Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN BEST PRACTICE

PENINGKATAN KOMPETENSI PEMBELAJARAN

“PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PELAJARAN FISIKA


MATERI GELOMBANG BUNYI TENTANG EFEK DOPPLER
MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DI
KELAS XI-4 SMA NEGERI 1 WEDUNG”

NAMA PESERTA : IIS FITRIYANI, S.Pd.


NUPTK : 4837768669230352
SEKOLAH/TEMPAT TUGAS : SMA NEGERI 1 WEDUNG
KABUPATEN/KOTA : DEMAK
PROVINSI : JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH MENENGAH
ATAS SMA NEGERI 1 WEDUNG
KABUPATEN DEMAK
HALAMAN PENGESAHAN

Pengembangan dalam bentuk Best Practice berjudul “PENINGKATAN BERPIKIR


KRITIS SISWA PADA PELAJARAN FISIKA MATERI GELOMBANG BUNYI
TENTANG EFEK DOPPLER MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING DI KELAS XI-4 SMA NEGERI 1 WEDUNG”

Nama : Iis Fitriyani, S.Pd.

Asal Sekolah : SMA Negeri 1 Wedung

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Kepala SMA Negeri 1 Wedung

Sukadi, S.Pd, M.Pd


NIP. 19701228 199412 1 001
BIODATA PENULIS

1. Nama : Iis Fitriyani


2. NIP : 199005052023212031
3. NUPTK : 4837768669230352
4. Jabatan : Guru Ahli Pertama
5. Pangkat / Gol.Ruang : IX
6. Tempat / Tanggal Lahir : Jepara, 05 Mei 1990
7. Jenis Kelamin : Perempuan
8. Agama : Islam
9. Pendidikan Terakhir : S-1 Pendidikan Fisika
10. Unit Kerja : SMA Negeri 1 Wedung
11. Alamat Unit Kerja : Jl. Bungo-Pasir Bungo Wedung, Demak
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya laporan Best Pratice yang berjudul “PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS SISWA
PADA PELAJARAN FISIKA MATERI GELOMBANG BUNYI TENTANG EFEK
DOPPLER MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
DI KELAS XI-4 SMA NEGERI 1 WEDUNG” ini dapat diselesaikan sesuai rencana.
Melalui penyusunan Best Practice ini penulis memamparkan pengalaman mengajar
Fisika dengan berorientasi berpikir kritis pada sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan dalam hal ini peserta didik. Dalam
Best Practice ini memuat langkah-langkah pembelajaran, dan kegiatan di dalam kelas yang
menyenangkan.
Penulis mengucapkan banyak terimkasih kepada semua pihak yang telah membatu
dan berkontribusi positip untuk terselesaikannya Best Practice ini sebagai Tugas Akhir PPG
dalam Jabatan 2023 angkatan 2 yang di laksanakan di kampus UNS. Penulis juga menyadari
dalam pembuatan Best Practice ini masih banyak kekurangannya karena keterbatasan waktu
dan ilmu, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan karya tulis ini.

Demak, 22 November 2023


Penulis

Iis Fitriyani, S.Pd.


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berpikir kritis merupakan keterampilan yang menuntut setiap orang untuk
menganalisis ide atau gagasan ke arah tertentu untuk mendapatkan informasi yang
relevan dengan mengevaluasi bukti. (Wihartanti et al., 2019). Kemampuan berpikir
kritis dapat mengarahkan seseorang untuk menganalisis dan mengevaluasi secara
kritis menggunakan berbagai proses mental seperti fokus, kategorisasi, seleksi dan
evaluasi. Proses berpikir kritis membuat siswa fokus untuk mengolah dan memahami
semua informasi (Davut Gul & Akcay, 2020).
Keterampilan berpikir merupakan kemampuan yang sangat diperlukan dalam
menghadapi tantangan kehidupan. Keterampilan tersebut diantaranya kemampuan
berpikir kritis, berpikir kreatif, dan kemampuan pemecahan masalah (Kalelioglu, F.,
& Gülbahar, 2014). Kemampuan berpikir kritis pada dasarnya diperlukan dalam
membuat suatu keputusan untuk melakukan atau mempercayai suatu hal yang diawali
dengan berpikir dengan beralasan dan berpikir reflektif (Ennis, 2013).
Penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis yang rendah tersebut yaitu
kurangnya kemampuan pemecahan masalah yang merupakan salah satu
hal yang penting ditingkatkan dalam pembelajaran IPA terlebih dalam peningkatan
berpikir kritis. Oleh karena itu, untuk membantu siswa dalam mempelajari IPA
diperlukan suatu strategi atau model yang tepat agar pembelajaran IPA yang
berlangsung dapat memancing siswa untuk memiliki kemampuan berpikir kritis
siswa.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah
dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Model
pembelajaran problem based learning (PBL) atau dikenal dengan model
pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menggunakan
permasalahan nyata yang ditemui di lingkungan sebagai dasar untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep melalui kemampuan berpikir kritis dan memecahkan
masalah (Fakhriyah, 2014). Problem Based Learning merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan yang harus
dilakukan siswa. Siswa tidak hanya mendengar, mencatat, kemudian menghafal
materi pelajaran, tetapi melalui model Problem Based Learning (PBL) siswa menjadi
aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya membuat
kesimpulan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Problem Based Learning ini menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Artinya tanpa masalah pembelajaran tidak akan mungkin bisa
berlangsung. Ketiga, pemecahan pemecahan masalah menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah. (Raharjo et al., 2018).

B. TANTANGAN
Setelah dilakukan identifikasi masalah serta wawancara dan juga kajian
literasi, dapat dikemukakan beberapa tantangan yang terjadi diantaranya:
1. Guru masih senang mengajar dengan pola ceramah dan sedikit sekali melihat
peluang-peluang untuk melakukan kegiatan yang lebih inovatif
2. Guru memberikan konsep secara langsung tanpa mengajak peserta didik untuk
bersama-sama berpikir melalui proses penemuan sehingga menyebabkan peserta
didik tidak mampu menghubungkan antara materi yang mereka pelajari dengan
pemanfaatannya dalam kehidupan nyata serta kurang terlibatnya peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung yang mempengaruhi rendahnya
aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran.
3. Guru kurang mengikuti pembelajaran yang menyesuaikan dengan
perkembangan zaman sehingga ketika ada hal baru tentang pembelajaran kurang
diterapkan di kelas.
4. Kesadaran guru dalam memahami dan mengimplemenyasikan model
pembelajaran inovatif dan materi yang inovatif sesuai dengan perkembangan
zaman masih kurang.
Selain tantangan guru dan siswa ada juga yang berasal dari sekolah diantaranya :
1. Minimnya fasilitas penunjang di sekolah.
2. Kurangnya penguasaan penggunaan TPACK dalam pembelajaran.
Dengan kondisi tersebut seorang pendidik harus dapat mengatasinya dengan
melibatkan berbagai pihak, baik kepala sekolah, guru atau teman sejawat sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar serta dapat mencapai tujuan yaitu
meningkatkan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran based
learning (PBL).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
diharapkan peserta didik mampu memahami dan menerapkan persamaan Efek
Doppler dalam pemecahan masalah

B. AKSI
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan yang dihadapi,
yaitu :
1. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah terkait waktu kegiatan PPL 2.
2. Menggunakan metode yang menyenangkan peserta didik sehingga peserta didik
lebih tertarik dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran dikelas.
3. Guru menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL),
diharapkan peserta didik dapat konsentrasi dan lebih aktif selama proses
pembelajaran. Sintak model Problem-based Learning menurut Arends (2012)
sebagai berikut :
a. Orientasi peserta didik pada masalah
b. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
c. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
4. Berkaitan dengan media pembelajaran. Penggunaan media berbasis TPACK
untuk memudahkan guru mentransformasi ilmu pengetahuan dan juga menambah
konsentrasi dan motivasi belajar peserta didik. Guru menggunakan media
pembelajaran berupa power point yang menarik dan disajikan lewat proyektor
dan menggunakan pembelajaran berbasis TIK
5. Guru membuat LKPD yang sesuai dengan materi Efek Doppler yang memuat
permasalahan kontektual, memberikan arahan dalam mengisi LKPD kepada
peserta didik

Strategi yang digunakan, yaitu :


Strategi yang dilakukan penulis dalam meningkatkan berpikir kritis peserta
didik dalam pembelajaran Fisika materi Efek Doppler dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based learning (PBL). Model
pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan
berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik baik secara individu maupun
kelompok. Selanjutnya, guru memilih metode pembelajaran dengan memahami
karakteristik peserta didik dan karakteristik materi. Metode pembelajaran yang
digunakan adalah praktikum dan diskusi kelompok. Guru juga menyusun perangkat
pembelajaran lengkap seperti Modul ajar, LKPD, media pembelajaran, instrumen
pembelajaran. Guru melaksanakan tahapan pembelajaran sesuai dengan langkah pada
modul ajar.
Pada proses pembelajaran ini, guru dan peserta didik terlibat secara langsung
di kelas saat pembelajaran berlangsung. Pihak yang terlibat namun secara tidak
langsung adalah kepala sekolah dan rekan guru sejawat.
Sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini,
antara lain:
Media • LKPD
• Lembar penilaian
• Modul ajar
• Aplikasi Aplikasi Frequency Sound Generator
• Aplikasi Frequency Counter
• Video
Alat / • Laptop
Bahan • LCD Proyektor
• Papan tulis
• Spidol
• PPT
• Mistar
Sumber • Ilmu Pengetahuan Alam Fisika untuk SMA/MA Kelas XI
Belajar (Fase F). Rahmat Riyadi dan Meyla Widya Utami. 2023.
Surakarta : Mediatama.
• Fisika untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan
Matematika dan Ilmu Alam. Marthen Kanginan. 2015.
Jakarta: Erlangga.
• BSE Modul Pembelajaran SMA Fisika Kelas XI.
Kusrini.2020.Kemdikbud
• https://youtu.be/bU4FPyQoIb0?si=qkGSInuzyWzirSz9

Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan

1. Pendahuluan

 Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan


meminta kepada salah seorang peserta didik untuk memimpin berdo’a.
 Guru memeriksa kehadiran peserta didik
 Guru memotivasi peserta didik untuk semangat mengikuti
pembelajaran
 Apersepsi
Mereview pembelajaran pada pertemuan sebelumnya
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2
Kegiatan Inti
.
1. Orientasi peserta didik pada masalah
- Peserta didik memperhatikan video yang diberikan guru
https://youtu.be/bU4FPyQoIb0?si=qkGSInuzyWzirSz9
- Peserta didik dan guru tanya jawab berdasarkan video yang
ditayangkan guru.
“pernahkah kalian berdiri di pinggir jalan kemudian melintas
sebuah ambulans dengan sirene yang sedang berbunyi?
Bagaimana bunyi itu ketika ambulans mendekat atau menjauh?”

2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar


- Peserta didik berkelompok sesuai kelompok yang sudah
ditetapkan guru
- Peserta didik mengambil LKPD untuk kegiatan praktikum dan
diskusi kelompok
- Peserta didik mempersiapkan HP dan mistar dengan bimbingan
guru
- Peserta didik mencermati LKPD yang diberikan guru, dan
bertanya jika ada hal yang kurang dipahami

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok


- Peserta didik melaksanakan kegiatan praktikum dengan bimbingan
guru dan bantuan LKPD.
- Peserta didik mengisi LKPD yang telah disediakan.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya


- Peserta didik dengan kelompoknya menggabungkan beragam
informasi yang telah mereka dapatkan menjadi satu kesimpulan
yang utuh
- Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok
- Bagi kelompok yang tidak maju presentasi mengajukan
pertanyaan atau tanggapan

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah


- Peserta didik diberikan reward berupa tepuk tangan saat selesai
presentasi
- Guru Memberikan umpanbalik/penguatan/evaluasi dari presentasi
peserta didik
3
Penutup
.
 Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi efek Doppler
 Guru dan peserta didik melakukan refleksi tentang kegiatan
pembelajaran hari ini.
 Peserta didik mengerjakan soal evaluasi yang diberikan guru.

 Peserta didik mendengarkan penjelasan guru mengenai pembelajaran


selanjutnya.
 Peserta didik memperhatikan nasihat guru untuk selalu bersemangat
dan menjaga kesehatan.
 Guru menutup pembelajaran dengan salam.

C. REFLEKSI HASIL DAN DAMPAK


Dampak dari aksi tersebut adalah:
1. Melalui model pembelajaran Problem Based Learning, langkah – langkah
pembelajaran lebih terarah/berurutan sesuai dengan sintak yang ada.
2. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat membuat
pemahaman peserta didik lebih baik. Pemahaman peserta didik tersebut dapat
terbangun karena peserta didik menyelesaikan masalah nyata yang terdapat di
LKPD. Hasil LKPD yang dikerjakan peserta didik sangat baik, dan hasil tes tulis
peserta didik pun menunjukan sudah masuk kategori baik.
3. Kegiatan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) memberikan manfaat baik bagi seorang guru dan peserta didik.
Manfaat yang dapat dirasakan saat inovasi pembelajaran berlangsung ini seperti
peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran, pembelajaran menjadi lebih
interaktif sehingga memberikan pemahaman konsep lebih mendalam kepada
peserta didik dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kegiatan
diskusi dapat mengembangkan kerja sama peserta didik dalam menyelesaikan
masalah. Selain itu sikap saling menghargai pendapat teman, tanggung jawab
terhadap tugas yang diterima, dan kepercayaan diri dalam komunikasi dapat
dikembangkan dalam proses kegiatan pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena
pembelajaran yang inovatif dapat memberikan pengalaman belajar baru bagi
peserta didik sehingga dalam pembelajaran peserta didik lebih fokus dan dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan hasil belajar yang memuaskan.
4. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dipadukan dengan
percobaan menggunakan aplikasi di gawai peserta didik berbasis TPACK
mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student center)
sehingga mampu meningkatkan keaktifan peserta didik.

Faktor keberhasilan model, metode dan media yang digunakan:


a. Dukungan atasan, manajemen sekolah, dan rekan sejawat yang mendukung dan
membantu aksi dari kegiatan pembelajaran.
b. Adanya Kritik dan saran dari pimpinan dan rekan sejawat atas rencana
pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru kepada peserta didik.
c. Penguasaan guru dalam menerapkan sintaksintak pada model pembelajaran
Problem Based Learning yang telah direncanakan, dan berjalan sesuai sintak yang
ada 95 %.
d. Penguasaan guru terhadap media pembelajaran yang telah dibuat 95 %, dan
interaksi peserta didik dengan guru sudah berlangsung dengan baik, serta peserta
didik dapat merumuskan masalah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
e. Keseriusan peserta didik dalam mengikuti setiap kegiatan pembelajaran sudah ada.
f. Kerja sama yang baik dari semua pihak.
g. Sarana dan prasarana sekolah yang mendukung proses kegiatan pembelajaran di
kelas.

Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut?


1. Penggunaan media pembelajaran dan penerapan model pembelajaran inovatif
sangat menentukan tingkat keberhasilan proses belajar mengajar.
2. Guru harus memahami karakteristik peserta didik, memahami masalah yang
mereka hadapi terkait pembelajaran lalu memecahkan masalah tersebut dengan
memberikan solusi yang tepat.
3. Guru membuat perencanaan yang baik dan matang lalu dilaksanakan sesuai
rencana.
4. Peserta didik harus terlibat secara aktif selama proses pembelajaran.
5. Guru harus melakukan inovasi dan kreasi untuk menciptakan suasana belajar yang
membahagiakan
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kegiatan pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
memberikan manfaat baik bagi seorang guru dan peserta didik. Manfaat yang dapat
dirasakan saat inovasi pembelajaran berlangsung ini seperti peserta didik lebih aktif
dalam proses pembelajaran, pembelajaran menjadi lebih interaktif sehingga
memberikan pemahaman konsep lebih mendalam kepada peserta didik dan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kegiatan diskusi dapat
mengembangkan kerja sama peserta didik dalam menyelesaikan masalah. Selain
itu sikap saling menghargai pendapat teman, tanggung jawab terhadap tugas yang
diterima, dan kepercayaan diri dalam komunikasi dapat dikembangkan dalam
proses kegiatan pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran yang
inovatif dapat memberikan pengalaman belajar baru bagi peserta didik sehingga
dalam pembelajaran peserta didik lebih fokus dan dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan hasil belajar yang
memuaskan.

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, berikut disampaikan
rekomendasi yang relevan.
1. Guru seharusnya memiliki inovasi model pembelajaran yang lebih
menyenangkan siswa tidak terpaku hanya dengan 1 model pembelajaran saja
dan memiliki banyak referensi sumber belajar yang lain tidak hanya buku guru
dan buku siswa yang akan menunjang kemampuan profesional guru pada saat
proses pembelajaran.
2. Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir kritis dalam belajar,
tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini akan
membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam.
3. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana dan prasarana yang
memadai untuk berlangsungnya pembelajaran dan untuk mendesiminasikan
best practice ini agar menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. 2023. PPG Dalam


Jabatan tahun 2023 Bahan Bacaan. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana. 2010. Penelitian Kelas. Kencana: Jakarta.
Yohanna, dkk. 2018 View of Penerapan Model Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Mahasiswa (unesa.ac.id) Jurnal
Pendidikan (Teori dan Praktik) Volume 3 Nomor 1.
https://proceeding.unnes.ac.id/index.php/snipa/article/download/2364/1836

Anda mungkin juga menyukai