1
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Alam, STKIP-PGRI Lubuklinggau,
Jl. Mayor Toha Lubuklinggau, Indonesia
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 2 Tugumulyo
Tahun Pelajaran 2015/2016”. Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah hasil
belajar fisika siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran
2015/2016 setelah diterapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
secara signifikan tuntas?. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan menggunakan
metode eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding.
Sampel pada penelitian ini adalah kelas X.1. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah tes. Hasil penelitian yang diperoleh data skor tes akhir dianalisis
dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf kepercayaan
α = 0,05, diperoleh thitung(3,056) > ttabel(1,697) Ha diterima dan Ho ditolak. Dimana
hasil rata-rata kognitif siswa mencapai 77,25. Ketuntasan siswa 75 % dan tidak
ketuntasan siswa 25 % sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada pembelajaran fisika di
kelas X.1 SMA Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016 hasil
belajar siswa secara signifikan tuntas.
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan
manusia, karena dengan pendidikan akan menentukan peradaban manusia pada
masa yang akan datang. Peranan pendidikan dalam hal ini tidak hanya penting
bagi perkembangan individu, melainkan perkembangan bangsa dan negara
bahkan dunia. Melalui proses pendidikan diharapkan siswa dapat tumbuh dan
berkembang menjadi lebih baik.
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa,
baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak
langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta
didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya
efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik, maka
kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta
didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pada umumnya siswa
berpendapat bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang cukup sulit.
Guru berharap pada proses pembelajaran di kelas siswa dapat menyerap
materi pelajaran dengan baik, hal ini ditandai dengan hasil belajar siswa. Untuk
mendapatkan hasil belajar yang diharapkan, maka harus ditunjang oleh bahan
pelajaran yang bermutu, model pembelajaran, sistem evaluasi, sarana penunjang
dan sistem administrasi yang dapat memberikan kontribusi maksimal pada proses
belajar. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan pelaksanaan
pembelajaran di kelas yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan guru mata
pelajaran fisika kelas X semester ganjil di SMA Muhammadiyah 2 Tugumulyo,
guru fisika tersebut mengatakan bahwa pembelajaran fisika di kelas X.1 masih
tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai semester ganjil pada tahun
pelajaran 2014/2015 dari 31 siswa di kelas X.1 hanya mencapai 29,03% (9
siswa) yang dapat mencapai nilai KKM 70. Hal tersebut menunjukkan bahwa
67,74% (21 siswa) di kelas X.1 belum mencapai KKM, sehingga mereka harus
mengikuti remedial. Kenyataan ini menunjukkan masih rendahnya pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran fisika dan kegiatan pembelajaran lebih
cenderung menggunakan metode ceramah yang berpusat pada guru tanpa adanya
peran aktif siswa.
Faktor yang menyebabkan timbulnya kelemahan dalam pembelajaran fisika
adalah proses pembelajaran fisika yang diterapkan selama ini kurang bervariasi.
Kurang aktifnya siswa ini disebabkan karena siswa hanya menerima saja apa
yang disampaikan oleh guru tanpa bertanya ketika mereka tidak mengerti atau
mengalami kesulitan dalam belajar. Sehingga membuat siswa kurang menyukai
mata pelajaran fisika dan menganggap mata pelajaran fisika merupakan mata
pelajaran yang sangat sulit. Hasil belajar siswa pada pelajaran fisika juga belum
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berdasarkan uraian tersebut salah satu upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share.
Ngalimun (2012:169) menyatakan bahwa model pembelajaran ini tergolong tipe
kooperatif dengan sintaks sebagai berikut, Guru menyajikan materi klasikal,
berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara
berpasangan sebangku-sebangku (think pair), persentasi kelompok (share), kuis
individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan
reward.
Model pembelajaran Think Pair Share termasuk dalam pembelajaran
kooperatif. Dipilih model pembelajaran ini karena pembelajaran ini memberi
kesempatan pada siswa untuk berpikir, menjawab, saling membantu sama lain
dan akan menambah variasi model pembelajaran yang lebih menarik,
menyenangkan, menungkatkan aktivitas dan kerja sama siswa dalam belajar.
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah hasil belajar fisika siswa kelas X SMA
Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share secara signifikan tuntas?”.
Sejalan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar fisika di kelas X SMA
Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah suatu proses yang terjadi pada diri
manusia dan berlangsung sepanjang hayat. Belajar adalah kewajiban semua
manusia yang digunakan untuk melatih dan merubah diri manusia. Menurut
Trianto (2010:16) “Belajar adalah perubahan pada individu y6ang terjadi
melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan
tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir”. Sedangkan menurut
Slameto (2010:2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan
kompetensi yang dihasilkan dari pengalamannya sendiri yang ditandai
dengan adanya perubahan tingkah laku.
2. Pengertian Hasil Belajar
c) Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup adalah sebuah alat ukur besaran panjang
yang cukup presisi. Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01
mm. Mikrometer sekrup sering digunakan untuk mengukur tebal
benda-benda tipis dan mengukur diameter benda-benda bulat yang
kecil seperti tebal kertas dan diameter kawat. Mikrometer sekrup
terdiri atas dua bagian, yaitu poros tetap dan poros ulir (Zaelani
2006:19).
Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam
mm. Jumlah skala pada selubung luar 50 buah, jika selubung
diputar 1 putaran, maka rahang geser bergerak 0,5. Namun jika
selubung diputar 1 skala, rahang geser bergerak 0,01 mm. Adapaun
gambar mikrometer sekrup dan bagian-bagiannya dapat dilihat pada
gambar 2.
Gambar 2. bagian – bagian mikrometer sekrup
Sumber : Setya Nurachmadani (2009:9)
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kuantitatif menggunakan
metode penelitian eksperimen dengan one-group pretest – posttest design. Pada
penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti, yaitu satu variabel bebas dan
satu variabel terikat. Model pembelajaran Think Pair Share merupakan variabel
bebas, sedangkan untuk variabel terikat yaitu hasil belajar siswa.
Populasi penelitian meliputi dua kelas dari seluruh siswa kelas X SMA
Muhammadiyah 2 Tugumulyo tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 69
siswa. Sampel penelitian terdiri dari satu kelas yang dilakukan secara simple
random sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan tes dan. Tes
diberikan sebanyak dua kali yaitu tes kemampuan awal (pre-test) dan tes
kemampuan akhir (post-test). Pre-test digunakan untuk mencari sampel apakah
sampel diterima atau ditolak.
1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan yang dimiliki siswa sebelum diberi perlakuan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Pelaksanaan pre-test ini
berfungsi untuk mengetahui kemampuan awal tentang materi pengukuran
yang dilakukan pada pertemuan pertama yang diikuti oleh 36 siswa dari kelas
X.I sebelum dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Soal pre-test yang digunakan
dalam penelitian terdiri dari 7 soal yang berbentuk uraian. Rekapitulasi hasil
pretest dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Rekapitulasi hasil pre-test
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Tes Akhir (post-test)
No Uraian Kelas Eksperimen
1 Nilai Rata-rata 77,25
2 Nilai Terkecil 45
3 Nilai Terbesar 98
4 Rentang Nilai 53
5 Simpangan Baku 14,23
6 Siswa Tuntas 75%
7 Siawa tidak Tuntas 25%
D. Pembahasan
1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
2. Hasil Belajar
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan di SMA
Muhammadiyah 2 Tugumulyo yang terdiri dari 36 siswa kelas X sebagai
kelas eksperimen, terdapat peningkatan pada hasil belajar fisika siswa. Hal ini
disebabkan peneliti melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share adalah model pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi
pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa juga belajar menghargai
pendapat orang lain, meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu
informasi. Siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan
idenya untuk didiskusikan juga dapat memperbaiki rasa percaya diri, rasa
ingin tahu, ingin mencoba, bersikap mandiri dan ingin maju.
Tahap pertama pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yaitu
menganalisis pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal dan
karakteristik siswa. Kemampuan awal siswa diperoleh dengan memberikan
pre-test. Berdasarkan tabel 4.2 hasil perhitungan pre-test antara lain nilai rata-
rata hasil pre-test adalah 31,56, nilai terendahnya adalah 9, nilai tertingginya
adalah 61. Melalui nilai yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pada saat pre-test semua siswa (100%) tidak tuntas dan belum mencapai
KKM.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan di
kelas X SMA Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2015/2016
tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share,
rata-rata hasil belajar kognitif sebesar 77,25 dan persentase jumlah siswa
yangtuntas mencapai 75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
fisika siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran
2015/2016 setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share secara signifikan tuntas.
2. Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian yang dicapai pada penelitian ini,
beberapa hal yang penulis sarankan kepada pihak-pihak terkait sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share perlu disosialisasikan
agar dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran fisika agar siswa
lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan untuk ketuntasan
hasil belajar.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini perlu diterapkan
pada materi yang lain sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA