Model PBL dan Cooperative Learning Tipe TAI Ditinjau dari Aspek Kemampuan
Berpikir Reflektif dan Pemecahan Masalah Matematis
Nurma Angkotasan
Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Khairun Ternate. Jalan
Bandara Babullah Akehuda, Ternate Utara, Indonesia. Email: angkotasannurma@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) keefektifan, dan (2) perbandingan
keefektifan pembelajaran matematika dengan model problem-based learning dan keefektifan model
cooperative learning tipe TAI ditinjau dari kemampuan berpikir reflektif matematis dan kemampuan
pemecahan masalah matematis pada siswa SMA Negeri 4 dan 5 Kota Ternate.Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen semu, yang terdiri atas dua kelompok eksperimen. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPA di SMA N 4 dan 5 Kota Ternate. Dipilih secara acak
satu kelas dari lima kelas pada masing-masing sekolah untuk dijadikan sampel penelitian. Untuk
mengetahui kesamaan rerata vektor kelompok model problem based learning dan cooperative
learning tipe TAI digunakan uji manova. Setelah itu dilakukan uji statistic one sample t-test untuk
masing-masing vektor. Selanjutnya dilakukan uji Mancova untuk mengetahui perbedaan keefektifan
antara kedua kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) model problem-based learning dan
model cooperative learning tipe TAI efektif ditinjau dari kemampuan berpikir reflektif matematis dan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, (2) tidak terdapat perbedaan keefektifan antara
model problem-based learning dengan co-operative learning tipe TAI ditinjau dari kemampuan
berpikir reflektif matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis.
Kata Kunci: problem-based learning, cooperative learning tipe TAI, kemampuan berpikir reflektif
matematis, kemampuan pemecahan masalah matematis.
PBL and TAI Type Cooperative Learning Model in Terms of Reflective Thinking and
Mathematic Problem Solving Abilities
Abstract
This study aims to describe: (1) the effectiveness and (2) the comparison of the effectiveness of
mathematics instruction through the problem-based learning model and TAI type cooperative learning
in terms of mathematical and reflective thinking and mathematics problem solving abilities of the
students of SMA Negeri 4 and 5 Ternate City. This study was a quasi-experimental research and used
two experimental groups.the research population copmprised all grade XII IPA students of SMA
Negeri 4 and 5 Ternate City. To know the mean vector similarity the group problem based learning
model and TAI type cooperative learning modelused manova test. After that, done statistical tests one
sample t-test for each vector. Then mancova testing was carried out to reveal the difference of the
effectiveness between the two groups. The results of the study show that: (1) the problem based
learning model and TAI type cooperative learning model are effective in terms of the mathematic
reflective thinking abilities and mathematic problem solving abilities of the students, and (2) there is
not difference in the effectivness of the problem-based learning model and TAI type cooperative
learning model in terms of students mathematic reflective thinking abilities and mathematics problem
solving abilities.
Keywords: problem based learning model, TAI type cooperative learning, reflective thinking
mathematics abilities, mathematics problem solving abilities.
How to Cite Item: Angkotasan, N. (2013). Model PBL dan cooperative learning tipe TAI ditinjau dari aspek
kemampuan berpikir reflektif dan pemecahan masalah matematis. PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan
Matematika, 8(1), 92-100. Retrieved fromhttp://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras/article/view/8497
lebih mengacu pada tujuan jangka pendek (lulus an berpikir reflektif matematis dan kemampuan
ujian sekolah, kabupaten/kota, atau nasional), pemecahan masalah matematis. Selain itu, perlu
materi kurang membumi, lebih fokus pada juga diketahui bagaimana keefektifitan pembel-
kemampuan prosedural, komunikasi satu arah, ajaran matematika dengan model problem based
pengaturan ruang kelas monoton, low-order learning dan model cooperative learning tipe
thinking skills, bergantung kepada buku paket, TAI ditinjau dari kemampuan berpikir reflektif
lebih dominan soal rutin, dan pertanyaan tingkat matematis dan kemampuan pemecahan masalah
rendah (Shadiq, 2007, p.2). Pembelajaran seperti matematis? oleh karena itu diperlukan suatu
ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan kajian untuk mengetahui keefektifan pembel-
untuk memahami materi pelajaran matematika ajaran matematika dengan model problem based
yang abstrak. Dalam hal ini Muijs & Reynolds learning dengan model cooperative learning
(2005, p.218) mengemukakan bahwa kesulitan tipe TAI dan bagaimana keefektifan pembel-
spesifik pengetahuan matematika bagi murid ajaran matematika dengan model problem based
terletak pada sifat abstraknya. Murid sering learning dan model cooperative learning tipe
merasa kesulitan untuk mengaitkan matematika TAI ditinjau dari kemampuan berpikir reflektif
dengan berbagai situasi real, dan juga meng- matematis dan kemampuan pemecahan masalah
alami kesulitan dalam menghubungkan antara matematis.
pengetahuan matematika yang sudah dimiliki Penelitian ini bertujuan untuk mendes-
sebelumnya dan apa yang dipelajari di sekolah. kripsikan keefektifan pembelajaran dengan
Sejalan dengan pendapat di atas, Suryanto model problem-based learning ditinjau dari
(2000, p.109) menjelaskan bahwa salah satu pe- kemampuan berpikir reflektif matematis dan ke-
nyebab kesulitan siswa dalam belajar matema- mampuan pemecahan masalah dan mendeskrip-
tika adalah sifat objek matematika yang abstrak. sikan pembelajaran matematika manakah yang
Objek matematika yang abstrak artinya objek lebih efektif antara model problem-based learn-
matematika berada dalam alam pikiran manusia, ing dengan model cooperative learning tipe TAI
sedangkan konkritnya dengan menggunakan ditinjau dari kemampuan berpikir reflektif
benda yang berada di sekitar kita. Sifat abstrak matematis dan pemecahan masalah matematis.
ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan da-
METODE
lam belajar matematika. Oleh karena itu seorang
guru matematika pada waktu membelajarkan Jenis Penelitian
matematika di kelas guru harus berusaha Jenis penelitian ini adalah eksperimen
mengurangi sifat abstrak dari objek matematika. semu (quasi experimental). Metode eksperimen
Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan siswa semu pada dasarnya sama dengan eksperimen
dalam menangkap pelajaran di sekolah. Dengan murni, bedanya adalah dalam pengontrolan
kata lain seorang guru matematika dengan mem- variabel. Penelitian eksperimen semu dalam
pertimbangkan berpikir siswanya harus meng- penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan
usahakan agar fakta, konsep, operasi ataupun membandingkan keefektifan model pembelajar-
prinsip dalam matematika terlihat konkret. an problem based learning dengan cooperative
Mengkonkritkan objek matematika merupakan learning tipe TAI ditinjau dari kemampuan
tugas penting dan berat bagi seorang guru berpikir reflektif matematis dan kemampuan
matematika, oleh karenanya seorang guru pemecahan masalah matematis.
matematika dituntut untuk melakukan usaha
yang kreatif agar dapat mengkonkritkan objek Tempat dan Waktu Penelitian
matematika yang abstrak tersebut hingga mudah Penelitian ini dilaksanakan di SMA Ne-
ditangkap atau dipahami oleh siswa. Salah satu geri 4 dan 5 Kota Ternate pada semester ganjil
tujuan mempelajari matematika dalam kuriku- tahun 2012/2013, pada bulan September sampai
lum 2006 adalah agar peserta didik memahami dengan November 2012.
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau Subjek Penelitian
algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat Populasi penelitian adalah seluruh siswa
dalam pemecahan masalah. kelas XII SMA Negeri 4 dan 5 Kota Ternate,
Merupakan sesuatu yang menarik untuk semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Jum-
mengetahui perbandingan keefektifan model lah siswa kelas XII SMA Negeri 4 dan 5 Kota
problem based learning dengan model coope- Ternate masing-masing adalah 225 dan 160
rative learning tipe TAI ditinjau dari kemampu-
siswa yang tersebar dalam 7 dan 5 rombongan yang harus dipenuhi dalam uji manova (Steven,
belajar belajar (kelas) paralel. 2002, p.257) (1) Observasi-observasi berasal
Sesuai dengan rancangan penelitian, dari populasi yang berdistribusi normal, (2)
peneliti memilih secara acak satu kelas dari Matriks varians kovarians homogen. Untuk uji
tujuh Kelas XII yang ada di SMA Negeri 4 Kota Mancova asumsi yang harus dipenuhi adalah (1)
Ternate dan satu kelas dari lima Kelas XII yang Observasi-observasi berasal dari populasi yang
ada di SMA Negeri 5 Kota Ternate untuk dijadi- berdistribusi normal multivariat, (2) Matriks
kan sampel penelitian yang diberi perlakuan. varians kovarians homogen (Steven, 2002,
Dari dua kelas yang terpilih sebagai sampel, di- p.257) ditambah dengan asumsi bahwa (3) terda-
undi lagi secara acak untuk menentukan kelas pat hubungan linear antara variabel dependen
yang diberi perlakuan yaitu pembelajaran dengan kovariat, dan (4) homogenitas regresi
dengan model problem-based learning dan kelas hyperplanes (Steven, 2002, p.354).
yang diberi perlakuan pembelajaran dengan Uji Mancova bertujuan untuk mengetahui
model cooperative learning tipe TAI. Dengan ada tidaknya perbedaan model problem based
demikian sampel dari penelitian ini adalah 36 learning dan model cooperative learning tipe
siswa kelas XII SMA Negeri 4 Kota Ternate dan TAI pada aspek kemampuan berpikir reflektif
31 siswa kelas XII SMA Negeri 5 Kota Ternate. dan pemecahan masalah matematis siswa. Uji
mancova menggunakan statistik Wilks Lambda
Prosedur
dengan mentransformasikan nilai distribusi F
Langkah-langkah yang dilakukan dalam dengan formula :
penelitan eksperimen berupa: (1) mengambil
secara acak dua kelompok dari kelompok belajar (Huberty & Olejnik,
(kelas) yang ada; (2) memberikan tes awal (pre- 2006, p.173)
test) dan pada kedua kelompok; (3) memberikan Dimana :
perlakuan dengan menerapkan model problem-
based learning dan cooperative learning tipe
TAI pada masing-masing kelompok; (4) mem-
berikan tes akhir (posttest) pada kedua kelom-
pok. Rancangan eksperimen yang digunakan
adalah pretest-posttest, non-equivalent group
design. C = banyak kovariat
J = banyak kelompok
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
Data
v1 = p (dfh)dan
Data
adalah derajat kebebasan.
Data dalam penelitian ini adalah data hasil
tes kemampuan berpikir reflketif matematis dan HASIL DAN PEMBAHASAN
kemampuan pemecahan masalah matematis. Hasil Penelitian
Data dikumpulkan dengan teknik pretest dan
postestt. Tujuan pretest adalah untuk Hasil tes kemampuan berpikir reflektif
mengetahui kemampuan awal siswa sebelum matematis terdiri atas data tes awal dan tes
diberikan per-lakuan. Tujuan postestt adalah akhir. Tes awal diberikan kepada kedua kelom-
untuk mengetahui kemampuan berpikir reflektif pok sebelum diberikan perlakuan. Tes awal ber-
matematis dan pemecahan masalah matematis tujuan untuk mengetahui kemampuan awal sis-
siswa setelah diberi perlakuan. Instrumen yang wa yang berkaitan dengan kemampuan berpikir
digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen reflektif matematis pada materi prasyarat,
tes berbentuk uraian untuk mengukur sedangkan tes akhir diberikan kepada kedua
kemampuan kemampuan berpikir reflektif kelompok setelah diberikan perlakuan. Berikut
matematis dan pemecahan masalah matematis. disajikan deskripsi data hasil tes kedua variabel
dari kedua pembelajaran tersebut dalam bentuk
Teknik Analisa Data Tabel 2.
Data hasil tes kemampuan berpikir reflek-
tif matematis dan kemampuan pemecahan masa-
lah matematis matematis dianalisis dengan Ma-
nova, one sample t-test, dan mancova. Asumsi
Tabel 2. Deskripsi Data Pretes dan Postest Tabel 3. Hasil Uji One Sample T-test Kelompok
Problem Based Learning dan Cooperative
Deskripsi
Simpangan
Learning Tipe TAI
Variabel Kondisi Rata-rata
Baku Kel variabel df thit ttab
PBL TAI PBL TAI KBRM 30 4,66 2,02
Pretes 55,79 45,59 20,5 19,15 PBL
KBRM KPMM 30 7,47 2,02
Postest 82,16 79,58 7,96 6,67 KBRM 35 3,76 2,03
Pretes 70,28 75,00 27,8 9,58 TAI
KPMM KPMM 35 7,41 2,03
Postest 82,95 81,94 6,30 6,03
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui
Berdasarkan hasil deskripsi pada Tabel 2, bahwa model problem-based learning ditinjau
menunjukkan bahwa rata-rata hasil pretes dari kemampuan berpikir reflektif matematis
kemampuan berpikir reflektif matematis siswa (KBRM) dan kemampuan pemecahan masalah
pada kedua kelompok berbeda. Rata-rata pretes matematis (KPMM) memiliki nilai thitung
pada kelompok problem-based learning sebesar masing-masing 4,666 dan 7,474 lebih besar dari
70,28 memiliki kriteria tinggi. Kelompok coope- (t0,05,35) yaitu 2,026, sehingga dapat disimpulkan
rative learning tipe TAI memiliki rata-rata pretes bahwa pembelajaran dengan model problem
sebesar 45,59 dengan kriteria sedang. Pada post- based learning efektif ditinjau dari kemampuan
test kriteria kemampuan berpikir reflektif mate- berpikir reflektif matematis dan kemampuan
matis pada kedua kelompok meningkat yaitu pemecahan masalah matematis (KPMM). Model
pada kelompok problem-based learning memi- cooperative learning tipe TAI ditinjau dari ke-
liki kriteria sangat tinggi dengan rata-rata mampuan berpikir reflektif matematis (KBRM)
sebesar 82,16, sedangkan pada kelompok coope- dan kemampuan pemecahan masalah matematis
rative learning tipe TAI memiliki kriteria sangat (KPMM) memiliki nilai thitung masing-masing
tinggi dengan rata-ratanya sebesar 79,58.Untuk 3,765 dan 7,413 lebih besar dari (t0,05,35) yaitu
kemampuan pemecahan masalah matematis 2,030, sehingga dapat disimpulkan bahwa
siswa pada kedua kelompok berbeda. Rata-rata pembelajaran dengan model cooperative learn-
pretes pada kelompok problem-based learning ing tipe TAI efektif ditinjau dari kemampuan
sebesar 70,28 memiliki kriteria tinggi. Kelom- berpikir reflektif matematis dan kemampuan
pok cooperative learning tipe TAI memiliki rata- pemecahan masalah matematis.
rata pretest sebesar 75,00 dengan kriteria tinggi Setelah one sample t-test dilakukan dan
juga. Pada postest kriteria kemampuan berpikir hasilnya signifikan, selanjutnya dilakukan uji
reflektif matematis pada kedua kelompok Mancova. Sebelum melakukan uji mancova
meningkat dan nilainya hampir sama yaitu pada terlebih dahulu dilakukan uji asumsi mancova.
kelompok problem-based learning dan kelom- Untuk asumsi normalitas multivariat data pada
pok cooperative learning tipe TAI memiliki kelompok problem-based learning ditinjau dari
kriteria sangat tinggi dengan rata-rata masing- variabel kemampuan berpikir reflektif matema-
masing sebesar 82,95 dan 81,94. tis dan kemampuan pemecahan masalah mate-
Sebelum melakukan analisis untuk uji ke- matis. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
efektifan model problem based learning diban- bantuan SPSS 16.0 for windows diperoleh nilai F
dingkan dengan cooperative learning tipe TAI, = 0.448a, p-value 0,986 dan nilai signifikan
dilakukan uji keefektifan model problem based 0,641 sehingga > 0,05. Ini berarti Ho diterima
learning dan cooperative learning tipe TAI sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat per-
dengan one sample t-test. Uji keefektifan ini bedaan keefektifan kemampuan berpikir reflek-
berbertujuan untuk mengetahui efektif tidaknya tif dan kemampuan pemecahan masalah mate-
pembelajaran dengan model problem based matis siswa kelompok problem-based learning
learning dan model cooperative learning tipe dengan kemampuan berpikir reflektif matematis
TAI ditinjau dari masing-masing aspek yaitu dan kemampuan pemecahan masalah matematis
kemampuan berpikir reflektif matematis dan siswa kelompok cooperative learning tipe TAI.
kemampuan pemecahan masalah matematis.
One sample t-test dilakukan dengan ban- Pembahasan
tuan software SPSS 16.0 for windows dengan Hasil one sample t test dalam penelitian
taraf signifikansi α= 0.05. Hasil uji One sample ini menunjukkan bahwa model problem-based
t-test disajikan pada Tabel 3 berikut. learning dan model cooperative learning tipe
TAI efektif pada kemampuan berpikir reflektif
matematis dan kemampuan pemecahan masalah ide-ide dan pengetahuan yang dimiliki terkait
matematis. Keefektifan kedua model ini mem- dengan masalah, siswa mengajukan pertanyaan
berikan pengaruh yang efektif dalam meningkat- atau isu-isu yang terkait dengan masalah. Siswa
kan kemampuan berpikir reflektif matematis dan diberi kesempatan untuk menanyakan kesulitan
kemampuan pemecahan masalah matematis. yang dialami. Guru berkeliling memperhatikan
Model problem-based learning efektif jalannya diskusi. Apabila diperlukan guru seba-
ditinjau dari kemampuan berpikir reflektif mate- gai fasilitator dapat memberikan petunjuk. Da-
matis dan kemampuan pemecahan masalah lam diskusi kelas, isu-isu dibahas bersama, dan
matematis sejalan dengan kajian teori dan hasil siswa mengintegrasikan pengetahun baru ke da-
penelitian. Menurut Arends (2008, p.43) menya- lam konteks masalah. Guru juga mengingatkan
takan bahwa pembelajaran dengan model prob- siswa untuk melakukan refleksi terhadap apa
lem-based learning membantu siswa mengem- yang telah di capai. Apabila waktu memungkin-
bangkan keterampilan berpikir dan keterampilan kan, presentasi dari beberapa kelompok dilaku-
problem solving, mempelajari peran orang kan disertai tanya jawab.
dewasa, dan menjadi pelajar yang mandiri. Pada pembelajaran dengan model prob-
Model cooperative learning tipe TAI lem-based learning siswa diperkenalkan dengan
efektif ditinjau dari kemampuan berpikir reflek- masalah autentik sehingga siswa dibantu untuk
tif matematis dan kemampuan pemecahan melakukan investigasi. Proses investigasi yang
masalah matematika sejalan dengan kajian teori melibatkan siswa secara langsung memungkin-
dan hasil penelitian, menurut Slavin (1995, p.5) kan siswa untuk mengidentifikasi masalah, me-
pembelajaran kooperatif yaitu siswa belajar ber- mahami masalah, dan menyelesaikannya sehing-
sama, saling menyumbang pemikiran dan ber- ga pada akhirnya memperoleh pengetahuan ba-
tanggung jawab terhadap pencapaian hasil bel- ru. Hmelo dan Silver (2004, p.235) mengatakan
ajar secara individu maupun dalam kelompok. bahwa problem-based learning merupakan suatu
Roger (Kessler, 1992, p.8) mengemukakan bah- metode pembelajaran yang memfasilitasi siswa
wa pembelajaran kooperatif merupakan kelom- belajar melalui pemecahan masalah yang men-
pok kegiatan belajar yang terorganisasi sehingga jadi inti pembelajaran. Masalah yang diajukan
pembelajaran tergantung pada struktur sosial dalam problem-based learning bersifat komplek
dan pertukaran informasi antara pelajar dalam dan tidak hanya memiliki satu jawaban benar.
kelompok di mana setiap pelajar bertanggung Siswa-siswa bekerja dalam kelompok kolabo-
jawab untuk belajar sendiri dan termotivasi ratif untuk mengidentifikasi apa yang mereka
untuk meningkatkan pembelajaran lainnya. perlukan untuk menyelesaikan masalah, melibat-
Berdasarkan uji mancova (Multivariate kan siswa dalam kemandirian belajar, menerap-
Analysis of Covarians), diperoleh signifikansi kan pengetahuan yang mereka miliki pada
Wilk’s Lamda lebih dari 0,05 yakni 0,986 yang masalah, merefleksi apa yang mereka pelajari
berarti bahwa tidak terdapat perbedaan keefek- dan seberapa efektif strategi yang digunakan.
tifan kemampuan berpikir reflektif matematis Pembelajaran dengan model problem-
dan kemampuan pemecahan masalah matematis based learning tidak berbeda dengan model
siswa kelompok model problem-based learning cooperative learning tipe TAI ditinjau dari aspek
dengan kelompok cooperative learning tipe TAI. kemampuan berpikir reflektif dan kemampuan
Hal tersebut berbeda dengan apa yang dihipo- pemecahan masalah matematis karena dalam
tesiskan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran siswa dituntut untuk mengidenti-
problem-based learning lebih efektif dibanding fikasi apa yang dihadapi, menerapkan pengeta-
dengan model co-operative learning tipe TAI huan matematis yang dimiliki dalam situasi-
ditinjau dari aspek kemampuan berpikir reflektif situasi yang lain, memodifikasi pemahaman ber-
matematis dan kemampuan pemecahan masalah dasarkan informasi dan pengalaman-pengalaman
matematis siswa. baru yang meliputi menghubungkan pengetahu-
Berdasarkan karakteristik kedua pembel- an baru dengan pemahaman terdahulu, meng-
ajaran tersebut merupakan suatu hal yang wajar identifikasi bahasa yang rancu dan samar-samar,
jika tidak terdapat perbedaan hasil kemampuan memformulasikan proses penyelesaian, mengap-
yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembel- likasi prinsip-prinsip, dan mengevaluasi proses
ajaran. Model problem-based learning meng- penyelesaian. Hasil penelitian ini sejalan dengan
awali kegiatannya dengan penyajian masalah teori dari Kyeong Ha (2003, p.1) bahwa pembel-
kontekstual kepada siswa. Kemudian didiskusi- ajaran dengan belajar berbasis masalah adalah
kan secara berkelompok, siswa mengorganisasi strategi di kelas yang mengatur pembelajaran
matematika di sekitar kegiatan pemecahan ma- dengan model problem-based learning dan
salah dan memberikan kepada para siswa ke- model co-operative learning tipe TAI.
sempatan untuk berpikir secara kritis, meng-
Saran
ajukan ide kreatif mereka sendiri, dan meng-
komunikasikan dengan temannya secara Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh
matematis. serta memperhatikan keterbatasan penelitian,
Model cooperative learning tipe TAI juga saran yang dapat disampaikan adalah sebagai
mendorong siswa untuk belajar menurut berikut: (1) Disarankan pada guru matematika
kemampuan masing-masing. Hasil pemikiran agar menggunakan model pembelajaran yang
masing-masing siswa kemudian didiskusikan berpusat pada siswa yang memungkinkan siswa
dengan teman satu kelompok. Dalam berdiskusi untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran
dengan kelompok inilah siswa belajar mengem- matematika. Oleh karena itu, disarankan kepada
bangkan kemampuan pemecahan masalahnya Dinas Pendidikan Kota Ternate untuk meng-
dengan cara memberikan alasan, penjelasan, implementasikan pembelajaran matematika yang
keterangan atau pendapatnya sehingga dapat berpusat pada siswa khususnya model problem-
meningkatkan suatu keterampilan proses seperti based learning dan cooperative learning tipe
kemampuan siswa menyampaikan laporan, TAI melalui MGMP Matematika, (2) Disarankan
gagasan atau ide, baik secara lisan maupun pada guru matematika agar menggunakan model
tulisan, dan menyajikan hasil. problem-based learning dan co-operative learn-
Pada dasarnya antara model problem- ing tipe TAI dalam pembelajaran matematika
based learning dan model cooperative learning selain materi program linier. Oleh karena itu,
tipe TAI adalah dua pembelajaran yang hampir pembelajara dengan model problem-based
sama. Kedua pembelajaran ini sama-sama dice- learning dan cooperative learning tipe TAI
tuskan oleh John Dewey, yang selama proses hendaknya diterapkan pada materi matematika
pembelajaran siswa menyelesaikan masalah lainnya pada semua materi matematika di SMA.
dengan melakukan investigasi atau penyelidik-
DAFTAR PUSTAKA
an, membuat laporan akhir dan mempresentasi-
an laporan akhir di depan kelas. Hal inilah yang Arends, R. I. (2009). Classroom instructionand
menyebabkan pembelajaran matematika dengan management. New York: Mc Graw-Hill
model problem-based learning tidak berbeda Companies. Inc.
dengan model cooperative learning tipe TAI Depdiknas .(2003). Undang-undang RI Nomor
pada aspek kemampuan berpikir reflektif mate- 20 Tahun 2003, tentang Sistem
matis dan kemampuan pemecahan masalah Pendidikan Nasional.
matematis. Depdiknas. (2006). Peraturan menteri
SIMPULAN DAN SARAN pendidikan nasional Nomor 22 tahun
2006,tentang Standar Isi.
Simpulan
Djamarah, S. B (2008) Psikologi belajar.
Berdasarkan hasil analisis data dan pem- Jakarta: Rineka Cipta.
bahasan maka penelitian ini dapat disimpulkan Duch, B.J., Groh, S.E., & Allen, D.E. (2001).
sebagai berikut: (1) Pembelajaran matematika The power of problem-based learning: A
dengan model problem-based learning efektif practical “how to” for teaching
ditinjau dari kemampuan berpikir reflektif undergraduate courses in any discipline.
matematis dan kemampuan pemecahan masalah Sterling: Stylus publishing.
matematis pada siswa SMA Negeri 5 Kota
Ternate, (2) Pembelajaran matematika dengan Fisher, A. (2001). Critical thinking an
model co-operative learning tipe TAI efektif introduction. Cambridge: press syndicate
ditinjau dari kemampuan berpikir reflektif of the university Cambridge.
matematis dan kemampuan pemecahan masalah Hmelo & Silver, C. E. (2004). Problem-based
matematis pada siswa SMA Negeri 5 Kota learning: What and how do students learn.
Ternate, (3) Tidak terdapat perbedaan keefek- Educational Psychology Review, 16(3),
tifan secara signifikan pada kemampuan berpikir 235-266.
reflektif matematis dan kemampuan pemecahan Huberty, C. J & Olejnick, S. (2006). Applied
masalah matematis antara siswa yang diajarkan manova and discriminant analysis.
Georgia: A John Willey & Sons. Inc. Stevens, J. (2002). Applied multivariate
publicationons. statistics for the social sciences. Fourth
Muijs, D. & Reynolds, D. (2005). Effective edition. London: Lawrence Erlbaum
teaching: evidence and practice. Second Associates Publishers.
edition. London: Sage Publications. Sugiman & Kusumah (2010), Dampak
Roger.E., & Kagan. S. (1992). About pendidikan matematika realistik indonesia
cooperative learning. dalam Kessler. C terhadap peningkatan kemampuan
Cooperative language learning: A pemecahan masalah siswa SMP. Journal
teacher’s resource book. Englewood, NJ: on mathematics education, volume 1
Englewood Cliffs. No.1, 41-51.
Shadiq, F. (2007). Laporan hasil seminar dan Suryanto. (2000). Pendidikan matematika
lokakarya pembelajaran matematika realistik: Suatu inovasi pembelajaran
dengan tema “Inovasi Pembelajaran matematika. Cakrawala Pendidikan, XIX
Matematika dalam Rangka Menyongsong 3, 109-116.
Sertifikasi Guru dan Persaingan Global”, Uden, L., & Beaumont, C. (2006). Technology
yang dilaksanakan pada tanggal 15 – 16 and problem-based. Hershey, P.A: Idea
Maret 2007 di P4TK (PPPG) Matematika Group.
Yogyakarta. Widdiharto, R. (2004). Model-model pembel-
Slavin, R. E. (1995). Cooperative learning: ajaran matematika di SMP. Yogyakarta.
theory, research, practice. Boston: Allyn
and Bacon.