Anda di halaman 1dari 6

ISSN online 2774-6267

Vol. 1 No. 1 pp 1-6, 2021

Review Article
Identifikasi Bakteri secara Molekular Menggunakan 16S rRNA

Shafa Noer1*
1
Fakultas MIPA, Prodi Pendidikan Biologi, Universitas Indraprasta PGRI

*email: shafa_noer@yahoo.co.id

Article History ABSTRAK


Received: Identifikasi bakteri secara molekular saat ini banyak dipilih oleh para peneliti diberbagai bidang
20/12/2020 terkait berbagai keuntungan dan kemudahan yang ditawarkannya. Salah satu metode identifikasi
Revised: bakteri yang paling umum digunakan adalah dengan menggunakan penanda gen 16S rRNA.
10/01/2020 Panjang urutan gen 16S rRNA adalah sekitar 1.550 bp dan terdiri dari daerah yang dilestarikan
Accepted: (conserved regions). Beberapa keuntungan dalam identifikasi menggunakan 16S rRNA adalah
20/01/2020 dapat mengidentifikasi bakteri yang tidak dapat dikultur, memiliki tingkat akurasi yang tinggi,
waktu yang dibutuhkan relatif cepat, dan lain-lain. Disamping berbagai kelebihannya, ternyata
Kata kunci: metode ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya tidak sesuai digunakan untuk spesies
Bakteri tertentu. Langkah identifikasi bakteri menggunakan 16S rRNA secara umum adalah ekstraksi
16S rRNA DNA, amplifikasi daerah 16S menggunakan PCR, visualisasi gen menggunakan elektrofesis,
Molekuler sekuensing, dan mengolah data hasil sekuensing dengan bioinformatika.
Identifikasi
ABSTRACT
Key word: Molecular identification of bacteria is currently being chosen by researchers in various fields
Bacteria regarding the various advantages and conveniences it offers. One of the most commonly used
16S rRNA bacterial identification methods is the 16S rRNA gene marker. The 16S rRNA gene sequence length
Molecular is approximately 1,550 bp and consists of conserved regions. Some of the advantages in
Identification identification using 16S rRNA are that it can identify bacteria that cannot be cultured, has a high
degree of accuracy, the time required is relatively fast, and others. Apart from its various
advantages, it turns out that this method also has several drawbacks including that it is not suitable
for use for certain species. The steps to identify bacteria using 16S rRNA in general are DNA
extraction, amplification of 16S regions using PCR, visualization of genes using electrophesis,
sequencing, and processing of sequenced data using bioinformatics.

Copyright © 2021 LPPM Universitas Indraprasta PGRI. All Right Reserved

PENDAHULUAN dalam kingdom, filum, kelas, ordo, famili, genus


dan spesies. Klasifikasi dengan cara ini seringkali
Mikroorganisme merupakan organisme yang menjadi sulit dikarenakan bervariasinya
dapat dijumpai dimana-mana dalam jumlah yang karakteristik fenotip dari makhluk hidup (Woo et
melimpah. Salah satu mikroorganisme yang al., 2008).
bersifat kosmopolit ini adalah bakteri. Bakteri Pada tahun 1980an, standar baru untuk
dalam jumlah dan jenis serta sifat yang beragam mengidentifikasi bakteri mulai dikembangkan.
dapat dijumpai hampir di semua tempat. Karena Dalam berbagai penelitian para ahli menemukan
jumlah yang melimpah ini, maka tidak bahwa terdapat hubungan filogenetik pada
mengherankan bahwa banyak bakteri yang sampai bakteri, atau lebih dalam, pada semua makhluk
saat ini belum dapat diidentifikasi secara hidup, yang dapat ditentukan dengan
menyeluruh. membandingkan daerah tertentu dari kode genetik
Secara tradisional/konvensional, makhluk (Woese et al., 1985). Daerah genetik ini dalam
hidup diklasifikasikan berdasarkan kemiripan dan bakteri meliputi gen yang mengkode pada daerah
perbedaan karakteristik fenotipnya ke dalam 5S, 16S (juga disebut subunit kecil), dan 23S
prokariotik dan eukariotik serta lebih jauh lagi ke rRNA serta ruang-ruang di antara gen ini. Bagian

Noer. Identifikasi Bakteri secara Molekular


EduBiologia Volume 1 Number 1 Januari 2021
|2

dari DNA yang sekarang paling umum digunakan rRNA, karena memiliki hasil analisis yang serupa
untuk tujuan taksonomi untuk bakteri adalah gen tanpa harus mensekuensing genom utuh dari suatu
16S ribosomal Ribonucleic acid (16S rRNA) bakteri.
(Bottger, 1989). Sedangkan gen lainnya seperti 5S
dan 23S dinilai lebih sulit untuk diterapkan dalam
identifikasi bakteri. Karena kecepatan analisis dan
kepraktisannya, maka tidak mengherankan saat
ini gen 16S rRNA banyak digunakan dalam
berbagai bidang penelitian bakteriologi terutama
untuk tujuan identifikasi (Akihary & Kolondam,
2020).

PEMBAHASAN

Gen pengkode rRNA digunakan untuk


menentukan taksonomi, filogeni (hubungan
evolusi) serta memperkirakan jarak keragaman Gambar 1. Carl Woese, perintis metode 16S rRNA
antar spesies (rates of species divergence) bakteri. (Sumber: www.alchetron.com)
Perbandingan sekuens rRNA dapat menunjukkan
hubungan evolusi antar organisme (Rinanda, Karakteristik Gen 16S rRNA
2011). Secara konvensional, identifikasi bakteri di Panjang urutan gen 16S rRNA adalah sekitar
laboratorium mikrobiologi klinik dilakukan 1.550 bp dan terdiri dari daerah yang dilestarikan
dengan menggunakan tes fenotipe, termasuk tes (conserved regions). Gen ini relatif cukup besar,
fisiologi, tes Gram dan tes biokimia, dengan sifat dengan polimorfisme interspesifik, untuk
kultur dan karakteristik pertumbuhan. Namun, memperlihatkan perbedaan dan pengukuran yang
metode identifikasi ini memiliki beberapa valid secara statistik. Primer universal biasanya
keterbatasan. Pertama, organisme dengan digunakan sebagai pelengkap ke daerah yang
karakteristik biokimia yang berbeda dari setiap dilestarikan pada bagian awal gen dan di kedua
genus dan spesies yang diketahui kadang-kadang wilayah 540-bp atau pada akhir urutan (sekitar
ditemui. Kedua, metode ini tidak dapat digunakan wilayah 1.550 bp), dan urutan pada daerah variabel
untuk organisme yang tidak dapat dikultur. Ketiga, diantaranya digunakan untuk taksonomi
identifikasi dari beberapa kelompok bakteri perbandingan (Chen, 1989). Meskipun ukuran
tertentu, seperti anerob dan mycobacteria, akan yang umum digunakan untuk sekuens dan
membutuhkan peralatan tambahan dan keahlian membandingkan adalah 500 dan 1.500 bp, namun
khusus, yang tidak tersedia di sebagian besar urutan dalam database dapat lebih bervariasi
laboratorium dasar pada umumnya. Dengan (Clarridge, 2004).
menggunakan tehnik sekuensing 16S rRNA, Urutan gen 16Sr RNA telah ditentukan untuk
masalah ini dapat ditangani dengan satu teknologi, sejumlah besar tingkat spesies bakteri bahkan
yang juga memfasilitasi penemuan genus dan ditingkat galur. Gen Bank, bank data terbesar untuk
spesies baru (Woo et al., 2008). urutan nukleotida, memiliki lebih dari 20 juta
Banyak daerah lain pada genom juga telah urutan, di mana lebih dari 90.000 adalah gen 16S
digunakan untuk menguji hubungan filogenetik rRNA. Ini berarti bahwa ada banyak urutan
antar bakteri. Analisis genom secara keseluruhan sekuens disimpan untuk dapat dibandingkan
juga telah dicoba, tapi hal ini cukup sulit karena dengan sekuens galur yang belum teridentifikasi
genom memiliki ukuran yang berbeda-beda dan (Clarridge, 2004).
karena secara umum terjadi berbagai aktivitas pada Gen 16S rRNA bersifat universal untuk bakteri,
gen seperti duplikasi gen, transfer gen, sehingga hubungan filogeni dapat diukur antar
penghapusan gen, fusi gen, dan pembelahan gen. semua spesies bakteri (Woese et al., 1985). Secara
Saat ini hanya ada kurang dari 100 data genom utuh umum, perbandingan urutan gen 16S rRNA
yang dapat dibandingkan. Namun, telah diamati memungkinkan diferensiasi antar organisme di
bahwa hasil pohon filogenetik berdasarkan analisis tingkat genus pada semua filum utama bakteri
genom utuh dan gen 16S rRNA ternyata memiliki dengan tujuan mengklasifikasikan galur di
kemiripan (Bansal & Mayer, 2003). Hal ini tentu berbagai tingkat, termasuk dalam tingkat spesies
merupakan nilai tambah lainnya dari analisis 16S dan sub spesies (Clarridge, 2004).

Noer. Identifikasi Bakteri secara Molekular


EduBiologia Volume 1 Number 1 Januari 2021
|3

Keistimewaan Analisis 16S rRNA


Berikut adalah beberapa keistimewaan analisis
16S rRNA untuk identifikasi bakteri yang
dirangkum oleh Woo et al. (2008):
1. Mengidentifikasi bakteri langka dan bakteri-
bakteri yang memiliki profil fenotipik yang
unik.
2. Mengidentifikasi bakteri yang memiliki
pertumbuhan lambat (seperti Mycobacterium)
yang mungkin memakan waktu 6-8 minggu
untuk tumbuh dalam kultur.
3. Digunakan dalam identifikasi rutin. Beberapa
penelitian telah dilakukan untuk
membandingkan kegunaan sekuensing 16S
rRNA dengan metode konvensional untuk
mengidentifikasi berbagai kelompok bakteri
medis penting. Secara umum, hasil sekuensing
16S rRNA memiliki persentase spesies yang
teridentifikasi lebih tinggi daripada metode
Gambar 2. Skema16S ribosomal RNA bakteri yang
menunjukkan variabel sekuens (V1-V9). Daerah konvensional.
variabel digunakan untuk mengkarakteristik bakteri 4. Berperan dalam penemuan spesies dan genus
dalam tingkat spesies dan wilayah konstan digunakan bakteri baru. Dengan menggunakan sekuens
untuk menghubungkan genus. 16S rDNA, 215 spesies bakteri baru, 29 di
(Sumber: www. researchgate.net) antaranya merupakan genus baru, telah
ditemukan dari spesimen manusia dalam 7
Hal yang juga penting untuk dipertimbangkan tahun terakhir dari abad ke-21 (2001-2007).
dalam sekuensing 16S adalah apakah perlu untuk 5. Mendeteksi bakteri yang tidak dapat
mensekuensing keseluruhan urutan sepanjang dikultur dan mendiagnosis infeksi yang
1.500 bp atau apakah cukup mensekuensing urutan disebabkannya. Pengkulturan bakteri telah menjadi
yang lebih pendek karena hal ini sering dilaporkan teknik yang paling penting untuk mendiagnosis
dapat memberikan informasi yang sebanding. infeksi bakteri sejak kelahiran mikrobiologi. Teori
Terkadang sekuensing keseluruhan 1.500 bp perlu postulat Koch mengemukakan bahwa patogen
dilakukan untuk membedakan antar taksa atau harus dapat ditumbuhkan dalam kultur murni.
galur tertentu (Sacchi et al., 2002). Sekuensing Pernyataan spesifik ini telah diperbarui, setelah
keseluruhan juga biasanya diperlukan ketika disadari adanya bakteri yang tidak dapat dikultur
mendeskripsikan spesies baru. Namun, bagi namun memiliki fungsi klinis yang penting seperti
sebagian besar bakteri klinis, urutan sekuens awal Treponema pallidum. Di antara berbagai tes
sepanjang 500 bp dapat memberikan diferensiasi molekuler yang tersedia, sekuensing 16S rRNA
dan informasi yang memadai untuk identifikasi menjadi teknik yang penting untuk mendeteksi
bahkan dapat memberikan perbedaan persen lebih bakteri yang tidak dapat dikultur. Sifatnya yang
besar antar galur. Secara praktis, menggunakan universal dan urutan gen yang konservatif
sekuensing sepanjang 500 bp juga lebih mudah dan memudahkan perancangan berbagai primer PCR.
murah karena memerlukan pereaksi yang tidak Karakteristik ini sangat penting dan praktis untuk
terlalu banyak (Clarridge, 2004). mendiagnosis penyakit yang disebabkan oleh
bakteri.
Keuntungan lain dari analisis 16S rRNA dalam
identifikasi bakteri adalah tingkat akurasi dan
keefektifan yang tinggi serta singkatnya waktu
dalam proses identifikasi terlebih jika
dibandingkan dengan metode konvensional
(Akihary & Kolondam, 2020). Ukurannya yang
besar (1.500 bp) juga dinilai menguntungkan untuk
Gambar 3. Gen 16S rRNA tujuan informatika (Janda & Abbott, 2007).
(Sumber : www.alimetrics.net)

Noer. Identifikasi Bakteri secara Molekular


EduBiologia Volume 1 Number 1 Januari 2021
|4

Keterbatasan Penggunaan Sekuens 16S rRNA utama dalam dinding sel bakteri. Selanjutnya,
dalam Identifikasi Bakteri dilakukan penambahan deterjen Sodium
Pada beberapa genus, terdapat daerah dodecyl sulfate (SDS) bertujuan untuk
'blindspots', di mana urutan 16S rRNA tidak menghancurkan lapisan lemak pada membran
memiliki perbedaan yang cukup untuk sel (Clark & Pazdernik, 2009).
pengidentifikasian spesies tertentu. Dalam keadaan Protein merupakan pengotor utama dalam
ini, target alternatif harus diteliti. Sebagai contoh, ekstraksi DNA dari bakteri dan dapat dirusak
groEL adalah gen penting yang umum digunakan dengan menambahkan proteinase K. Fenol
selain 16S rRNA yang berguna untuk klasifikasi digunakan untuk mengekstrak protein sel.
dan identifikasi dari banyak kelompok bakteri, Pelarut organik ini dapat mengendapkan protein
seperti Staphylococci dan spesies Burk holderia tetapi membiarkan asam nukleat (DNA dan
(Kwok & Chow, 2003). Sekuens 16S rRNA juga RNA) tetap dalam larutan (Brown, 1991).
memiliki keterbatasan bagi beberapa spesies 2. Amplifikasi gen 16S rRNA
Staphylococcus tertentu. Oleh karena itu, urutan DNA yang telah diekstraksi digunakan
gen groEL dan tuf telah diusulkan sebagai metode sebagai cetakan untuk mengamplifikasi segmen
molekuler yang lebih sesuai untuk sekitar 500 atau 1.500 bp dari urutan gen 16S
mengidentifikasi spesies Staphylococcus (Heikens rRNA menggunakan Polymerase chain
et al., 2005). reaction (PCR). Primer yang umum atau primer
Selain itu, jika seseorang ingin membandingkan universal yang komplementer dengan daerah
galur untuk tujuan epidemiologi atau untuk yang dilestarikan digunakan sehingga daerah
mendeteksi galur yang memiliki faktor virulensi tersebut dapat diamplifikasi dari bakteri apa
tertentu, analisis gen 16S rRNA juga tidak saja. Produk PCR kemudian dimurnikan untuk
memadai karena tidak memiliki variasi yang menghilangkan kelebihan primer dan
cukup, dan wilayah ini tidak menyandikan faktor nukleotida.
virulensi (Sacchi et al., 2002). 3. Elektroforesis
Kekurangan lainnya adalah seperti pada metode Langkah berikutnya adalah proses
molekular lainnya, identifikasi menggunakan 16S visualisasi gen 16S rRNA. Gen yang telah
rRNA tidak dapat menjamin kesamaan dalam hal diamplifikasi, diseparasi dengan menggunakan
fisiologi dan morfologi suatu bakteri, walaupun elektroforesis gel. Visualisasi dilakukan
hasil analisis 16S rRNA nya menunjukan menggunakan pewarna tertentu dan dideteksi
keidentikan (Akihary & Kolondam, 2020). Untuk dengan sinar UV pada UV-transiluminator
mengatasi hal seperti ini tentu metode (Kepel & Fatimawali, 2015). Hasil deteksi ini
konvensional tetap perlu dilakukan sebagai dapat didokumentasikan menggunakan alat
pembanding. khusus yang disebut gel documentation system
(gel-doc).
Langkah-Langkah dalam Identifikasi 4. Sekuensing DNA
Menggunakan Metode 16S rRNA Setelah kita mengetahui panjang dari basa
Secara umum, langkah-langkah yang terminal dari setiap fragmen, urutan basa dapat
diperlukan dalam menganalisis daerah 16S rRNA ditentukan. DNA Sekuencing dapat dilakukan
bakteri adalah sebagai berikut: baik dengan Metode Sanger atau dengan
1. Ekstraksi DNA Bakteri menggunakan Sequencers DNA modern. Saat
Terdapat beberapa metode ekstraksi DNA ini, ketersediaan alat di Indonesia masih sangat
yang dapat digunakan untuk sekuensing 16S terbatas, sehingga biasanya untuk melakukan
rRNA. Pemilihan metode ekstraksi bergantung proses sekuensing, laboratorium/peneliti
pada sumber sampel DNA dan tingkat mengirimkan sampel melalui jasa sekuensing
kemurnian yang diinginkan. Saat ini, telah yang terdapat di luar negeri maupun
banyak kit yang tersedia di pasaran untuk laboratorium terpilih di Indonesia.
mencapai hasil yang efisien dan hasil yang 5. Membandingkan Hasil Sekuensing dengan
murni dalam waktu singkat. Bank Data
Untuk melepaskan DNA dari sel, membran Hasil sekuensing kemudian digunakan untuk
sel harus dihancurkan terlebih dahulu. Metode melakukan pencarian kemiripan sekuen dengan
umum yang digunakan pada bakteri adalah database yang tersedia. Tehnik yang umum
dengan menggunakan enzim lysozyme. Enzim digunakan adalah Basic Local Alignment
ini memotong peptidoglikan yaitu komponen Search Tool (BLAST) dengan menggunakan

Noer. Identifikasi Bakteri secara Molekular


EduBiologia Volume 1 Number 1 Januari 2021
|5

server online (www.ncbi.nlm.nih.gov). Sumber Laboratory (http://www.ebi.ac.uk/embl/),


data lain yang bisa digunakan diantaranya Smart Gene IDNS (http://www.smartgene.ch),
adalah Ribosomal Data-base Project (RDP-II) dan Ribosomal Differentiation of Medical
(http://rdp.cme.msu.edu/html/), Ribosomal Microorganisms (RIDOM)
Database Project European Molecular Biology (http://www.ridom.com/).

Gambar 3. Tahapan Identifikasi Menggunakan Metode 16S rDNA


(Sumber: http://www.slideshare.net/abduldvm/16s-ribosomal-dna-sequence-analysis)

Pedoman yang direkomendasikan untuk 2. Ukuran minimum gen yang disekuensing 500-
penggunaan sekuensing gen 16S rRNA 525 bp. Ukuran ideal yang disekuensing adalah
Terdapat beberapa rekomendasi yang sangat 1.300-1500 bp dengan posisi ambiguitas <1%.
berguna dalam sekuensing 16S RNA saat 3. Kriteria yang digunakan dalam identifikasi
mengindentifikasi bakteri. Rekomendasi tersebut spesies adalah dikatakan mirip jika tingkat
adalah (Janda & Abbott, 2007): kesamaan sekuens >99% atau idealnya >99,5%.
1. Diperlukan informasi profil fenotip dari galur- Untuk kecocokan ke spesies terdekat berikutnya
galur khusus yang akan di sekuensing untuk dengan skor jarak <0,5%, sifat lain, termasuk
mencegah terjadinya kesukaran dalam analisis fenotipe, harus dipertimbangkan pada tahap
data gen 16S rRNA. Untuk identifikasi galur akhir identifikasi spesies.
tertentu dibutuhkan gen housekeeping lain
contohnya rpoB. Beberapa galur yang KESIMPULAN
membutuhkan gen housekeeping contohnya
adalah: Aeromonas veronii, Bacillus anthracis, Metode identifikasi menggunakan 16S rRNA
B. cereus, B. globisporus, B. psychrophilus, merupakan salah satu metode yang saat ini paling
Bordetella bronchiseptica, B. parapertussis, B. banyak digunakan untuk mengidentifikasi bakteri.
pertussis, Burkholderia cocovenenans, B. Selain cara yang relatif mudah, waktu yang cepat,
gladioli, B. pseudomallei, B. thailandensis, teknik keberhasilan atau ketepatan dari metode ini
Edwardsiella tarda, E. hoshinae, E. ictaluri, juga menunjukkan hasil yang tinggi. Untuk
Enterobacter cloacae, Neisseria cinerea, N. sekuensing, gen yang digunakan dapat berupa gen
meningitides, Pseudomonas fluorescens, P. penuh sepanjang 1500 bp maupun gen sebagian
jessenii, Streptococcus mitis, S. oralis, dan S. (lebih kurang 500 bp). Langkah secara umum
pneumonia. adalah ekstraksi DNA, amplifikasi daerah 16S
menggunakan PCR, visualisasi gen, sekuensing,
lalu hasil sekuensing dibandingkan dengan

Noer. Identifikasi Bakteri secara Molekular


EduBiologia Volume 1 Number 1 Januari 2021
|6

database yang ada. Disamping berbagai and phenotypic methods for species-level
kelebihannya, ternyata metode ini juga memiliki identification of clinical isolates of coagulase-
beberapa kekurangan diantaranya tidak sesuai negative staphylococci. J. Clin. Microbiol, 43,
digunakan untuk spesies tertentu. 2286–2290
Janda, J. M., & Abbott, S. L. (2007). 16S rRNA
DAFTAR PUSTAKA gene sequencing for bacterial identification in
the diagnostic laboratory: Pluses, perils, and
Akihary, C. V., & Kolondam, B. J. (2020). pitfalls. Journal of Clinical Microbiology,
Pemanfaatan gen 16S RNAa sebagai perangkat 45(9), 2761–2764.
identifikasi bakteri untuk penelitian-penelitian Kepel, B., & Fatimawali. (2015). Penentuan jenis
di Indonesia. Pharmacon, 9(1), 16–22. dengan analisis gen 16SrRNA dan uji daya
Bansal, A. K., & Meyer, T. E. (2002). Evolutionary reduksi bakteri resisten merkuri yang diisolasi
analysis by whole genome comparisons. J. dari feses pasien dengan tambalan amalgam
Bacteriol, 184, 2260–2272. merkuri di Puskesmas Bahu Manado. Jurnal
Bottger, E. C. (1989). Rapid determination of Kedokteran YARSI, 23(1), 45–55.
bacterial ribosomal RNA sequences by direct Kwok, A. Y., & Chow, A. W. (2003). Phylogenetic
sequencing of enzymatically amplied DNA. study of Staphylococcus and Macrococcus
FEMS Microbiol. Lett, 65, 171–176. species based on partial hsp60 gene sequences.
Brown, T.A. (1991). Pengantar Kloning Gen In. J. Syst. Evol. Microbiol, 53, 87–92.
(Muhammad, S. A & Praseno, Penerjemah). Rinanda, T. (2011). Analisis sekuensing 16S rRNA
Yayasan Essentia Medica: Yogyakarta. di bidang mikrobiologi. Jurnal Kedokteran
Cai, H., Archambault, M., & Prescott, J. F. (2003). Syiah Kuala, 11, 172-177.
16S ribosomal RNA sequence–based Sacchi, C. T., Whitney, A. M., Mayer, L.W.,
identification of veterinary clinical bacteria. J Morey, R., Steigerwalt, A., Boras, A., Weyant,
Vet Diagn Invest, 15, 465–469. R.S., & Popovic, T. (2002). Sequencing of
Chen, H., Hulten, K., & Clarridge III, J. E. (2002). 16SrRNA gene: a rapid tool for identication of
Taxonomic sub groups of Pasteurella Bacillus anthracis. Emerg. Infect. Dis, 8, 1117–
multocidacor relate with clinical presentation. 1123.
J. Clin. Microbiol, 40, 3438–3441. Sacchi, C. T., Whitney, A. M., Reeves, M. W.,
Clark, D. P., & Pazdernik, N. J. (2009). Mayer, L. W., & Popovic, T. (2002). Sequence
Biotechnology Applying the Genetic diversity of Neisseria meningitides 16S rRNA
Revolution. Elsevier Academic Press: London. genes and use of 16S rRNA gene sequencing as
Fox, G. E., Magrum, L. J., Balch, W. E., Wolfe, R. a molecular sub typing tool. J. Clin. Microbiol,
S., & Woese, C. R. (1977). Classification of 40, 4520–4527.
methanogenic bacteria by 16S ribosomal RNA Woese, C. R., Stackebrandt, R., Macke, T. J., &
characterization. Proc Natl Acad Sci, 74, 4537– Fox, G. E. (1985). A phylogenetic definition of
4541. the major eubacterial taxa. Syst. Appl.
Heikens, E., Fleer, A., Paauw, A., Florijn, A., & Microbiol, 6, 143–151.
Fluit, A. C. (2005). Comparison of genotypic

Noer. Identifikasi Bakteri secara Molekular


EduBiologia Volume 1 Number 1 Januari 2021

Anda mungkin juga menyukai