Anda di halaman 1dari 5

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT


DI KELAS IX.C SMP NEGERI 1 BUAY MADANG TIMUR

DEMAR SANTOSA
Guru SMP Negeri 1 Buay Madang Timur

Abstrak: Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah: untuk meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas IX.C semester ganjil di SMP Negeri 1 Buay Madang Timur.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX.C yang berjumlah 32 siswa. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan
kelas (classroom action research) sebanyak tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan
dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IX.C SMP Negeri 1 Buay Madang Timur.
Data yang diperoleh berupa hasil tes akhir siklus, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis
didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (53,13%) atau
ada 17 siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata 66,59, siklus II (75,00%) atau ada 24 siswa yang telah tuntas dengan
nilai rata-rata 71,75, siklus III (93,75%) atau ada 30 siswa yang telah tuntas dengan nilai rata-rata 79,88. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah bahwa dengan menggunakan model pembelajraan kooperatif tipe TGT bisa meningkatkan
hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Peningkatan, IPS Terpadu, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Abstract: The purpose of this action research is: to improve learning outcomes of Integrated Social Studies application
of the TGT type cooperative learning model in odd semester IX.C class students at SMP Negeri 1 Buay Madang Timur.
The subjects of this study were students of class IX.C, totaling 32 students. This study uses three cycles of classroom
action research. Each cycle consists of four stages, namely: design, activities and observations, reflection, and revision.
The target of this research is the students of class IX.C SMP Negeri 1 Buay Madang Timur. The data obtained in the
form of the results of the end of the cycle test, observation sheets of teaching and learning activities. From the results of
the analysis, it was found that student learning outcomes increased from cycle I to cycle III, namely, cycle I (53.13%) or
there were 17 students who completed with an average value of 66.59, cycle II (75.00%) or there are 24 students who
have completed with an average score of 71.75, cycle III (93.75%) or there are 30 students who have completed with an
average value of 79.88. The conclusion of this study is that using the TGT type of cooperative learning model can
improve student learning outcomes.

Keywords: Improvement, Integrated Social Studies, Cooperative Learning Model Type TGT

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai ekdukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi
yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan
sebelum pembelajaran dimulai atau dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pembelajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan
pembelajaran. Hasil yang selalu diharapkan adalah bagaimana pelajaran yang disampaikan guru
dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas.
Guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian pembelajaran perlu memiliki strategi dan media
yang sesuai dengan tujuan. Bila media yang digunakan guru tepat, tujuan pembelajaran diyakini
akan dapat dicapai dengan baik.
Berdasarkan pengalaman pelaksanaan pembelajaran IPS Terpadu di kelas IX.C Semester ganjil
SMP Negeri 1 Buay Madang Timur pada pelajaran IPS Terpadu belum maksimal seperti yang
diharapkan. Dalam proses pembelajaran yang belum mempertimbangkan strategi dan metode yang
sesuai untuk mencapai hasil belajar yang baik. Pelaksanaan pembelajaran masih sangat
konvesional. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan sama sekali belum menyenangkan dan di
pihak lain cendrung monoton dan membosankan. Pembelajaran seperti itu mengakibatkan hasil
belajar yang dicapai rendah. Hasil belajar rendah terbukti bahwa ketuntasan siswa yang lulus KKM
baru mencapai 30%. Demikian juga keterlibatkan siswa dalam pembelajaran kurang interaktif,
tergambar guru dalam melaksanakan pembelajaran belum mengikutsertakan keterlibatan siswa.
Nilai tertinggi diperoleh dari angka 95.
Penelitian tindakan kelas ini yang penulis laksanakan untuk meningkatkan proses dan hasil
belajar siswa.Peningkatan yang akan dilaksanakan dengan memperdayakan siswa agar aktivitas
belajarnya meningkat, pembelajaran dapat menyenangkan dan siswa secara menyeluruh aktif dalam
proses pembelajaran.Dengan meningkatnya aktivitasbelajar siswa,hasil belajarnya pun akan
meningkat sehingga siswa yang tuntas belajar dapat meningkat 30% menjadi 70% siswa yang tuntas
dalam belajarnya. Dengan demikian, sudah jelas terjadi perubahan peningkatan hasil belajar siswa.
Peningkatan aktif belajar yang penulis laksanakan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT sehingga motivasi belajar dan aktivitas siswa meningkat dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan uraian singkat di atas, peneliti mengambil tindakan, yaitu “Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT Di Kelas IX.C SMP Negeri 1 Buay Madang Timur”
Belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap dan tingkah
laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.
Hasil belajar IPS Terpadu adalah hasil yang dicapai secara sadar dan merupakan aktivitas yang
di nyatakan dalam bentuk nilai dan angka baik dalam usaha memperoleh pengetahuan keterampilan
maupun sikap yang terkait dengan berbagai komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. IPS Terpadu
memungkinkan manusia untuk saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman,
saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual, dan kesusastraan salah satu
sarana untuk menuju pemahaman tersebut.
Tujuan pembelajaran IPS Terpadu agar siswa mampu memahami gejala lingkungan alam dan
kehidupan dimuka bumi, ciri khas satuan wilayah serta permasalahan yang dihadapi sebagai akibat
adanya saling pengaruh antara siswa dan lingkungannya (GBPP, SLTA Tahun 1994).
TGT adalah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok
belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan
suku atau ras yang berbeda.Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka
masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas
yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari kelompok
yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain
bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan
pertanyaan tersebut kepada guru.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research), karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran
diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: (1) penelitian
tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan
terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja
dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari
setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi
antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian,
dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan
sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan
kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru
terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan
Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan
penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi.
Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
Penelitian ini di laksanakan di SMP Negeri 1 Buay Madang Timur, penelitian ini di lakukan di
kelas IX.C karena peneliti adalah guru bidang studi IPS Terpadu yang mengajar mata pelajaran IPS
Terpadu di kelas tersebut. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu pada bulan Juli sampai
bulan Agustus 2021, dilakukan pada waktu tersebut karena sesuai dengan program tahunan dan
program semester sesuai dengan kompetensi dasar. Subjek penelitian adalah siswa siswi kelas IX.C
yang berjumlah 32 orang siswa. Kemampuan kedua kelompok ini relatif sama, sehingga tidak perlu
diberikan prilaku tindakan berbeda.
Pelaksanaan analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara deskriptif
cooperative,artinya hasil pembelajaran satu akan dibandingkan dengan mencari jumlah siswa yang
tuntas mencapai KKM dan jumlah siswa yang belum tuntas mencapai KKM.Disamping itu juga,

penulis mencari nilai rata-rata siswa dengan rumus .Hasil observasi oleh
pengamat yang tertera pada lembar observasi dengan contrengan-contrengan penulis lakukan
dengan deskriptif kualitatif untuk memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan
pembelajaran serta aktivitas atau keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Indikator keberhasilan yang harus dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini:
a. Terjadinya peningkatan ketuntasan belajar siswa 70%.
b. Meningkatnya proses ketuntasan proses pembelajaran yang dilaksanakan penulis.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran kooperatiftipe TGT dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan
aktivitas siswa dan guru. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Pada siklus I dijelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 66,59% dan ketuntasan belajar mencapai 53,13%
atau ada 17 siswa dari 32 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya
sebesar 53,13% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini
disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan
digunakan guru dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 71.75 dan ketuntasan belajar
mencapai 75,00% atau ada 24 siswa dari 32 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan
bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit
lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru
menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa
yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT.
Pada siklus III diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 79,88 dan dari 32 siswa yang telah
tuntas sebanyak 30 siswa dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal
ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 96,43% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus
III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada
siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT membuat siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran
seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT
memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar
meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 53,13%, 75,00%, dan 93,75%.
Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. (lihat grafik)

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan
seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode pembelajaran Kooperatif tipe TGT memiliki dampak positif
dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (53,13%), siklus II (75,00%), siklus III
(93,75%).
2. Penerapan Model pembelajaran Kooperatif tipe TGT mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil wawancaraa
dengan beberapa siswa, rata-rata jawaban menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat
dengan model pembelajaran tipe TGT sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar IPS
Terpadu lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran
sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memerlukan persiapan
yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam proses
belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih
siswa dengan berbagai metode pembelajaran,walau dalam taraf yang sederhana

DAFTAR PUSTAKA
Alex Surjanto. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia. Tangerang: Esis.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPS Terpadu. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.

Gulo. W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana.

Henry Guntur Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran IPS Terpadu. Bandung: Angkasa.

Herman J. Waluyo. 1995. Teori Apresiasi Potensi Sumber Daya alam dan kemaritiman: Jakarta
Erlangga.
Kinayati Djojosuroto. 2005. Potensi Sumber Daya alam dan kemaritiman Pendekatan dan
Pembelajaran. Jakarta: Nuansa.

M. Sobry Sutikno. 2004. Hakikat Belajar: Jakarta

Rijanur Gani. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia Respon dan Analisis. Jakarta: Direktorat
Pendidikan dan Kebudayaan.

S. B. Djamarah dan Jain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Nuansa.

Sudibyo Elok. 2003. Beberapa Teori Yang Melandasi Pengembangan Model Pengajaran. Jakarta:
Depdiknas.

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Esis

T. Hasanuddin. MSI. 2010. Teknik Penulisan Karya Ilmiah: LPMP Aceh.

Anda mungkin juga menyukai