Anda di halaman 1dari 5

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

SOLVING DENGAN GROUP INVESTIGATION TERHADAP


KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA
POKOK BAHASAN BARISAN DAN DERET BILANGAN
KELAS IX SMP

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
UIN Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto
Sebagai syarat untuk menulis skripsi

Oleh :
LUTHFIANA ZAIN
NIM. 2017407065

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN PROF. K. H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan inti yang ada di
sekolah. Proses mengajar sekarang harus melalui belajar aktif. Belajar aktif
dimana siswa aktif dalam kelas dan bertanya, menjawab pertanyaan,
mengemukakan pendapat dan mampu bekerjasama dengan siswa lain.
Menurut Davidson (Huda, 2011:30) mengatakan bahwa pembelajaran
kooperatif di dalam belajar kelompok yang bekerjasama untuk
menghasilkan pengaruh tertentu dalam belajar.
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua
siswa dari SD sampai Perguruan Tinggi. Ada banyak alasan tentang
perlunya siswa belajar matematika . Menurut Cornelius (Abdurrahman:
2003) lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika
merupakan : (1) Sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) Sarana untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (3) Sarana mengenal
pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) Sarana untuk
mengembangkan kreativitas, (5) Sarana untuk meningkatkan kesadaran
terhadap perkembangan budaya.
Secara umum menurut Depdiknas tahun 2003 adapun tujuan mata
pelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah
agar siswa mampu: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2)
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, Menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, (4) mengkomunikasikan
gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika salah satu yang
terpenting adalah kemampuan pemecahan masalah, karena kemampuan
pemecahan masalah merupakan tujuan umum pembelajaran matematika.
Pentingnya pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Branca bahwa
kemampuan pemecahan masalah adalah jantungnya matematika. Hal ini
sejalan dengan NCTM yang menyatakan bahwa pemecahan masalah
merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika, sehingga hal
tersebut tidak boleh terlepas dari pembelajaran matematika.
Kemampuan pemecahan masalah penting dimiliki oleh setiap siswa
dengan beberapa alasan yaitu menjadikan siswa lebih kritisdan analitis
dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan. Selain itu, siswa yang
memiliki kemampuan pemecahan masalah adalah siswa yang memiliki
pemahaman yang baik tentang suatu masalah, mampu mengkomunikasikan
ide-ide dengan baik, mampu mengambil keputusan, memiliki ketrampilan
tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis,
dan menyadari betapa pentingnya meneliti Kembali hasil yang telah
diperoleh.
Sejalan dengan hal itu perlu diupayakan adanya suatu inovasi
pembelajaran matematika yang lebih menonjolkan kemampuan pemecaham
masalah siswa. Oleh sebab itu, maka Kurikulum 2013 memakai beberapa
model pembelajaran diantaranya adalah model pembelajaran Problem
Solving dan Group Investigation. Problem solving merupakan cara
penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah menjadi titik tolak
pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencapai
pemecahan masalah atau jawabannya oleh siswa (Cahyani et al., 2019;
Rahman et al., 2015). Problem solving mampu mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Falach,
2016). Problem solving memungkinkan siswa memperoleh pengalaman
menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang sudah dimiliki untuk
diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak rutin (Ikhsan et al., 2017).
Beberapa penelitian yang dilakukan yang berkaitan dengan model
pembelajaran problem solving menyebutkan model pembelajaran Problem
solving efektif meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa (Husna, 2019). Model pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru
dalam meninngkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation merupakan
salah satu tipe berdasarkan model pembelajaran kooperatif yang berupa
kegiatan belajar yang memfasilitasi peserta didik belajar dalam kelompok
kecill yang heterogen, dimana peserta didik yang berkemampuan tinggi
bergabung dengan dengan peserta didik yang berkemampuan rendah untuk
belajar Bersama dan menyelesaikan suatu perkara yang ditugaskan oleh
guru kepada siswa. GI adalah model pembelajaran kooperatif yang
menuntut peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (Ayuwanti,
2017; Febrianti et al., 2018). Model pembelajaran GI memberikan fasilitas
kepada siswa untuk menginvestigasi permasalahan yang mereka temui,
sehingga kesempatan untuk berpikir spasial dan memvisualisasi
permasalahan lebih terbuka ( Surroya & Rochmad, 2015), model
pembelajaran group investigation dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa (Novitasari, 2014).
Dari uraian diatas sebagai pijakan latar belakang masalah, penulis
tertarik dan menganggap penting untuk mengkaji perbandingan dua model
pembelajaran di atas. Maka, judul penelitian ini adalah “Perbandingan
Model Pembelajaran Problem Solving dan Group Investigation
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada pokok
Bahasan Barisan dan Deret Bilangan Kelas IX SMP”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang
penulis ajukan adalah “ Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara
model pembelajaran problem solving dan group investigation terhadap
kemampuan pemecahan masalah siswa pada pokok bahasan barisan dan
deres bilangan kelas IX SMP?”

C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mendeskripsikan apakah terdapat perbedaan yang signifikan
antara model pembelajaran problem solving dan group investigation
terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa, khususnya pada pokok
bahasan barisan dan deres bilangan kelas IX SMP.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Secara umum, penelitian ini memberikan sumbangan kepada bidang
pendidikan matematika, terutama pada layanan perencanaan
pembelajaran matematika dan sebagai bahan pertimbangan dan rujukan
referensi bagi penelitian sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui perbedaan dua model
pembelajaran yaitu problem solving dan group investigation
terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa khususnya pada
pokok bahasan barisan dan deret bilangan kelas IX SMP.
b. Guru dapat mengetahui model pembelajaran mana yang lebih efektif
untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa
khususnya pada pokok bahasan barisan dan deret bilangan kelas IX
SMP.

Anda mungkin juga menyukai