MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN PROJECT BASED LEARNING
(PJBL)
Oleh:
RANDAWULA
G2G123018
b.6. Kelemahan Model PBL Menurut Sanjaya (2007) adalah sebagai berikut:
1. Manakala siswa tidak memiliki niat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya.
2. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka
ingin pelajari (Sanjaya, 2007).
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, W. (2018). Model blended learning dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran. Fikrotuna:
Jurnal Pendidikan dan Manajemen Islam, 7(01), 855-866
CITRANINGRUM, Dina Merdeka. Menulis puisi dengan teknik pembelajaran yang kreatif. BELAJAR
BAHASA: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
2016, 1.1.
DESTRIANA, Destriana; DESTRIANI, Destriani; YUSFI, Herri. Pengembangan Teknik Pembelajaran
Pasing Bawah Permainan Bola Voli SMP Kelas VII. Sebatik, 2018, 22.2: 172-175.
Nurhayati, Yati, Durrotun Nasihah Sa’adah, dan Yayan Tri Wibowo. “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Virus
Pada Peserta Didik Kelas X Mipa SMAN 1 Ciledug.” Jurnal Keguruan Universitas
Islam Al-Ihya Kuningan 1.1 (2022): 73-78.
MULPIANI, Nurul; PURWANTI, Ratna. MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MUATAN
IPA MENGGUNAKAN MODEL PENA PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Pendas:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar , 2023, 8.3: 465-481.
Magdalena, Rita. "Penerapan model pembelajaran problem based learning (pbl) serta pengaruhnya
terhadap hasil belajar biologi siswa sma negeri 5 kelas xi kota samarinda tahun
ajaran 2015." Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science,
Enviromental, and Learning. Vol. 13. No. 1. 2016.
Rahmadani, Normala, dan Indri Anugraheni. “Meningkatkan aktivitas pembelajaran matematika melalui
pendekatan problem based learning pada siswa kelas 4 SD.” Scholaria : Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan 7.3 (2017): 241-250.
RUNG, Nancy; SINON, Iriwi LS; WIDYANINGSIH, Sri Wahyu. Penerapan model pembelajaran problem
based learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA pada mata
pelajaran usaha dan tenaga. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni , 2017, 6.1: 47-
55.
SETYO, Arie Anang, dkk.2020. Strategi Pembelajaran Problem Based Learning . Yayasan Kode
Batang.
SIDIK, Faqih Dinal Malik; KARTIKA, Ika. Pengembangan e-modul dengan pendekatan problem based
learning untuk siswa kelas XI SMA/MA pada materi fenomena gelombang. Jurnal
Penelitian Pembelajaran Fisika , 2020, 11.2: 185-201.
Wijayama, Bayu. "Peningkatan Hasil Belajar IPA dan Karakter Rasa Ingin Tahu Melalui Model Problem
Based Learning Peserta Didik Kelas VI." Jurnal Kreatif: Jurnal Kependidikan
Dasar 10.2 (2020): 190-198.
C. Variabel-variabel Penelitian
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
Menurut Kesumawati (Mawaddah, 2015), menyatakan “kemampuan pemecahan masalah
adalah kemampuan mengidentifikasi unsur – unsur yang diketahui, ditanya, dan kecukupan unsur yang
diperlukan, mampu membuat atau menyusun model matematika, dapat memilih dan mengembangkan
strategi pemecahan, mampu menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh”.
Menurut Dahar (2011) berpendapat “pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia
yang menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya, dan tidak
sebagai suatu keterampilan generik” (p. 138). Pengertian ini mengandung makna bahwa ketika
seseorang telah mampu menyelesaikan suatu masalah, maka seseorang itu telah memiliki suatu
kemampuan baru. Kemampuan ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
relevan.
c.1.a. Indikator KPM menurut Kesumawati (2015) sebagai berikut:
a. Menunjukkan pemahaman masalah, meliputi mengidentifikasi kompoenkomponen yang
diketahui, ditanyakan dan kecukupan komponen yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah
tersebut.
b. Dapat menyusun atau membuat model matematika, termasuk kemampuan merumuskan suatu
masalah yang dihadapi ke dalam bentuk model matematika.
c. Mengembangkan strategi pemecahan masalah yang telah dipilih, termasuk kemampuan
menemukan berbagai kemungkinan atau alternatif cara penyelesaian masalah.
d. Menjelaskan dan memeriksa kembali hasil penyelesaian yang telah didapatkan, seperti
memeriksa kembali perhitungan, memeriksa penggunaan rumus dan memeriksa kesesuaian
hasil jawaban yang didapatkan dengan apa yang ditanyakan .
c.2.a. Indikator KPM Menurut Dahar (2011) sebagai berikut:
1. Tahap memahami masalah.
2. Tahap merencanakan penyelesaian.
3. Tahap melaksanakan rencana.
4. Tahap memeriksa kembali.
Daftar Pustaka
Anggraeni, R., & Herdiman, I. (2018). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Pada
Materi Lingkaran Berbentuk Soal Kontekstual Ditinjau Dari Gender. Jurnal Numeracy,
5(April), 19±28
Fadhillah, S., & Aini, I. N. (2019). Analisis Kemampuan Metakognisi Matematis Dengan Pokok Bahasan
Relasi dan Fungsi Pada Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan
Pendidikan Matematika Sesiomadika 2019, 587±593.
Rismawati, Nuriyah. 2019. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Dalam Model
Pembelajaran Means-Ends Analysis (MEA). Skripsi. Universitas Singaperbangsa
Karawang: Tidak Diterbitkan.
Wati, E. H., & Murtiyasa, B. (2016). Kesalahan Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Soal Matematika
Berbasis PISA Pada Konten Change Anda Relationship. Prosiding Konferensi Nasional
Penelitian Matematika Dan Pembelajarannya (KNPMP I), 199±209.
Yuwono, T., Supanggih, M., & Ferdiani, R. D. (2018). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Prosedur Polya. Jurnal
Tadris Matematika, 1(2), 137±144. https://doi.org/10.21274/jtm.2018.1.2.137- 144.
2. Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Adinda (dalam Azizah, dkk:2018) Orang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang
mampu menyimpulkan apa yang diketahuinya, mengetahui cara menggunakan informasi untuk
memecahkan permasalahan, dan mampu mencari sumber-sumber informasi yang relevan sebagai
pendukung pemecahan masalah. Orang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang mampu
menyimpulkan apa yang diketahuinya, mengetahui cara menggunakan informasi untuk memecahkan
suatu permasalahan, dan mampu mencari sumber-sumber informasi yang relevan sebagai pendukung
pemecahan masalah.
Menurut Ennis (2011:1) menyatakan definisi berpikir kritis adalah “ Critical thinking is
reasonable, reflective thinking that is focused on deciding what to believe or do”. Menurut definisi ini,
berpikir kritis menekankan pada berpikir yang masuk akal dan reflektif. Berpikir yang masuk akal dan
reflektif ini digunakan untuk mengambil Keputusan.
c.2.a. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) Menurut Wowo (dalam Hadi:2016) sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan.
2. Menganalisis argumen.
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan.
4. Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan.
5. Mengamati dan menilai laporan observasi. 6. Menyimpulkan dan menilai keputusan.
7. Mempertimbangkan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan atau keraguan yang menganggu
pikiran.
c.2.b. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis (KBK) Menurut Ennis (2011:2), terdapat 12 indikator
kemampuan berpikir kritis yang dirangkum dalam 5 tahapan yaitu sebagai berikut:
1. Klarifikasi dasar (basic clarification) Tahapan ini terbagi menjadi tiga indikator yaitu (1) merumuskan
pertanyaan,
2. Memberikan alasan untuk suatu keputusan (the bases for the decision) Tahapan ini terbagi menjadi
dua indikator yaitu (1) menilai kredibilitas sumber informasi dan (2) melakukan observasi dan menilai
laporan hasil observasi.
3. Menyimpulkan (inference) Tahapan ini terdiri atas tiga indikator (1) membuat deduksi dan menilai
deduksi, (2) membuat induksi dan menilai induksi, (3) mengevaluasi.
4. Klarifikasi lebih lanjut (advanced clarification) Tahapan ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1)
mendefinisikan dan menilai definisi dan (2) mengidentifikasi asumsi.
5. Dugaan dan keterpaduan (supposition and integration) Tahapan ini terbagi menjadi dua indikator (1)
menduga, dan (2) memadukan.
Daftar Pustaka
AGNAFIA, Desi Nuzul. 2019. Analisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
biologi. Florea: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 6.1: 45-53.
Nuryanti, L., dkk. (2018). Analisis kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan, 3(2), 155-158.
FAKHRIYAH, Fina. Penerapan problem based learning dalam upaya mengembangkan kemampuan
berpikir kritis mahasiswa. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2014, 3.1.
Syafitri, E., Armanto, D., & Rahmadani, E. (2021). Aksiologi kemampuan berpikir kritis (kajian tentang
manfaat dari kemampuan berpikir kritis). Journal of Science and Social
Research, 4(3), 320-325.
SETYORINI, U.; SUKISWO, S. E.; SUBALI, B. Penerapan model problem based learning untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Jurnal pendidikan fisika
indonesia, 2011, 7.1.
Zubaidah, S. (2010, January). Berpikir Kritis: kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat
dikembangkan melalui pembelajaran sains. In Seminar Nasional Sains (pp. 1-
14).
3. Kemampuan Berpikir Kreatif.
Menurut Salim (2002) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan
mencipta, sedangkan kreativitas menurut Campbell adalah suatu ide atau pemikiran manusia yang
bersifat inovatif, berdaya guna (useful), dan dapat dimengerti (understandable) (ADVY). Seorang harus
banyak bertanya, banyak belajar, dan berdedikasi tinggi untuk memperoleh kemampuan berpikir kreatif
yang tinggi.
Menurut Andangsari (2007) kemampuan berpikir kreatif dapat diartikan sebagai kemampuan
menempatkan sejumlah objek-objek yang ada dan mengombinasikannya menjadi bentuk yang berbeda
untuk tujuan-tujuan yang baru. Melakukan pencarian berbagai macam informasi yang dapat
mendukung kemudahan dalam memahami ilmu pengetahuan akan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif.
Menurut Elly’s Mersina Mursidik, dkk (2015. Hlm, 26) menyebutkan bahwa kemampuan berpikir kreatif
bisa dipahami sebagai kecakapan untuk membangun hal-hal baru maupun kecakapan untuk
menempatkan dan menggabungkan berbagai bahan yang bersumber dari pemikiran seseorang yang
bisa dipahami, efektif, dan inovatif melalui berbagai macam aspek yang memengaruhi.
c.3.a. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Menurut Silver (2018.71) mengemukakan bahwa di dalam
kemampuan berpikir kreatif ditemukan ada 4 indikator yaitu:
1. Fluency (berpikir mulus) ialah kapasitas untuk memanifestasikan penuh gagasan.
2. flexsibilitas ialah kapasitas untuk memanifestasikan gagasan-gagasan yang berbeda
3. Orisinalitas ialah kapasitas untuk memanifestasikan gagasan-gagasan baru maupun gagasan yang
belum ada sebelumnya
4. Elaboration ialah kapasitas menumbuhkan maupun meluaskan gagasan untuk menghasilkan
gagasan yang lebih detail atau lebih rinci.
c.3.b. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Menurut Munandar (2016,874) menyatakan indikator
berpikir kreatif yaitu:
a. Kefasihan (Fluency) yaitu, menghasilkan sejumlah besar ide/respons yang berhubungan, dan
berpikir fasih.
b. Berpikir fleksibel yaitu, memanifestasikan satu kesatuan ide, sanggup mengganti gaya ataupun
metode, serta berpikir kearah yang tidak sama.
c. Pemikiran orisinal yaitu, menyampaikan respons yang tidak biasa dan berbeda pada orang lain, yang
sedikit dibagikan oleh kebanyakan orang. Selain itu Orisinalitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan ide dengan cara yang orisinal, rapi, dan jarang diberikan oleh orang banyak.
d. Elaborative yaitu, membangun, menambahkan, dan memperbanyak suatu ide, memperhalus
perincian, dan meningkatkan suatu ide.
Daftar Pustaka
Amir, Z. 2010. The Implementation Of Mathematics Teaching With Open-ended Approach To Uin Suska
Riau Mathematics Student's Ability Of Mathematical Creative Thinking. Proceedings of
the International Seminar on Mathematics November 11 Desember 2010.
Cintia, Nichen Irma, Firosalia Kristin, and Indri Anugraheni. "Penerapan model pembelajaran discovery
learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar
siswa." Perspektif ilmu pendidikan 32.1 (2018): 67-75.
Siswono, Tatag Yuli Eko. "Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pengajuan
masalah." Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains 10.1 (2005): 1-9.
Qomariyah, Dwi Nur, and Hasan Subekti. "Analisis kemampuan berpikir kreatif." Pensa: e-jurnal
pendidikan sains 9.2 (2021): 242-246.
Noer, Sri Hastuti. "Kemampuan berpikir kreatif matematis dan pembelajaran matematika berbasis
masalah Open-Ended." Jurnal pendidikan matematika 5.1 (2011).
WAHYUNI, Arie; KURNIAWAN, Prihadi. Hubungan kemampuan berpikir kreatif terhadap hasil belajar
mahasiswa. Matematika: Jurnal Teori dan Terapan Matematika, 2018, 17.2.
MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL)
Menurut Grant (2002), Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan
antara informasi teoritis dan praktik, tetapi juga memotivasi siswa untuk merefleksi apa yang siswa
pelajari dalam pembelajaran ke dalam sebuah proyek nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah
siswa.
Menurut Saefudin (2014: 58) pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintehrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran
berbasis proyek menekankan pada masalah masalah kontekstual yang mungkin daialami oleh peserta
didik secara langsung, sehingga pelajaran berbasisi proyek membuat siswa berfikir kritis dan mampu
mengembangkan kreaktivitasnya melalui pengembangan untuk produk nyata berupa barang atau jasa.
Menurut Saputro (2020) Model pembelajaran Project Based Learning mewajibkan siswa untuk
belajar dan menghasilkan sebuah karya, oleh karena itu model ini dapat meningkatkan motivasi siswa
untuk belajar, meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan masalah dan meningkatkan
kerjasama siswa dalam kerja kelompok.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN Gugus Dr. Soetomo Kecamatan Denpasar Selatan
Tahun Ajaran 2019/2020. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu ( quasi
eksperiment) dengan menggunakan pretest-posttest non equivalent control group design. Populasi dari
penelitian ini yakni kelas V Gugus Jendral Sudirman Kecamatan Denpasar Selatan tahun ajaran
2019/2020 yang terdiri dari 6 kelas dalam 4 sekolah. Jumlah keseluruhan populasi dalam penelitian
adalah 226 siswa. Penentuan sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik cluster
random sampling. Cara yang digunakan untuk menentukan sampel yaitu dengan cara pengundian
kelas yang muncul dalam undian tersebut diberi pre test yanng bertujuan untuk menyetarakan kedua
kelompok. Adapun perolehan uji kesetaraan uji t di peroleh thitung < ttabel (1,870 < 1,993), sehingga
H0 diterima dan kelompok dinyatakan setara. Berdasarkan pengundian tersebut diperoleh sampel
dalam penelitian ini adalah kelas V B SDN 9 Sesetan dengan jumlah 36 siswa sebagai kelompok
eksperimen dan kelas V SDN 14 Sesetan dengan jumlah 37 siswa sebagai kelompok kontrol.
Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan karena menambah biaya untuk
memasuki sistem baru.
Banyaknya peralatan yang harus disediakan. Oleh karena itu disarankan untuk
menggunakan team teaching dalam pembelajaran.
Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kegiatan kerja kelompok.
Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana instruktur memegang
peran utama di kelas.
Peserta didik memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan
mengalami kesulitan.
Mendesain Proposal.
b. Mengorganisasi tugas dan aktivitas, kegiatan dalam tahapan tersebut adalah merencanakan proyek,
yang meliputi :
Mengorganisir kerja kelompok
Topik dipilih
Memilih pengetahuan dan informasi yang terkait proyek
Merencanakan dan prediksi
Membuat design pelacakan (investigasi)
2. Mencipta atau Implementasi (create)
Proses ini yaitu peserta didik mengeluarkan ide cemerlang dari pojok, ide kolaborasi didapat
dari kelompok dan mengkonstruk projek. Tahap mencipta atau implementasi ini termasuk pola
pengembangan dan sesi mencatat (merekam). Tahap ini pembelajaran membuat product.
3. Pengolahan (Proces)
Ini tahap dimana pebelajar membuat presentasi projek dan pelaksanaan reflektion. Saat
pelaksanaan pemaparan project, akan terjadi timbale balik secara aktif, kreatif, dan dari proses
investigasi yang dilakukan colaboratif. Untuk evaluasi selalu merefleksi terhadap hasil proyek, kajian,
implikatif belajar.
Mulyasa (2014) mengatakan berikut sintaks atau pedoman untuk menentukan langkah-langkah
pelaksanaan model pembelajaran Project Based Learning.
Menyiapkan pertanyaan atau penugas proyek – tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik
mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
Mendesain perencanaan proyek – sebagai langkah nyata menjawab pertanyan yang ada
disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek – penjadwalan sangat penting agar
proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.
Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek – peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang
dikerjakan.
DAFTAR PUSTAKA
Aguswanto. (2019). Makalah Pembelajaran IPS SD/MI. Murobbi: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan
Kependidikan, 1(1). http://murobbi.com/index.php/robbi/article/view/8
Anjarsari, K. Y., Suniasih, N. W., & Sujana, I. W. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Talking Chips
Berbasis Tri Hita Karana Terhadap Kompetensi Pengetahuan IPS. Mimbar
PGSD, 5(2), 1–11.
Antari, N. L. P. Y., Wiarta, I. W., & Putra, M. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay Two Stray (Tsts) Berbantuan Multimedia Terhadap Kompetensi
Pengetahuan Ips Siswa Kelas V Sd Gugus Letda Made Putra. Mimbar PGSD,
5(2), 1–10.
Devi, S. K., Ismanto, B., & Kristin, F. (2019). Peningkatan kemandirian dan hasil belajar tematikmelalui
project based learning. Jurnal Riset Teknologi Dan Inovasi Pendidikan , 2(1), 55–
65.
Dewi, N. P. C., Negara, I. G. A. O., & Suadnyana, I. N. (2017). Pengaruh Model Project Based Learning
Berbasis Outdoor Study Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V. Mimbar
PGSD, 5(2), 1–10.
Fitri, H., Dasna, I. W., & Suharjo. (2018). Pengaruh Model Project Based Learning (PjBL) Terhadap
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa
Kelas IV Sekolah Dasar. BRILIANT: Jurnal Riset Dan Konseptual, 3(2), 201–
212.
Ginanjar, A. (2016). Penguatan Peran IPS Dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Peserta Didik.
Harmony, 1(1), 118–126.
Kurniawan, H. R., Elmunsyah, H., & Muladi. (2018). Perbandingan Penerapan Model Pembelajaran
Project Based Learning Dan Think Pair Share Berbantuan Modul Ajar Terhadap
Kemandirian Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI di SMKN 3 Malang. Jurnal
Pendidikan, 3(2), 80–85.
Larasati, D. A., Wijaya, U., & Surabaya, K. (2020). Pengaruh Media Peta Berbasis Konstruktivistik
Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Sekolah Dasar. 3(1), 53–63.