Anda di halaman 1dari 9

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SD NEGERI 35


LUBUKLINGGAU

Rumila1), Tidi Maharani2)


1
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas PGRI Silampari
2
Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas PGRI Silampari

Email: rumila452@gmail.com

Abstrak
Penelitianini bertujuan untuk mengetahui apakah model Kooperatip tipe
Scramble dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas I V SD. Penelitian ini
dilaksanakan di SD Negeri 35 Lubuklinggau. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas (PTK), dengan subjek penelitian peserta didik
kelas IV. SD Negeri 35 Lubuklinggau, sebanyak 17 orang terdiri dari 6 Laki-laki
dan 11 perempuan. Model yang digunakan adalah model Scramble pengumpulan
data dengan tes, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Penelitian terdiri dari
dua siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahapanya itu perencanaan,
pelaksanaan, p e n g a m a t a n , dan refleksi. Hal ini ditunjukkan pada pra-siklus
terdapat nilai ketuntasan sebesar 65,29 pada siklus I sebesar 72, 94 dan siklus II
85, 88. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
scramble dapat digunakan sebagai salah satu alternative model pembelajaran.
Kata kunci:hasil belajar, IPS, model Kooperatip tipe Scramble.

Abstrak
This research aims to find out whether the Scramble type cooperative model can
improve the learning outcomes of fourth grade elementary school students. This
research was carried out at SD Negeri 35 Lubuklinggau. The type of research
used is classroom action research (PTK), with the research subjects being class
IV students. SD Negeri 35 Lubuklinggau, 17 people consisting of 6 boys and 11
girls. The model used is the Scramble model of data collection using tests,
observation and documentation. The data analysis techniques used are qualitative
descriptive and quantitative descriptive. The research consists of two cycles and
each cycle consists of four stages, namely planning, implementation, observation
and reflection. This is shown in the pre-cycle, there is a completeness score of
65.29, in cycle I it is 72.94 and cycle II is 85.88. With this it can be concluded that
the scramble type cooperative learning model can be used as an alternative
learning model.
Keywords: learning outcomes, social studies, Scramble type cooperative model.
PENDAHULUAN
Pada hakikatnya manusia tidak mengenal usia dalam mendapatkan
pengetahuan. Dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas,
pendidikan sangatlah penting diberikan. Hal tersebut sesuai dengan upaya
pemerintah untuk memberikan pendidikan yang merata. Terkandung dalam
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 5 ayat (1)
menyatakan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama guna
mendapatkan pendidikan yang bermutu”. Menciptakan manusia yang berkualitas
dimulai sejak dini, oleh karenanya pemerintah menyelenggarakan pendidikan
formal yang paling awal yaitu sekolah dasar. Proses pendidikan di sekolah dasar
sangat menentukan perkembangan siswa. Sekolah dasar dikatakan penting dalam
perkembangan siswa karena siswa memiliki karakter dapat dengan mudah
menerima informasi yang didapatnya. Hal ini yang membuat pendidikan di
sekolah dasar sebagai tolak ukur dalam menentukan keberhasilan siswa
mengikuti pendidikan pada jenjang selanjutnya.
Hakikatnya dalam proses pembelajaran terdapat interaksi antara guru dan
siswa, didasari oleh hal tersebut maka dalam kegiatan pembelajaran diperlukan
pola pembelajaran yang jelas. Menurut Ariani, dkk., (2022:7) pembelajaran juga
dapat diartikan sebagai usaha pendidik guna menunjang siswa supaya mereka bisa
belajar sesuai dengan kebutuhannya. Dalam proses pembelajarannya melibatkan
komunikasi guru dan siswa yang saling berinteraksi. Proses ini dilaksanakan
untuk mengantar siswa mencapai tujuan pendidikan. Hal yang paling mendasar
dalam tujuan pendidikan adalah mengantar siswa ke dalam perubahan tingkah
laku agar dapat hidup secara mandiri sebagai pribadi ataupun sebagai makhluk
sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut guru memiliki peran yang penting untuk
mengatur lingkungan belajar siswa.
Mengatur lingkungan belajar yang baik dibutuhkan usaha guru dalam
pelaksanaannya, seperti pengelolaan kelas ataupun cara yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran contohnya model pembelajaran. Menurut Haerullah &
Hasan (2017:5) model pembelajaran merupakan pembelajaran yang digambar dari
awal hingga akhir yang tersaji secara konkrit oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran ialah wadah yang didalamnya mencakup pelaksanaan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi penelitian yang dilakukan melalui wawancara
pada tanggal 11 Oktober 2023 dengan guru kelas yaitu ibu Nur Khasanah,
S.Pd.SD. Diketahui pada mata pelajaran IPS sebagian siswa memiliki nilai rata-
rata masih rendah atau masih dibawah nilai KKM yang ditentukan. Sedangkan
kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran IPS di SD Negeri 35
Lubuklinggau adalah 68. Jumlah siswa kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau
adalah 24 orang, dimana nilai UTS siswa yang belum tuntas adalah 19 (79,8%)
orang. Sedangkan yang tuntas hanya 5 (20,2%) orang. Hal tersebut juga
dipengaruhi metode pembelajaran yang digunakan guru kurang berpengaruh
untuk membuat siswa aktif dan semangat dalam belajar. Umumnya metode
pembelajaran yang dipakai masih menggunakan cara konvensional, dimana siswa
hanya mendengarkan serta menulis materi yang disampaikan, walaupun sesekali
menggunakan model pembelajaran pada prosesnya akan tetapi siswa hanya
diberikan diskusi dan tugas, sehingga tidak adanya keaktifan dalam pembelajaran
serta pembelajaran akan terasa monoton. Hal tersebut membuat siswa kurang
bersemangat dan monoton dalam pembelajaran dikarenakan pada prosesnya
kurang menarik bagi siswa. Akibatnya siswa menjadi tidak fokus dalam belajar
yang mempengaruhi perkembangan kemampuan dan hasil belajar yang kurang
maksimal.
Mengacu pada permasalahan tersebut, maka diketahui bahwa
permasalahan sebagian siswa ialah merasa kurang bersemangat dan monoton
dalam pembelajaran karena metode pembelajaran yang digunakan kurang menarik
bagi siswa. Maka dari itu, agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan
efektif, perlu menggunakan model, media, ataupun bahan ajar supaya menarik
minat belajar siswa. Salah satu solusi yang bisa digunakan adalah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble sebagai bahan
pembelajaran yang dapat menarik siswa dalam memahami materi. Guru dapat
menggunakan banyak model pembelajaran dalam kegiatan mengajarnya, salah
satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe scramble. Fathurrohman
(2018:193) mengatakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble adalah
sebuah model yang lebih menekankan pada pengerjaan soal yang didampingi
permainan yang dikerjakan secara kelompok. Dalam model ini, kerjasama antar
anggota kelompok sangat diperlukan untuk membuat anggota kelompok saling
membantu, sehingga dapat berpikir kritis dan mudah mencari pemecahan masalah.
Model pembelajaran scramble dapat menjadi solusi dari permasalahan-
permasalahan di atas sehingga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir cepat
dan tepat dalam menyelesaikan permasalahan untuk memicu dan memacu minat
dan semangat belajar siswa. Dengan demikian, siswa dapat belajar secara
bermakna sehingga dapat menjadi daya tarik siswa dalam proses belajar mengajar.
Untuk membangkitkan motivasi dan meningkatkan keaktifan belajar siswa
serta memperbaiki hasil belajar siswa yang rendah, maka penulis akan
melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran scramble.
Penelitian yang dilakukan Hernalis, dkk., (2020) menyatakan pengaruh
pembelajaran tipe scramble dapat meningkatkan hasil belajar serta
berpengaruh positif untuk siswa. Silvia, dkk., (2020) menyatakan bahwa
pengaruh model pembelajaran scramble berada dalam kategori baik dan
meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang di atas penulis
tertarik untuk mengambil judul “Model Pembelajaran Kooperatif tipe Scramble
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa SD Negeri 35 Lubuklinggau”.
METODE PENELITIAN
Lokasi yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah SD Negeri 35
Kota Lubuklinggau yakni pada kelas IV. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V SD Negeri 35 Lubuklinggau tahun ajaran 2023/2024 yang
berjumlah 17 siswa dan terdiri dari 11 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
menggunakan desain penelitian model Kemmis dan Mc. Taggart. Variabel bebas
adalah variabel yang memberi pengaruh sedangkan variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran Kooperatif tipe Scramble sedangkan variabel terikatnya adalah hasil
belajar siswa.
Teknik data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan observasi,
wawancara, hasil tes dan dokumentasi. Pada dasarnya obsevasi berisi deskripsi
atau paparan tentang latar pengamatan tindakan guru sewaktu pembelajaran
matematika di kelas IV SD Negeri 35 Lubuklinggau. Tes digunakan untuk
memperkuat data observasi yang telah terjadi di dalam kelas terutama pada butir
penguasaan materi pembelajaran IPS. Instrumen yang digunakan yaitu lembaran
observasi dan lembaran tes.

HASIL PENELITIAN
Pada penelitian tindakan kelas ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dengan penerapan model scramble pada kelas
IV SD Negeri 35 Lubuklinggau. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus
yang tiap siklusnya membutuhkan dua kali pertemuan. Proses penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan selama satu bulan, yang mana mata pelajaran IPS setiap
minggunya satu kali selama tiga jam pelajaran. Siklus pertama dilakukan pada
minggu pertama dan ke dua sedangkan siklus kedua dilaksanakan pada minggu ke
tiga dan ke empat.

Tabel 4.1
Persentase Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPS
Siklus 1, dan Siklus 2
Tidak
Nilai Tuntas Jumlah
N Treatmen Tuntas
Siklus Rata-
O t Persen Persen Persen
rata F f F
(%) (%) (%)
Pra-
1 Pre-test 65,29 8 47,06 9 52,94 17 100
Siklus
Siklus 1
2 Post-test 72,94 5 29,41 70,58 17 100
1 2
Siklus 1
3 Post-test 85,88 2 11,76 88,23 17 100
2 5
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah
ketuntasan hasil belajar IPS siswa Kelas IV. Hal ini dapat dibuktikan pada
kegiatan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe scramble yang
diterapkan dikelas. Pada pra nilai rata-rata siswa adalah 65,29 dengan siswa
yang tuntas 52,94% atau sebanyak 9 siswa, pada siklus 1 nilai rata- rata siswa
adalah 72,94 dengan siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa, artinya dari 17 siswa
sebanyak 12 siswa yang mampu menyerap kegiatan yang telah dilakukan pada
siklus 1.
Sementara pada siklus 2, kegiatan pembelajaran menggunakan model
kooperatip tipe scramble dengan materi daerahku dan kekayaan alamnya, siswa
yang tuntas juga terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu, pada siklus 2
Nilai rata-rata siswa adalah 85,88 dengan siswa yang tuntas 88,23% atau
sebanyak 15 siswa yang tuntas, artinya dari 17 siswa, sebanyak 15 siswa telah
mampu menyerap kegiatan yang di terapkan pada siklus 2.

Pra-Siklus

Pada pra-siklus hanya 52% yang berhasil mencapai nilai ketuntasan, hal
ini mengidentifikasikan bahwa sebagian siswa masih memiliki hambatan dalam
memahami materi dan menerapkan nya dengan optimal. Ini menjadi catatan
refleksi bagi peneliti guna memperbaiki proses pembelajaran, siswa
membutuhkan dorongan motivasi guna menumbuhkan partipasi siswa dalam
setiap proses belajar.

Siklus 1
pada siklus 1 nilai rata- rata siswa adalah 72,94 dengan siswa yang tuntas
sebanyak 12 siswa, artinya dari 17 siswa sebanyak 12 siswa yang mampu
menyerap kegiatan yang telah dilakukan pada siklus 1.

Siklus II
Secara umum tindakan pada siklus kedua ini hampir sama dengan
tindakan pada siklus pertama. Hasil refleksi dari siklus I hasil belajar siswa belum
memenuhi kriteria yang diharapkan. Diketahui bahwa dari 17 siswa di kelas IV
SD Negeri 35 Lubuklinggau yang mendapat nilai yang memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal 15 siswa atau 88% mendapat nilai di bawah KKM atau
memperoleh nilai < 70, maka 2 (12%) siswa tersebut dikatakan tidak tuntas.
Sehingga berdasarkan data yang diperoleh dari siklus II tersebut dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Problem Solving di dalam
siklus II ini dapat dikatakan sudah memenuhi keriteria yang diharapkan. Pada
siklus II ini nilai keaktifan peserta didik sudah memenuhi presentase 70% sesuai
dengan ketentuan, sedangkan untuk hasil belajar siklus II jumlah siswa yang
mendapatkan nilai sesuai Kriteria Ketuntasan Minimum mencapai ketentuan yang
ditentukan yaitu minimal 80% dari jumlah siswa. Karena itu pembahasan materi
dicukupkan sampai dengan siklus II.

Pembahasan

Penelitian ini berlangsung selama 2 siklus dimana setiap siklusnya


menerapkan model kooperatif tife scramble. Pada bagian ini akan membahas
terkait data yang telah di dapat sebelumnya guna mempermudah memahami dan
memperjelas perbandingan hasil setiap siklusnya, berikut disajikan diagram
batang rekapitulasi presentase ketuntasan hasil belajar IPS setiap siklusnya.
. Pada pra-siklus hanya 52% yang berhasil mencapai nilai ketuntasan, hal
ini mengidentifikasikan bahwa sebagian siswa masih memiliki hambatan dalam
memahami materi dan menerapkan nya dengan optimal. Ini menjadi catatan
refleksi bagi peneliti guna memperbaiki proses pembelajaran, siswa
membutuhkan dorongan motivasi guna menumbuhkan partipasi siswa dalam
setiap proses

2
88,23%
2

1 pra siklus
70,58% siklus 1
1
siklus 2
5 52,94%

belajar. pada siklus berikutnya. Pada siklus pertama persentase ketuntasan


IPS siswa mencapai 70,58%, sementara pada siklus kedua terjadi peningkatan
yang signifikan positif, persentase ketuntasan IPS siswa meningkat mencapai
88,23%. Hal ini menunjukan efektifitas dari mode scramble. Perlakuan ini
berhasil membantu siswa dalam memahami langkah-langkah dengan lebih baik
serta mampu mengatasi hambatan yang mereka alami. Siswa juga terlihat aktif
dalam berdiskusi memecahkan masalah yang disajikan peneliti, menumbuhkan
sikap kolaboratif, berkebhinekaan, dan menghargai pendapat teman. Ini akan terus
dipertahankan dan ditingkatan guna mendapatkan hasil maksimal
Hal ini membuktikan bahwa pernyataan dari Noviawati (2023) dengan
judul “efektivitas penerapan model scramble untuk meningkatkan hasil belajar
siswa SD”. Hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar
siswa dengan adanya penerapan model kooperatif tipe. Pembelajaran IPS dalam
penelitian ini dapat meningkatkan hasil diantaranya pengajaran melalui model
scramble sehingga siswa lebih fleksibel dalam mempelajari konsep yang terkait.
Selain itu, pembelajaran scramble didukung dengan penggunaan medial yang
dapat membuat siswa belajar secara mandiri maupun secara langsung di kelas
untuk memahami materi IPS.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian penggunaan model scramble Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS Di Kelas IV SD Negeri
35 Lubuklinggau dapat disimpulkan oleh nilai rata-rata siswa dapat terlihat jelas
selama 2 siklus pembelajaran terjadi peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV
SD Negeri 35 Lubuklinggau. Pada pra-siklus hanya 52% yang berhasil mencapai
nilai ketuntasan hal ini mengidentifikasikan bahwa sebagian siswa masih
memiliki hambatan dalam memahami materi dan menerapkan nya dengan
optimal. Ini menjadi catatan refleksi bagi peneliti guna memperbaiki proses
pembelajaran, siswa membutuhkan dorongan motivasi guna menumbuhkan
partipasi siswa dalam setiap proses belajar. Pada siklus I terdapat 12 siswa yang
tuntas sebesar 70%, kemudian pada siklus II terdapat 15 siswa yang tuntas sebesar
88%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tindakan model kooperatif tipe
scramble memiliki hasil yang sangat baik,

DAFTAR PUSTAKA
Ariani Hrp, Nurlina., dkk. (2022). Buku Ajar Belajar dan Pembelajaran. Bandung
Widina Bhakti Persada.
Fathurrohman, Muhammad. (2018). Mengenal Lebih Dekat Pendekatan dan
Model Pembelajaran. Yogyakarta: Kalimedia.
Haerullah, Ade. & Hasan, Said. (2017). Model & Pendekatan Inovatif (Teori dan
Aplikasi). Yogyakarta : Lintas Nalar, CV.
Helmiati. (2012), Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
Hernalis, Silvia., dkk. (2022). Pengaruh Model Scramble Terhadap Hasil Belajar
Siswa Subtema 1 Benda Tunggal Dan Campuran Kelas V Di Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Tambusai: Universitas PGRI Palembang, Vol 6,
No 2.
Liyana. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble
Berbantuan Media Flip Chart Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada
Pelajaran Aksara Lampung Kelas V Min 9 Bandar
Lampung. Undergraduate thesis, UIN Raden Intan Lampung.
Oktavia, Yenni. (2020). Pengaruh Metode Scramble Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar Negeri 007
Tembilahan Hilir Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir.
Asatiza: Jurnal Pendidikan, Vol 1, No 2, Hal 286-297
Silvia, Eka., dkk. (2020). Pengaruh Penerapan Metode Scramble Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas 5 Tema Peristiwa Dalam Kehidupan Di SDN
Sumberpinang 02 Jember. Undergraduate thesis, Universitas Jember.
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/99290
Sumantri, Mohammad Syarif. (2017). Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik
di Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Thobroni, M. (2015). Belajar & Pembelajaran Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Yusuf, Muri. (2014). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai