Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL PTK

(Penelitian Tindakan Kelas)

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X


MIPA-1 SMA NEGERI 2 KANDIS MELALUI PEMBELAJARAN VIRTUAL
LABORATORY BERBASIS PHET SIMULATION

Oleh:

Realita Asmara, S.Si

PENDIDIKAN PROFESI GURU(PPG)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2020
ABSTRAK

Akan dilakukan kegiatan penelitian tindakan kelas di SMA Negeri 2 Kandis Riau dengan
pembelajaran Model Laboratorium Maya (Virtual Laboratory Model) berbasis PhET Simulation Interactive
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis (critical thinking). Kegiatan selanjutnya untuk menerapkan
perangkat pembelajaran tersebut dalam materi fisika yang lainnya sehingga siswa akan terlatih menjadi pemikir
yang kritis dan akan bermuara kepada penguasaan konsep-konsep fisika, utamanya pada konsep-konsep fisika
yang bersifat abstrak.
Dampak dari pelaksanaan penelitian ini adalah munculnya kesadaran bagi kita sebagai guru fisika baik
secara individu atau kelompok untuk mencoba mengembangkan dan sekaligus menerapkan perangkat
pembelajaran fisika di dalam kelas dengan memilih materi pokok yang lain yang menggunakan model VLM
berbasis PhET Simulation Interactive terutama pada saat pembelajaran jarak jauh seperti sekarang ini.
Selanjutnya hasil dari penerapan perangkat pembelajaran tersebut dapat mondorong peningkatan keterampilan
berpikir kritis siswa yang pada akhirnya kualitas belajar siswa meningkat yang berdampak positif dalam
peningkatan hasil belajar fisika. Dengan demikian siswa termotivasi untuk belajar Fisika dan akan terbiasa
melakukan praktikum yang lebih inovatif, murah, dan menarik.
Tahap pelaksanaan dibimbing mengoperasikan virtual laboratory berbasis phet simulation dan diberi
kesempatan melakukan praktikum VLM berbasis PhET Simulation di dalam kelas mayanya, dan pada tahap
refleksi , guru melakukan refleksi terhadap hasil observasi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik selama uji coba secara riel dalam kelas maya.
DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN .........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3. Batasan Masalah ...............................................................................................................2
1.4. Pemecahkan Masalah .......................................................................................................3
1.5. Tujuan Penelitian ..............................................................................................................3
1.6. Manfaat Penelitian............................................................................................................3
B. Kajian Teori ...............................................................................................................................5
2.1. Ketrampilan Berpikir Kritis ................................................................................................5
2.2. Pembelajaran Virtual Laboratory ......................................................................................9
2.3. Materi Fisika....................................................................................................................13
2.4. Kerangka Berpikir...........................................................................................................16
2.5. Hipotesis Tindakan ..........................................................................................................17
C. Metodologi Penelitian ................................................................................................................18
4.1. Seting Penelitian ......................................................................................................................18
4.1.1. Tempat Penelitian .................................................................................................................18
4.1.2. Waktu Penelitian ...................................................................................................................18
4.2. Subyek Penelitian ....................................................................................................................18
4.3. Siklus Penelitian .......................................................................................................................19
4.3.1. Perencanaan ...........................................................................................................19
4.3.2. Pelaksanaan ..........................................................................................................................19
4.3.3. Pengamatan ..........................................................................................................................20
4.3.4. Refleksi ..................................................................................................................................20
4.4. Indikator Penelitian..................................................................................................................20
4.5. Instrumen Penelitian................................................................................................................22
4.6. Analisa Data Penelitian ............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................................24
Lampiran. RPP ................................................................................................................................25
INSTRUMENT ..................................................................................................................................32
A. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pelaksanaan pembelajaran Fisika , saat ini masih mengalami banyak
kendala. Baik ditinjau dari individual peserta didik yang kurang berminat dalam
belajar fisika, guru yang kurang professional maupun perangkat pembelajaran
yang kurang memadai, yang kesemuanya itu menyebabkan turunnya hasil belajar
fisika, kemampuan berpikir kritis siswa, terutama pada saat daring seperti ini
dikarenakan pandemic covid 19.
Dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien, maka guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip mengajar diantaranya
menggunakan alat bantu mengajar atau alat laboratorium. Bahwa dalam prinsip
mengajar yaitu sebagai guru, diharapkan mampu memperhatikan perbedaan
individual siswa, menggunakan variasi metode mengajar; menggunakan alat bantu
mengajar, laboratorium; melibatkan siswa secara aktif; menumbuhkan minat
belajar siswa, dan menciptakan situasi belajar mengajar yang kondusif.
Melihat dari kenyataan yang ada, maka mata pelajaran fisika seharusnya
merupakan suatu pelajaran yang ditunggu-tunggu, disenangi, menantang dan
bermakna bagi peserta didik ,Disisi lain sebenarnya mereka telah memiliki
kemampuan dasar yang tinggi dan dengan kemajuan teknologi mereka mampu
menyerap berbagai informasi yang ada, terutama sekali pemahaman konsep fisika
dikarenakan pembelajaran fisika diperlukan pembelajaran yang lebih inovatif
dengan menggunakan media yang memadai, Laboratorium yang cukup , dimana
mereka dapat dengan mudah mempraktekkan dan menambah wawasan materi-
materi yang diberikan oleh guru. Namun,kenyataan dilapangan tidaklah demikian.
Hal ini dapat dilihat beberapa sekolah tidak memiliki peralatan yang cukup untuk
melalakukan praktikum, hal ini berimplikasi pada hasil belajar siswa yang masih
rendah.
Berdasarkan data dari SMAN 2 Kandis diperoleh gambaran bahwa, masih
kurang meningkatkan hasil evaluasi fisika yang baik, terutama siswa kelas X,

Penelitian Tindakan Kelas Page 1


sehingga peran guru dalam menerapkan berbagai model, pendekatan, metode
pembelajaran sangat diharapkan dapat memberi angin segar bagi peningkatan
kualitas dan kuantitas siswa untuk belajar fisika.
Dari uraian di atas bahwa mata pelajaran fisika mempunyai nilai yang
strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul,
handal, dan bermoral semenjak dini,. Hal yang menjadi hambatan selama ini
dalam pembelajaran fisika adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran
fisika dengan metode pembelajaran yang menarik, menantang, dan
menyenangkan.
Supaya pembelajaran fisika menjadi pembelajaran yang TPACK, HOTS
pada abad 21 ini dan menyenangkan, dapat dilakukan melalui berbagai macam
cara. Salah satu caranya yaitu melalui penerapan pembelajaran dengan virtual
laboratory dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Namun seberapa jauh
mana kemampuan berpikir kritisnya maka akan dilakukan penelitian penelitian
tindakan kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Kelas X MIPA1 SMA Negeri 2 Kandis melalui pembelajaran dengan
Virtual Laboratory Berbasis Phet Simulation.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X dengan
menggunakan pembelajaran Virtual laboratory berbasis Phet simulation pada
materi gerak parabola?
2. Bagaimana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar menggunakan
menggunakan pembelajaran Virtual laboratory berbasis Phet simulation?

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah penelitian ini adalah penerapan pembelajaran Virtual
laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola di kelas X MIPA1
semester 1 tahun pelajaran 2020/2021 SMA Negeri 2 Kandis.

2
1.4. Pemecahkan Masalah
Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini, yaitu menggunakan pembelajaran Virtual laboratory
berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola. Dengan model pembelajaran
ini, diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X MIPA1 semester 1, tahun
pelajaran 2020/2021 di SMAN 2 Kandis.

1.5. Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah :
1. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa Kelas X MIPA1 SMA Negeri 2
Kandis tahun ajaran 2020/2021
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa Melalui model pembelajaran
menggunakan Virtual laboratory berbasis Phet simulation pada materi gerak
parabola siswa Kelas X MIPA1 SMA Negeri 2 Kandis tahun ajaran 2020/2021

1.6. Manfaat Penelitian


Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan


mengenai peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran
virtual laboratory berbasis phet simulation, serta memberikan
kontribusi untuk kemajuan dan perkembangan dalam dunia pendidikan,
khususnya mata pelajaran fisika.

Manfaat Praktis

Manfaat yang diperoleh dari PTK antara lain :


1. Proses belajar mengajar fisika dengan menggunakan pembelajaran virtual
laboratory berbasis phet meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Bagi siswa, menumbuhkan kemampuan berpikir siswa dalam mengikuti
pembelajaran fisika.serta menanamkan keberanian siswa mengungkapkan ide,
pendapat, pertanyaan, dan saran secara benar.
3. Meningkatnya kualitas pembelajaran fisika.

3
4. Memudahkan guru melakukan praktikum virtual dimasa pandemic ini.

4
B. Kajian Teori

2.1. Ketrampilan Berpikir Kritis


Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting.
Hal ini di seperti yang diungkapkan oleh Soeprapto (2001: 1) “Kemampuan
berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,
pekerjaan dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir
kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian
dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam
sepuluh tahun terakhir”. Jadi dapat dikatakan bahwa berpikir kritis merupakan
kemampuan yang sangat penting bagi kehidupan sehingga dijadikan sebagai
tujuan pokok dalam pendidikan. a) Menurut Sutarmo (2012: 94) “Kemampuan
berpikir kritis, otak dipaksa berpikir serius untuk memecahkan masalah yang
dihadapi individu yang berpikir atau memikirkan tindakan yang akan dilakukan
nanti.” Karena setiap orang memiliki masalah yang bukan untuk di hindari
melainkan untuk di pecahkan, maka seharusnya setiap orang juga memiliki
kemampuan berpikir kritis sehingga mereka dapat memikirkan apa langkah
yang harus ditempuh untuk memecahkan masalah serius yang mereka hadapi. b)
Menurut Richard W. Paul yang dikutip oleh Kasdin dan Febiana (2012:5) “Berpikir
kritis adalah proses disiplin secara intelektual dimana seseorang secara aktif dan
terampil memahami mengaplikasikan, menganalisis, mensintesakan dan
mengevaluasi berbagai informasi yang dia kumpulkan atau yang dia ambil dari
pengalaman, pengamatan, refleksi yang dilakukannya, penalaran atau komunikasi
yang dilakukannya”. Jadi, seseorang yang berpikir kritis akan selalu aktif dalam
memahami dan menganalisis semua informasi yang ia dapatkan.
Ennis (1985 dalam Costa, 1985) memperkenalkan berpikir kritis sebagai
berpikir reflektif yang difokuskan pada membuat keputusan mengenai apa yang
diyakini atau dilakukan. Batasan berpikir kritis yang lebih komprehensif
dikemukakan oleh Facione (2006) sebagai pengaturan diri dalam memutuskan
(judging) sesuatu yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi,
maupun pemaparan menggunakan suatu bukti, konsep, metodologi, kriteria, atau

5
pertimbangan kontekstual yang menjadi dasar dibuatnya keputusan. Berpikir kritis
penting sebagai alat inkuiri. Berpikir kritis merupakan suatu kekuatan serta
sumber tenaga dalam kehidupan bermasyarakat dan personal seseorang.
Pemikir kritis yang ideal memiliki rasa ingin tahu yang besar, teraktual,
nalarnya dapat dipercaya, berpikiran terbuka, fleksibel, seimbang dalam
mengevaluasi, jujur dalam menghadapi prasangka personal, berhati-hati dalam
membuat keputusan, bersedia mempertimbangkan kembali, transparan terhadap
isu, cerdas dalam mencari informasi yang relevan, beralasan dalam memilih
kriteria, fokus dalam inkuiri, dan gigih dalam mencari temuan. Dalam bentuk
sederhananya, berpikir kritis didasarkan pada nilai-nilai intelektual universal,
yaitu: kejernihan, keakuratan, ketelitian (presisi), konsistensi, relevansi, fakta-
fakta yang reliabel, alasan-alasan yang baik, dalam, luas, dan sesuai (Scriven dan
Paul, 2007).
Menurut Ennis (1985 dalam Costa, 1985) dalam Goals for a Critical
Thinking Curiculum, berpikir kritis meliputi karakter (disposition) dan
keterampilan (ability). Karakter dan keterampilan merupakan dua hal terpisah
dalam diri seseorang. Dari perspektif psikologi perkembangan, karakter dan
keterampilan saling menguatkan, karena itu keduanya harus secara eksplisit
diajarkan bersama-sama (Kitchener dan King, 1995 dalam Facione et al., 2000).
Karakter (disposition) tampak dalam diri seseorang sebagai pemberani,
penakut, pantang menyerah, mudah putus asa, dan lain sebagainya. John Dewey
menggambarkan aspek karakter dari berpikir sebagai “atribut personal” (Dewey,
1933 dalam Facione et al., 2000). Suatu karakter (disposisi) manusia merupakan
motivasi internal yang konsisten dalam diri seseorang untuk bertindak, merespon
seseorang, peristiwa, atau situasi biasa. Berbagai pengalaman memperkuat teori
karakter (disposisi) manusia yang ditandai sebagai kecenderungan yang tampak,
yang dapat dengan mudah dideskripsikan, dievaluasi, dan dibandingkan oleh
dirinya sendiri dan orang lain. Mengetahui karakter (disposisi) seseorang
memungkinkan kita memperkirakan, bagaimana seseorang cenderung bertindak
atau bereaksi dalam berbagai situasi (Facione et al., 2000).

6
Berbeda dengan karakter, keterampilan dimanifestasikan dalam bentuk
perbuatan. Seseorang dengan keterampilan yang baik cenderung mampu
memperlihatkan sedikit kesalahan dalam mengerjakan tugas-tugas sedangkan
orang yang kurang terampil membuat kesalahan yang lebih banyak bila diberikan
sejumlah tugas yang sama (Facione et al., 2000).
Dalam model yang diadaptasi dari Triandis (1979, dalam Rickets dan
Rudd, 2005), keterampilan berpikir kritis merupakan perilaku yang dipengaruhi
oleh karakter berpikir kritis dan sejumlah faktor pendukung. Berikut merupakan
skema faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berpikir kritis (Triandis,
1979 dalam Rickets dan Rudd, 2005).
Ada 13 indikator karakter berpikir kritis yang dikembangkan Ennis
(1985, dalam Costa, 1985), yaitu:
1. Mencari pertanyaan jelas dari teori dan pertanyaan.
2. Mencari alasan.
3. Mencoba menjadi yang teraktual.
4. Menggunakan sumber-sumber yang dapat dipercaya dan menyatakannya.
5. Menjelaskan keseluruhan situasi.
6. Mencoba tetap relevan dengan ide utama.
7. Menjaga ide dasar dan orisinil di dalam pikiran.
8. Mencari alternatif.
9. Berpikiran terbuka.
10. Mengambil posisi (dan mengubah posisi) ketika bukti-bukti dan alasan-alasan
memungkinkan untuk melakukannya.
11. Mencari dokumen-dokumen dengan penuh ketelitian.
12. Sepakat dalam suatu cara yang teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan
kompleks.
13. Peka terhadap perasaan, pengetahuan, dan kecerdasan orang lain.
Selain itu, masih ada 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang
terbagi ke dalam lima kelompok besar berikut ini. Memberikan penjelasan
sederhana: a) memfokuskan pertanyaan, b) menganalisis argumen, c) bertanya
dan menjawab tentang suatu penjelasan atau tantangan.

7
1. Membangun keterampilan dasar: d) mempertimbangkan kredibilitas sumber, e)
mengobservasi dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
2. Menyimpulkan: f) mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, g)
menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, h) membuat dan menentukan
nilai pertimbangan.
3. Memberikan penjelasan lebih lanjut: i) mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan definisi, j) mengidentifikasi asumsi.
4. Mengatur strategi dan taktik: k) menentukan tindakan, l) berinteraksi dengan
orang lain.

Mengingat pentingnya berpikir kritis dalam pembelajaran fisika, maka


Peranan guru untuk mengembangkan berpikir kritis dalam diri siswa adalah
sebagai pendorong, fasilitator, dan motivator. Tidak ada kata terlambat bagi guru
untuk melakukannya karena menurut Lang (2006) berpikir kritis dapat dipelajari
dan ditingkatkan bahkan pada usia dewasa. Agar proses berpikir kritis terjadi
dalam pembelajaran diperlukan adanya perencanaan yang spesifik pada materi,
konstruk, dan kondisi (Winococur 1985, dalam Costa 1985, Arifin et al., 2003).
Materi dalam kurikulum disusun secara sistematis agar dapat dengan mudah
diasimilasi. Konstruk bertujuan agar siswa dapat membangun struktur
kognitifnya. Kondisi dimaksudkan agar siswa belajar sesuai dengan urutan untuk
mengembangkan struktur kognitifnya dan menggunakan struktur kognitifnya
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat.
Berpikir kritis dapat dikembangkan dengan memperkaya pengalaman
siswa yang bermakna. Pengalaman tersebut dapat berupa kesempatan berpendapat
secara lisan maupun tulisan layaknya seorang ilmuwan (Curto dan Bayer, 2005).
Diskusi yang muncul dari pertanyaan-pertanyaan divergen atau masalah tidak
terstruktur (ill-structured problem), serta kegiatan praktikum yang menuntut
pengamatan terhadap gejala atau fenomena akan menantang kemampuan berpikir
siswa (Broadbear, 2003). King dan Kitchener (1994, dalam Broadbear, 2003)
menjelaskan masalah tidak terstruktur sebagai sesuatu yang “tidak dapat
dipaparkan oleh tingkatan kekomprehensivan yang tinggi; tidak dapat dipecahkan

8
walaupun dengan keyakinan yang tinggi; zxzxdimana ahli-ahli sering tidak
sepakat mengenai solusi terbaik, bahkan ketika masalah dapat tuntas dipecahkan.
Odmundsen (2005) memberikan sampel kasus yang dapat tuntas dipecahkan.

2.2. Pembelajaran Virtual Laboratory


Salah satu ciri pengelolaan pembelajaran fisika yang berkualitas di
sekolah adalah terciptanya proses pembelajaran yang memperhatikan karakteristik
dari fisika sebagai produk dan proses yang tercemin mulai dari tahap penyusunan
perencanaan, pelaksanaan sampai pada proses evaluasi. Untuk mewujudkan
kualitas pendidikan tersebut, maka peran kompetensi profesional guru fisika
sangatlah penting dan mutlak diperlukan.
Komitmen pemerintah untuk meningkatkan kompetensi profesional guru
termasuk guru fisika di sekolah agar menciptakan pendidikan yang berkualitas
ditandai dengan lahirnya beberapa kebijakan, antara lain Undang-undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam Undang-undang dan Peraturan
Pemerintah tersebut dinyatakan bahwa guru harus memiliki kualifikasi minimum
dan kompetensi sesuai dengan bidangnya. Kompetensi disini dapat diartikan
sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Dengan demikian guru yang kompeten adalah guru yang
mempunyai penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi
sebagai seorang guru.
Menjelang abad dua puluh satu, tantangan pelaksanaan pendidikan di
sekolah semakin berat. Setidaknya ada tiga aspek yang sangat mempengaruhi
dunia pendidikan saat ini, yaitu aspek globalisai, teknologi dan inovasi, dan
bagaimana cara siswa belajar. Salah satu aspek dari 21 st century skill adalah
learning and innovation skill yang mencakup keterampilan berpikir kritis (critical
thinking skill).

9
Keterampilan berpikir kritis meliputi kemampuan individu untuk
mengajukan pertanyaan untuk memecahkan masalah, menganalisis dan
mengevaluasi alternatif dari berbagai sudut pandang, dan merefleksikan secara
kritis keputusan dan proses (www.21stcenturyskills.org). rata-rata skor
kemampuan IPA siswa Indonesia pada aspek kognitif knowing hanya sebesar
40,37; aspek applying sebesar 36,96; dan aspek reasoning sebesar 33,01. Dari
skor rata-rata teserbut ternyata masih berada di bawah skor rata-rata Internasional
yang berturut-turut 55,33; 43,80; dan 40,21 untuk aspek kognitif knowing,
applying, dan reasoning. (http://en.wikipedia.org/wikipedia/trend). Berdasarkan
data tersebut disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan IPA siswa Indonesia masih
berada pada kemampuan knowing yaitu kemampuan memperlihatkan pengetahuan
tentang alat, metode dan prosedur IPA.
Berdasarkan hasil TIMSS dapat disimpulkan bahwa permasalahan
pembelajaran IPA di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) secara
umum guru belum melatih siswa untuk menganalisis, memecahkan masalah,
melakukan sintesis, membuat hipotesis, membuat rencana percobaan,
merumuskan inferensi, merumuskan kesimpulan, membuat generalisasi,
mengevaluasi dan mempertimbangkan, dan (2) sistem evaluasi yang belum
terbiasa menggunakan soal-soal yang mengukur kemampuan keterampilan
berpikir tingkat tinggi (high order thinking) seperti keterampilan berpikir kritis
(critical thinking skill), keterampilan bepikir kreatif (creative thinking) dan
kemampuan pemecahan masalah (problem solving skill).
Permasalahan pembelajaran IPA (Fisika) yang telah diuraikan di atas,
juga sama dengan permasalahan yang dialami dalam pengelolaan pembelajaran
Fisika pada tingkat SMA di Kandis Riau. Dari hasil penelitian sebelumnya
teridentifikasi beberapa kelemahan guru Fisika dalam mengelola pembelajaran
pada siswa SMA/MA di Kandis khususnya dan umumnya pada Provinsi Riau
termasuk SMA Negeri 2 Kandis, antara lain guru-guru fisika masih mengalami
kesulitan untuk mengembangkan perangkat dan media pembelajaran kontekstual
untuk mengajarkan konsep-konsep yang bersifat abstrak, seperti konsep listrik dan
magnet, fenomena gelombang dan optik, konsep atomik/molekul, konsep fisika

10
modern, dan konsep termodinamika (Takda, A., 2009; 2011). Akibatnya
pengelolaan pembelajaran oleh guru fisika cenderung lebih banyak menekankan
pengajaran konsep (produk) dengan penekanan pada representasi verbal dan
matematik.
Setelah dilakukan diskusi secara mendalam dengan Kepala Dinas
Pendidikan Nasional Kandisterungkap beberapa faktor penyebab masih rendahnya
kualitas pembelajaran Fisika di Kandisantara lain diduga karena ketersediaan
sarana laboratorium berupa KIT fisika dan media pembelajaran yang dimiliki
setiap sekolah-sekolah masih sangat terbatas, sehingga guru-guru Fisika
cenderung mengelola pembelajarannya secara teoritis dan matematik daripada
penerapan pendekatan keterampilan proses melalui kegiatan penyelidikan atau
kerja ilmiah.
Ketersediaan ala-alat laboratorium fisika berupa KIT dan media
pembelajaran merupakan hal penting sebagai penunjang dalam pembelajaran
Fisika. Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan,
pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan
menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas
dan kualitas yang memadai (Depdiknas, 2002).
Melalui kegiatan laboratorium dapat memberikan pengalaman langsung
yang kontekstual kepada siswa dalam merencanakan dan melakukan kerja ilmiah
yang dapat membentuk sikap ilmiah, pembentukan karakter yang baik (good
character) dan bertindak sebagai ilmuan cilik yang pada akhirnya membantu
siswa dalam meningkatkan kemampuan penguasaan konsep fisika secara produk
dan juga mengembangkan sejumlah keterampilan berpikir seperti berpikir kritis,
kreatif dan kemampuan pemecahan masalah, sebagaimana yang diharapkan pada
pendidikan abad 21 yang dikenal dengan “21 st century skill”.
Salah satu upaya untuk mengatasi ketersediaan ala-alat laboratorium
berupa KIT fisika dan media pembelajaran yang sangat terbatas dimiliki oleh
sekolah adalah melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komputer
(Information Computer and Technology). Finkelstein (2005) mengatakan bahwa
komputer dapat digunakan untuk menunjang pelaksanaan praktikum fisika, baik

11
untuk mengumpulkan data, menyajikan, dan mengolah data. Selain itu, komputer
juga dapat digunakan untuk memodifikasi eksperimen dan menampilkan
eksperimen lengkap dalam bentuk virtual yang disebut “Model Laboratorium
Maya (Virtual Laboratory Model)”. Virtual laboratory model (VLM)
merupakan objek multimedia interaktif yang kompleks dan termasuk bentuk
digital baru, dengan tujuan pembelajaran implisit atau eksplisit (Budhu, 2002).
Penerapan Laboratorium Maya dalam pembelajaran fisika dapat dilatihkan
kemampuan berpikir (thinking skill), science process skill, communication skill,
ICT skill, dan interpretation skill (Talyson, 2008). Melalui VLM dapat
memberikan kegiatan hand on laboratory activity untuk mengembangan
kemampuan atau keterampilan (skill) proses dan pemecahan masalah dalam
konsep Fisika, serta mengembangkan literasi ICT.
Salah satu VLM yang berkembang pesat pada saat ini khususnya pada
pembelajaran fisika adalah “PhET Simulation Interactive” yang dikembangkan
oleh Universitas Colorado di Amerika Serikat (www.phet.colorado.edu). Melalui
PhET (Physics Education Technology) Simulation Interactive dapat memberikan
banyak kebebasan kepada siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan untuk
mengidentifikasi dan memanipulasi variabel, menentukan variabel respon dan
veriabel kontrol. Selama pelaksanaan eksperimen, siswa juga dapat melihat
bagaimana pengaruh variabel manipulasi (bebas) terhadap variabel respon
sehingga siswa dapat menguji hipotesis. Hal tersebut sama pada saat siswa-siswa
melakukan kegiatan eksperimen dengan menggunakan alat-alat laboratorium KIT
IPA sebagai laboratorium yang sebenarnya (real laboratory).
Penerapan Virtual Laboratory Model (VLM) berbasis PhET Simulation
Interactive dalam pembelajaran fisika bagi siswa SMA sebagai model yang tepat
karena didasarkan pada beberapa alasan, yaitu: (1) melalui Virtual Laboratory
Model (VLM) dapat digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep Fisika
khususnya konsep yang bersifat abstrak, (2) mengatasi keterbatasan ketersediaan
alat lab/KIT Fisika yang dimiliki sekolah, (3) relatif membutuhkan biaya yang
sangat murah dibandingkan dengan menggunakan laboratorium nyata (reil
laboratory), (4) dapat memberikan banyak kebebasan kepada siswa untuk

12
melakukan eksperimen dengan mengidentifikasi dan memanipulasi variabel-
variabel untuk melihat bagaimana pengaruh variabel terhadap variabel lain
sehingga siswa dapat menguji hipotesis, (5) melalui VLM dapat memberikan
kegiatan hand on laboratory activity untuk mengembangan kemampuan dan
keterampilan proses (scince process skill) dan pemecahan masalah (problem
solving skill) dalam konsep Fisika, serta mengembangkan literasi ICT, dan (6)
master program VLM PhET Simulation Intercative sudah dapat diperoleh secara
bebas (free) pada website http://www.colorado.ac.id, sedangkan program virtual
laboratory lainnya masih harus dibeli dengan harga yang cukup mahal.

2.3. Materi Fisika


a. Gerak Parabola
Suatu benda dikatakan bergerak parabola atau gerak peluru apabila benda
yang bergerak tersebut membentuk lintasan yang menyerupai grafik parabola.
Contohnya gerak bola yang ditendang oleh seorang pemain bola ke tengah
lapangan akan membentuk lintasan yang menyerupai parabola, perhatikan gambar
berikut ini.

Gambar 1. Gerak Parabola dari sebuah benda yang diberi kecepatan


awal dan membentuk sudut tertentu (Kanginan M, 2017)

13
Gambar 1. di atas memperlihatkan lintasan bola yang ditendang miring dengan
sudut tertentu, akan mengalami Gerak yang dinamakan gerak parabola atau gerak
peluru.

Pada arah sumbu X (horisontal) v 0 x tidak dipengaruhi oleh percepatan sehingga


terjadi gerak lurus beraturan (GLB), maka berlaku hubungan,

v x  v0 cos
..................................................................................(1)
x  v0 cos t

Pada arah sumbu Y (vertikal), v 0 y akan dipengaruhi percepatan gravitasi yang

arahnya ke bawah yang besarnya g = 9,8 m/s2. Sehingga pada arah ini terjadi
gerak lurus berubah beraturan (GLBB) yang diperlambat. Perumusannya berlaku
persamaan:

v y  v0 sin   gt
..........................................................................(2)
y  v0 sin  t  12 gt 2

Berdasarkan penjelasan di atas dapat Anda simpulkan, bahwa gerak parabola


terjadi karena perpaduan gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah
beraturan (GLBB) yang saling tegak lurus.

b. Titik Tertinggi dan Terjauh

1) Titik tertinggi
Jika Anda perhatikan Gambar 1. maka dapat diketahui bahwa titik tertinggi terjadi
di titik B. Dengan kecepatan hanya pada arah horisontal saja sehingga dapat
v0 sin 
ditentukan waktu untuk sampai pada titik tertinggi yaitu t max 
g

Selanjutnya tinggi maksimum yang dicapai pada gerak parabola memenuhi


persamaan berikut:

14
v0 sin 2 
2

ym  ............................................................................(3)
2g

dengan : ym = tinggi maksimum (m); v 0 = kecepatan awal (m/s)

 = sudut elevasi; g = percepatan gravitasi (m/s2

a. Titik terjauh

Perhatikan Gambar 1.di atas, titik terjauh terjadi pada titik C. Pada titik
tersebut y = 0 ; berarti dapat diperoleh waktunya dari persamaan sebagai berikut.

2v0 sin 
y  v0 sin  t  12 gt 2  0 ; diperoleh t 
g

Dengan demikian dapat diperoleh jangkauan terjauh yang dicapai benda sebesar R
adalah:

v sin 2
2

R 0 .............................................................................(4)
g

15
2.4. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMAN 2 Kandis ,
keterampilan berpikir kritis peserta didik masih terbilang rendah. Hal ini
disebabkan karena model, metode dan media pembelajaran yang digunakan
guru tidak cocok dengan perkembangan teknologi yang mempengaruhi pola
pikir peserta didik. Penggunaan media pembelajaran berbasis digital lebih
ditekankan di abad 21 ini, terunama dalam menunjang kemampuan
keterampilan lainnya. Maka dari itu penggunaan media pembelajaran digital
sangat berkaitan dalam upaya peningkatan keterampilan berpikir kritis.
Media pembelajaran macromedia flash dan phet simulation terhadap
peningkatan keterampilan berpikir kritis sangat berkaiatan dengan
keterampilan abad 21 di literasi informasi dan teknologi (ICT). Keterampilan
literasi informasi dan teknologi (ICT) mencakup kemampuan mengakses,
mengevaluasi dan menciptakan informasi melalui penggunaan teknologi
digital. Penguasaan terhadap keterampilan literasi komunikasi dan ternologi
tersebut memungkinkan dapat meningkatkan keterampilan dan kompetensi
lain diantaranya kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian pada proses
pembelajaran, guru hendaknya menyajikan pembelajaran berbasis teknoogi
guna meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.

PhET Simulation merupakan media pembelajaran berbasis lab virtual,


dimana peserta didik melakukan percobaan atau eksperimen fisika
menggunakan komputer. PhET Simulation sendiri sangat mudah digunakan
dan dapat diunduh gratis di website Universitas Colorado. Banyak sekali
simulasi berbagai konsep fisika yang dapat dilakukan dalam aplikasi phet
simulation ini.

Hal ini yang harus disadari oleh guru sehingga guru dapat melakukan
dan menyusun strategi ataupun model pembelajran yang sesuai dengan
perkembangan peserta didik.

16
Rendahnya ketrampilan berpikir kritis peserta didik

Pretest

PhET Simulation Kriteria ketrampilan berpikir kritis:


1. Memberikan penjelasan sederhana
2. Membangun keterampian dasar
3. Menyimpulkan
4. Memberikan penjelasan lebih lanjut
Posttest 5. Mengatur strategi dan taktik

Pengolahan dan Peningkatan Keterampilan Berpikir


Analisis Kritis
Data
Gambar 1.1 menjelaskan rencana tahapan penelitian yang akan penulis
lakukan. Dimulai dari terdapat kelas dengan keterampilan berpikir ktitis rendah
yang didapat berdasarkan studi pendahuluan dan studi literasi. Kemuadian kelas
tersebut diberikan test awal sesuai indikator keterampilan berpikir kritis. Setelah
itu diberikan treatment berupa media pembelajaran. Setelah itu dilakukan tes
akhir yang kemudian dianalisis dan dibandingkan kelas mana yang mengalami
peningkatan.

2.5. Hipotesis Tindakan


1. kemampuan berpikir kritis siswa Kelas X SMA Negeri 2 Kandis tahun ajaran
2020/2021 meningkat
2. hasil belajar siswa Melalui model pembelajaran menggunakan Virtual laboratory
berbasis Phet simulation pada materi gerak parabola siswa Kelas X SMA Negeri 2
Kandis tahun ajaran 2020/2021 meningkat

17
C. Metodologi Penelitian

4.1. Seting Penelitian

4.1.1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan di SMAN 2 Kandis,


yang beralamat di Garut kandis siak Riau untuk mata pelajaran Fisika. Subyek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA1 tahun pelajaran 2020/2021
dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang, terdiri dari 10 siswa laki – laki 18 siswa
perempuan.

4.1.2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan dilakukan selama lebih


kurang satu bulan yakni pada bulan Oktober -November 2020 .

4.2. Subyek Penelitian

PTK ini dilaksanakan melalui 2 siklus untuk melihat peningkatan


kemampuan berpikirkritis siswa kelas X SMA Negeri 2 Kandis melalui
pembelajaran Virtual Laboratory berbasis Phet simulation.

18
4.3. Siklus Penelitian
pelaksanaan

perencanaan pengamatan

refleksi

pelaksanaan

perencanaan pengamatan

refleksi

4.3.1. Perencanaan
a) Peneliti merancang pembelajaran Virtual laboratory berbasis Phet
b) Menyusun rencana pembelajaran Virtual laboratory berbasi phet pada materi
gerak parabola (Terlampir)
c) Membuat lembar kerja siswa
d) Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK
e) Menyusun alat evaluasi.

4.3.2. Pelaksanaan
a. Membagi siswa dalam 4 kelompok dengan jumlah 7 siswa perkelompok.
b. Menyajikan materi pembelajaran
c. Pada tahap Pelaksanaan, setiap kelompok peserta yang terdiri dari

19
orang siswa untuk melakukan praktikum Virtual Laboratory Model (VLM)
berbasis PhET Simulation Interactive.
d. Dalam peraktek kelompok, guru mengarahkan cara penggunaan phet simulasi
gerak parabola dan dishare melalui googleclassroom berbentuk LKPD
e. Memberi kesempatan masing-masing kelompok melaporkan hasil yang diperoleh.

4.3.3. Pengamatan
Guru bidang studi melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran Virtual
laboratory..

4.3.4. Refleksi
Pada Tahap Refleksi, peneliti melakukan diskusi dan siswa untuk merefleksikan
kembali terhadap pelaksanaan skenario pembelajaran Virtual Laboratory Model
(VLM) berbasis PhET Simulation Interactive dapat tercapai atau tidak dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Yang menjadi fokus perhatian
adalah mengenai kelebihan dan kekurangan selama pelaksanaan pelaksanaan
pembelajaran fisika berbasis PhET simulation Interactive. Guru memberikan
keputusan, apakah perlu dilakukan siklus ke dua atau melanjutkan ke pokok materi
yang baru.

4.4. Indikator Penelitian


Kebehasilan penelitian ini sangat ditentukan oleh skenario pelaksanaannya dan
yang paling menentukan adalah keberhasilan praktikum yang dilakukan. Dengan
demikian maka perlu dibuat petunjuk singkat sebagai langkah-langkah melakukan
percobaan:

Langkah-langkah:

20
1) Setelah program Program PhET interactive simulations off line (tidak
berinterkasi dengan internet), diinstalkan pada komputer, maka buka program
tersebut dan akan menampilkan seperti gambar 1 berikut ini.

2) Pilih dan jalankan Play With Sims .....> , maka akan tampil seperti pada gambar 2
di bawah ini

SIKLUS-I

3) Pilih Projection Motion, maka akan menampilkan seperti gambar di bawah ini

21
SIKLUS-II

4) Perhatikan variabel-variabel yang ada, ada dua pilihan gerakan parabola yaitu
tanpa dipengaruhi gesekan udara dan ada pengaruh gesekan udara, silakan pilih
yang tanpa pengaruh gesekan udara
5) Pilih/tetapkan kecepatan awal, benda yang akan ditembakkan seperti tankshell,
golfball, baseball, bawlingball, football, dan diamternya
6) Tentukan sudut elevasi dengan mengambil mulai dari 0o, 15o, 20o , 30o , 45o ,
60o , 80o dan 90o
7) Amati besar variabel jarak (m), dan waktu yang terjadi, kemudian catat pada
tabel 1. berikut ini.

4.5. Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian meliputi soal-soal pilihan ganda
yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kritis siswa setelah
proses pembelajaran. Kisi-kisi instrumen soal mengacu pada indikatorkemampuan
berpikir kritis meliputi lima ketrampilan berpikir (Lampiran)

22
4.6. Analisa Data Penelitian
Setelah seluruh data diperoleh, maka dilakukan pengolahan data (analisis
data) dengan rincian sebagai berikut:
Skor yang diperoleh dari rubrik penilaian presentasi dan laporan tertulis serta tes
penguasaan konsep yang mencerminkan indikator-indikator ketrampilan berpikir
kritis dikategorikan berdasarkan persentasi skor perolehan siswa
Menurut Arikunto (1998: 246). Adapun pengklasifikasian tersebut adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.6 Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Presentase (%) Kategori
76 – 100 Baik
56 – 75 Ckup
40 – 55 Kurang bail
0 – 39 Tidak baik

23
DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I.1997. Classroom instructional and management. New York :


McGraw-Hill

Media Simulasi Interaktif (PhET) Simulation: Projection Motion.


http://phet.colorado.edu/simulations/sims.php?/sim=Projectile

Lie, Anita 2002. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative learning di


ruang-ruang kelas. Jakarta : PT. Grasindo.

Slavin, Robert E. 2000. Educational psychology : Theory and practice. SiXth Edition.
Boston : Allyn and Bacon.

Thompson, M., McLaughlin,C.W.,& Smith,R.G. (1995). Merril Physical Science


Teacher. Wraparound Edition, New York: Glencoe McGraw-Hill

Sri Handayani, Ari Damari., (2009), FISIKA untuk SMAdan MA kelas X, Buku Sekolah
elektronik (BSE), Pusat Perbukuan. Jakarta: Depdiknas, (h.14-19).

24
Lampiran. RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA Negeri 2 Kandis

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : X/Ganjil

Materi Pokok : Gerak Parabola

Alokasi Waktu : Petemuan kedua (3x45 menit)

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif
dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar
Peserta didik mampu:

No. Kompetensi Dasar

5 3.5 Menganalisis gerak parabola 4.5. Mempresentasikan data hasil


dengan menggunakan vektor, percobaan gerak parabola dan makna
berikut makna fisisnya dan fisisnya
penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Mengidentifikasi titik tertinggi dan jarak terjauh


2. Memformulasikan persamaan posisi pada titik tertinggi

25
3. Menformulasikan persamaan posisi pada jarak terjauh
4. Menganalisis data sudut elevasi terhadap jarak terjauh

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui PembelajaranDiscovery Lerning menggunakan metode diskusi, Tanya jawab,
demontrasi dan eksperimen virtual dengan pendekatan Saintifik - TPACK, perserta didik
dapat mengidentifikasi, memformulasi dan menganalisis hubungan antara titik tertinggi
dan jarak terjauh pada gerak parabola dengan benar.

E. PenguatanPendidikanKarakter (PPK)
1. Religius
2. Kedisiplinan
3. Tanggung Jawab
4. Literasi

F. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan Saintifik - TPACK
2. Model Discovery Learning
3. Metode diskusi kelompok, tanya jawab, demontrasidaneksperimen

G. Media Pembelajaran
1. Media :
Video : Video ProsedurPercobaan

Phet : Virtual Lab

Google Clasroom

2. Alat/Bahan:
laptop

Gadget/HP

H. SumberBelajar

-MarthenKanginan(2016), FISIKA untuk SMAdan MA kelas X, Erlangga.Jakarta


- link :www. zenius.net

26
I. Langkah-langkahKegiatanPembelajaran

KEGIATAN PEMBELAJARAN
 Pendahuluan/Kegiatan Awal
Siswadiminta Join KeRoomPadaaplikasi Zoom Could Meeting
Religius
 Mengarahkan siswa untuk Berdoa dan mengecek kehadiran
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dengan cara
meminta semua yang sudah join untuk mengaktifkan kamera dan
nama yang dipanggil harus unmute Speakernya
 Motivasi dan apersepsi
Jika Anda senang dengan permainan Basket yang dilempar oleh
seorang pemain dengan kemiringan tertentu, maka gerakannya
PENDAHULUAN membentuk gerak parabola. 15

 Guru menyampaikan tujuanpembelajaran menit

 Guru menyampaikan cakupanpembelajarantentangsubmateri


pokok gerak parabola padapertemuanini

Guru mengarahkansiswauntukberkelompok
denganmerenameNamapada Zoom dengan Format
Kelompok_nama( 4_andi)
KEGIATAN LITERASI
1) Mengamati
peserta didik diminta melakukan pengamatan terhadap
KEGIATAN INTI visualisasi gerak parabola padaProjection Motion
PhETSimulation yang telahdibagisebelumnya di
googleclassroom agar dapat mendeskripsikan bagaimana benda
yang dilempar dengan sudut elevasi yang berbeda beda
akanmencapai titik tertinggi dan jangkauan yang berbeda juga
CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
2) Menanya

27
Melalui Tanya jawab dengan peserta didik, guru menggali
pengetahuan peserta didik tentang hubungan antara sudut 105
elevasi terhadap jarak maksimum dan tingg imaksimum dengan menit
benda yang dilemparkan

COLLABORATION (KERJASAMA)
3) Mengeksplorasikan/mengumpulkandata
Pesertadidikdimintamelakukanpengumpulan data percobaan
gerak parabola dengan menerapkan Projection Motion
PhETSimulationagar dapat membuktikan hubungan antara sudut
elevasi terhadap jarak maksimum dan titik tertinggi
(SiswamendowloadAplikasiPhET diClassroom,
kemudianmengjalankansesuailangkahlangkah Di LKPD)
4) Mengasosiasikan
Hasilpengamatanpesertadidikkemudiandiobservasi
COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
5) Mengkomunikasikan
Wakil dari setiap kelompok
pesertadidikdimintauntukmempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya tentang percobaan gerak parabola
dalambentukPowerpointdengan penuh percaya diri(Zoom, menu
sharescreen).

1) Simpulan
Peserta didik dengan dibimbing dan difasilitasi oleh guru untuk
membuat simpulan tentang konsep gerak
parabolamelaluipercobaan virtual yang
telahmerekalakukansecaraberkelompok
2) Evaluasi 15
Memberikan pertanyaan singkat kepada peserta didik tentang menit
PENUTUP hasilpercobaanmereka

28
3) Refleksi
Meminta umpan balik pada peserta didik tentang kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung. Apakah pembelajaran
menarik, menyenangkan, dapat dengan mudah difahami dan
memberi wawasan lebih pada peserta didik(Zoom).
4) Tindak Lanjut
Peserta didik diberi tugas membaca buku dan literatur lain yang
berkaitan dengan aplikasi lain dari konsep gerak parabola melalui
link zenius
5) Penutup
salam untuk menutup kegiatan pembelajaran dengan
memberitahukan materi di pertemuan yang akandatang.

J. Penilaian

Bentuk / Aspek Kognitif Psikomotorik Sikap


Teknik Tertulisviadaring UnjukKerjaviadaring Observasiviadaring
Instrumen PILIHAN GANDA dan LKPD (GoogleClassroom) JurnalGuruOnline
Essay (Zoom.us
(quizizz.comdan
danGoogleClassroom)
zenius.net)

Kandis, September 2020


Mengetahui
Kepala SMA Guru Mata Fisika

Drs. Sawirman, MM Realita Asmara, S.Si


NIP. 19660206 199903 1 003

29
Instrument

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 2 Kandis


Mata Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Gerak Parabola
Kelas/Semester : X MIPA1
Waktu : 60 Menit

PETUNJUK UMUM :
1. Bacalah do’a sebelum menjawab pertanyaan dibawah ini.
2. Tulis identitas Anda ke dalam lembar jawab yang telah disediakan
3. Jawablah pertanyaan dengan benar dan segera kumpulkan jika waktu sudah habis

5. Perhatikan pernyataan di bawah ini!


“Sebuah besawat menjatuhkan bahan logistic dari ketingggian tertentu .”
Jika acuannya adalah orang yang ada di bawah , bagaimana lintasan logistic yang di
jatuhkan ?Apa alasannya ?
6. Perhatikan Gambar berikut?

Gambarkan serta tuliskan kecepatan kea rah x dan kearah y

7. Perhtika table berikut!

Lukiskan table antaran x yang merupakan data gerak kea rah vertical dan y data
gerak kearah horizontal

8. Jelaskan jenis gerak kerah x dan jenis gerak kearah y?


9. Tuliskan persamaan posisi gerak parabola ke arah x dan kearah y menggunakan
analogi gerak lurus beraturan(GLB) dan Gerak lurus berubah beraturan(GLBB)

30
dengan percepatan(a) dalam gerak parabola disubitusi dengan percepatan
grafitasi (a)
10. Sebuah bola golf dipukul sehingga meluncur meninggalkan tanah dengan membentuk
sudut tertentu. Koordinat x dan y merupakan fungsi waktu dengan persamaan x = 18t
dan y = 4t – 4,9t2, dimana x dan y dalam meter sedangkan t dalam sekon. Tuliskan:
a. bentuk persamaan posisi (r) bola dalam unit vektor i dan j sebagai fungsi waktu.
b. bentuk persamaan vektor kecepatan (v) sebagai fungsi waktu.
c. bentuk persamaan vektor percepatan (a) sebagai fungsi waktu.

11. Perhatikan gambar berikut

a. Berepa nilai kecepatan kearah bertikal ketika mencapai titik tertinggi


b. Tuliskan persamaan t ketika mencapai titik maksimum

12. Seorang pemain basket berdiri pada lapangan basket sejauh 10 m dari posisi jaring.
Tinggi pemain tersebut adalah 2 m, dan tinggi jaring adalah 3,05 m. Dia sedang berlatih
melakukan lemparan jarak jauh dari posisi tersebut. Dia berlatih melemparkan bola
basket dengan sudut 40o dengan bidang horizontal dan bola tepat lurus ketinggian
kepalanya. Kecepatan lemparan bola agar bola tepat masuk ke lubang jaring
adalah...(cos 60o ≈ 0,766)

Keterangan Aspek Kemampuan Berfikir Kritis :


A = Menarik kesimpulan dari pengamatan
B = Mengidentifikasi asumsi
C = Berpikir secara deduktif
D = Membuat interpretasi yang logis
E = Mengevaluasi argumentasi

31
INSTRUMENT
ASPEK KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK

No Aspek Kemampuan Indikator


A Menarik kesimpulan Kemampuan menarik kesimpulan yakni mampu
menjelaskan suatau keadaan atau peristiwa yang
didasari dari fakta yang ada.
B dari pengamatan Kemampuan menentukan alas an atau perkiraan
atau premis yang menyatakan bahwa hal
tersebut benar untuk tujuan perkembangan
teoritis.
C Mengidentifikasi Kemampuan menyebutkan dan menggolongkan
sesuatu dalam kelompoknya, yakni dilakukan
dengan mengamati hubungan kesinambungan
dari data tersebut, persamaan dan perbedaan
D asumsi Kemampuan menafsirkan dan menerangkan data
pada tabel,grafik atau diagram.
E Berpikir secara Mengevaluasi merupakan kegiatanuntuk
mengambil keputusan,menyatakan pendapat,
memberi
penilaian yang mendasari dari kriteria tertentu
baik kualitatif maupun kuantitatif. Kemampuan
ini merupakan tingkat intelektual yang lebih
tinggi daripada pemahaman dan penerapan,
karena memerlukan pemahaman isi dan bentuk
materi yang dipelajari.

32

Anda mungkin juga menyukai