Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIVE LEARNING

BERBANTU LKPD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


KOGNITIF SISWA PADA MATERI SISTEM EKSKRESI

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Melaksanakan Seminar Proposal

Muhammad Ihsan Putra


1192060057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

2
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Agar kualitas hidup seseorang dapat dikatakan meningkat salah satu
proses yang harus dilalui untuk mencapai kualitas hidup tersebut adalah
kegiatan Belajar. Belajar berperan penting dalam kehidupan manusia
diantaranya dengan belajar kita bisa mendapatkan pengetahuan, keterampilan
serta memiliki sikap yang baik. Pada dasarnya dengan belajar lah kita dapat
meningkatkan kemampuan diri sendiri (Pribadi, 2009).
IPA merupakan suatu disiplin ilmu yang didalamnya terdapat beberapa
aspek yaitu produk, proses dan sikap. Oleh karena itu mata pelajaran biologi
termasuk dalam ruang lingkup IPA. ( Rustaman, 2011). Karena pada
dasarnya mata pelajaran Biologi cenderung mengutamakan aspek proses.
(Wenno 2010), menjelaskan bahwa sains itu adalah semua kegiatan ilmiah
mengenai fenomena alam yang menunjukkan adanya proses sains tersebut.
Dalam proses pembelajaran biologi dalam pelaksanaannya tidak hanya
mempelajari fakta atau konsep melainkan juga mempelajari tentang
bagaimana cara kita untuk mendapatkan informasi, belajar untuk
menggunakan teknologi dalam sains, dan bekerja secara ilmiah serta
kemampuan untuk berfikir . Keterampilan seperti kerjasama tim, menjaga
komunikasi dalam proses belajar antar teman sejawat, belajar secara individu,
berfikir secara kritis saat pembelajaran, kerjasama tim di saat pembelajaran
dilakukan secara berkelompok ini lah yang dibutuhkan dalam dunia pekerjaan
pada abad ke 21.
3
Dalam kenyataannya pada saat siswa belajar disekolah kemampuan
berfikir kritis nya dikatakan masih rendah karena sistem pembelajaran di
sekolah yang masih konvensional dan belum tertuju pada hakikat sains masih
terpusat pada guru dan perhatian siswa pada pembelajaran meliputi ingatan,
pemahaman dan penerapan. (Ritonga, 2013) mengungkapkan bahwa pada saat
ini kondisi pembelajaran disekolah hanya bersumber dari buku yang pada
akhirnya siswa hanya menghapal konsep. Penelitian yang dilakukan oleh
(Prayitno, 2012) juga menujukkan bahwa dalam proses pembelajaran nya
dalam biologi kurang mengembangkan kemampuan siswa dalam aspek proses
dan hanya bersifat teoritis dan hafalan. Padahal pendekatan secara ilmiah
dalam pembelajaran meliputi menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi
menjadi hal yang perlu diperhatikan karena bagian dari aspek berpikir kritis.
Tentunya jika pembelajaran terus berlangsung seperti itu pada akhirnya akan
berdampak pada kualitas pembelajaran. Interaksi yang dilakukan oleh Guru
dan siswa pada saat pandemi secara online harus kembali seperti
pembelajaran sebelumnya yaitu pembelajaran tatap muka di dalam kelas.
Dalam pembelajaran tatap muka guru berperan memberikan pengajaran yang
baik dan menciptakan suasana yang kondusif untuk meningkatkan belajar di
sekolah. Tentunya perlu waktu untuk beradaptasi dari pembelajaran online ke
pembelajaran tatap muka antara siswa dan guru kembali membiasakan diri
pada aktivitas pembelajaran tatap muka pada umumnya. Pembelajaran selama
online akibat pandemi covid yang terbiasa menggunakan smartphone atau
laptop menjadi kendala tersendiri bagi siswa sehingga dalam prakteknya perlu
waktu untuk menyesuaikan kembali pembelajaran tatap muka di kelas,

4
keefektifan siswa dalam belajar merupakan dampak dari pembelajaran secara
online dan dapat berpengaruh terhadap mental siswa (Purwanto dkk, 2020).
Proses pembelajaran yang dilaksanakan secara tatap muka secara
langsung dapat berpengaruh terhadap keefektifan belajar siswa yang
mencakup beberapa indikator, yaitu sebagai berikut 1) Apabila terdapat materi
yang tidak dapat dimengerti dengan baik siswa aktif dalam mengajukan
beberapa pertanyaan kepada gurunya. 2) Ketika kegiatan pembelajaran
dilaksanakan secara berkelompok terlihat keterlibatan siswa dalam kegiatan
diskusi. 3) Ketika kegiatan presentasi di kelas siswa aktif bertanya kepada
teman sejawatnya. 4) Ketika dalam proses pembelajaran guru bertanya
seketika itu juga siswa aktif dalam pertanyaan yang di berikan guru. Guru
beperan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang baik bagi siswa saat
masih pembelajaran online karena pandemi covid. Berikut beberapa cara
untuk meningkatkan keaktifan siwa dalam belajar yang dapat dilakukan oleh
guru : 1) Melakukan percakapan singkat dengan siswa di awal pembelajaran
2) Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model dan pembelajaran
yang sesuai. 3) Dalam kegiatan pembelajaran senantiasa member motivasi
belajar kepada siswa 4) Ketika proses pembelajaran Mengamati apabila
terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, 5) Pada saat
pembelajaran menggunakan strategi belajar yang sesuai dengan siswa.
Penjelasan diatas hanya dapat dilakukan untuk meningkatkan keefektifan
siswa pada saat pembelajaran tatap muka, ketika dalam pembelajaran secara
online tidak bisa dijadikan solusi terutama pada saat mata pelajaran IPA.
(Wakhidah, 2016).

5
Media pembelajaran juga dibutuhkan oleh siswa untuk memfasilitasi
agar peserta didik dapat mengembangkan pemikiran dirinya sendiri di
samping penggunaan model pembelajaran. Lembar Kerja Peserta didik
merupakan contoh media yang bisa digunakan untuk menunjang proses
keterampilan berpikir peserta didik. Menurut (Widjayanti, 2008) menjelaskan
bahwa untuk membantu interaksi yang efektif antara peserta didik digunakan
Lembar Kerja Peserta didik (LKPD) untuk mempermudah dalam kegiatan
belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam
meningkatkan prestasi dalam belajar.
Di sekolah pada umumnya model pembelajaran yang digunakan yaitu
model pembelajaran konvensional. Guru berperan sebagai pusat informasi
dalam pembelajaran konvensional, sehingga komunikasi hanya terjadi satu
arah yaitu dari guru ke peserta didik. Menurut (Rooijokkers, 2003), “ Terbagi
tiga kategori pada pembelajaran konvensional yaitu pengajar memberi tahu,
pengajar mengadakan komunikasi dengan peserta didik, dan guru memberi
tugas”. Guru berperan melalukan komunikasi dengan peserta didik dan
memberi tugas, karena peran peserta didik hanya mendengarkan dan
menerima informasi yang diberikan oleh guru dan tidak ada kesempatan siswa
untuk menanggapi informasi tersebut, seperti itu gambaran dalam
pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini, model pembelajaran
konvensional yang digunakan adalah model pembelajaran dengan metode
ekspositori dipadukan dengan metode tanya jawab. Selanjutnya Menurut
Wahyuni (2006), “ Pembelajaran yang dilakukan dengan membangun
pengetahuan oleh peserta didik, sehingga belajar dapat dilihat sebagai suatu
proses belajar yang aktif merupakan konsep dari pembelajaran

6
konstruktivisme ”. Dalam konteks konstruktivisme diatas dapat disebutkan
bahwa peran peserta didik yaitu membangun sendiri suatu pengetahuan atau
konsep materi yang dipelajarinya.
Model pembelajaran yang dipandang mengacu pada filosofis
konstruktivisme yaitu Model Pembelajaran Generative. ( Diknas,2005)
menyatakan bahwa Model adalah “Pola (contoh, acuan, ragam, dan
sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Pada dasarnya asa
pendidikan ataupun teori belajar yaitu membelajarkan peserta didik dan
menentukan pelaku utama dalam keberhasilan pendidikan. Pemberian
struktur tentang kalimat yang terdapat dalam sebuah bahasa merupakan
definisi darI generatif. Pembelajaran yang menggunakan pola membelajarkan
peserta didik dengan menggunakan asas pendidikan yang bersifat
menerangkan dengan kaifah yang dipelajari secara aktif oleh peserta didik
disebut dengan model pembelajaran generatifnya.
Menurut (Hakim, 2014196-207) , pola yang mengajarkan peserta didik
dengan menggunakan asas pendidikan yang bersifat menerangkan dengan
pengetahuan yang di pelajari secara lebih lanjut oleh siswa adalah pola
pembelajaran generatif pembelajaran generatif adalah pola membelajarkan
peserta didik dengan menggunakan asas pendidikan yang bersifat
menerangkan dengan kaidah-kaidah yang dikaji secara aktif oleh peserta
didik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan (Fujiwiaya & Pratiwi, 2016)
pembelajaran dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengetahuan itu di
bangun sendiri dalam pemikiran siswa merupakan pandangan konstruktivisme
yang berbasis pembelajaran generatif. Metode pembelajaran generatif dalam
pelaksanaannya meliputi kegiatan siswa dalam menjawab soal - soal atau

7
masalah yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari yang diberikan
oleh guru. Dalam kegiatan siswa bekerja sendiri dan bekerja sama dengan
siswa yang lainnya merupakan bagian dari kegiatan model pembelajaran
generatif.
Dalam Taksonomi Bloom edisi revisi Anderson dalam (Nafiati, 2021)
aspek koginf hasil belajar meliputi : mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta
(C6). Dalam hal ini untuk materi sistem ekskresi untuk indikator pencapaian
oleh siswa diantaranya : C1 = Menyebutkan Pengertian Sistem Ekskresi serta
organnya C2 = Mengidentifikasi Struktur dan Fungsi Ginjal, Paru - paru, hati
dan Kulit sebagai Organ Ekskresi Manusia, C3 = Memberikan contoh proses
ekskresi yang terjadi pada tubuh manusia melalui organ kulit, C4=
Menentukan kelainan atau penyakit pada organ ekskresi manusia C5 =
Memberikan tanggapan terkait pembelajaran tentang sistem ekskresi yang
telah dilaksanakan C6 = Mengaitkan Peristiwa yang terjadi didalam sistem
ekskresi pada kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan, maka penelitian ini
perlu dilakukan dengan upanya untuk lebih memaksimalkan hasil belajar
kognitif siswa, maka penelitian ini diberi judul Pengaruh Model Generative
Learning Berbantu LKPD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa
Pada Materi Sistem Ekskresi.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah
yang diperlukan dalam penelitian ini, antara lain:

8
1. Bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran Generative Learning
berbantu LKPD untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada
materi sistem ekskresi?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran Generative Learning berbantu LKPD
pada materi Sistem Ekskresi
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas tanpa
menggunakan model pembelajaran Generative Learning berbantu LKPD
pada materi sistem ekskresi
4. Bagaimana Respon siswa terhadap model pembelajaran Generative
Learning berbantu LKPD pada materi sistem Ekskresi

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mendeskripsikan keterlaksanaan model pembelajaran Generative
Learning berbantu LKPD untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
pada materi sistem ekskresi
2. Menganalisis peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas
3. menggunakan model pembelajaran Generative Learning berbantu LKPD
pada materi sistem ekskresi
4. Menganalisis peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada kelas tanpa
menggunakan model pembelajaran Generative Learning berbantu LKPD
pada materi sistem ekskresi
5. Menganalisis respon peserta didik terhadap model pembelajaran
Generative Learning berbantu LKPD pada materi sistem Ekskresi

9
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan penulis melalui penelitian ini, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan kontribusi mengenai bagaimana
pengaruh model pembelajaran generatif untuk meningkatkan hasil belajar
kognitif siswa dimateri sistem ekskresi

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai wawasan untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, sehingga
terciptanya kegiatan pembelajaran yang menarik ,menyenangkan dan
meningkatkan keaktifan antara siswa dan guru. Selain itu dengan
adanya model pembelajaran generatif diharapkan dapat memberikan
kontribusi mengenai bagaimana pengaruh model pembelajaran
generatif untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dimateri
sistem ekskresi
b. Bagi Siswa
Siswa diharapkan memperoleh kesan serta pengalaman
menarik dalam mempelajari Sistem Ekskresi dengan model
Pembelajaran Generative Learning Berbantu media pembelajaran
LKPD . Kemudahan belajar dalam memahami materi Sistem
Ekskresi yang cukup abstrak dengan berbagai macam istilah ilmiah
dan membingungkan siswa terutama dalam mengklasifikasi berbagai
organ dalam sistem Ekskresi. Materi Sistem Ekskresi akan menjadi

10
lebih mudah dengan memperlajarinya dengan model pembelajaran
Generative Learning Berbantu media pembelajaran LKPD, sehingga
siswa mempunyai pemahaman yang lebih baik mengenai materi yang
dipelajarinya.
c. Bagi Peneliti
Peneliti dapat memberikan inovasi serta keterbaharuan dalam
menyelesaikan masalah secara praktis yang ditemukan dilapangan,
permasalahan yang ditemukan peneliti dikaji serta dianalisis untuk
mendapatkan solusi sehingga pengetahuan peneliti yang didapat
dalam perkuliahan dapat dimanfaatkan secara nyata dari situasi
lapangan.

E. KERANGKA PEMIKIRAN
Pada kompetensi dasar materi Ekskresi terdapat aspek kognitif yaitu
3.9 Menganalisis system ekskresi pada manusia dan memahami gangguan
pada system ekskresi serta upaya menjaga kesehatan system eksresi. Dalam
kompetensi tersebut peserta didik diharapkan dapat membangun ide atau
konsep tentang sistem ekskresi yang ada pada manusia melalui pemikirannya,
kemudian pada kompetensi dasar berikutnya yaitu 4.9 Membuat karya tentang
system eksresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri.
Dalam kompetensi tersebut peserta didik diharapkan untuk menuangkan
kembali ide atau konsep yang telah dikembangkan kedalam mind mapping
yang dituliskan dalam bentuk tulisan pada sebuah kertas dan dibuat dengan
menarik agar memantik semangat dalam mempelajari materinya.

11
Setelah mempelajari kompetensi dasar dalam materi sistem ekskresi
kemudian melaksanakan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) sesuai
dengan : mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3),
menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6). Dalam hal ini
untuk materi sistem ekskresi untuk indikator pencapaian oleh siswa
diantaranya : C1 = Menyebutkan Pengertian Sistem Ekskresi serta organnya
C2 = Mengidentifikasi Struktur dan Fungsi Ginjal, Paru - paru, hati dan Kulit
sebagai Organ Ekskresi Manusia, C3 = Memberikan contoh proses ekskresi
yang terjadi pada tubuh manusia melalui organ kulit, C4= Menentukan
kelainan atau penyakit pada organ ekskresi manusia C5 = Memberikan
tanggapan terkait pembelajaran tentang sistem ekskresi yang telah
dilaksanakan C6 = Mengaitkan Peristiwa yang terjadi didalam sistem ekskresi
pada kehidupan sehari-hari.(Sanjaya, 2008).
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran biologi perlu diterapkan
berbagai strategi, pendekatan, model dan metode pembelajaran yang
bervariasi agar siswa dapat tertarik minat dan perhatiannya serta termotivasi
untuk mengikuti pembelajaran biologi yang sampai saat ini dipandang oleh
sebagian besar siswa sebagai mata pelajaran yang sulit dikarenakan terlalu
banyak materi yang harus diketahui oleh siswa. Sehingga akhirnya mampu
tercapainya hasil belajar biologi secara optimal. Salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi adalah
pembelajaran generatif.
Sementara itu untuk tujuan pembelajaran yang harus dicapai yaitu
siswa mampu mengidentifikasi struktur dan fungsi organ pada sistem ekskresi
pada manusia, siswa mampu Meganalisis proses ekskresi pada manusia dan

12
siswa mampu menganalisis pengaruh pola hidup terhadap kelainan dan
penyakit yang berhubungan dengan sistem ekskresi. Pada penelitian ini,
materi yang akan digunakan adalah materi sistem ekskresi yang merupakan
materi pada kelas XI semester genap berdasarkan Kurikulum Biologi 2013.
Kurikulum 2013 yaitu kurikulum sains yang mengedepankan pengalaman
individu dengan proses mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mampu
mengkomunikasikan materi yang sudah dipelajari. Proses pembelajaran ini
dikenal dengan sebutan pendekatan saintifik dengan model 5M. Menurut
(Hewit, 2007) dalam pembelajaran biologi pendekatan saintifik ini dapat
memberikan pengalaman secara langsung dan memiliki makna tersirat bagi
siswa terutama dalam mengembangkan kompetensinya sehingga siswa
mampu untuk menjelajahi dan memahami keadaan sekitarnya secara ilmiah.
Menurut (Aprianita, 2015) kelebihan dari pembelajaran saintifik yaitu
memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan
yang matang, pengumpulan data, analisis data untuk menghasilkan
kesimpulan, menuntun siswa berpikir sistematis, kritis, kreatif, melakukan
aktivitas penelitian dan membangun konseptualisasi pengetahuan, membina
kepekaan siswa terhadap problematika yang terjadi di lingkungannya, dan
membiasakan siswa menanggung resiko pembelajaran. Sedangkan untuk
kelemahannya diantaranya dapat menghambat laju pembelajaran yang
menyita waktu, kegagalan dan kesalahan dalam melakukan eksperimen akan
berakibat pada kesalahan penyimpulan dan apabila terdapat siswa yang
kurang berminat terhadap materi yang dipelajari, dapat menyebabkan
pembelajaran menjadi tidak efektif.

13
Menurut (Harum, 2016) Terdapat kelebihan dalam pembelajaran
generatif ini yaitu Menciptakan suasana belajar yang aktif, Merangsang siswa
untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah dapat sebelumnya,
Melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah dipelajari,
siswa mampu menemukan fenomena/gejala-gejala, lalu dapat memecahkan
masalah yang ada, Memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam mengeluarkan
ide dan pendapat dan Siswa lebih terarah mandiri dan mampu bekerja sendiri,
sementara untuk kekurangannya yaitu memiliki keterbatasan pada materi
pelajaran tertentu dan Suasana kelas tidak terkontrol karena adanya perbedaan
pendapat antara satu siswa dengan siswa yang lain, sehingga suasana kelas
menjadi ribut. Kemudian peneliti akan mengujicobakan soal pretest dan
posttest kepada siswa kelas XI MIPA 1 dan XI MIPA 2, Setelah valid, soal
tersebut (pretest) akan diberikan pada kelas yang akan diteliti. Kemudian
dilakukan pembelajaran dengan 2 model yang berbeda, yaitu kelas
eksperimen pertama (yang diberikan dengan perlakuan berupa model
pembelajaran generatif) dan kelas kontrol (yang diberikan tanpa perlakuan
berupa model pembelajaran generatif). Selanjutnya dilakukan posttest di
kedua kelas tersebut, dan di kelas observasi (Eksperimen) ketika pembelajaran
berlangsung dan siswa diberikan angket respon terkait model pembelajaran
yang diberikan. Data- data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dan
ditarik kesimpulan apakah dengan model pembelajaran generatif dapat
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada materi sistem ekskresi.
Model pembelajaran generatif merupakan model pembelajaran yang
menekankan kepada peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan
baru dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Langkah-langkah

14
pembelajaran generatif dapat menjadikan siswa aktif dalam mengkontruksi
pengetahuannya. Adapun tahapan pembelajaran generatif menurut (Lestari
dan Yudhanegara, 2015), sebagai berikut.
1. Eksplorasi
Pada tahap ini, peran guru yaitu membimbing siswa untuk mencari
sumber pengetahuan, ide atau konsep awal yang diperoleh dari
pembelajaran pada kelas sebelumnya
2. Pemfokusan
Tahap ini merupakan tahap mengenalkan kepada siswa tentang konsep
melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau
kegiatan lapangan lainnya. Peran guru sebagai fasilitator yang
menyediakan kebutuhan sumber, serta memberi bimbingan dan arahan.
3. Tantangan
Siswa dilatih untuk berani mengemukakan ide,memberikan masukan,
interaktif dalam berdiskusi, menghargai pendapat teman dan menghargai
adanya perbedaan pendapat. Peran guru sebagai moderator dan fasilitator
agar jalannya diskusi lebih terarah.
4. Penerapan
Pada tahap ini, siswa diajak untuk mencari solusi atas permasalahan
yang telah ditemukan dengan menerapkan konsep barunya pada hal-hal
praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah proses pembelajaran dilakukan dapat dilihat dari hasil evaluasi


pembelajaran, aspek perubahan tingkah laku dapat diukur dari hasil belajar,
semakin banyak siswa yang mencapai tujuan pembelajaran maka dapat
dikatakan bahwa proses pembelajaran dilaksanakan secara baik. untuk lebih
15
\

jelasnya dapat dilihat pada bagan


Analisis di bawah
Kompetensi ini. dan Kompetensi Inti
Dasar

3.9 Menganalisis sistem ekskresi pada manusia dan memahami gangguan pada sistem ekskresi serta upaya menjaga kesehatan sistem
ekskresi. Dalam kompetensi tersebut peserta didik diharapkan dapat membangun ide atau konsep tentang sistem ekskresi yang
ada pada manusia melalui pemikirannya

4.9 Membuat karya tentang sistem eksresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri.

Indikator Pencapaian Kompetensi Kognitif: Tujuan Pembelajaran

C1 = Menyebutkan Pengertian Sistem Ekskresi serta Melalui pembelajaran generatif ini diharapkan siswa mampu mengidentifikasi
organnya struktur dan fungsi organ pada sistem ekskresi pada manusia, siswa mampu
C2 = Mengidentifikasi Struktur dan Fungsi Ginjal, Meganalisis proses ekskresi pada manusia dan siswa mampu menganalisis pengaruh
Paru - paru, hati dan Kulit sebagai Organ pola hidup terhadap kelainan dan penyakit yang berhubungan dengan sistem
Ekskresi Manusia
C3 = Memberikan contoh proses ekskresi yang terjadi
pada tubuh manusia melalui organ kulit Kelas menggunakan model Kelas tanpa menggunakan model
C4= Menentukan kelainan atau penyakit pada organ Generative Learning berbantu LKPD Generative Learning berbantu
ekskresi manusia LKPD
C5 = Memberikan tanggapan terkait pembelajaran Tahapan:
tentang sistem ekskresi yang telah dilaksanakan Tahapan:
C6 = Mengaitkan Peristiwa yang terjadi didalam 1) Membimbing siswa
sistem ekskresi pada kehidupan sehari-hari mengeskplorasi masalah 1. Pemberian rangsangan
2) Mengarahkan siswa untuk 2. Indentifikasi masalah
penyelidikan 3. Pengumpulan data
3) Memberikan kesempatan bagi 4. Pengolahan data
Indikator Hasil Belajar Kognitif siswa untuk berdiskusi 5. Pembuktian
Berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi 4) Menganalisis dan mengevaluasi
6. Menarik kesimpulan
oleh Anderson, Indikator Hasil Belajar Kognitif proses pemecahan masalah
(Yudhanegara, 2015) (Rahmini, 2020)
adalah:
Kelebihan: Kelebihan :
1) Mengingat
1) Memberikan kesempatan kepada 1. Meningkatkan rasa ingin tahu
2) Memahami
3) Menerapkan siswa untuk mengungkapkan siswa
4) Menganalisis pemikirannya ,terhadap materi 2. Membekali dengan kegiatan
5) Mengevaluasi pembelajaran siswa dalam bereksperimen
6) Mencipta 2) Meningkatkan rasa peduli terhadap untuk menumbuhkan motivasi
(Anderson, 2001) miskonsepsi pembelajaran (Aris, belajar yang tinggi
2017) Kekurangan:
16
Kekurangan:
1. Menimbulkan miskonsepsi
1) Peserta didik yang pasif merasa
siswa
diteror dalam mengkonstruksi
2. Terjadi kebingungan peserta
konsep
didik jika tidak dilengkapi
2) Pembelajaran yang membutuhkan
lembar kerja (Manik, 2022)
waktu yang lama (Aris, 2017)
Tes Tulis Hasil Belajar
Lembar Lembar
Angket Angket
Observasi Observasi

Analisis Pengaruh Model pembelajaran Generative Learning Berbantu LKPD untuk meningkatkan Hasil
Belajar kognitif Siswa Pada Materi Sistem Ekskresi

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir

F. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang diuraikan, maka
dirumuskan hipotesis,hipotesis penelitian sementara yaitu:
“Terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran
Generative learning berbantu LKPD terhadap hasil belajar
kognitif siswa pada materi Sistem Ekskresi”. Berikut hipotesis
statistikanya.

H0 Tidak Terdapat pengaruh model


Generative Learning Berbantu LKPD
untuk meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa pada materi Sistem Ekskresi

Terdapat pengaruh model pembelajaran Generative


H1
Learning Berbantu LKPD untuk meningkatkan hasil
belajar kognitif siswa pada materi Sistem Ekskresi

17
G. Hasil – Hasil Penelitian yang relevan
Berikut ini hasil penelitian sebelumnya yang relevan, sebagai
pendukung permasalahan yang menjadi objek penelitian, antara lain:

1. Penelitian oleh Desi, dkk (2017) , menyatakan bahwa modul berbasis


generative learning pada materi Keanekaragaman Hayati efektif untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMA NEGERI
Kedunggalar Ngawi. Hasil uji menghasilkan keputusan berupa
penolakan Ho karena memiliki nilai sig sebesar 0,00 (<0,05) sehingga
terdapat perbedaan hasil antara pretest dan posttest kemampuan
berpikir kritis siswa. Berdasarkan hasil perhitungan N-gain
ternormalisasi rata - rata kenaikan kemampuan berpikir kritis dengan
kategori tinggi. Demikian terdapat adanya pengaruh yang signifikan
terkait digunakannya model pembelajaran Generative Learning
terhadap kemampuan Berpikir kritis siswa SMA NEGERI 1
Kedunggalar Ngawi
2. Penelitian oleh Rusdianto, Haris (2017), menyatakan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII MTs Makarim Al-akhlak
Kota Singkawang pada materi Hukum Newton setelah diterapkan
model generative learning. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil
belajar siswa sebelum diberi perlakuan (pretest) sebesar 47,50, dan
setelah diberi perlakuan (posttest) sebesar 66,67. Terdapat pengaruh
model generative learning terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa
di kelas VIII MTs Makarim Al-akhlak Kota Singkawang pada materi
Hukum Newton. Hal ini dapat dilihat dari uji hipotesis di mana nilai –
thitung< -ttabel yaitu -18,03 < -2,160 dengan taraf signifikansi sebesar
5%.
3. Penelitian oleh Sumarli, dkk (2021) menyatakan bahwa terdapat
pengaruh pemahaman konsep siswa setelah diterapkan Model GL,
terlihat dari hasil Uji MC Nemar dengan hitung = 4,764 > tabel =
3,841. Pembelajaran Model GL mendapat tanggapan yang sangat baik
dari siswa, terlihat dari hasil analisis data angket respon siswa dengan
persentase rata-rata sebesar 86% (baik sekali). Sebesar 100% siswa
18
menyatakan bahwa pembelajaran dengan menerapkan Model GL dapat
menemukan hal-hal baru dalam kegiatan pembelajaran. Sebesar 97%
siswa merasa lebih serius dan santai dalam pembelajaran, dan 84%
siswa menyatakan bahwa model pembelajaran GL membuat
pembelajaran lebih menarik. Sebesar 56% siswa menyatakan
pembelajaran Model GL dapat membuat mereka bekerja sama dengan
kelompoknya.
4. Penelitian oleh (Hakim, Arif Rahman, 2014), menyatakan bahwa
terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran generatif terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika. terlihat bahwa terdapat
perbedaan rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika
antara Pretest Posttest Eksperimen, ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika sebelum dan
sesudah perlakuan di kelas eksperimen. Dengan kata lain, pada tingkat
kepercayaan 95% terdapat perbedaan yang signifikan nilai akhir
peserta didik sebelum belajar matematika dengan model pembelajaran
generatif dan sesudah belajar matematika dengan model pembelajaran
generatif. pada tingkat kepercayaan 95% kemampuan pemecahan
masalah peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran
generatif lebih tinggi secara signifikan dari pada peserta didik yang
belajar dengan model pembelajaran konvensional.
5. Penelitian oleh Riyanti, Henni dkk (2018), menyatakan bahwa
kemampuan berpikir logis antara siswa kelas eksperimen yang
diterapkan model pembelajaran generatif dengan siswa pada kelas
kontrol mengalami perbedaan yang signifikan. Peningkatan rata - rata
kemampuan berpikir logis siswa yang diterapkan model pembelajaran
generatif lebih tinggi daripada kelas kontrol dapat ditunjukkan pada
perolehan rata – rata ketercapaian indikator kemampuan berpikir logis
siswa pada kelas eksperimen berdasarkan hasil pretest adalah sebesar
48.87 sedangkan pada hasil posttest sebesar 72.40. Peningkatan yang
berhasil diperoleh kelas eksperimen adalah sebesar 23.53. Sedangkan
rata – rata ketercapaian indikator kemampuan berpikir logis pada
pretest kelas kontrol diperoleh sebesar 49.90 dan pada hasil posttest
sebesar 66.36. Peningkatan yang diperoleh siswa kelas kontrol adalah
sebesar 16.46.
19
6. Penelitian oleh Purwanto, Catur ( 2016) , menyatakan bahwa
Pembelajaran dengan model pembelajaran generatif efektif terhadap
kemampuan komunikasi matematik siswa. Dari perhitungan diperoleh
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 2,325 dengan nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =1,703, karena 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
maka dapat disimpulkan bahwa 𝐻𝑜 = 𝜇 ≤ 65 ditolak yang berarti
model pembelajaran generatif efektif terhadap kemampuan
komunikasi matematik siswa. Model pembelajaran generatif lebih
efektif dari pada model pembelajaran kontekstual. Diperoleh hasil
9,535 hitung t dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,001. Dengan diketahuinya bahwa
nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka H0 yang menyatakan bahwa model
pembelajaran generatif tidak lebih efektif dibandingkan model
pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan komunikasi matematik
dapat ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
generatif efektif dari pada model pembelajaran kontekstual terhadap
kemampuan komunikasi matematik siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Gamping.
7. Penelitian oleh Putri, Dely Kurnia dan A. Luthan, Putri Lyanna
(2015), menyatakan bahwa Penggunaan model Pembelajaran Generatif
memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar
Mengidentifikasi Ilmu Bangunan Gedung pada siswa kelas X Program
Keahlian Teknik Konstruksi Bangunan SMK Negeri 2 Medan Tahun
Pelajaran 2014/2015. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji hipotesis
diperoleh thitung = 3,379 dan ttabel = 1,671, sehingga thitung > ttabel,
maka Ha pada siswa kelas X Program Keahlian Konstruksi Bangunan
SMK Negeri 2 Medan T.P. 2014/2015 diterima dan H0 Konvensional
pada siswa kelas X Program Keahlian Konstruksi Bangunan SMK
Negeri 2 Medan T.P. 2014/2015 ditolak dan penggunaan model
pembelajaran generatif lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa
yang diajar menggunakan pembelajaran Konvensional. Hal ini terlihat
dari hasil belajar siswa yang menggunakan model Pembelajaran
generatif memiliki rata-rata 26,171 sementara hasil belajar siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional memiliki rata-rata 18,286.

20
H. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitan
Penelitian dilakukan dengan menerapkan pendekatan
kuantitatif, pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang di dalam
usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data
dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan
aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik.
( Musianto,Lukas 2013)
Metode yang digunakan pada penelitian model pembelajaran
Generative Learning berbantu LKPD pada materi sistem ekskresi
adalah metode eksperimen yang digunakan true eksperimental design
dengan bentuk pretest-posttest control group design (Sugiono,2013) .
desain eksperimen dalam penelitian ini dapat digambarkan pada
tabel dibawah ini
Tabel 1. Desain Penelitian Control Group Pretest – Posttest

(Arikunto, Kelompok Pretest Perlakuan Posttest


2013)
Kelas Eksperimen O1 X O2
Kelas Kontrol O3 O4

Keterangan :
O1 = Nilai Kemampuan awal kelas eksperimen
O3 = Nilai Kemampuan akhir kelas eksperimen
X = Model Generative Learning
O2 = Nilai Kemampuan awal kelas kontrol
O4 = Nilai Kemampuan awal kelas kontrol

2. Jenis dan Sumber Data Penelitian


A. Jenis Data
21
Jenis data yang diambil adalah data kuantitatif yang diperoleh
dari hasil tes berupa pretest dan posttes kemampuan siswa pada
materi sistem ekskresi kelas eksperimen dengan model
pembelajaran Generative learning berbantu LKPD dan kelas
kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional .
Selain itu terdapat jenis data kualitatif berupa lebar observasi yang
sebelumnya telah dikonversikan kedalam jenis data kuantitatif.
B. Sumber Data Primer
Sumber data primer diperoleh oleh peneliti ketika
melaksanakan penelitian secara langsung dari sumber yang akan
diteliti dengan uji instrumen berupa lembar observasi, survei, dan
lembar soal pretest dan posttes dari hasil kelas eksperimen dan
kelas kontrol (Narimawati, 2008). Populasi yang diambil dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX MIPA 1 dan kelas IX
MIPA 2 semester genap tahun ajaran 2023/2024. Pengambilan
sampel pada penelitian ini dilakukan dengan Pupose Sampling
dimana sample pada penelitian ini merupakan seluruh populasi
dari dua kelas yang ada.
C. Instrumen Penelitian
Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang akan
digunakan, diantaraya :
1. Lembar Observasi
Melalui observasi, dihasilkan data observasi.
Data ini berupa keterangan kegiatan siswa selama
proses belajar mengajar. Data yang diperoleh pada
siklus I sebagai acuan dalam perbaikan untuk siklus II,
serta dijadikan sebagai bahan refleksi. Sesuai dengan
tujuan penelitian, maka observasi difokuskan pada (1)
aktivitas siswa; (2) performansi guru (Atmojo, 2013).
Lembar observasi digunakan untuk mengukur
keterlaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas
dengan menggunakan model pembelajaran generative
learning berbantu LKP pada materi sistem ekskresi .

22
lembar observasi dilaksanakan dengan penggunaan
daftar chesk list yang diberikan kepada siswa dan guru.

2. Lembar Tes
Biasanya Lembar tes berisi pertanyaan yang
bertujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan,
keterampilan individu maupun kelompok dalam proses
pembelajaran (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini
tesnya merupakan seperangkat soal dengan 5 buah
alternativ pilihan untuk menyokong data tentang hasil
belajar kognitif siswa versi Bloom.
3. Angket Respon Siswa
Angket respon digunakan mengetahui tanggapan
siswa terhadap model pembelajaran Generative
Learning yang telah dibuat dan disusun oleh peneliti
untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara tidak
langsung . Menurut (Sudijono, 2013) angket
(questionnaire) juga dapat diartikan sebagai alat bantu
dalam rangka penilaian hasil belajar. Kuesioner sering
digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia
dapat berupa kuesioner bentuk pilihan ganda dan dapat
pula berbentuk skala sikap. Skala yang mengukur
sikap, sangat terkenal dan sering digunakan untuk
mengungkap sikap peserta didik adalah skala likert.
Angket respon siswa adalah instrument yang
digunakan untuk mengukur tanggapan siswa terhadap
pembelajaran.

3. Teknik Pengambilan Data


Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data
No Teknik Instrumen Jenis Data
1 Observasi Rubrik dan Selama proses
skoring lembar pembelajaran
observasi menggunakan
23
model
pembelajaran
generatif dan tanpa
mengggunakan
model
pembelajaran
generatif
2 Lembar Tes Lembar Soal PG Lembar Hasil
dan Essay soal Belajar Kognitif
Pendekatan siswa
saintifik taksonomi
bloom edisi revisi
3 Angket Respon Lembar respon Hasil respon siswa
siswa terhadap terhadap model
model pembelajaran
pembelajaran generatif berbantu
generatif berbantu LKPD
LKPD

4. Teknik Analisis Instrumen


Sebelum instrumen Tes Penelitian Diujicobakan ke kelas eksperimen
sebagai acuan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa, maka
instrumen test tersebut perlu dianalisis menggunakan beberapa analisis
uji diantaranya :
A. Uji Validitas
Validitas atau validity memiliki arti sejauh mana kecermatan
serta ketepatan alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya.
Validitas merupakan alat ukur pengamatan instrumen yang
menunjukan tingkat keshahihan atau kevalidan (Darma, 2021).
Berikut rumus untuk menghitung uji Validitas
𝑁∑𝑥𝑦 -(∑𝑥)(∑𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁∑𝑥2 − (∑𝑥)2}{𝑁∑𝑦2 − (∑𝑌)2}
Keterangan :

24
𝑟𝑥𝑦 : Koefesien Validitas
X

∑xy : Jumlah perkalian XY

Tabel 3. Nilai Tingkat Validitas


Nilai Interpretasi
0,80<rxy≤1,00 Sangat Tinggi
0,60<rxy≤0,80 Tinggi
0,40<rxy≤0,60 Cukup
0,20<rxy≤0,40 Rendah
0,00<rxy≤0,20 Sangat Rendah

B. Reabilitas

25
Setelah dilakukan proses validitas tes, selanjutnya dilakukan uji
reabilitas tes instrumen. Reabilitas atau reliability memiliki arti dapat
dipercaya atau tahan uji (Fatirul, 2021 : 150). Berikut rumus yang
digunakan yaitu :
Kriteria reabilitas dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini:
Tabel 4. Kriteria Uji Reabilitas
(Arikunto, Nilai Derajar Reabilitas
2012)
0,80 - 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah

C. Daya Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk melihat sejauhmana
kemampuan siswa dalam menjawab butir-butir soal untuk
menghasilkan kelompok yang membedakan siswa berkemampuan
tinggi (pandai) dan siswa yang berkemampuan rendah (kurang
pandai) (Ismail, 2020). Rumus untuk menghitung daya pembeda
soal adalah sebagai berikut:

Kriteria untuk daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 5


dibawah ini:
Tabel 5. Kriteria Daya Pembeda
Daya Pembeda Interpretasi Daya Beda
DP < 0,00 Sangat Kurang Baik
0,00 ≤ DP < 0,20 Kurang Baik
0,20 ≤ DP < 0,40 26 Cukup
0,40 ≤ DP < 0,70 Baik
0,70 ≤ DP < 1,00 Sangat Baik
D. Tingkat Kesukaran
Indeks kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkatan butir
soal apakah dikategorikan sukar, mudah atau sulit. adapun
kebayakan soal mampu dijawab oleh siswa maka indeks
kesukaran soal tersebut mudah, sebaliknya jika sedikit soal yang
mampu dijawab siswa maka indek kesukarannya sulit, jika soal
berada dipertengahan mudah dan sulit maka indeks kesukarannya
sukar, asumsi untuk memperoleh soal yang baik selain memenuhi
reabilitas dan validitasnya dengan adanya keseimbangan soal
yang tidak terlalu mudah juga tidak terlalu sulit (Rahmi, dkk,
2022 : 60). Berikut ini adalah rumus untuk menghitung tingkat
kesukaran soal pilihan ganda:

Berikut ini adalah kriteria tingkat kesukaran soal yang


diakumulasikan dengan besaran indeks kesukaran dapat diliha
pada Tabel 6.

Tabel 6. Ktiteria Tingkat Kesukaran


Besarnya Indeks Kesukaran Interpretasi
P<0,30 Sangat Sukar
0,30<P<0,70 Sedang
P≥0,70 Sangat Mudah

Daftar Pustaka
Aprianita, R. (2015). Menerapkan Pendekatan Saintifik yang Berorientasi pada
Kemampuan Metakognisi dan Keterampilan Sosial. PM, 8.
Fujiwiaya, A., & Pratiwi, W. (2016). Analysis Of Students Communication Abilities
and Matemathics Logic Thinking In Generative With Scientific Approach of
Class XI Students Majoring in Health Analys at SMK Kesehatan Mega
Rizky . Jurnal daya matematis, 220.

27
Hakim. (2014196-207). Pengaruh Model Pembelajaran Generatif terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Fomatif.
Harum, C. L. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Generatif Berbantu Simulasi
Physics Education Technology (PHET) untuk meningkatkan Hasil Belajar
Siswa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa , 10.
Hewit, P. G. (2007). Conceptual Integrated Science . USA: Pearson Education.
Lestari dan Yudhanegara. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung:
Refika Aditama.
Nafiati, d. (2021). Revisi taksonomi bloom : Kognitif, Afektif dan Psikomotorik.
Humanika, 155.
Pribadi. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT Dian Rakyat.
Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media.
Wijaya dkk. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Keterampilan
Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 1.

28

Anda mungkin juga menyukai