Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH KOMIK FISIKA BERBASIS PROBLEM BASE

LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA


SMA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian


Yang Diampu Oleh Bapak Agus Budiyono, S. Pd, M. Pd.

PROPOSAL

Oleh:
Uhaidi Latif (2018050200002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MADURA
2021-2022

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................................4

C. Tujuan......................................................................................................................4

BAB II KAJIAN TEORI....................................................................................................5

A. Pembelajaran Fisika.................................................................................................5

B. Hasil Belajar.............................................................................................................7

C. Komik fisika berbasis PBL.........................................................................................7

D. Model Pembelajaran Problem Base Learning (PBL).................................................7

E. Pembelajaran berbasis masalah berbantuan LKS Kolaboratif dalam pembelajaran


fisika...............................................................................................................................9

F. Hipotesis Penelitian...............................................................................................11

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................12

A. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................................................12

B. Subjek....................................................................................................................12

C. Instrumen..............................................................................................................13

D. Teknik Analisis Data...............................................................................................13

E. Hipotesis................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
melakukan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam intraksi dengan lingkungan. Ciri-ciri
perubahan tingkah laku dalam pelajaran adalah perubahan secara sadar,
perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, perubahan dalam
belajar bersifat positif dan aktif, peubahan belajar bertujuan atau terarah,
dan perubahan mencakup seluruh aspek perilaku (Slameto, 2010).
Perubahan dalam belajar tidak hanya berkaita dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.
Menurut Sanjaya (2010), mengajar dan belajar adalah dua istilah
yang memiliki satu makna yang tidak dapat dipisahkan. Dalam istilah
mengajar juga terkandung proses belajar siswa. Proses belajar berjalan
lancar apabila adanya minat. Siswa memiliki inat terhadap subjek tertentu
cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek
tersebut dan memberikan moivasi untuk lebih mengetahui lebih dalam
terhadap subjek tersebut. Siswa akan berhasil dalam belajar, jika pada
dirinya ada keinginan untuk belajar (Sadirman, 2012).
Berdasarkan analisis dari beberapa jurnal tentang hasil belajar
siswa terdapat beberapa sekolah yang hasil belajar siswanya menurun pada
pelajaran fisika. Faktor penyebabnya yaitu faktor fasilitas yang kurang
mencukupi terutama buku-buku literatur atau buku paket, dan anggapan
siswa terhadap mata pelajaran fisika (Gede Bandem, I Wayan & Ketut,
2014). Permasalahan lainnya dalam pembelajaran fisika yaitu masih
rendahnya daya serap peserta didik serta hasil belajar peserta didik.
Selain dari penyebab diatas juga terdapat penyebab lain yaitu siswa
jarang dihadapkan pada masalah saat pebelajaran akibatnya siswa kurang
berminat untuk elajar fisika. Kurangnya minat siswa mengakibatkan siswa
tidak mengetahui hubunagn peristiwa fisika dengan kehidupan sehari-hari.
Sehngga siswa menganggap fisika adalah mata pelaaran yang

1
membosankan karena tidak terdapat hubungan antara pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu diterapkan suatu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Salah satunya yakni pembelajaran berbasis masalah atau problem base
learning. Pembelajaran PBL dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan
keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui
perlibatan mereka dalam pengalaman nyatadan menjadi pebelajar yang
otonom dan mandiri.
Menurut Arends dalam Hosnan (2014), model PBL merupakan
suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan
yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih
tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Pembelajaran ini
membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial
dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks. Pada model pembelajaran berbasis
masalah berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya, dalam model
pembelajaran ini, peranan guru adalah menyajikan berbagai masalah,
memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi proses investigasi dan dialog
sehingga siswa dapat mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan
logis.
Kirschner (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
pembelajaran berbasis masalah sulit diterapkan jika tanpa bimbingan,
peneliti menawarkan sebagai contoh bimbingan dalam pembelajaran
berbasis masalah adalah kolaboratif. Hal ini sesuai dengan penelitian Choo
(2011) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah masih
memiliki kendala pada kurangnya bimbingan, sehingga peneliti
menyarankan pembelajaran berbasis masalah (PBL) berbantuan
pembelajaran kolaboratif.

2
Adolphus (2013) telah melakukan penelitian mengenai efek
pembelajaran kolaboratif terhadap keterampilan pemecahan masalah
siswa SMA. Peneliti melakukan penelitian dengan beberapa variabel yaitu
pembelajaran kolaboratif dan konvensional. Hasil yang didapatkan dari
hasil penelitian ini adalah adanya perbedaan yang signifikan mengenai
keterampilan pemecahan masalah dengan pembelajaran kolaboratif dan
pembelajaran konvensional. Hal yang direkomendasikan dari peneliti
adalah dengan memberikan penugasan yang berbasis kolaboratif untuk
lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Supeno et al. (2018) yang
menyatakan bahwa pembelajaran kolaboratif dapat menjadi strategi
alternatif, karena dalam pembelajaran kolaboratif siswa diajarkan untuk
bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepada setiap individu
sebelum akhirnya diintegrasikan dengan solusi yang dihasilkan oleh siswa
lain, sehingga siswa dapat menyelesaikan permasalahan fisika secara
prosedural dimulai dari pencontohan hingga solusi. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan LKS kolaboratif untuk menunjang kolaborasi siswa.
LKS kolaboratif merupakan lembar kerja siswa yang didalamnya
terdapat panduan untuk beraktivitas secara kolaboratif dalam
menyelesaikan permasalahan soal fisika. LKS berbasis kolaboratif adalah
suatu media ajar yang didalmnya memuat materi pokok bahasan tertentu
disertai dengan permasalahan- permasalahan yang diambil dalam
kehidupan sehari-hari (Puspitaningrum, Astutik & Supeno, 2018).
Berdasarkan uraian diatas bahwa permasalahan-permasalahan dalam
pembelajaran fisika memerlukan alternatif solusi. Salah satu alternatif
solusi dalam pembelajaran fisika yaitu menggunakan media pembelajaran
yang dapat membantu siswa dalam mengerti tentang pembelajaran fisika
dan membatu dalam hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis Pengaruh LKS kolaboratif pada model cooperative learning
tipe STAD terhadap hasil belajar siswa.

3
Dalam proposal ini penulis melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Komik Fisika berbasis Problem Base Learning (PBL)
terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
amsalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana pengaruh LKS Kolaboratif terhadap hasil belajar siswa
kelas X SMA.
2. Apakah dengan adanya LKS kolaboratif pada model pembelajaran
PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh LKS kolaboratif terhadap hasil belajar
siswa.
2. Untuk mengetahui pengaruh model Problem Base Learning terhadap
hasil belajar siswa.

4
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Fisika
Pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha seorang guru untuk
membangun interaksi dua arah dengan siswa disertai dengan sumber
belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2009: 17). Fisika
adalah salah satu mata pelajaran dalam sains yang dapat digunakan
sebagai alat untuk mengembangkan analitis dan deduktif keterampilan
berpikir dala memecahkan masalah yang terkait dengan peristiwa alam,
baik secara kualitatif dan kuantitatif matematika, dan dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kepercayaan diri (Sagala,
2017). Pembelajaran memiliki kaitan yang erat dengan belajar.
Pembelajaran bertindak sebagai pendorong kegiatan belajar yang juga
berupa perkembangan mental, maka dampak pengajaran tersbut sejalan
dengan tujuan pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2002:38).
Pembelajaran merupakan suatu proses yang sudah diatur sedemikian rupa,
agar langkah-langkah yang digunakan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan (Hamdayama, 2016:15). Menurut Sanjaya (2017: 78) terdapat
prinsip-prinsip dalam implementasi pembelajaran, sebaga berikut:
1. Berorientasi pada tujuan
Mengajar merupakan suatu proses yang bertujuan, oleh sebab itu
seorang guru juga harus memperhatikan ketercapaian tujuan yang
diinginkan dalam proses belajar-mengajar. Tidak semua model
pembelajaran yang digunakan dapat mencapai tujuan tertentu, maka
dari itu pembelajaran juga harus berpedoman pada tujuan, sehingga
proses pembelajaran yang berlangsung dapat mencapai tujuan yang di
inginkan.
2. Aktivitas
Aktifitas siswa dalam kelas juga menjadi suatu hal yang penting
dalam pembelajaran, dimana aktivitas yang dimaksud disin bukan
hanya aktivitas fisik,tetapi termasuk aktivitas untuk berpikir kritis,
karena pada dasarnya belajar merupakan suatu perbuatan untuk

5
memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
3. Individualitas
Prinsip individualitas pada pembelajaran berarti bahwa dalam suatu
pembelajaran, mengembangkan setiap individu siswa adalah suatu
usaha yang harus dilakukan oleh guru. Karena pada dasarnya
mengajar banyak siswa belum tentu bisa mengembangkan
individualitas semua siswa.
4. Integritas
Mengajar merupakan suau usaha untuk mengembangkan kepribadian
siswa, karena mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan
kognitif saja, tetap juga membutuhkan pengembangan afektif dan
psikomotor. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran guru juga harus
memperhatikan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi.
Dalam pembelajaran fisika, kemampuan pemecahan masalah
diperlukan untuk membangun penalaran dari pengamatan dan data, yaitu
untuk merancang percobaan dan menguji hipotesis, untuk memecahkan
masalah yang kompleks, merepresentasikan persamaan matematis dengan
menghubungkan hasil sebelum menguji hipotesis dan setelah menguji
hipotesis, serta mampu bekerja dalam tim dengan baik (Sitika, 2015).
Teodorescu (2013) menyatakan bahwa penelitian
pendidikan fisika beberapa tahun terakhir mengalami kemajuan
dengan temuapenting. Temuan-temuan ini menyarankan siswa untuk
memecahkan masalah berpikir tingkat tinggi untuk dapat membantu
mereka menjadi lebih baik dalam memahami materi fisika.
Menurut Adolphus (2013), pembelajaran fisika harus mengalami
perubahan dalam perilaku siswa. Perubahan ini harus menjadi kesadaran
siswa untuk memacahkan masalah dalam fisika. Namun pada
kenyataannya, pembelajaran yang berpusat pada masalah sering dibangun
melalui strategi pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaborasi
memfasilitasi keberhasilan siswa menyerap informasi dan pengetahuan
fisika yang dapat ditentukan oleh keaktifan siswa selama proses

6
pembelajaran fisika. Sehingga pembelajaran bukan lagi berpusat pada
guru, tetapi berpusat pada keterlibatan aktif antar siswa dalam proses
belajar mengajar fisika (Pardede, 2016).
B. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar. Dari segi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari segi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono,
2002: 3-4). Hasil belajar secara esensial bertujuan untuk mengukur
keberhasilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sekaligus
mengukur keberhasilan keberhasilan siswa dalam penguasaan
kompetensi yang telah ditenukan (Kunandar, 2014: 10). Klasifikasi hasil
belajar dari Bloom (1981) secara garis besar dibagi menjadi 3 ranah: 1)
ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual, 2) ranah
afektif yang berkenaan dengan sikap, dan 3) ranah psikomotor yang
berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
C. Komik fisika berbasis PBL

D. Model Pembelajaran Problem Base Learning (PBL)


Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran
yang bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi,
mengembangkan pengetahuan serta inquiri, mengembangkan kemandirian
dan kepercayaan diri dimana dalam pembelajaran siswa dihadapkan pada
suatu permasalahan (Trianto, 2009:92). Dalam model Problem Based
Learning, siswa dituntut untuk dapat mencari data hingga menarik
kesimpulan, itulah sebabnya bahwa model pembelajaran ini merupakan
suatu metode untuk berpikir kritis (Sudjana, 1989: 85) Model
pembelajaran ini dimulai dengan penyajian masalah pada awal
pembelajaran, dan guru berperan sebagai fasilitator strategi dan
keterampilan tertentu agar siswa dapat memecahkan masalah tersebut,
sedangkan masalah yang diberikan adalah masalah yang sudah disepakati
oleh siswa dan guru, dimana dalam menyelesaikan permaslaahan ini siswa

7
akan menggunakan keterampilan berpikir kritis dan prosedur pemecahan
masalah (Trianto, 2009: 92). Metode pemecahan masalah metode
pembelajaran yang melatih siswa untuk memecahkan masalah, baik
masalah dalam kelompok atau masalah individu yang berorientasi pada
investigasi yang berdasar pada pemecahan masalah (Hamdayama, 2016:
115).

a) Karakteristik PBL
Menurut Eggen (2012: 307) pembelajaran berbasis masalah
memiliki karakteristik:
a. Pengajaran berfokus pada memecahkan masalah
b. Pembelajaran berpusat pada siswa, termasuk tanggungjawab
untuk memecahkan masalah
c. Guru mendukung proses saat siswa mengerjakan masalah

b) Sintakmatik PBL
Menurut Arend (2012: 411) sintakmatik Problem Bas Learning
adalah sebagai berikut:
Fase Kegiatan Guru
Fase 1 Guru melampaui tujuan dari pelajaran,
Orientasi masalah pada siswa menjelaskan logistik penting persyaratan,
dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam
aktivitas pemecahan masalah.
Fase 2 Guru membantu siswa mendefinisikan
Mengatur siswa untuk belajar dan mengatur mempelajari tugas yang
terkait dengan masalah.
Fase 3 Mendorong siswa untuk berkumpul
Membantu menyelidiki secara penyelidikan. informasi yang sesuai,
mandiri dan kelompok perilaku eksperimen, dan mencari
penjelasan dan solusi.
Fase 4 Guru membantu siswa dalam perencanaan
Mengembangkan dan menyajikan dan pameran menyiapkan artefak yang
hasil kerja siswa sesuai seperti laporan, video, dan model,
dan membantu mereka membagi pekerjaan
mereka dengan yang lain.
Fase 5 Guru membantu siswa untuk
Menganalisis dan mengevaluasi merefleksikan investigasi masalah dan
hasil pemecahan maslah proses yang mereka gunakan

8
E. Hipotesis Penelitian
1. LKS Kolaboratif pada model Problem Base Learning berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
2. LKS Kolaboratif pada model Problem Base Learning dapat meningkat
hasil belajar siswa.

9
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian
eksperimendilakukan ketika peneliti ingin menetapkan kemungkinan
penyebab dan pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat,
sehingga eksperimen merupakan desain quantitatif terbaik yang
digunakan untuk mengetahui penyebab dan pengaruh.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan quasi eksperimen,
dimana peneliti menggunakan kelompok kelas secara utuh sebagai kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan dengan
memberikan perlakuan berupa model pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning)disertai LKS kolaboratif pada kelas eksperimen,
sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan berupa model
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)tetapi tidak
disertai LKS kolaboratif.
Desain digunakan yaitu Pre-Test and Post-Test Control-Group
Design, dimana peneliti menetapkan suatu kelompok kelas secara utuh
sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen, kemudian mengelola pretest
kedua kelas tersebut. Setelah dilakukan pretest, dilakukan perlakuan
kepada kelas eksperimen. Kemudian mengelola posttest untuk menilai
perbedaan antara kedua kelas tersebut.

Group Test Treatment Test


Select Control
Pretest No Treatment Posttest
Group
Select
Experimental
Experimental Pretest Posttest
Treatment
Group

B. Subjek
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah kelas XI IPA A MA
MIFTAHUL ULUM sebanyak 30 Siswa.

10
2. Sampel
Sampel dari penelitian in diambil secara purposive sampling
sebanyak 24 siswa.
C. Instrumen
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. LKS kolaboratif.
LKS kolaboratif merupakan LKS yang menggunakan system
kolaboratif, dimana setiap masing-masing individu
mengerjakan tugasnya masing-masing, kemudian
mendiskusikan hasil penemuan mereka dengan seluruh
anggota kelompok untuk memecahkan masalah.
b. RPP dengan menggunakan model pembelajaran PBL (Problem
Based Learning)
untuk menunjang proses perlakuan pada siswa untuk
meningkatkan keterampilan pemecahan masalah.
c. Soal pre-test yang berisi soal yang harus dikerjakan siswa
untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
d. Soal post-test yang berisi doal untuk mengetahui hasil
perlakuan peneliti menggunakan LKS kolaboratif terhadap
keterampilan pemecahan masalah.
e. Latihan soal materi gerak parabola yang dikerjakan secara
individu untuk mengetahui hasil belajar siswa.
f. Angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui
respon dari siswa terhadap LKS kolaboratif sebagai bahan ajar
yang mampu meningkatkan keterampilan pemecahan masalah
D. Teknik Analisis Data
1. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai hasil belajar adlah
sebagai berikut :
∑skor perolehan
Nk = x 100
∑skor maksimal
Keterangan:
Nk = Nilai hasil belajar

11
2. Uji Hipotesis Keterampilan Hasil Belajar
a) Uji Normalitas Data
Uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data
memiliki distribusi normal sehingga dapat digunakan. Uji
normalitas menggunakan progam SPSS dapat diuji dengan
Kolmogorov-Smirnov. Interpretasinya adalah jika nilai sig.
di atas 0,05 maka distribusi data dinyatakan normal, dan
jika nilainya di bawah 0,05 maka diinterpretasikan data
tidak terdistribusi normal. Kriteria pengujian dalam uji
normalitas adalah sebagai berikut:
i. Jika nilai signifikansi (Sig. 2-tailed) < 0,05 maka data
tersebut tidak berdistribusi normal dan harus
menggunakan uji statistik nonparametrik.
ii. Jika nilai signifikansi (Sig. 2-tailed) > 0,05 maka data
tersebut berdistribusi normal dan harus menggunakan
uji statistik parametrik.
E. Hipotesis
“LKS kolaboratif pada pembelajaran berbasis masalah berpengaruh
terhadap keterampilan pemecahan masalah”. Pengujian yang dilakukan
pada hipotesis 1 untuk mengetahui pengaruh LKS kolaboratif terhadap
keterampilan pemecahan masalah bergantung dengan uji normalitas yang
telah diuji sebelumnya. Jika data menunjukkan bahwa data berdistribusi
normal, maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji Independent
Sample t-test, dan jika data tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan melakukan uji Mann Whitney U dengan bantuan SPSS 23 dengan
nilai yang diperoleh dari post-test siswa.
1. Hipotesis Statistik
H0 = Keterampilan Hasil Belajar pada kelas eksprimen tidak
berbeda dengan keterampilan Hasil Belajar pada kelas kontrol.
Ha = Keterampilan Hasil Belajar pada kelas eksprimen berbeda
dengan keterampilan Hasil Belajar pada kelas kontrol.

12
2. Kriteria Pengujian Statistik
H0 diterima (Ha ditolak) apabila nilai signifikansi > 0,05
H0 ditolak (Ha diterima) apabila nilai signifikansi ≤ 0,05

13
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Jakarta: Bina Aksara,


2003.
Dewi, Vicky Cahya. "Pengaruh Model Kooperative tipe STAD
Berbantuan LKS berbasis pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar ."
Digital Repositiry Universitas Jember, 2016: 7-8.
Hermarini, R. "The Implementation of collaborative learning models using
worksheet to increase student learing outcomes at senior high school the
subject of light waves." journal of physics: Conference series, 2019: 3-6.
Linamy Nurul Fuad, Sri Astutik, dan Agus Abd. Gani. "Pengembangan
LKS berbasis kolaboratif untuk meningkatkan keterampilan proses sains
pada siswa di MAN 3 Jember." Jurnal Pembelajaran Fisika, 2018: 248-
254.
Risma Valentina Fitriyani, S. Supeno, dan M. Maryani. "Pengaruh LKS
kolaboratif pada model pembelajaran berbasih masalah terhadap
keterampilan pemecahan masalah fisika siswa SMA." Berkala Ilmiah
Pendidikan Fisika, 2019: 71-81.
T. Adolphus, J. Alamina, dan T. Aderonmu. “The effect of collaborative
learning on problem solving abilities among senior secondary school
physics student in simple harmonic motion.” Journal of Education and
Practice, 2013: 95-101.

14

Anda mungkin juga menyukai