiap siswa dalam berbicara.
Kelebihan strategi Time Token antara lain :
a. Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi
b. Menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang tidak berbicara sama sekali
c. Membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran
d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
e. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat
f. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan, dan memiliki sikap
keterbukaan terhadap kritik
g. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain
h. mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang dihadapi
i. Dan tidak memerlukan banyak media pembelajaran.16
C.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Pembelajaran
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan sistem pembelajaran di antaranya faktor guru, faktor siswa, faktor
sarana dan prasarana yang tersedia,dan  faktor lingkungan :

16
Miftahul, Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) hal 241

12
1.      Faktor guru
Keberhasilan suatu sistem pembelajaran, guru merupakan komponen yang menentukan.Hal ini disebabkan guru
merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa.Dalam system pembelajaran guru bisa berperan sebagai
perencana atau desainer pembelajaran, sebagai mativator maupun implementator.Sebagai perencana guru dituntut untuk
memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya
dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana dan desain pembelajaran.
Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru,
bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin dapat diaplikasikan. Layaknya seorang prajurit
di medan pertempuran. Keberhasilan penerapan strategi berperang untuk menghancurkan musuh akan sangat bergantung kepada
kualitas prajurit itu sendiri. Demikian juga dengan guru, keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung
pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Diyakini, setiap guru akan memiliki
pengalaman, pengetahuan, kemampuan, gaya, dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar. Guru yang menganggap
mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran, akan berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu
proses pemberian bantuan kepada peserta didik. Masing-masing perbedaan tersebut dapat memengaruhi baik dalam penyusunan
strategi atau implementasi pembelajaran.
Guru, dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia
pendidikan dasar, tidak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, komputer, dan lain sebagainya.
Sebab, siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa. Dalam proses
pembelajaran guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, akan tetapi juga sebagai
pengelola pembelajaran (manager of learning).17 Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh
karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Norman Kirby (1981)
17
Muhammad Rahman, Strategi dan Desain Pengembangan dan System Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013), 4

13
menyatakan: "One underlying emphasis should be noticeable: that the quality of the teacher is the essential, constant feature in
the success of any educational system". Menurut Dunkin (1974), ada sejumlah aspek yang dapat memengaruhi kualitas proses
pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu: "teacher formative experience, teacher training experience and teacher
properties". Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar
belakang sosial mereka. Yang termasuk ke dalam aspek ini di antaranya, meliputi tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar
belakang budaya dan adat istiadat, keadaan keluarga dari mama guru itu berasal, misalkan apakah guru itu berasal dari keluarga
yang tergolong mampu atau tidak apakah mereka berasal dari keluarga harmonis atau bukan.
Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, misalnya sikap guru
terhadap profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan atau inteligensi guru, motivasi dan kemampuan mereka baik
kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran termasuk di dalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi pembelajaran
maupun kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran.
2.      Faktor Peserta Didik (Siswa)
Peserta didik merupakan subjek utama dalam pross pembelajaran, maka dari itu pengajar harus dapat memilih strategi
pembelajaran yang tepat serta memperhatikan karakteristik peserta didik siswa juga memiliki karakteristik dan perbedaan satu
sama lain, mulai dari fisik, gaya belajar, motivasi belajar, kecerdasan, orientasi bersekolah, cita-cita, dan berbagai perbedaan
lain.18 Karakteristik peserta didik Antara lain sebagai berikut:
a) Kematangan mental dan kecakapan intelektual.
Setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang unik dan berbeda satu sama lain. Kematangan dan kecakapan
intelektual yang dimiliki juga berbeda, meskipun ditinjau dari aspek usia sejajar atau sama. Oleh karena itu strategi yang

18
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM : Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 198-202

14
digunakan harus benar-benar bermanfaat sesuai dengan tingkat kematangan dan kecakapan intelektual.Tingkat kematangan
dan kecakapan intelektual yang mumpuni berdampak positif terhadap penerapan strategi pembelajaran yang digunakan.
b) Kondisi Fisik dan kecakapan Psikomotorik
Pemilihan strategi pembelajaran juga disesuaikan dengan kondisi fisik dan kecakapan psikomotor peserta
didik.Kecakapan psikomotor meliputi, gerakan-gerakan jasmani, seperti kekuatan fisik, kecepatan, koordinasi, dan flesibilitas.
c) Umur
Umur merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam peilihan strategi pembelajaran. Strategi pembeajaran untuk
peserta didik usia 7-12 tahun tentu berbeda denga peserta didik yang berusia 15-17 tahun.
d) Jenis Kelamin
Meskipun dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak ada perbedaan Antara peserta didik Antara laki-laki dan
perempuan, namun dalam hal-hal tertentu terdapat perbedaan, misalnya minat, kebiasaan, kecakapan, psikomotor dan
perhatian
Perbedaan jenis kelamin dalam pembelajaran merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih strategi
pembelajaran yang akan dipakai.19

3.       Faktor sarana dan prasarana


Media pembelajaran merupakan konsep-konsep yang masih konkrit dalam sebuah pembelajaran. Konsep yang maish
abstrak dan sulit dijelaskan kepada siswa secara langsung, yang bias dikonkritkan atau disederhanakan melalui pemanfaatan
media pembelajaran
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya:
a.       Media pembelajaran,
19
Dadang Sunendar dan Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 169

15
b.      Alat-alat pelajaran,
c.       Perlengkapan sekolah.
Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran,
misalnya:
a.       Jalan menuju sekolah,
b.      Penerangan sekolah,
c.       Kamar kecil dan lain sebagainya.
Adapun keuntungan yang didapat siswa maupun guru dari  sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasarana
adalah sebagai berikut:
a.       Kelengkapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar.
b.      Kelengkapan sarana dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar.

4.      Faktor lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhiproses pembelajaran, yaitu faktor organisasi
kelas dan faktor iklim sosial-psikologis.20 Faktor organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas
merupakan aspek penting yang dapat memengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas berkecenderungan yang akan mengakibatkan
sebagai berikut:
a.       Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit.

20
Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, 197-201

16
b.      Kelompok belajar akan kurang  mampu memanfaatkan dan menggunakan semua sumber daya yang ada. Misalnya, dalam
penggunaan waktu diskusi jumlah siswa yang terlalu banyak akan memakan waktu yang banyak pula, sehingga sumbangan
pikiran akan sulit didapatkan dari setiap siswa.
c.       Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun. Hal ini disebabkan kelompok belajar yang terlalu banyak akan
mendapatkan pelayanan yang terbatas dari setiap guru, dengan kata lain perhatian guru akan semakin terpecah.
d.      Perbedaan individu antara anggota akan semakin tampak, sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan. Kelompok yang
terlalu besar cenderung akan terpecah ke dalam sub-sub kelompok yang saling bertentangan.
e.       Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-
sama maju mempelajari materi pelajaran baru.
f.       Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap
kegiatan kelompok.
Memperhatikan beberapa kecenderungan di atas, maka jumlah anggota kelompok besar akan kurang menguntungkan
dalam menciptakan iklim belajar mengajar yang baik. Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat memengaruhi proses
pembelajaran adalah faktor iklim sosial-psikologis, maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam
proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal atau eksternal.Iklim sosial-psikologis secara internal, adalah
hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa antara siswa
dengan guru antara guru dengan guru bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah.Iklim sosial-psikologis eksternal adalah
keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan
sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat, dan lain sebagainya. Sekolah yang memiliki hubungan yang baik secara internal,
yang ditunjukkan oleh kerja sama antar guru, saling menghargai dan saling membantu, maka memungkinkan iklim belajar
menjadi sejuk dan tenang sehingga akan berdampak pada motivasi belajar siswa. Sebaliknya, manakala hubungan tidak harmonis,
iklim belajar akan penuh dengan ketegangan dan ketidaknyamanan sehingga akan memengaruhi psikologis siswa dalam belajar.

17
Demikian juga sekolah yang memiliki hubungan yang baik dengan lembaga-lembaga luar akan menambah kelancaran program-
program sekolah sehingga upaya-upaya sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran akan mendapat dukungan dari pihak
lain.

Kesimpulan

Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik
pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematik dan mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai
pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melakukan aktivitas pembelajaran.

Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai ‘siasat’, ‘kiat’, ‘trik’, atau ‘cara’. Sedang secara umum strategi mempunyai pengertian suatu
garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi
bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan

1. Faktor guru
2. Factor peserta didik
3. Factor sarana & prasarana
4. Factor lingkungan

Daftar Pustaka

18
Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar, (Jakarta:Kencana, 2013), hal 18-19
Ahmad Susanto, Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar, (Jakarta:Kencana, 2013), hal 19
Ahmad Susanto ... hal 19
Daryanto, Strategi dan Tahapan Mengajar, (Bandung:Yrama Widya, 2013) hal 1
Dadang Sunendar dan Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 169
Hamruni, strategi pembelajaran, (Yogyakarta:Insan Madani, 2012), hal 1
Hamruni, strategi pembelajaran, (Yogyakarta:Insan Madani, 2012), hal 1-2

19

Anda mungkin juga menyukai