Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya laporan Best Pratice yang berjudul “PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS SISWA
PADA PELAJARAN FISIKA MATERI GELOMBANG BUNYI TENTANG EFEK
DOPPLER MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
DI KELAS XI-4 SMA NEGERI 1 WEDUNG” ini dapat diselesaikan sesuai rencana.
Melalui penyusunan Best Practice ini penulis memamparkan pengalaman mengajar
Fisika dengan berorientasi berpikir kritis pada sekolah dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan dalam hal ini peserta didik. Dalam
Best Practice ini memuat langkah-langkah pembelajaran, dan kegiatan di dalam kelas yang
menyenangkan.
Penulis mengucapkan banyak terimkasih kepada semua pihak yang telah membatu
dan berkontribusi positip untuk terselesaikannya Best Practice ini sebagai Tugas Akhir PPG
dalam Jabatan 2023 angkatan 2 yang di laksanakan di kampus UNS. Penulis juga menyadari
dalam pembuatan Best Practice ini masih banyak kekurangannya karena keterbatasan waktu
dan ilmu, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan karya tulis ini.
A. LATAR BELAKANG
Berpikir kritis merupakan keterampilan yang menuntut setiap orang untuk
menganalisis ide atau gagasan ke arah tertentu untuk mendapatkan informasi yang
relevan dengan mengevaluasi bukti. (Wihartanti et al., 2019). Kemampuan berpikir
kritis dapat mengarahkan seseorang untuk menganalisis dan mengevaluasi secara
kritis menggunakan berbagai proses mental seperti fokus, kategorisasi, seleksi dan
evaluasi. Proses berpikir kritis membuat siswa fokus untuk mengolah dan memahami
semua informasi (Davut Gul & Akcay, 2020).
Keterampilan berpikir merupakan kemampuan yang sangat diperlukan dalam
menghadapi tantangan kehidupan. Keterampilan tersebut diantaranya kemampuan
berpikir kritis, berpikir kreatif, dan kemampuan pemecahan masalah (Kalelioglu, F.,
& Gülbahar, 2014). Kemampuan berpikir kritis pada dasarnya diperlukan dalam
membuat suatu keputusan untuk melakukan atau mempercayai suatu hal yang diawali
dengan berpikir dengan beralasan dan berpikir reflektif (Ennis, 2013).
Penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis yang rendah tersebut yaitu
kurangnya kemampuan pemecahan masalah yang merupakan salah satu
hal yang penting ditingkatkan dalam pembelajaran IPA terlebih dalam peningkatan
berpikir kritis. Oleh karena itu, untuk membantu siswa dalam mempelajari IPA
diperlukan suatu strategi atau model yang tepat agar pembelajaran IPA yang
berlangsung dapat memancing siswa untuk memiliki kemampuan berpikir kritis
siswa.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah
dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Model
pembelajaran problem based learning (PBL) atau dikenal dengan model
pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menggunakan
permasalahan nyata yang ditemui di lingkungan sebagai dasar untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep melalui kemampuan berpikir kritis dan memecahkan
masalah (Fakhriyah, 2014). Problem Based Learning merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan yang harus
dilakukan siswa. Siswa tidak hanya mendengar, mencatat, kemudian menghafal
materi pelajaran, tetapi melalui model Problem Based Learning (PBL) siswa menjadi
aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya membuat
kesimpulan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Problem Based Learning ini menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Artinya tanpa masalah pembelajaran tidak akan mungkin bisa
berlangsung. Ketiga, pemecahan pemecahan masalah menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah. (Raharjo et al., 2018).
B. TANTANGAN
Setelah dilakukan identifikasi masalah serta wawancara dan juga kajian
literasi, dapat dikemukakan beberapa tantangan yang terjadi diantaranya:
1. Guru masih senang mengajar dengan pola ceramah dan sedikit sekali melihat
peluang-peluang untuk melakukan kegiatan yang lebih inovatif
2. Guru memberikan konsep secara langsung tanpa mengajak peserta didik untuk
bersama-sama berpikir melalui proses penemuan sehingga menyebabkan peserta
didik tidak mampu menghubungkan antara materi yang mereka pelajari dengan
pemanfaatannya dalam kehidupan nyata serta kurang terlibatnya peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung yang mempengaruhi rendahnya
aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran.
3. Guru kurang mengikuti pembelajaran yang menyesuaikan dengan
perkembangan zaman sehingga ketika ada hal baru tentang pembelajaran kurang
diterapkan di kelas.
4. Kesadaran guru dalam memahami dan mengimplemenyasikan model
pembelajaran inovatif dan materi yang inovatif sesuai dengan perkembangan
zaman masih kurang.
Selain tantangan guru dan siswa ada juga yang berasal dari sekolah diantaranya :
1. Minimnya fasilitas penunjang di sekolah.
2. Kurangnya penguasaan penggunaan TPACK dalam pembelajaran.
Dengan kondisi tersebut seorang pendidik harus dapat mengatasinya dengan
melibatkan berbagai pihak, baik kepala sekolah, guru atau teman sejawat sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar serta dapat mencapai tujuan yaitu
meningkatkan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran based
learning (PBL).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Pembelajaran
Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
diharapkan peserta didik mampu memahami dan menerapkan persamaan Efek
Doppler dalam pemecahan masalah
B. AKSI
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan yang dihadapi,
yaitu :
1. Melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah terkait waktu kegiatan PPL 2.
2. Menggunakan metode yang menyenangkan peserta didik sehingga peserta didik
lebih tertarik dan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran dikelas.
3. Guru menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL),
diharapkan peserta didik dapat konsentrasi dan lebih aktif selama proses
pembelajaran. Sintak model Problem-based Learning menurut Arends (2012)
sebagai berikut :
a. Orientasi peserta didik pada masalah
b. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
c. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
4. Berkaitan dengan media pembelajaran. Penggunaan media berbasis TPACK
untuk memudahkan guru mentransformasi ilmu pengetahuan dan juga menambah
konsentrasi dan motivasi belajar peserta didik. Guru menggunakan media
pembelajaran berupa power point yang menarik dan disajikan lewat proyektor
dan menggunakan pembelajaran berbasis TIK
5. Guru membuat LKPD yang sesuai dengan materi Efek Doppler yang memuat
permasalahan kontektual, memberikan arahan dalam mengisi LKPD kepada
peserta didik
Kegiatan Pembelajaran
No Kegiatan
1. Pendahuluan
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kegiatan pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
memberikan manfaat baik bagi seorang guru dan peserta didik. Manfaat yang dapat
dirasakan saat inovasi pembelajaran berlangsung ini seperti peserta didik lebih aktif
dalam proses pembelajaran, pembelajaran menjadi lebih interaktif sehingga
memberikan pemahaman konsep lebih mendalam kepada peserta didik dan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kegiatan diskusi dapat
mengembangkan kerja sama peserta didik dalam menyelesaikan masalah. Selain
itu sikap saling menghargai pendapat teman, tanggung jawab terhadap tugas yang
diterima, dan kepercayaan diri dalam komunikasi dapat dikembangkan dalam
proses kegiatan pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran yang
inovatif dapat memberikan pengalaman belajar baru bagi peserta didik sehingga
dalam pembelajaran peserta didik lebih fokus dan dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan hasil belajar yang
memuaskan.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, berikut disampaikan
rekomendasi yang relevan.
1. Guru seharusnya memiliki inovasi model pembelajaran yang lebih
menyenangkan siswa tidak terpaku hanya dengan 1 model pembelajaran saja
dan memiliki banyak referensi sumber belajar yang lain tidak hanya buku guru
dan buku siswa yang akan menunjang kemampuan profesional guru pada saat
proses pembelajaran.
2. Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir kritis dalam belajar,
tidak terbatas pada hafalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini akan
membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam.
3. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana dan prasarana yang
memadai untuk berlangsungnya pembelajaran dan untuk mendesiminasikan
best practice ini agar menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA