Anda di halaman 1dari 24

PENERAPAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN


MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah “Penelitian
Pendidikan” Dengan Dosen Pengampu : Ratna Duhita Pramintari PS.Km.,M.Si

Disusun Oleh :
Raditiya Gifahri 41182109200068
Lucky Hidayati 41182109200065

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM ‘45
BEKASI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah diatur sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Kurikulum terdiri dari beberapa bagian yang saling berkaitan satu sama lain membentuk
sistem tunggal, artinya setiap komponen hanya berhubungan satu sama lain. Ada satu tujuan
yaitu tujuan pendidikan yang juga merupakan tujuan mata kuliah. Akdvirida (2016:35)
mengatakan: Pada hakikatnya kurikulum memuat tujuan, metode, alat penilaian, bahan ajar
dan berbagai pengalaman belajar. Kurikulum disusun dalam Dinas Pendidikan
mengikutsertakan beberapa jurusan dengan harapan mahasiswa mampu melakukan hal
tersebut Indonesia memiliki tingkat keterampilan yang sama. Kurikulum saat ini adalah
silabus 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diprioritaskan Pemahaman,
keterampilan dan pembentukan karakter, siswa harus memahami materi, aktif dalam diskusi
dan presentasi serta memiliki kebiasaan disiplin yang tinggi (Aqdwirida, 2016:35). (ANURNI
LESTARI DAELI, 2016)
Yusuf (2018:267) menyatakan bahwa kurikulum 2013 berencana untuk mendorong siswa
atau siswa lebih mampu melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan, menarik
kesimpulan dan merepresentasikan apa yang akan mereka terima atau ketahui setelah
menerima materi mempelajari Objek yang menjadi pembelajaran melalui penataan dan
penyempurnaan Kurikulum 2013 menekankan fenomena alam, sosial, seni dan budaya.
Berbeda Silabus sebelumnya dan silabus 2013 lebih menekankan pada ketiga aspek tersebut
yaitu. Menghasilkan siswa yang berakhlak mulia (afektif), terampil (psikomotorik) dan
pengetahuan yang berkelanjutan (kognitif). Oleh karena itu, diharapkan lebih banyak siswa
lebih kreatif, inovatif dan produktif.
Salah satu isi kurikulum (2013) adalah matematika. Matematika adalah topik penting
karena matematika bekerja Kembangkan pengetahuan kunci sebagai dasar untuk pekerjaan
seumur hidup Hidup di era globalisasi. Karena itu adalah penguasaan matematika tertentu
Penting bagi siswa untuk menemukan pekerjaan yang layak di kemudian hari. masalah ini
bantah Pauweni dkk. (2020:23-24) bahwa matematika adalah ilmu Pengetahuan yang
mengeksplorasi konsep-konsep di mana siswa dapat berpartisipasi dan aktif terlibat dalam
menemukan konsep, menerapkan konsep dan memecahkan masalah Matematika. Ketika
memecahkan matematika, siswa perlu meningkatkan keterampilannya Berpikir, pemecahan
masalah dan argumentasi, lebih khusus lagi Kemampuan pemecahan masalah dalam
matematika. Ini untuk tujuan pemecahan masalah Matematika dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari untuk memutuskan sesuatu Masalah memperoleh hasil terbaik sangat
membutuhkan dukungan guru berupa motivasi belajar dan pemahaman konsep yang baik. 
Matematika adalah ilmu yang abstrak dan deduktif sedangkan anak sekolah dasar yang
Masih 7 sampai 12 tahun sedang dalam tahap operasional konkret tidak mampu berpikir
formal (UPI, 2007). Fungsi untuk menghitung pecahan adalah cabang matematika yang
menjadi Masalah untuk siswa sekolah dasar, Siswa kelas V SDN Mlowo Karangtalun 04
Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Berdasarkan informasi dari wali kelas V SDN
Mlowo Karangtalun 04 Kec Kabupaten Grobogan Pulo-kulon, mahasiswa yang gagal tes
operasi aritmatika harian Kelompok hingga 14 siswa (61%) 23 siswa di ambang
kesempurnaan minimal 65. Mahasiswa harus sudah lulus soal menghitung pecahan, harus
diselesaikan masalah Siswa dapat memecahkan masalah jika pembelajaran dilakukan secara
konsisten sesuai Pembelajaran yang menawarkan kesempatan Agar siswa dapat memahami
masalah dengan baik, merumuskannya pemecahan masalah, pemecahan masalah masalah,
periksa dan ambil hasil akhir dari opsi jeda yang paling efektif. (Indarwati et al., 2014)
Pembelajaran alternatif yang bisa Pemberian kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan tersebut adalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah
adalah sebuah metode Pembelajaran didasarkan pada masalah sebagai stimulus untuk belajar.
masalah diambil dari kejadian nyata sangat dekat dengan siswa sehingga mudah dipahami
dan menarik bagi siswa. Arend (Trianto, 2009) salah mengklaimnya Salah satu manfaat dari
pembelajaran berbasis masalah adalah untuk meningkatkan pemecahan masalah.
Lebih lanjut Arends dalam Ariyana, dkk (2018:32) menguraikan Sintak model Problem
Based Learning sebagai berikut:
a. Orientasi peserta didik pada masalah
b. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
c. Membimbing pemyelidikan individu maupun kelompok
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Artikel ini memberikan ikhtisar bagaimana pembelajaran berbasis masalah diterapkan pada
pembelajaran di sekolah dasar dari perencanaan, pelaksanaan dan bagaimana hal itu
mempengaruhi keterampilan Siswa memecahkan masalah matematika. (Pendidikan &
Konseling, 2022)
Hal ini dapat disimpulkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dianggap cocok digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa sekolah dasar, karena model Problem Based Learning (PBL) pada
proses pembelajarannya dilakukan secara berkelompok yang dapat menciptakan siswa
menjadi aktif dan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga membantu siswa
lebih mudah memahami materi pada pelajaran matematika.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dalam penelitian ini dapat di
identifikasi sejumlah permasalahan sebagai berikut :
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa sekolah dasar
2. Penggunaan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran
matematika pada siswa sekolah dasar.
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, peneliti berfokus pada pada penerapan
pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar

D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut “Bagaimana penerapan pengaruh model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sekolah
dasar?”

E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penerapan pengaruh model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa sekolah dasar

F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat bagi guru
Memberikan masukan dan model untuk mengembangkan pembelajaran
matematika ditingkat sekolah dasar melalui model Problem Based Learning
(PBL)
2. Manfaat bagi siswa
Siswa memperoleh pengalaman baru dengan model pembelajaran yang bervariasi
dan diharapkan dapat memberikan peningkatkan terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika
3. Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan masukan kebijakan dalam upaya meningkatkan
proses belajar dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas proses
pembelajaran

G. DEFINISI OPERASIONAL
1. Model problem based learning
Wena (2009:91) mengemukakan bahwa model PBL merupakan “Strategi
pembelajaran dengan menghadapkan peserta didik pada permasalahan-
permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain peserta
didik belajar melalui permasalahan-permasalahan”. Sejalan dengan itu, Sanjaya
(2009:214) mengemukakan, “Model PBL diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah”.
Menurut Tan, Wee dan Kek (dalam Amir 2010:12) langkah-langkah dalam
pelaksanaan PBL yaitu: “(1) Pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah,
biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, (2) Pembelajar secara
berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan
pengetahuan mereka, (3) Mempelajari dan mencarisendiri materi yang terkait
dengan masalah, (4) Melaporkan solusi dari masalah.”
Lebih lanjut Rusman (2011:243) menjelaskan langkah PBL sebagai berikut:
“(1) Orientasi peserta didik pada masalah, (2) Mengorganisasi peserta didik untuk
belajar, (3) Membimbing pengalaman individual dan kelompok, (4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah”.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika
Depdiknas (2006) menjelaskan bahwa hakikat matematika merupakan “bahan
kajian yang memiliki konsep abstrak dan dibangun melalui konsep penalaran
deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari
kebenaran sebelumnya sudah diterima sehingga keterkaitan antara konsep dalam
matematika sangat luas dan jelas”.
Menurut Wahyudi (2012:10), “matematika berkenaan dengan ide (gagasan-
gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan, yang diatur secara logis sehingga
matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.
Lampiran Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi mata
pelajaran matematika SD/MI menjelaskan bahwa pembelajaran Matematika
diberikan untuk membekali peserta didik untuk berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis dan kreatif serta kemampuan kerja sama dikutip dari (Depdiknas, 2006).
Sehingga peserta didik mampu memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetitif. Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa karakteristik matematika yang
memiliki objek kajian abstrak, berkaitan dengan karakteristik siswa SD yaitu
senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORITIK
1. METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
a. Pengertian Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Wena (2009:91) mengemukakan bahwa model PBL merupakan
“Strategi pembelajaran dengan menghadapkan peserta didik pada
permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan
kata lain peserta didik belajar melalui permasalahan-permasalahan”. Sejalan
dengan itu, Sanjaya (2009:214) mengemukakan, “Model PBL diartikan
sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah”.
Menurut Slameto (2011:7) Model PBL merupakan model
pembelajaran model pembelajaran yang melatih dan mengembangkan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah
autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
Senada dengan Slameto, Hosnan (2014: 295) mengemukakan bahwa
Model Problem PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun
sendiri, menumbuhkan kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan
inquiry, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
(Surya, 2017)

b. Langkah-Langkah Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based


Learning (PBL)
Menurut Tan, Wee dan Kek (dalam Amir 2010:12) langkah-langkah
dalam pelaksanaan PBL yaitu: “(1) Pembelajaran dimulai dengan pemberian
masalah, biasanya masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, (2)
Pembelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan
mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, (3) Mempelajari dan
mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah, (4) Melaporkan solusi
dari masalah.”
Lebih lanjut Rusman (2011:243) menjelaskan langkah PBL sebagai berikut:
“(1) Orientasi peserta didik pada masalah, (2) Mengorganisasi peserta didik
untuk belajar, (3) Membimbing pengalaman individual dan kelompok, (4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah”.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Problem Based


Learning (PBL)
Kelebihan Problem Based Learning (PBL)
Ngalimun (Supraptinah, 2019) menyebutkan kelebihan penggunaan
model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran antara lain:
1. Pembelajaran menjadi bermakna
2. Peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilannya secara
simultan
3. Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
peserta didik dalam bekerja, motivasi internal, dan mengembangkan
hubungan personal dalam kelompok. (Majiid, 2020)

Lebih dari itu, Wina Sanjaya (Aritonang, 2019) menyebutkan


keunggulan model pembelajaran Problem Based Learning yaitu:
1. Teknik yang tepat untuk peserta didik lebih memahami materi pelajaran
2. Peserta didik lebih tertantang dan memberikan kepuasan guna menemuka
pengetahuan baru bagi mereka
3. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik
4. Dapat membantu peserta didik dalam mentransfer pengetahuan mereka
guna memahami masalah dalam kehidupan nyata
5. Dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan
barunya dan belajar bertanggungjawab dalam pembelajaran
6. Dapat mengembangkan minat dan motivasi belajar peserta didik walaupun
belajar pada pendidikan formal telah berakhir
7. Lebih menyenangkan dan disenangi peserta didik
8. Dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan
pengetahuanbaru
9. Dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata

Kekurangan Problem Based Learning (PBL)


Kekurangan dari Problem Based Learning sebagai berikut:
a. Perlu persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks,
b. Sulitnya mencari problem yang relevan,
c. Sering terjadi miss-konsepsi,
d. Memerlukan waktu yang cukup panjang.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Depdiknas (2006) menjelaskan bahwa hakikat matematika merupakan
“bahan kajian yang memiliki konsep abstrak dan dibangun melalui konsep
penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat
logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima sehingga keterkaitan antara
konsep dalam matematika sangat luas dan jelas”.
Menurut Wahyudi (2012:10), “matematika berkenaan dengan ide
(gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan, yang diatur secara
logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.
Lampiran Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi mata
pelajaran matematika SD/MI menjelaskan bahwa pembelajaran Matematika
diberikan untuk membekali peserta didik untuk berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerja sama dikutip dari
(Depdiknas, 2006). Sehingga peserta didik mampu memperoleh, mengelola,
dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti dan kompetitif. Dari penjelasan tersebut jelaslah bahwa
karakteristik matematika yang memiliki objek kajian abstrak, berkaitan
dengan karakteristik siswa SD yaitu senang merasakan atau
melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. (Giarti, 2014)

b. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


1. Memahami soal (Understanding)
Siswa harus memahami kondisi soal atau masalah yang ada pada soal tersebut,
seperti:
- Data atau informasi apa yang dapat diketahui dari soal?
- Apa inti permasalahan dari soal yang memerlukan pemecahan?
- Adakah dalam soal itu rumus-rumus, gambar, grafik, tabel atau tanda-
tanda khusus?
- Adakah syarat-syarat penting yang perlu diperhatikan dalam soal?
2. Merencanakan penyelesaian (Planning)
- Siswa harus dapat memikirkan langkah-langkah apa saja yang penting dan
saling menunjang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya
- Siswa harus mencari konsep-konsep atau teori-teori yang saling
menunjang dan mencari rumus-rumus yang diperlukan
3. Menyelesaikan Masalah (Solving)
- Siswa telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam data yang
diperlukan termasuk konsep dan rumus atau persamaan yang sesuai –
Siswa harus dapat membentuk sistematika soal yang lebih baku
- Siswa mulai memasukkan data-data hingga menjurus ke rencana peme
cahannya
- Siswa melaksanakan langkah-langkah rencana
4. Melakukan Pengecekan Kembali (Checking)
- Siswa harus berusaha mengecek ulang dan menelaah kembali dengan teliti
setiap langkah pemecahan yang dilakukannya.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika
Salah satunya adalah kurangnya perencanaan pembelajaran yang tidak
sesuai dengan alokasi waktu yang dibutuhkan. Selain itu, siswa-siswa belum
terbiasa mengerjakan soal-soal dengan langkah-langkah yang panjang, mereka
terbiasa langsung menggunakan rumus atau cara singkat yang diberikan oleh
guru. Walaupun banyak siswa-siswa mampu menjawab soal, namun mereka
mengalami kesulitan ketika menghadapi permasalahan nonrutin.

3. Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran bidang ke-SD-an yang
menjadi muatan utama dalam kurikulum SD/MI Tahun 2006. Namun, pandangan
siswa terhadap pelajaran matematika secara umum kurang tertarik. Matematika
dianggap sebagai pelajaran yang sulit sehingga kurang diminati. Lampiran
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran matematika
SD/MI menjelaskan bahwa pembelajaran Matematika diberikan untuk membekali
peserta didik untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta
kemampuan kerja sama dikutip dari (Depdiknas, 2006). Sehingga peserta didik
mampu memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Dari
penjelasan tersebut jelaslah bahwa karakteristik matematika yang memiliki objek
kajian abstrak, berkaitan dengan karakteristik siswa SD yaitu senang merasakan
atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.

4. Kerangka Berpikir

Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir

1. Rendahnya
keterampilan 1. Keterampilan
menghitung menghitung
siswa siswa
2. Siswa kesulitan meningkat
dalam 2. Siswa bias
menjawab soal menjawab soal
3. Kurangnya dengan cara
1. Penerapan
waktu yang 3. Guru
model
diberikan oleh menggunakan
pembelajaran
guru waktu dengan
problem based
4. Kurangnya guru efektif
learning (PBL)
dalam 4. Guru mengajar
menguasai menggunakan
model model
pembelajaran 5. Guru
5. Kurangnya menggunakan
minat belajar cara mengajar
matematika dengan variasi
pada siswa
5. Kerangka Konsep

Model problem based Kemampuan pemecahan


Karateristik
learningmodel Indikator kemampuan
masalah
problem based learning pemecahan masalah

Faktor pengaruh model Faktor pengaruh kemampuan


problem based learning pemecahan masalah

Langkah-langkah model
problem based learning

Kelebihan dan kekurangan


model problem based
learning

6. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas dalam penelitian ini digunakan hipotesis sebagai berikut
: “ jika model pembelajaran problem based learning diterapkan dalam
pembelajaran matematika kelas V SDN Mlowo Karangtalun 04 Kecamatan
Pulokulon Kabupaten Grobogan akan meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN Mlowo Karangtalun 04 Kecamatan


Pulokulon Kabupaten Grobogan, yang beralamat di Jl. Karangtalun, Karangsatria, Kec.
Pulukulon, Kabupaten Grobogan, Jawa Barat 58181. Waktu penelitian dilaksanakan pada
semester genap tahun ajaran 2022/2023 dari bulan Maret sampai bulan April.

B. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Mlowo
Karangtalun 04 sebanyak 23 siswa yang terdiri atas 10 laki-laki dan 13
perempuan. Sedangkan objek dalam penelitian ini yaitu kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas V.

C. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Penelitian Tindakan


Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh
pendidik di dalam kelasnya sendiri melalui introspeksi dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran di kelas agar hasil belajar siswa
dapat ditingkatkan.

Penelitian tindakan kelas diartikan penelitian dengan tindakan yang


dilakukan di kelas. Menurut Arikunto (2006: 58) penelitian tindakan kelas
adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan
memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Penelitian
tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik
pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri, di
kelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri melalui tindakan yang
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Dengam demikian, diperoleh
umpan balik yang sistematis mengenai apa yang selama ini dilakukan dalam
kegiatan belajar mengajar.

Menurut Kunandar dalam Ekawarna (2013: 5) PTK merupakan suatu


kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain
(kolaborasi) yang bertujuan untk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses
pembelajaran di kelasnya.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat


disimpulkan PTK merupakan suatu pengamatan yang menerapkan tindakan
didalam kelas dengan menggunakan aturan sesuai dengan metodelogi yang
dilakukan dalam beberapa periode atau siklus.

Ciri khas dari penelitian tindakan kelas adalah adanya siklus penelitian.
Penelitian ini dilakukan dari beberapa siklus, tiap siklus memiliki empat
tahapan yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3)
pengamatan (observation), dan (4) refleksi (reflection).
Gambar 3.1

Tahap Siklus PTK

Siklus PTK Model Kemmis S dan Mc. Taggart

(Suharsimi Arikunto 2013: 137)

D. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini, digunakan dalam dua siklus
untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata
pelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Dari tiap-tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap penilaian, dan tahap refleksi.
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Perencanaan (planning) yaitu tindakan yang akan dilakukan
untuk memperbaiki, meningkatkan, atau perubahan perilaku dan sikap
sebagai solusi dari permasalahan- permasalahan. Tahap ini merupakan
tahapan yang bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan
kondisi nyata yang ada. Tahap perencanaan yang dilakukan oleh
peneliti yaitu:
1) Menentukan topik yang akan dibahas dalam proses
pembelajaran matematika
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL)
3) Menyusun bahan ajar atau materi pembelajaran sesuai dengan
topik pembelajaran yang akan dilaksanakan
4) Membuat soal untuk mengetahui kemampuan pemecahan
masalah siswa

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan


Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan yang dilakukan
berpedoman pada rencana tindakan. Pada tahap ini peneliti
melaksanakan pembelajaran yang terdapat dalam RPP dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Tahap-tahap pelaksanaan sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan RPP yang akan dilaksanakan.
2) Guru mengkondisikan ruang belajar siswa.
3) Guru menyiapkan materi yang akan di pelajari.
4) Guru menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan.
5) Pada tahap awal pembelajaran guru mengadakan ice breaking
yang berguna untuk mengembalikan perhatian siswa pada mata
pelajaran yang akan dipelajari.
6) Guru melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa yang tercantum dalam
RPP melalui tahapan kegiatan awal, kegiatan inti yaitu
eksplorasi, kegiatan elaborasi, dan kegiatan konfirmasi.
7) Kegiatan akhir untuk menarik kesimpulan, pemberian tugas,
dan informasi materi pembelajaran lebih lanjut.

c. Tahap Penilaian
Dalam tahap ini, peneliti mengamati hasil dari tindakan yang
dilakukan dengan cara mengamati hasil atau dampak dari tindakan
yang dilaksanakan terhadap siswa. Kegiatan mengamati yang peneliti
lakukan mengenai kemampuan pemecahan masalah siswa yang terjadi
selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan kemampuan
pemecahan masalah siswa akan dinilai melalui hasil tes.

d. Tahap Refleksi
Tahap ini merupakan analisis terhadap semua informasi yang
diperoleh saat pembelajaran berlangsung. Setiap informasi yang
terkumpul perlu dipelajari dan ditarik kesimpulan. Analisis yang
dilakukan terhadap apa yang menyebabkan munculnya permasalahan
yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Hasil refleksi ini
akan menjadi acuan dasar dalam merencanakan tindakan yang akan
diterapkan untuk siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Menyusun RPP berdasarkan hasil refleksi siklus I, menetapkan
materi bahan ajar, menyusun alat evaluasi berupa soal untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran
matematika siswa kelas V SDN Mlowo Karangtalun 04 Kecamatan
Pulokulon Kabupaten Grobogan.

b. Tahap pelaksanaan
Melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP hasil refleksi
pada siklus I. Tindakan yang akan dilakukan adalah menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

c. Tahap penilaian
Melakukan penilaian pada saat akhir pembelajaran dengan
menggunakan instrumen yang berupa tes untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah siswa.

d. Tahap Refleksi
Refleksi pada siklus II bertujuan untuk mengetaui sejauh mana
efektivitas pelaksanaan tindakan, kekurangan dan kelebihan yang
timbul pada siklus II dan akan menjadi dasar perencanaan siklus
berikutnya.

E. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2013: 38) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam
penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu:
1. Kemampuan Pemecahan Masalah (Variabel Y)
2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) (Variabel X)
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa tes dan
observasi.
a. Tes
Menurut Arikunto (2013: 193) tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok.
b. Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 199) observasi merupakan suatu
pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra. Adapun observasi ini digunakan
untuk mengukur terlaksana atau tidaknya langkah-langkah yang dilakukan
oleh peneliti.

G. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2013:203) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas
yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah
diolah.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
data tentang kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran matematika
yang dilakukan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) kelas V
SDN V SDN Mlowo Karangtalun 04 Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dan
lembar observasi.

1. Tes
Menurut Arikunto (2013: 193) tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok.
Tes dalam penelitian ini menggunakan tes tertulis dalam bentuk uraian
yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan pemecahan
masalah siswa kelas V SDN Mlowo Karangtalun 04 Kecamatan Pulokulon
Kabupaten Grobogan.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Penilaian Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah

No. Indikator Item Soal

1 Memahami Masalah

2 Merencanakan Penyelesaian
1,2,3,4 dan 5
3 Melaksanakan Perencanaan

4 Menyimpulkan Kembali Hasil Jawaban


Tabel 3.3

Rubrik Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah

No Indikator Kriteria Skor Bentuk Soal

1 Memahami Masalah Siswa dapat menyebutkan/ Uraian

menuliskan apa yang diketahui


3
dan ditanyakan dari soal dengan

tepat.

Siswa dapat menyebutkan/

menuliskan apa yang diketahui


2
dan ditanyakan dari soal dengan

kurang tepat.

Siswa tidak dapat menyebutkan/

menuliskan apa yang diketahui 1

dan ditanyakan dari soal.

2 Merencanakan Penyelesaian Siswa dapat menyajikan urutan 3 Uraian


langkah penyelesaian yang benar

dan jawabannya pun benar.

Siswa menyajikan urutan

langkah penyelesaian dengan


2
kurang tepat, dan mengarah pada

jawaban yang salah.

Siswa tidak dapat menyajikan

urutan langkah penyelesaian 1

sama sekali.

3 Melaksanakan Perencanaan Siswa dapat melaksanakan Uraian

perencanaan, hasil, serta 3

perhitungan yang benar.

Siswa dapat melaksanakan

perencanaan dan hasil yang 2

benar, tetapi salah perhitungan.

Siswa tidak dapat melaksanakan

perencanaan dengan benar atau 1

jawabannya salah.

4 Menyimpulkan Kembali Hasil Jawaban Siswa dapat menyimpulkan hasil Uraian


3
yang diperoleh dengan tepat

Siswa kurang tepat

menyimpulkan hasil yang 2

diperoleh.

Siswa tidak dapat menyimpulkan


1
hasil yang diperoleh.
2. Lembar Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi


keterampilan guru dalam menerapkan pembelajaran matematika melalui
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Observasi pada dasarnya
dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dengan mengadakan
pengamatan proses pembelajaran di kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2013:
199) observasi merupakan suatu pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.
Penelitian ini menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kegiatan guru
selama proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL).

Tabel 3.4

Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Aspek Yang diamati Ya Tidak

1. Guru mengucapkan salam

2. Guru mengkondisikan siswa dengan cara berdoa


sebelum memulai pelajaran
3. Guru mengecek kehadiran siswa

4. Guru memberikan apersepsi

5. Guru menyampaikan materi pokok dan tujuan


pembelajaran

6. Guru memberikan kesempatan siswa untuk


bertanya

7. Guru menyampaikan indikator kemampuan


pemecahan masalah
8. Guru melaksanakan langkah-langkah model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
sebagai berikut:
a. Presentasi kelas oleh guru dimana guru
menyajikan materi secara langsung kepada
siswa.
b. Siswa bekerja sama dalam kelompoknya untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan guru.
c. Dua orang siswa tetap tinggal di kelompoknya
dan menjelaskan hasil pengerjaan kelompoknya
kepada siswa yang datang dari kelompok lain.
d. Dua orang siswa lainnya bertamu ke kelompok
lain untuk mencari berbagai informasi dan
mendengarkan penjelasan dari kelompok lain
yang disinggahi. Setelah mendengar penjelasan
dari kelompok lain, dua orang yang bertamu
tersebut, kemudian kembali kepada kelompokya
untuk berbagi informasi yang diperoleh kepada
dua anggota lainnya.
e. Siswa mendiskusikan kembali hasil pengerjaan
kelompoknya, kemudian menyusun laporan
kelompok.
9. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
alokasi waktu yang direncanakan.

10. Guru mengajak siswa menarik kesimpulan dari


kegiatan pembelajaran
11. Guru menutup pelajaran dengan berdoa

Pemberian nilai pada pedoman lembar observasi guru disesuaikan dengan


terlaksananya semua aspek yang diamati. Untuk memberikan nilai yang diamati maka
diberikan kriteria penilaian Ya atau Tidak, jika tiap aspek telah dilaksanakan maka dapat
diberikan tanda (√) pada kolom “Ya” dan jika tidak terlaksana maka diberikan tanda (√) pada
kolom “Tidak”.
H. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan pembelajaran dari pelaksanaan


siklus penelitian di analisis secara deskriptif.
Untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa terhadap
mata pelajaran matematika kelas V yang diajarkan melalui tes yang kemudian
hasilnya dikategorikan dalam menggunakan perhitungannya sebagai berikut:
1. Untuk rumus skor akhir (nilai) dari penilaian pemecahan masalah
menggunakan rumus:
Jumlah jawaban benar
Nilai = x 100
Nilai maksimal

(Sumber: Dwi Ariyanti, 2015:48)


2. Untuk mencari rata-rata menggunakan rumus sebagai berikut:

Σx
X=
Σn

Keterangan:

X = Nilai rata-rata

Σ x : Jumlah semua nilai siswa

Σ n: Jumlah siswa

3. Untuk ketuntasan klasikal dihitung melalui rumus:

jumlah siswa mendapat skor ≥ KKM


Ketuntasan Klasikal= ×100 %
jumlah seluruh siswa

Hasil kemampuan pemecahan masalah diinterpretasikan pada tabel sebagai


berikut:

Tabel 3.5

Interpretasi Kemampuan Pemecahan Masalah

Nilai Kriteria
80,0 – 100 Baik Sekali
65,0 – 79,9 Baik
55,0 – 64,9 Cukup
40,0 – 54,9 Kurang
0,0 – 39,9 Kurang Sekali
(Adaptasi Arikunto dalam Hadi dan Radiyatul, 2014: 57)

I. Kriteria Keberhasilan

Yang menjadi kriteria keberhasilan dalam PTK ini menurut Ekawarna (2011:
92) adalah valid jika variabel yang diukur peneliti mencapai kualitas minimal
“tinggi”, dan mencapai nilai rata-rata 70 dalam skala 10-100, yang berarti tingkat
penguasaan kompetensi minimal 75%.
Penelitian ini akan dikatakan berhasil apabila peningkatan kemampuan
pemecahan masalah yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat memperoleh ketuntasan klasikal 80% siswa
yang mencapai nilai ≥70.
DAFTAR PUSTAKA

ANURNI LESTARI DAELI. (2016). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM


BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MATEMATIS SISWA KELAS V- A. 3(1), 1–23.
Giarti, S. (2014). Peningkatan Keterampilan Proses Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar
Matematika Menggunakan Model Pbl Terintegrasi Penilaian Autentik Pada Siswa Kelas
Vi Sdn 2 Bengle, Wonosegoro. Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 4(3),
13. https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2014.v4.i3.p13-27
Indarwati, D., Wahyudi, W., & Ratu, N. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Melalui Penerapan Problem Based Learning Untuk Siswa Kelas V
Sd. Satya Widya, 30(1), 17. https://doi.org/10.24246/j.sw.2014.v30.i1.p17-27
Majiid, A. M. (2020). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa. Jurnal
Pendidikan Dasar, 9(1), 35–46.
Pendidikan, J., & Konseling, D. (2022). Implementasi Model Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SD. Jurnal
Pendidikan Dan Konseling, 4, 886–894.
Surya, Y. F. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 016 Langgini Kabupaten
Kampar. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1), 38–53. https://bit.ly/2MXn3xs

Anda mungkin juga menyukai