Oleh:
Akan dilakukan kegiatan penelitian tindakan kelas di SMA Negeri 2 Kandis Riau dengan
pembelajaran Model Laboratorium Maya (Virtual Laboratory Model) berbasis PhET Simulation Interactive
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis (critical thinking). Kegiatan selanjutnya untuk menerapkan
perangkat pembelajaran tersebut dalam materi fisika yang lainnya sehingga siswa akan terlatih menjadi pemikir
yang kritis dan akan bermuara kepada penguasaan konsep-konsep fisika, utamanya pada konsep-konsep fisika
yang bersifat abstrak.
Dampak dari pelaksanaan penelitian ini adalah munculnya kesadaran bagi kita sebagai guru fisika baik
secara individu atau kelompok untuk mencoba mengembangkan dan sekaligus menerapkan perangkat
pembelajaran fisika di dalam kelas dengan memilih materi pokok yang lain yang menggunakan model VLM
berbasis PhET Simulation Interactive terutama pada saat pembelajaran jarak jauh seperti sekarang ini.
Selanjutnya hasil dari penerapan perangkat pembelajaran tersebut dapat mondorong peningkatan keterampilan
berpikir kritis siswa yang pada akhirnya kualitas belajar siswa meningkat yang berdampak positif dalam
peningkatan hasil belajar fisika. Dengan demikian siswa termotivasi untuk belajar Fisika dan akan terbiasa
melakukan praktikum yang lebih inovatif, murah, dan menarik.
Tahap pelaksanaan dibimbing mengoperasikan virtual laboratory berbasis phet simulation dan diberi
kesempatan melakukan praktikum VLM berbasis PhET Simulation di dalam kelas mayanya, dan pada tahap
refleksi , guru melakukan refleksi terhadap hasil observasi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik selama uji coba secara riel dalam kelas maya.
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN .........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3. Batasan Masalah ...............................................................................................................2
1.4. Pemecahkan Masalah .......................................................................................................3
1.5. Tujuan Penelitian ..............................................................................................................3
1.6. Manfaat Penelitian............................................................................................................3
B. Kajian Teori ...............................................................................................................................5
2.1. Ketrampilan Berpikir Kritis ................................................................................................5
2.2. Pembelajaran Virtual Laboratory ......................................................................................9
2.3. Materi Fisika....................................................................................................................13
2.4. Kerangka Berpikir...........................................................................................................16
2.5. Hipotesis Tindakan ..........................................................................................................17
C. Metodologi Penelitian ................................................................................................................18
4.1. Seting Penelitian ......................................................................................................................18
4.1.1. Tempat Penelitian .................................................................................................................18
4.1.2. Waktu Penelitian ...................................................................................................................18
4.2. Subyek Penelitian ....................................................................................................................18
4.3. Siklus Penelitian .......................................................................................................................19
4.3.1. Perencanaan ...........................................................................................................19
4.3.2. Pelaksanaan ..........................................................................................................................19
4.3.3. Pengamatan ..........................................................................................................................20
4.3.4. Refleksi ..................................................................................................................................20
4.4. Indikator Penelitian..................................................................................................................20
4.5. Instrumen Penelitian................................................................................................................22
4.6. Analisa Data Penelitian ............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................................24
Lampiran. RPP ................................................................................................................................25
INSTRUMENT ..................................................................................................................................32
A. PENDAHULUAN
2
1.4. Pemecahkan Masalah
Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini, yaitu menggunakan pembelajaran Virtual laboratory
berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola. Dengan model pembelajaran
ini, diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIPA1 semester 1, tahun
pelajaran 2020/2021 di SMAN 2 Kandis.
Manfaat Praktis
3
4. Memudahkan guru melakukan praktikum virtual dimasa pandemic ini.
4
B. Kajian Teori
5
pertimbangan kontekstual yang menjadi dasar dibuatnya keputusan. Berpikir kritis
penting sebagai alat inkuiri. Berpikir kritis merupakan suatu kekuatan serta
sumber tenaga dalam kehidupan bermasyarakat dan personal seseorang.
Pemikir kritis yang ideal memiliki rasa ingin tahu yang besar, teraktual,
nalarnya dapat dipercaya, berpikiran terbuka, fleksibel, seimbang dalam
mengevaluasi, jujur dalam menghadapi prasangka personal, berhati-hati dalam
membuat keputusan, bersedia mempertimbangkan kembali, transparan terhadap
isu, cerdas dalam mencari informasi yang relevan, beralasan dalam memilih
kriteria, fokus dalam inkuiri, dan gigih dalam mencari temuan. Dalam bentuk
sederhananya, berpikir kritis didasarkan pada nilai-nilai intelektual universal,
yaitu: kejernihan, keakuratan, ketelitian (presisi), konsistensi, relevansi, fakta-
fakta yang reliabel, alasan-alasan yang baik, dalam, luas, dan sesuai (Scriven dan
Paul, 2007).
Menurut Ennis (1985 dalam Costa, 1985) dalam Goals for a Critical
Thinking Curiculum, berpikir kritis meliputi karakter (disposition) dan
keterampilan (ability). Karakter dan keterampilan merupakan dua hal terpisah
dalam diri seseorang. Dari perspektif psikologi perkembangan, karakter dan
keterampilan saling menguatkan, karena itu keduanya harus secara eksplisit
diajarkan bersama-sama (Kitchener dan King, 1995 dalam Facione et al., 2000).
Karakter (disposition) tampak dalam diri seseorang sebagai pemberani,
penakut, pantang menyerah, mudah putus asa, dan lain sebagainya. John Dewey
menggambarkan aspek karakter dari berpikir sebagai “atribut personal” (Dewey,
1933 dalam Facione et al., 2000). Suatu karakter (disposisi) manusia merupakan
motivasi internal yang konsisten dalam diri seseorang untuk bertindak, merespon
seseorang, peristiwa, atau situasi biasa. Berbagai pengalaman memperkuat teori
karakter (disposisi) manusia yang ditandai sebagai kecenderungan yang tampak,
yang dapat dengan mudah dideskripsikan, dievaluasi, dan dibandingkan oleh
dirinya sendiri dan orang lain. Mengetahui karakter (disposisi) seseorang
memungkinkan kita memperkirakan, bagaimana seseorang cenderung bertindak
atau bereaksi dalam berbagai situasi (Facione et al., 2000).
6
Berbeda dengan karakter, keterampilan dimanifestasikan dalam bentuk
perbuatan. Seseorang dengan keterampilan yang baik cenderung mampu
memperlihatkan sedikit kesalahan dalam mengerjakan tugas-tugas sedangkan
orang yang kurang terampil membuat kesalahan yang lebih banyak bila diberikan
sejumlah tugas yang sama (Facione et al., 2000).
Dalam model yang diadaptasi dari Triandis (1979, dalam Rickets dan
Rudd, 2005), keterampilan berpikir kritis merupakan perilaku yang dipengaruhi
oleh karakter berpikir kritis dan sejumlah faktor pendukung. Berikut merupakan
skema faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berpikir kritis (Triandis,
1979 dalam Rickets dan Rudd, 2005).
Ada 13 indikator karakter berpikir kritis yang dikembangkan Ennis
(1985, dalam Costa, 1985), yaitu:
1. Mencari pertanyaan jelas dari teori dan pertanyaan.
2. Mencari alasan.
3. Mencoba menjadi yang teraktual.
4. Menggunakan sumber-sumber yang dapat dipercaya dan menyatakannya.
5. Menjelaskan keseluruhan situasi.
6. Mencoba tetap relevan dengan ide utama.
7. Menjaga ide dasar dan orisinil di dalam pikiran.
8. Mencari alternatif.
9. Berpikiran terbuka.
10. Mengambil posisi (dan mengubah posisi) ketika bukti-bukti dan alasan-alasan
memungkinkan untuk melakukannya.
11. Mencari dokumen-dokumen dengan penuh ketelitian.
12. Sepakat dalam suatu cara yang teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan
kompleks.
13. Peka terhadap perasaan, pengetahuan, dan kecerdasan orang lain.
Selain itu, masih ada 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang
terbagi ke dalam lima kelompok besar berikut ini. Memberikan penjelasan
sederhana: a) memfokuskan pertanyaan, b) menganalisis argumen, c) bertanya
dan menjawab tentang suatu penjelasan atau tantangan.
7
1. Membangun keterampilan dasar: d) mempertimbangkan kredibilitas sumber, e)
mengobservasi dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
2. Menyimpulkan: f) mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, g)
menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, h) membuat dan menentukan
nilai pertimbangan.
3. Memberikan penjelasan lebih lanjut: i) mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan definisi, j) mengidentifikasi asumsi.
4. Mengatur strategi dan taktik: k) menentukan tindakan, l) berinteraksi dengan
orang lain.
8
walaupun dengan keyakinan yang tinggi; zxzxdimana ahli-ahli sering tidak
sepakat mengenai solusi terbaik, bahkan ketika masalah dapat tuntas dipecahkan.
Odmundsen (2005) memberikan sampel kasus yang dapat tuntas dipecahkan.
9
Keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan individu untuk
mengajukan pertanyaan untuk memecahkan masalah, menganalisis dan
mengevaluasi alternatif dari berbagai sudut pandang, dan merefleksikan secara
kritis keputusan dan proses (www.21stcenturyskills.org). rata-rata skor
kemampuan IPA siswa Indonesia pada aspek kognitif knowing hanya sebesar
40,37; aspek applying sebesar 36,96; dan aspek reasoning sebesar 33,01. Dari
skor rata-rata teserbut ternyata masih berada di bawah skor rata-rata Internasional
yang berturut-turut 55,33; 43,80; dan 40,21 untuk aspek kognitif knowing,
applying, dan reasoning. (http://en.wikipedia.org/wikipedia/trend). Berdasarkan
data tersebut disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan IPA siswa Indonesia masih
berada pada kemampuan knowing yaitu kemampuan memperlihatkan pengetahuan
tentang alat, metode dan prosedur IPA.
Berdasarkan hasil TIMSS dapat disimpulkan bahwa permasalahan
pembelajaran IPA di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) secara
umum guru belum melatih siswa untuk menganalisis, memecahkan masalah,
melakukan sintesis, membuat hipotesis, membuat rencana percobaan,
merumuskan inferensi, merumuskan kesimpulan, membuat generalisasi,
mengevaluasi dan mempertimbangkan, dan (2) sistem evaluasi yang belum
terbiasa menggunakan soal-soal yang mengukur kemampuan keterampilan
berpikir tingkat tinggi (high order thinking) seperti keterampilan berpikir kritis
(critical thinking skill), keterampilan bepikir kreatif (creative thinking) dan
kemampuan pemecahan masalah (problem solving skill).
Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika) yang telah diuraikan di atas,
juga sama dengan permasalahan yang dialami dalam pengelolaan pembelajaran
Fisika pada tingkat SMA di Kandis Riau. Dari hasil penelitian sebelumnya
teridentifikasi beberapa kelemahan guru Fisika dalam mengelola pembelajaran
pada siswa SMA/MA di Kandis khususnya dan umumnya pada Provinsi Riau
termasuk SMA Negeri 2 Kandis, antara lain guru-guru fisika masih mengalami
kesulitan untuk mengembangkan perangkat dan media pembelajaran kontekstual
untuk mengajarkan konsep-konsep yang bersifat abstrak, seperti konsep listrik dan
magnet, fenomena gelombang dan optik, konsep atomik/molekul, konsep fisika
10
modern, dan konsep termodinamika (Takda, A., 2009; 2011). Akibatnya
pengelolaan pembelajaran oleh guru fisika cenderung lebih banyak menekankan
pengajaran konsep (produk) dengan penekanan pada representasi verbal dan
matematik.
Setelah dilakukan diskusi secara mendalam dengan Kepala Dinas
Pendidikan Nasional Kandisterungkap beberapa faktor penyebab masih rendahnya
kualitas pembelajaran Fisika di Kandisantara lain diduga karena ketersediaan
sarana laboratorium berupa KIT fisika dan media pembelajaran yang dimiliki
setiap sekolah-sekolah masih sangat terbatas, sehingga guru-guru Fisika
cenderung mengelola pembelajarannya secara teoritis dan matematik daripada
penerapan pendekatan keterampilan proses melalui kegiatan penyelidikan atau
kerja ilmiah.
Ketersediaan ala-alat laboratorium fisika berupa KIT dan media
pembelajaran merupakan hal penting sebagai penunjang dalam pembelajaran
Fisika. Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan,
pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan
menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas
dan kualitas yang memadai (Depdiknas, 2002).
Melalui kegiatan laboratorium dapat memberikan pengalaman langsung
yang kontekstual kepada siswa dalam merencanakan dan melakukan kerja ilmiah
yang dapat membentuk sikap ilmiah, pembentukan karakter yang baik (good
character) dan bertindak sebagai ilmuan cilik yang pada akhirnya membantu
siswa dalam meningkatkan kemampuan penguasaan konsep fisika secara produk
dan juga mengembangkan sejumlah keterampilan berpikir seperti berpikir kritis,
kreatif dan kemampuan pemecahan masalah, sebagaimana yang diharapkan pada
pendidikan abad 21 yang dikenal dengan “21 st century skill”.
Salah satu upaya untuk mengatasi ketersediaan ala-alat laboratorium
berupa KIT fisika dan media pembelajaran yang sangat terbatas dimiliki oleh
sekolah adalah melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komputer
(Information Computer and Technology). Finkelstein (2005) mengatakan bahwa
komputer dapat digunakan untuk menunjang pelaksanaan praktikum fisika, baik
11
untuk mengumpulkan data, menyajikan, dan mengolah data. Selain itu, komputer
juga dapat digunakan untuk memodifikasi eksperimen dan menampilkan
eksperimen lengkap dalam bentuk virtual yang disebut “Model Laboratorium
Maya (Virtual Laboratory Model)”. Virtual laboratory model (VLM)
merupakan objek multimedia interaktif yang kompleks dan termasuk bentuk
digital baru, dengan tujuan pembelajaran implisit atau eksplisit (Budhu, 2002).
Penerapan Laboratorium Maya dalam pembelajaran fisika dapat dilatihkan
kemampuan berpikir (thinking skill), science process skill, communication skill,
ICT skill, dan interpretation skill (Talyson, 2008). Melalui VLM dapat
memberikan kegiatan hand on laboratory activity untuk mengembangan
kemampuan atau keterampilan (skill) proses dan pemecahan masalah dalam
konsep Fisika, serta mengembangkan literasi ICT.
Salah satu VLM yang berkembang pesat pada saat ini khususnya pada
pembelajaran fisika adalah “PhET Simulation Interactive” yang dikembangkan
oleh Universitas Colorado di Amerika Serikat (www.phet.colorado.edu). Melalui
PhET (Physics Education Technology) Simulation Interactive dapat memberikan
banyak kebebasan kepada siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan untuk
mengidentifikasi dan memanipulasi variabel, menentukan variabel respon dan
veriabel kontrol. Selama pelaksanaan eksperimen, siswa juga dapat melihat
bagaimana pengaruh variabel manipulasi (bebas) terhadap variabel respon
sehingga siswa dapat menguji hipotesis. Hal tersebut sama pada saat siswa-siswa
melakukan kegiatan eksperimen dengan menggunakan alat-alat laboratorium KIT
IPA sebagai laboratorium yang sebenarnya (real laboratory).
Penerapan Virtual Laboratory Model (VLM) berbasis PhET Simulation
Interactive dalam pembelajaran fisika bagi siswa SMA sebagai model yang tepat
karena didasarkan pada beberapa alasan, yaitu: (1) melalui Virtual Laboratory
Model (VLM) dapat digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep Fisika
khususnya konsep yang bersifat abstrak, (2) mengatasi keterbatasan ketersediaan
alat lab/KIT Fisika yang dimiliki sekolah, (3) relatif membutuhkan biaya yang
sangat murah dibandingkan dengan menggunakan laboratorium nyata (reil
laboratory), (4) dapat memberikan banyak kebebasan kepada siswa untuk
12
melakukan eksperimen dengan mengidentifikasi dan memanipulasi variabel-
variabel untuk melihat bagaimana pengaruh variabel terhadap variabel lain
sehingga siswa dapat menguji hipotesis, (5) melalui VLM dapat memberikan
kegiatan hand on laboratory activity untuk mengembangan kemampuan dan
keterampilan proses (scince process skill) dan pemecahan masalah (problem
solving skill) dalam konsep Fisika, serta mengembangkan literasi ICT, dan (6)
master program VLM PhET Simulation Intercative sudah dapat diperoleh secara
bebas (free) pada website http://www.colorado.ac.id, sedangkan program virtual
laboratory lainnya masih harus dibeli dengan harga yang cukup mahal.
13
Gambar 1. di atas memperlihatkan lintasan bola yang ditendang miring dengan
sudut tertentu, akan mengalami Gerak yang dinamakan gerak parabola atau gerak
peluru.
v x v0 cos
..................................................................................(1)
x v0 cos t
arahnya ke bawah yang besarnya g = 9,8 m/s2. Sehingga pada arah ini terjadi
gerak lurus berubah beraturan (GLBB) yang diperlambat. Perumusannya berlaku
persamaan:
v y v0 sin gt
..........................................................................(2)
y v0 sin t 12 gt 2
1) Titik tertinggi
Jika Anda perhatikan Gambar 1. maka dapat diketahui bahwa titik tertinggi terjadi
di titik B. Dengan kecepatan hanya pada arah horisontal saja sehingga dapat
v0 sin
ditentukan waktu untuk sampai pada titik tertinggi yaitu t max
g
14
v0 sin 2
2
ym ............................................................................(3)
2g
a. Titik terjauh
Perhatikan Gambar 1.di atas, titik terjauh terjadi pada titik C. Pada titik
tersebut y = 0 ; berarti dapat diperoleh waktunya dari persamaan sebagai berikut.
2v0 sin
y v0 sin t 12 gt 2 0 ; diperoleh t
g
Dengan demikian dapat diperoleh jangkauan terjauh yang dicapai benda sebesar R
adalah:
v sin 2
2
R 0 .............................................................................(4)
g
15
2.4. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMAN 2 Kandis ,
keterampilan berpikir kritis peserta didik masih terbilang rendah. Hal ini
disebabkan karena model, metode dan media pembelajaran yang digunakan
guru tidak cocok dengan perkembangan teknologi yang mempengaruhi pola
pikir peserta didik. Penggunaan media pembelajaran berbasis digital lebih
ditekankan di abad 21 ini, terunama dalam menunjang kemampuan
keterampilan lainnya. Maka dari itu penggunaan media pembelajaran digital
sangat berkaitan dalam upaya peningkatan keterampilan berpikir kritis.
Media pembelajaran macromedia flash dan phet simulation terhadap
peningkatan keterampilan berpikir kritis sangat berkaiatan dengan
keterampilan abad 21 di literasi informasi dan teknologi (ICT). Keterampilan
literasi informasi dan teknologi (ICT) mencakup kemampuan mengakses,
mengevaluasi dan menciptakan informasi melalui penggunaan teknologi
digital. Penguasaan terhadap keterampilan literasi komunikasi dan ternologi
tersebut memungkinkan dapat meningkatkan keterampilan dan kompetensi
lain diantaranya kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian pada proses
pembelajaran, guru hendaknya menyajikan pembelajaran berbasis teknoogi
guna meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Hal ini yang harus disadari oleh guru sehingga guru dapat melakukan
dan menyusun strategi ataupun model pembelajran yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik.
16
Rendahnya ketrampilan berpikir kritis peserta didik
Pretest
17
C. Metodologi Penelitian
18
4.3. Siklus Penelitian
pelaksanaan
perencanaan pengamatan
refleksi
pelaksanaan
perencanaan pengamatan
refleksi
4.3.1. Perencanaan
a) Peneliti merancang pembelajaran Virtual laboratory berbasis Phet
b) Menyusun rencana pembelajaran Virtual laboratory berbasi phet pada materi
gerak parabola (Terlampir)
c) Membuat lembar kerja siswa
d) Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK
e) Menyusun alat evaluasi.
4.3.2. Pelaksanaan
a. Membagi siswa dalam 4 kelompok dengan jumlah 7 siswa perkelompok.
b. Menyajikan materi pembelajaran
c. Pada tahap Pelaksanaan, setiap kelompok peserta yang terdiri dari
19
orang siswa untuk melakukan praktikum Virtual Laboratory Model (VLM)
berbasis PhET Simulation Interactive.
d. Dalam peraktek kelompok, guru mengarahkan cara penggunaan phet simulasi
gerak parabola dan dishare melalui googleclassroom berbentuk LKPD
e. Memberi kesempatan masing-masing kelompok melaporkan hasil yang diperoleh.
4.3.3. Pengamatan
Guru bidang studi melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran Virtual
laboratory..
4.3.4. Refleksi
Pada Tahap Refleksi, peneliti melakukan diskusi dan siswa untuk merefleksikan
kembali terhadap pelaksanaan skenario pembelajaran Virtual Laboratory Model
(VLM) berbasis PhET Simulation Interactive dapat tercapai atau tidak dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Yang menjadi fokus perhatian
adalah mengenai kelebihan dan kekurangan selama pelaksanaan pelaksanaan
pembelajaran fisika berbasis PhET simulation Interactive. Guru memberikan
keputusan, apakah perlu dilakukan siklus ke dua atau melanjutkan ke pokok materi
yang baru.
Langkah-langkah:
20
1) Setelah program Program PhET interactive simulations off line (tidak
berinterkasi dengan internet), diinstalkan pada komputer, maka buka program
tersebut dan akan menampilkan seperti gambar 1 berikut ini.
2) Pilih dan jalankan Play With Sims .....> , maka akan tampil seperti pada gambar 2
di bawah ini
SIKLUS-I
3) Pilih Projection Motion, maka akan menampilkan seperti gambar di bawah ini
21
SIKLUS-II
4) Perhatikan variabel-variabel yang ada, ada dua pilihan gerakan parabola yaitu
tanpa dipengaruhi gesekan udara dan ada pengaruh gesekan udara, silakan pilih
yang tanpa pengaruh gesekan udara
5) Pilih/tetapkan kecepatan awal, benda yang akan ditembakkan seperti tankshell,
golfball, baseball, bawlingball, football, dan diamternya
6) Tentukan sudut elevasi dengan mengambil mulai dari 0o, 15o, 20o , 30o , 45o ,
60o , 80o dan 90o
7) Amati besar variabel jarak (m), dan waktu yang terjadi, kemudian catat pada
tabel 1. berikut ini.
22
4.6. Analisa Data Penelitian
Setelah seluruh data diperoleh, maka dilakukan pengolahan data (analisis
data) dengan rincian sebagai berikut:
Skor yang diperoleh dari rubrik penilaian presentasi dan laporan tertulis serta tes
penguasaan konsep yang mencerminkan indikator-indikator ketrampilan berpikir
kritis dikategorikan berdasarkan persentasi skor perolehan siswa
Menurut Arikunto (1998: 246). Adapun pengklasifikasian tersebut adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.6 Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Presentase (%) Kategori
76 – 100 Baik
56 – 75 Ckup
40 – 55 Kurang bail
0 – 39 Tidak baik
23
DAFTAR PUSTAKA
Slavin, Robert E. 2000. Educational psychology : Theory and practice. SiXth Edition.
Boston : Allyn and Bacon.
Sri Handayani, Ari Damari., (2009), FISIKA untuk SMAdan MA kelas X, Buku Sekolah
elektronik (BSE), Pusat Perbukuan. Jakarta: Depdiknas, (h.14-19).
24
Lampiran. RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas/Semester : X/Ganjil
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu:
25
3. Menformulasikan persamaan posisi pada jarak terjauh
4. Menganalisis data sudut elevasi terhadap jarak terjauh
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui PembelajaranDiscovery Lerning menggunakan metode diskusi, Tanya jawab,
demontrasi dan eksperimen virtual dengan pendekatan Saintifik - TPACK, perserta didik
dapat mengidentifikasi, memformulasi dan menganalisis hubungan antara titik tertinggi
dan jarak terjauh pada gerak parabola dengan benar.
E. PenguatanPendidikanKarakter (PPK)
1. Religius
2. Kedisiplinan
3. Tanggung Jawab
4. Literasi
F. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan Saintifik - TPACK
2. Model Discovery Learning
3. Metode diskusi kelompok, tanya jawab, demontrasidaneksperimen
G. Media Pembelajaran
1. Media :
Video : Video ProsedurPercobaan
Google Clasroom
2. Alat/Bahan:
laptop
Gadget/HP
H. SumberBelajar
26
I. Langkah-langkahKegiatanPembelajaran
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pendahuluan/Kegiatan Awal
Siswadiminta Join KeRoomPadaaplikasi Zoom Could Meeting
Religius
Mengarahkan siswa untuk Berdoa dan mengecek kehadiran
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dengan cara
meminta semua yang sudah join untuk mengaktifkan kamera dan
nama yang dipanggil harus unmute Speakernya
Motivasi dan apersepsi
Jika Anda senang dengan permainan Basket yang dilempar oleh
seorang pemain dengan kemiringan tertentu, maka gerakannya
PENDAHULUAN membentuk gerak parabola. 15
Guru mengarahkansiswauntukberkelompok
denganmerenameNamapada Zoom dengan Format
Kelompok_nama( 4_andi)
KEGIATAN LITERASI
1) Mengamati
peserta didik diminta melakukan pengamatan terhadap
KEGIATAN INTI visualisasi gerak parabola padaProjection Motion
PhETSimulation yang telahdibagisebelumnya di
googleclassroom agar dapat mendeskripsikan bagaimana benda
yang dilempar dengan sudut elevasi yang berbeda beda
akanmencapai titik tertinggi dan jangkauan yang berbeda juga
CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
2) Menanya
27
Melalui Tanya jawab dengan peserta didik, guru menggali
pengetahuan peserta didik tentang hubungan antara sudut 105
elevasi terhadap jarak maksimum dan tingg imaksimum dengan menit
benda yang dilemparkan
COLLABORATION (KERJASAMA)
3) Mengeksplorasikan/mengumpulkandata
Pesertadidikdimintamelakukanpengumpulan data percobaan
gerak parabola dengan menerapkan Projection Motion
PhETSimulationagar dapat membuktikan hubungan antara sudut
elevasi terhadap jarak maksimum dan titik tertinggi
(SiswamendowloadAplikasiPhET diClassroom,
kemudianmengjalankansesuailangkahlangkah Di LKPD)
4) Mengasosiasikan
Hasilpengamatanpesertadidikkemudiandiobservasi
COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
5) Mengkomunikasikan
Wakil dari setiap kelompok
pesertadidikdimintauntukmempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya tentang percobaan gerak parabola
dalambentukPowerpointdengan penuh percaya diri(Zoom, menu
sharescreen).
1) Simpulan
Peserta didik dengan dibimbing dan difasilitasi oleh guru untuk
membuat simpulan tentang konsep gerak
parabolamelaluipercobaan virtual yang
telahmerekalakukansecaraberkelompok
2) Evaluasi 15
Memberikan pertanyaan singkat kepada peserta didik tentang menit
PENUTUP hasilpercobaanmereka
28
3) Refleksi
Meminta umpan balik pada peserta didik tentang kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung. Apakah pembelajaran
menarik, menyenangkan, dapat dengan mudah difahami dan
memberi wawasan lebih pada peserta didik(Zoom).
4) Tindak Lanjut
Peserta didik diberi tugas membaca buku dan literatur lain yang
berkaitan dengan aplikasi lain dari konsep gerak parabola melalui
link zenius
5) Penutup
salam untuk menutup kegiatan pembelajaran dengan
memberitahukan materi di pertemuan yang akandatang.
J. Penilaian
29
Instrument
PETUNJUK UMUM :
1. Bacalah do’a sebelum menjawab pertanyaan dibawah ini.
2. Tulis identitas Anda ke dalam lembar jawab yang telah disediakan
3. Jawablah pertanyaan dengan benar dan segera kumpulkan jika waktu sudah habis
Lukiskan table antaran x yang merupakan data gerak kea rah vertical dan y data
gerak kearah horizontal
30
dengan percepatan(a) dalam gerak parabola disubitusi dengan percepatan
grafitasi (a)
10. Sebuah bola golf dipukul sehingga meluncur meninggalkan tanah dengan membentuk
sudut tertentu. Koordinat x dan y merupakan fungsi waktu dengan persamaan x = 18t
dan y = 4t – 4,9t2, dimana x dan y dalam meter sedangkan t dalam sekon. Tuliskan:
a. bentuk persamaan posisi (r) bola dalam unit vektor i dan j sebagai fungsi waktu.
b. bentuk persamaan vektor kecepatan (v) sebagai fungsi waktu.
c. bentuk persamaan vektor percepatan (a) sebagai fungsi waktu.
12. Seorang pemain basket berdiri pada lapangan basket sejauh 10 m dari posisi jaring.
Tinggi pemain tersebut adalah 2 m, dan tinggi jaring adalah 3,05 m. Dia sedang berlatih
melakukan lemparan jarak jauh dari posisi tersebut. Dia berlatih melemparkan bola
basket dengan sudut 40o dengan bidang horizontal dan bola tepat lurus ketinggian
kepalanya. Kecepatan lemparan bola agar bola tepat masuk ke lubang jaring
adalah...(cos 60o ≈ 0,766)
31
INSTRUMENT
ASPEK KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
32