Anda di halaman 1dari 24

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk

Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Klasifikasi

Makhluk Hidup Siswa Kelas X SMA N 1 Sungai Penuh

Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Oleh:

Weni Cahyati

A1C46071

PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Biologi merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

diajarkan pada sekolah menengah. Pada pembelajaran biologi diajarkan tentang

segala sesuatu mengenai makhluk hidup beserta lingkungannya. Materi Biologi

juga sering dianggap sulit karena banyak terdapat istilah ilmiah ataupun konsep

yang cukup sulit untuk dipahami. Salah satu materi Biologi pada kelas X tingkat

SMA yaitu pengklasifikasian makhluk hidup, dimana pada materi ini siswa

dituntut dapat mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya.

Pemahaman siswa mengenai materi biologi seperti pada materi

pengklasifikasian makhluk hidup membutuhkan kemampuan berfikir abstrak,

kritis dan analitis. Kemampuan ini merupakan kemampuan untuk beragumentasi.

Kemampuan berfikir tersebut dapat diperoleh siswa jika menggunakan model

pembelajaran dengan pendekatan yang berpusat pada siswa.

Argumentasi menurut Mc.Neill dan Krajcik (2006) memuat tiga aspek

meliputi claim, evidence, dan reasoning. Claim merupakan pernyataan yang

menjawab permasalahan. Evidence merupakan data ilmiah yang mendukung suatu

pernyataan. Reasoning merupakan suatu alasan atau pembenaran yang

menghubungkan pernyataan dengan bukti. Menurut Ade (2016), argumentasi

memainkan peran penting dalam mengembangkan pola berpikir dan menambah

pemahaman yang mendalam terhadap suatu gagasan maupun ide. Menurut Ade
(2016) bagian utama dalam proses pembelajaran adalah belajar terlibat dalam

berbagai aspek penting meliputi merumuskan pertanyaan, mendeskripsikan

mekanisme, dan membangun argument. Argumentasi melatih siswa dalam

menggunakan kemampuan berpikirnya, sehingga terbangun pemahaman konsep.

Kemampuan dalam berargumentasi setiap siswa bervariasi ada yang memiliki

kemampuan argumentasi oral dan ada juga yang memiliki kemampuan

argumentasi tertulis. Siswa yang memiliki kemampuan argumentasi oral

cenderung mudah mengungkapkan pendapatnya secara lisan yang mengandung

dan sulit untuk mengungkapkan dalam bentuk tulisan. Sebaliknya untuk siswa

yang memiliki kemampuan argumentasi tertulis lebih mudah mengungkapkan

pendapatnya dalam bentuk tulisan dan sulit mengungkapkan dalam bentuk lisan.

Kemampuan argumentasi oral ialah bahasa lisan yang mengandung sebuah

informasi atau pendapat. Sedangkan argumentasi tertulis Menurut Umami (2012)

adalah menuangkan pendapat dalam bentuk media tulis yang disertai dengan bukti

dan fakta sehingga tampak prinsip kelogisannya.

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu

pembelajaran dengan menggunakan masalah sebagai suatu konteks bagi siswa

atau peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan

menyelesaikan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang

esensial dari suatu materi pembelajaran. PBL memiliki gagasan bahwa

pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pembelajaran dipusatkan pada tugas-

tugas atau permasalahan yang otentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu
konteks. Cara tersebut bertujuan agar siswa atau peserta didik memilki

pengalaman sebagaiamana nantinya mereka hadapi di kehidupan profesionalnya.

Berdasarkan konsep model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan argumentasi dari suatu

permasalahan ilmiah yang disajikan. Oleh karena itu penulis bermaksud

melakukan penelitian tindakan kelas tentang “Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan Kemampuan

Argumentasi Siswa Pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Siswa Kelas X

SMA N 1 Sungai Penuh”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan argumentasi siswa pada

materi klasifikasi makhluk hidup siswa kelas X SMA N 1 Sungai Penuh?

2. Bagaimana kemampuan siswa terhadap penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan

argumentasi siswa pada materi klasifikasi makhluk hidup siswa kelas X

SMA N 1 Sungai Penuh?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan


argumentasi siswa pada materi klasifikasi makhluk hidup siswa kelas X

SMA N 1 Sungai Penuh

2. Untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan

kemampuan argumentasi siswa pada materi klasifikasi makhluk hidup

siswa kelas X SMA N 1 Sungai Penuh

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa pada mata

pelajaran Biologi dan mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dalam

suasana belajar yang menyenangkan serta dapat meningkatkan tanggung

jawab belajar siswa.

2. Bagi guru, dapat dijadikan sumber belajar dengan menggunakan model

Problem Based Learning (PBL) pada materi klasifikasi makhluk hidup.

3. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dapat meningkatkan kualitas

belajar siswa.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan kajian dan menambah wawasan baru kepada

peneliti tentang penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) untuk meningkatkan kemampuan argumentasi siswa.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran

Teori belajar dan pembelajaran banyak dirumuskan oleh para ahli seperti

yang dijelaskan oleh (wragg,1994) mengenai pandangan dan definisi tentang

kegiatan belajar yang dapat dilihat dari beberapa ciri umum yaitu: Pertama belajar

menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja.

Kedua belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Ketiga hasil

belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (Aunurrahman, 2016).

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru terhadap peserta didik tentunya

tidak selalu berjalan lancar hal ini dikarenakan pada setiap aktivitas pembelajaran

selalu ada masalah. Oleh karena itu agar aktivitas pembelajaran yang dilakukan

guru dapat lebih terarah, dan guru dapat memahami persoalan-persoalan belajar

yang seringkali atau pada umumnya terjadi pada kebanyakan siswa dalam

berbagai bentuk aktivitas pembelajaran, maka akan lebih baik bilamana guru

memiliki bekal pemahaman tentang masalah-masalah belajar. Pemahaman tentang

masalah belajar memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan

munculnya masalah yang dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran.

Dengan pemahaman itu pula dapat menemukan solusi tindakan yang dapat

dianggap tepat jika menemukan masalah-masalah di dalam proses pembalajaran.

Adapun masalah-masalah belajar dapat dikelompokkan menjadi:

1) Masalah-masalah internal
Masalah-masalah internal belajar seperti ciri khas/ karakteristik siswa,

sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah

bahan ajar, menggali hasil belajar, rasa percaya diri, dan kebiasaan belajar.

2) Masalah-masalah eksternal

Masalah-masalah eksternal belajar terdiri dari beberapa faktor, seperti dari

faktor guru dalam hal ini guru harus mampu mengaktualisasikan tugas-

tugas dengan baik, mampu memfasilitasi kegiatan belajar siswa, mampu

memotivasi, membimbing dan memberi kesempatan secara luas untuk

memperoleh pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan yang

kuat untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Namun jika guru

tidak dapat melaksanakan fungsi-fungsi strategis pembelajaran, siswa-

siswa akan mengalami masalah yang kemungkinan dapat menghambat

pencapaian hasil belajar mereka. Selain faktor guru ada juga faktor dari

lingkungan sosial (termasuk teman sebaya) karena dari lingkungan dapat

memberikan pengaruh positif maupun pengaruh negatif yang tentunya

akan berdampak pada aktivitas belajar siswa. Selanjutnya dari kurikulum

sekolah, dimana kurikulum disusun berdasarkan tuntutan perubahan dan

kemajuan masyarakat yang juga dapat menimbulkan masalah jika siswa

tidak dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut dan yang terakhir

dari faktor sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan belajar

siswa (Aunurrahman, 2016).


2.2 Model pembelajaran Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey, yang

sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berbasis masalah

terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang

dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri

(Trianto, 2007).

Menurut John Dewey belajar berbasis masalah adalah interaksi antara stimulus

dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.

Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan

materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada

masalah. Istilah berpusat berarti menjadi tema, unit, atau isi sebagai fokus utama belajar

(Mustaji, 2005).

Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena

kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok

atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan

mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.

Pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah

Artinya, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran

disekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan

secara pribadi bermakna untuk siswa. Pertanyaan dan masalah yang diajukan

haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut.

a) Autentik, yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa

dari pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.


b) Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas dan tidak menimbulkan masalah

baru.

c) Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami

dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

d) Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, artinya masalah tersebut

mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu,

ruang dan sumber yang tersedia dan didasarkan pada tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan.

e) Bermanfaat, yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah

bermanfaat, yaitu dapat meningkatkan kemampuan berpikir memecahkan

masalah siswa, serta membangkitkan motivasi belajar siswa

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.

Artinya, meskipun pengajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata

pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan

diselidiki telah yang dipilih benar- benar nyata agar dalam pemecahannya siswa

meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

3. Penyelidikan autentik

Artinya, pengajaran berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan

penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.

Mereka menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis

dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan

eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan.

4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya.


Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa menghasilkan produk tertentu

dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau

mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.

5. Kolaborasi.

Pembelajaran berbasis masalahdicirikan oleh siswa yang bekerja satu sama

dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok

kecil.

Berdasarkan karakter tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki

tujuan sebagai berikut:

1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan

keterampilan pemecahan masalah.

2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik.

3. Menjadi pembelajar yang mandiri.

Kelebihan dan Kekurangan

Menurut Trianto (2010:96-97) kelebihan dan kekurangan model

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut:

Kelebihan:

1. Realistik dengan kehidupan siswa;

2. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa;

3. Memupuk sifat inquiry siswa;

4. Retensi konsep jadi kuat;

5. Memupuk kemampuan Problem Solving.

Kekurangan:

1. Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks;


2. Sulitnya mencari problem yang relevan;

3. Sering terjadi miss-konsepsi;

4. Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam

penyelidikan.

Berdasarkan uraian tentang kelebihan dan kekurangan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran melalui pendekatan PBM merupakan suatu

rangkaian pendekatan kegiatan belajar yang diharapkan dapat memberdayakan

siswa untuk menjadi seorang individu yang mandiri dan mampu menghadapi

setiap permasalahan dalam hidupnya di kemudian hari. Dalam pelaksanaan

pembelajaran, siswa dituntut terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran

melalui diskusi kelompok.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Trianto (2010: 98) langkah-langkah model Pembelajaran Berbasis

Masalah adalah sebagai berikut:

1. Orientasi siswa kepada masalah: guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau

demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa

untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar: guru membantu siswa untuk

mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut.

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok: guru

mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,


melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan pemecahan

masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: guru membantu siswa

dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

video, dan model serta membantu mereka untuk berbagai tugas dengan

temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah: guru

membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

(Afandi,2013).

Desain Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

1. Akar Desain Masalah

Akar desain masalah adalah masalah yang riil berupa kenyataan hidup,

Siswa diajari menemukan sejumlah obat dan penanganan terhadap

penyakit. Pendidikan dan pelatihan para guru harus mampu menunjukkan

bagaimana menangani situasi riil dalam dunia pendidikan. Bahkan

terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik dalam pendidikan.

Menurut Michael Hicks (1991), ada empat hal yang harus diperhatikan

ketika membicarakan masalah, yaitu: (1) memahami masalah, (2) kita

tidak tahu bagaimana memecahkan masalah tersebut, (3) adanya

keinginan memecahkan masalah, (4) adanya keyakinan mampu

memecahkan masalah tersebut. Dalam PBM sebuah masalah yang


dikemukakan kepada siswa harus dapat membangkitkan pemahaman

siswa terhadap masalah.

2. Menentukan Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah

Tujuan PBM adalah penguasan isi dari disiplin heuristic dan

pengembangan keterampilan pemecahan masalah. PBM juga

berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih luas (lifewide

learning), keterampilan memaknai informasi, kolaboratif dan belajar tim,

dan keterampilan berpikir reflektif dan evaluatif.

3. Desain Masalah

Pada dasarnya kompleksitas masalah yang dihadapi sangat tergantung

pada latar belakang dan profile para siswa. Desain masalah memiliki ciri-

ciri sebagai berikut.

a. Karakteristik; masalah nyata dalam kehidupan, adanya relevansi

dengan kurikulum, tingkat kesulitan dan tingkat kompleksitas masalah,

masalah memiliki kaitan dengan berbagai disiplin ilmu, keterbukaan

masalah, sebagai produk akhir.

b. Kontesk; masalah tidak terstruktur, menantang, memotivasi, memiliki

elemen baru.

c. Sumber dan Lingkungan Belajar; masalah dapat memberikan

dorongan untuk dipecahkan secara kolaboratif, independen untuk

bekerja sama, adanya bimbingan dalam proses memecahkan masalah

dan menggunakan sumber, adanya sumber informasi, dan hal-hal yang

diperlukan dalam proses pemecahan masalah.


d. Presentasi; penggunaan skenario masalah, penggunaan video klip,

audio, jurnal, dan majalah, web site (Nurdyansyah, 2016)

2.3 Kemampuan Argumentasi

Argumentasi berasal dari kata “argumen” yang bearti alasan. Argumentasi

merupakan usaha yang dilakukan seseorang dalam menyampaikan suatu pendapat

yang disertai fakta yang menguatkan pendapat tersebut. Menurut Siegel (1995)

argumentasi memainkan peran penting dalam membangun penjelasan, model dan

teori-teori.

Kemampuan argumentasi memainkan peran utama dalam mengembangkan

kemampuan berpikir kritis serta pemahaman terhadap permasalahan dan suatu

gagasan. Menurut Deane dan Song (2014), kemampuan argumentasi merupakan

salah satu kemampuan berpikir yang paling kompleks dalam proses pembelajaran.

Salah satu tujuan pembelajaran dengan mengembangkan kemampuan argumentasi

adalah untuk mengenalkan literasi sains yang menyiapkan siswa untuk

bertanggung jawab sebagai bagian dari masyarakat dan warga negara di masa

depan.

Kemampuan berargumentasi penting dikembangkan dalam proses

pembelajaran Biologi karena mampu mengubah pemahaman siswa. Proses

pembelajaran Biologi memfasilitasi siswa untuk belajar menemukan konsep

dengan menerapkan metode ilmiah. Kemampuan argumentasi diperlukan dalam

memperbaiki dan membangun kembali ide-ide ilmiah berdasarkan bukti untuk

lebih memahami realita yang terjadi di alam. Selain itu kemampuan argumentasi

juga diperlukan dalam memberikan pernyataan atau kesimpulan yang diperkuat


dengan bukti dan data yang diperoleh dilapangan serta terdapat pembenaran

terkait bukti yang digunakan untuk mendukung pernyataan (Hendarto, 2016).

Menurut Supeno (2014) dalam Ichsan (2015) kata argumentasi seringkali

merujuk kepada proses interaksi. Istilah argumen pada kehidupan sehari-hari

disebut dengan berdebat. Argumen adalah penjelasan tentang penalaran suatu

solusi yang terkait dengan substansi dari klaim, data, bukti, dan dukungan yang

memberi kontribusi dalam isi argumen, sedangkan argumentasi adalah terkait

dengan proses untuk mendapatkan dan menyusun komponen-komponen tersebut.

Sesuai pendapat Mc.Neill (2006) dalam Pritasari et al. (2016) argumentasi

memuat tiga aspek meliputi claim, evidence, dan reasoning. Claim merupakan

pernyataan yang menjawab permasalahan. Evidence merupakan data ilmiah yang

mendukung suatu pernyataan. Reasoning merupakan suatu alasan atau

pembenaran yang menghubungkan pernyataan dengan bukti.

2.4 Kerangka Berpikir

Penelitian tindakan yang dilakukan oleh peneliti dengan diawali obeservasi

terhadap pembelajaran biologi materi klasifikasi makhluk hidup dan didapatkan

bahwa tingkat kemampuan argumen siswa masih kurang sehingga diharapkan

dapat diperbaiki dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL).
Pembelajaran Biologi
Klasifiaksi makhluk hidup
SMA N 1 SUNGAI PENUH

Hasil Observasi

Kemampuan argumentasi siswa


sangat kecil terhadap pembelajaran

Pembelajaran seharusnya bisa lebih


baik lagi

Perlu diterapkan model


pembelajaraan PBL

Penerapan model pembelajaran


PBL

Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis Tindakan

Kemampuan argumentasi belajar siswa kelas X MIA 3 SMA NEGERI 1

SUNGAI PENUH akan meningkat menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

Penelitian dilakukan dikelas X MIA 3 SMA NEGERI 1 KOTA SUNGAI

PENUH pada mata pelajaran Biologi materi klasifikasi makhluk hidup. Penelitian

ini akan dilakukan selama 2 bulan dimulai dari bulan Maret hingga April 2019.

Penelitian dimulai pada bulan Maret dimana peneliti menyiapkan program

pembelajaran materi klasifikasi makhluk hidup dan menyiapkan soal post test

serta menyiapkan lembar observasi dan pengumpulan hasil data. Kemudian

dilanjutkan pada bulan april peneliti menyiapkan program model pembelajaran

based learning atau pembelajaran berbasis masalah, soal pos test, serta

menyiapkan lembar observasi dan pengumpulan hasil data.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 3 SMA N 1 SUNGAI

PENUH yang berjumlah 34 peserta didik. Peneliti menggunakan model

pembelajaran based learning atau model pembelajaran berbasis masalah.

3.3 Sumber Data

Peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini

merupakan penelitian proses, maka data utama yang digunakan peneliti adalah

data kualitatif mengenai peningkatan kemampuan argumentasi. Data berbentuk

narasi yang didapat dari pengamatan (Observasi) kemampuan siswa dalam

berargumentasi serta dari hasil wawancara, selain itu juga didapat dari hasil

LKPD dan hasil tes yang diberikan.


3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, lembar

kerja peserta didik dan test.

1) Observasi, dilakukan peneliti agar dapat diketahui kondisi rill yang terjadi

di lapangan dan dengan menggunakan metode ini diharapkan mampu

menangkap suatu kenyataan sebanyak mungkin mengenai apa yang akan

diteliti. Peneliti melakukan observasi untuk mengumpulkan data tentang

praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru Biologi di SMA NEGERI

1 SUNGAI PENUH seperti dengan merekam kegiatan pembelajaran

dengan memperhatikan keterlaksanakan perencanaan pembelajaran yang

telah disusun sebelumnya. Selain itu diperhatikan juga keaktifan siswa

terhadap kemampuan argumentasinya.

2) Wawancara, dilakukan dengan mewawancarai guru mengenai

kemampuan siswa dalam berargumentasi sehingga diharapkan dapat

memberikan gambaran mengenai kemampuan argumentasi siswa sebelum

dilakkukannya penelitian.

3) Lembar kerja peserta didik (LKPD), digunakan untuk mengetahui

keterampilan siswa dalam berargumen ilmiah terhadap keterlaksanaan

model Problem Based Learning yang mengacu tiga aspek kemampuan

argumentasi yaitu claim, evidence dan reasoning.

4) Tes, dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa

dan dijawab secara lisan, diharapkan dapat memberi gambaran mengenai

kemampuan argumentasi siswa dalam menjawab pertanyaan.


3.5 Validasi Data

Validasi data peneliti menggunakan triangulasi metode seperti dengan

melakukan observasi dan wawancara selain itu peneliti juga menggunakan media

seperti LKPD serta melakukan tes sehingga diharapkan data yang didapatkan

teruji kebenarannya dari berbagai perspektif tersebut.

3.6 Analisis Data

Analisis data peneliti menggunakan teknik deskriptif kualitatif, yaitu analisis

yang dilakukan dengan narasi. Dimana data yang telah diperoleh dideskripsikan

oleh peneliti sehingga dapat dibuat kesimpulan.

3.7 Indikator Kinerja

Indikator kinerja dari penelitian tindakan kelas ini adalah sekurang-kurangnya

85% siswa kelas X MIA 3 SMA NEGERI 1 SUNGAI PENUH terlihat

peningkatan kemampuan argumentasinya setelah pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan model Problem Based Learning (PBL) terhadap materi klasifiasi

makhluk hidup.

3.8 Prosedur Penelitian

Ada beberapa prosedur penelitian yang dapat diterapkan, namun di dalam

penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan penelitian yang dikemukakan

oleh Kurt Lewin. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, siklus I dan

siklus II. Dari setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

1) Perencanaan (planning). Perencanaan merupakan rencana tindakan apa

yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan


perilaku dan sikap sebagai solusi. Dalam hal ini peneliti berencana untuk

meningkatkan kemampuan argumentasi siswa dengan menggunakan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

2) Tindakan (acting). Merupakan upaya yang akan dilakukan oleh peneliti

untuk perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Dalam hal

ini peneliti menggunakan model PBL dengan bantuan LKPD dan test

sebagai pengumpulan data.

3) Observasi (observing). Observasi yaitu mengamati atas hal atau dampak

tindakan yang dilakukan terhadap siswa. Peneliti mengamati perubahan

terhadap kemampuan argumentasi siswa.

4) Refleksi (reflecting). Dalam hal ini yaitu peneliti mengkaji, melihat dan

mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai

kriteria. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi

perbaikan terhadap rencana awal.

Secara operasional tahap-tahap kegiatan yang akan direncanakan oleh

peneliti, yaitu:

1. Siklus 1

a. Rencana

1) Merancang rencana pembelajaran Biologi kelas X MIA 3 SMA

Negeri 1 Sungai Penuh pada materi Klasifikasi Makhluk Hidup

dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL).

2) Membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).


b. Tindakan

Melaksanakan kegiatan pembelajaran tentang materi Klasifikasi

Makhluk Hidup dengan model Problem Based Learning

c. Observasi

Mengamati peningkatan kemampuan argumentasi siswa pada materi

klasifikasi makhluk hidup terhadap penggunaan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL).

d. Refleksi

1) Mengevaluasi hasil yang didapatkan seperti kekurangan-

kekurangan yang harus diperbaiki.

2) Menentukan revisi rencana tindakan untuk siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Rencana

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperbaiki hasil temuan pada

siklus I sehingga dihapkan hasil pada siklus selanjutnya bisa lebih baik.

b. Tindakan

Kegiatan ini dilakukan peneliti untuk melaksanakan rencana yang telah

dibuat sebelumnya untuk memperbaiki hasil yang didapat pada siklus I

dengan model dan materi yang sama.

c. Observasi

Kegiatan ini peneliti melakukan analisis terhadap hasil observasi

terhadap kekurangn atau kelemahan yang masih ada pada siklus I.


d. Refleksi

Kegiatan ini peneliti melakukan analisis hasil observasi terhadap

kekurangan atau kelemahan yang masih ada pada siklus II.

Sistematika Prosedur
Penelitian
Daftar Pustaka

Ade, C. P. dan Sri, D., 2016. Peningkatan Kemampun Argumentasi Melalui

Penerapaan Model Problem Based Learning Pada Siswa SMA Kelas X

Mia. Jurnal Pendidikan BIOLOGI 8(1).

Afandi, Muhamad., Chamalah, Evi., Wardani, Oktarina Puspita., 2013. Model dan

Metode Pembelajaran Di Sekolah. Semarang: UNISSULA PRESS

Anurrahman, 2016. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: ALFABETA

Hendarto, P,. Yudi, R., Ramli, M. (2016). Penerapan Desain Pembelajaran

Sistem Respirasi Berbasis Guided Inquiry Learning Dipadu Afl Untuk

Mengubah Kemampuan Berargumentasi Siswa Kelas XI SMA. Jurnal

Pendidikan Biologi.

Ichsan, A. M. Fitriah. Zainudin, M. P. 2015. Kemampuan Beragumentasi Ilmiah

Pada Pembelajaran Fisika Melalui Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing. Jurnal pendidikan fisika- FKIP Unlam Banjarmasin 27(7).

Mc Neil, K.L, J., 2006. Middle school student’s use of appropriate and

inappropriate eidnce in writing scientific explanations. Procedings of the

33rd Carnegie symposium on cognition.

Nurdyansyah., Fahyuni, Eni Fariyatul., 2016. Inovasi Model Pembelajaran.

Sidoarjo: Nizamia Learning Center

Pritasari, C., A., Dwiastuti, S., dan Probosari, M., R. (2016). Peningkatan

Kemampuan Argumentasi Melalui Penerapan Model Problem Based

Learning Pada Siswa Kelas X MIA Batik 2 Surakarta. Jurnal Pendidikan

Biologi.
Siegel, 1995. Why Should educators Care About Argumentation? Informal Logic.

In erduran, argumentation in Science Education (p. 4). Sherry Southerland:

Spinger.

Trianto, 2007. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Umami, 2012. Analisis Karangan Argumentasi Siswa Kelas XI SMK N 12 Malang

Tahun Pelajaran 2011/2012. Journal of Research.

Anda mungkin juga menyukai