Anda di halaman 1dari 10

Journal Health Care Media Volume 6 No.

1 April 2022
ISSN : 2089-4228
http://stikeswch-malang.e-malang.id

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KONSUMSI OBAT


TENTANG SWAMEDIKASI PADA REMAJA DENGAN KEJADIAN
GASTRITIS DI PONDOK PESANTREN RAUDLATUL ULUM 1
MALANG

Nurul Imam1), Wyssie Ika Sari2), Dian Ratna Elmaghfuroh 3)


1
Program Studi S1 Keperawatan STIKes Widya Cipta Husada Malang
Email corrsesponding author : bungimam.ru@gmail.com
2
Jl. Jend. Sudirman (Sidotopo) No.11 Kepanjen Malang www.stikeswch-malang.ac.id.

ABSTRAK
Swamedikasi merupakan pemilihan dan penggunaan obat, termasuk pengobatan herbal
dan tradisional oleh individu untuk merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala seperti
gastritis. Individu yang mengalami kekambuhan gastritis secara tiba-tiba, pada umumnya
melakukan swamedikasi untuk mengatasi keluhannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku konsumsi obat tentang swamedikasi pada
remaja dengan kejadian gastritis di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Malang. Desain
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional dengan
sampel 100 responden. Hasil uji validitas kuesioner menggunakan SPSS 16 didapatkan nilai
coreccted item- total correlation lebih besar dari r tabel 0,482 dan realibel cronbach’s alpha
dengan nilai 0,906 pada kuesioner pengetahuan dan 0,907 pada kuesioner perilaku konsumsi
obat, sehingga kuesioner tersebut dikatakan valid dan realibel. Hasil penelitian menunjukan
pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan remaja mayoritas mendekati nilai skor maksimal,
distribusi frekuensi jenis obat promag lebih banyak digunakan, 79% penggunaan obat sesuai
dosis, 79 % responden tidak merasakan efek samping dan mayoritas responden memilih apotek
sebagai sarana swamedikasi. Pengetahuan remaja tentang swamedikasi mendekati nilai skor
maksimal dengan nilai median 31,00 dan perilaku konsumsi obat tentang swamedikasi
mendekati nilai skor minimal dengan nilai median 48,50. Hasil tersebut menunjukkan semakin
tinggi tingkat pendidikan maka tingkat pengetahuan remaja semakin luas, serta perilaku
konsumsi obat menunjukkan hasil berarti kurang baik.
Kata Kunci : Swamedikasi, Pengetahuan, Perilaku Konsumsi Obat, Remaja, Gastritis

ABSTRACT
Self-medication is the behavior of choosing and using drugs independently, including the
selection of herbal and traditional remedies for treating oneself from diseases, such as gastritis.
Generally, individuals who experience a recurrence of gastritis will suddenly do self-medication
to deal with their complaints. This research almed to study the knowledge and drug
consumption behavior on self-medication. Study was obtained – study on adolescent with
gastritis at Islamic Boarding School of Raudlatul Ulum 1 Malang. This research method used
was Descriptive with a Cross-sectional approach using a sample of 100 respondents. The
results of the questionnaire validity test on SPSS 16 program obtained the value of coreccted
item-the total correlation greater than rtable (0.482). Furthermore, the questionnaire reliability
test showed the cronbach's alpha of 0.906 on the knowledge variable and 0.907 on the drug
consumption behavior variable, thus the research questionnaire is valid and reliable. The
results revealed that the majority of respondents' knowledge based on education level
approached the maximum score. In addition, the most common type of drug used for gastritis
was Promag, with 79% of respondents taking the drug according to the recommended dosage.
Furthermore, 79% of respondents did not feel the side effects and the majority of respondents
chose pharmacies as the place for self-medication. Adolescent knowledge about self-medication
approached the maximum score with a median of 31.00, while drug consumption behavior
about self-medication approached the minimum score with a median of 48.50. These results
indicated that the higher the education level, then broader the knowledge of the adolescents.
Therefore, the drug consumption behavior shows results that not good.
Keywords : Self-medication, Knowledge, Drug consumption behavior, Adolescent, Gastritis

Health Care Media Vol. 6 No. 1 April 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993) 22
Journal Health Care Media Volume 6 No. 1 April 2022
ISSN : 2089-4228
http://stikeswch.malang.e-journal.id

herbal dan tradisional, oleh individu untuk


PENDAHULUAN
merawat diri sendiri dari penyakit atau
Angka kejadian gastritis menurut
gejala penyakit (BPOM RI, 2014).
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Seseorang yang melakukan swamedikasi
Masyarakat (JIMKESMAS) pada tahun
jika tidak benar atau kurang tepat maka
2016 menyebutkan di dunia sekitar 1,8 - 2,1
dapat berisiko munculnya keluhan lain.
juta dari jumlah penduduk setiap tahun.
Beberapa masalah yang akan berisiko ketika
Badan penelitian kesehatan dunia World
melakukan swamedikasi yaitu efek samping
Health Organization (WHO) tahun 2013
obat seperti alergi, mengarah pada diagnosa
meninjau dari beberapa negara di dunia dan
diri yang salah, pemberian dosis yang tidak
mendapatkan hasil persentase dari angka
tepat sehingga bisa mengakibatkan
kejadian gastritis diantaranya Inggris 22,0%,
kecanduan, interaksi obat yang berbahaya,
China 31,0%, Jepang 14,5%, Kanada 35,0%,
cara pemberian obat yang salah
dan Perancis 29,5%. Insiden terjadinya
(Gopalakrishnan, 2015). Data laporan
gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635
kementerian kesehatan (2012), didapatkan
dari jumlah penduduk setiap tahunnya.
44,14% masyarakat Indonesia melakukan
(Sani, 2016). Data di Indonesia berdasarkan
swamedikasi dan mencatat sejumlah 35,2%
World Health Organization (WHO) pada
rumah tangga menyimpan obat swamedikasi
tahun 2012 kejadian gastritis di beberapa
(Nur Aini, 2017). Badan pusat statistik
daerah Indonesia adalah sejumlah 40,8%.
mencatat bahwa pada tahun 2017 terdapat
Profil kesehatan Indonesia menyebutkan
69,43% penduduk Indonesia yang
pada tahun 2012 gastritis termasuk 10 jenis
melakukan swamedikasi dibandingkan
penyakit terbanyak yang diderita pasien
penduduk yang berobat jalan 46,32%.
rawat inap di Indonesia dengan jumlah kasus
Angka ini meningkat dari tahun 2016
4,9% (Novitasari, 2017). Data pada tahun
sebanyak 63,77% (Isna, 2018).
2013 menunjukan penyakit gastritis
Meningkatnya perilaku swamedikasi
menempati urutan ke-4 dari 50 peringkat
disebabkan oleh beberapa faktor. Jurnal
utama penyakit di rumah sakit seluruh
Kefarmasian Indonesia (2017), Green pada
Indonesia dengan jumlah kasus 218.500
tahun (1974), menyebutkan bahwa perilaku
(Depkes RI, 2013). Prevalensi gastritis di
seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
Jawa Timur pada tahun 2011 mencapai
faktor prediposisi, pendukung dan
44,5% lebih tinggi dibandingkan dengan
pendorong (Selma, 2017). Faktor
provinsi Aceh dengan prevalensi 34,7%
predisposisi salah satunya terdapat
(Dinkes Jatim, 2011). Badan pusat statistik
pengetahuan yang merupakan faktor awal
Kabupaten Malang pada tahun 2018
dari suatu perilaku yang diharapkan dan
menyebutkan penyakit gastritis tergolong 10
berkorelasi positif dengan perilaku (Green,
penyakit terbanyak yang dialami masyarakat
1974). Pengetahuan dapat diperoleh secara
dan berada di urutan kedua setelah rhinitis
langsung ataupun tidak langsung, yang pada
akut (BPS Malang, 2018). Gastritis atau
umumnya pengetahuan memiliki
maag ditandai dengan nyeri ulu hati, mual,
kemampuan prediktif terhadap sesuatu
dan muntah. Jika terjadi atau kambuh tiba-
sebagai hasil pengenalan atas suatu pola
tiba disebut akut dan apabila secara bertahap
(Asnasari, 2017). Notoadmojo (2010)
bisa disebut dengan kronis (Meilani, 2016).
menyebutkan lebih detail pengetahuan
Apabila terjadi kekambuhan gastritis dengan
dalam teori Green merupakan faktor utama
gejala nyeri ulu hati, mual, dan muntah
yang dapat mempengarui terbentuknya
maka pilihan utamanya adalah melakukan
perilaku kesehatan (Pratiwi, 2014).
swamedikasi (SJRUM, 2014).

World Health Organization (WHO) Hasil wawancara yang dilakukan oleh


peneliti, 9 dari 15 remaja di antaranya
mendefinisikan swamedikasi (self
ketika mengalami kekambuhan gastritis
medication) sebagai pemilihan dan
penggunaan obat, termasuk pengobatan melakukan swamedikasi, namun kesalahan
dari mereka yaitu menggunakan obat tidak

23
Health Care Media Vol. 6 No. 1 April 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993)
Journal Health Care Media Volume 6 No. 1 April 2022
ISSN : 2089-4228
http://stikeswch.malang.e-journal.id

sesuai aturan yang direkomendasikan, memberikan gambaran objek yang diteliti


dengan alasan untuk menghilangkan gejala melalui data sampel atau populasi.
yang dirasakan hilang lebih cepat. Oleh
karena itu tujuan dari penelitian ini untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mengetahui “Gambaran pengetahuan dan Distribusi Karakteristik Responden
perilaku konsumsi obat tentang swamedikasi Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
pada remaja dengan kejadian gastritis di berdasarkan Jenis kelamin remaja dengan
Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 gastritis (n=100).
Jenis Kelamin Frekuensi (%)
Malang”, dengan harapan dengan adanya Perempuan 54 54%
penelitian ini dapat diketahui tingkat Laki- Laki 46 46%
pengetahuan dan perilaku konsumsi obat Total 100 100%
tentang swamedikasi yang benar dan tepat,
sehingga dapat dijadikan dasar oleh Tabel 2. Distribusi frekuensi responden
responden untuk berprilaku baik tentang berdasarkan usia remaja dengan gastritis
swamedikasi. (n=100).
Tingkat Usia Frekuensi (%)
Remaja Awal 11-13 Tahun 16 16%
METODOLOGI PENELITIAN
Remaja Tengah 14-16 Tahun 49 49%
Jenis dan Rencana Penelitian Remaja lanjut 17-20 Tahun 35 35%
Jenis penelitian yang digunakan Total 100 100%
adalah deskriptif menggunakan pendekatan
cross sectional dengan tujuan untuk Tabel 3. Distribusi frekuensi responden
mengetahui gambaran pengetahuan dan berdasarkan tingkat pendidikan remaja
perilaku konsumsi obat tentang swamedikasi dengan gastritis (n=100).
pada remaja dengan kejadian gastritis di Tingkat Usia Frekuensi (%)
Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1 Pendidikan Dasar 48 48%
Pendidikan Tengah 44 44%
Malang. Pendidikan Tinggi 8 8%
Total 100 100%
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Tabel 4. Distribusi frekuensi responden
remaja yang berusia 10-20 tahun yang berdasarkan rentang riwayat maag pada
terbagi menjadi tiga tingkat pendidikan yaitu
remaja dengan gastritis (n=100).
pendidikan dasar, pendidikan tengah dan Rentang Riwayat Maag Frekuensi (%)
pendidikan tinggi. Pengambilan sampel 2010-2013 7 7%
dalam penelitian ini menggunakan non 2014-2016 44 44%
random sampling yaitu purposive sampling 2017-2019 49 49%
Total 100 100%
yang artinya sampel diambil berdasarkan
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri. Jumlah sampel penelitian ini ANALISIS UNIVARIAT
sebesar 100 responden remaja dengan Gambaran Karakterisitik Tingkat
gastritis. Pendidikan Remaja tentang Pengetahuan
Swamedikasi dengan Kejadian Gastritis
Instrumen Penelitian di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1
Penelitian ini menggunakan
Malang.
instrumen penelitian berbentuk kuesioner
dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 item Tabel 5. Distribusi frekuensi responden
untuk variabel pengetahuan dan 20 item tingkat pendidikan tentang pengetahuan
untuk variabel perilaku konsumsi obat swamedikasi (n=100).
Pendidikan Min Median Mean
tentang swamedikasi, yang mana Maks
menggunakan scala interval yang Pendidikan Dasar 23 – 37 31,00 30,85
sebelumnya di uji validitas dan reabilitas. Pendidikan Tengah 25 – 35 31,00 30,98
Pendidikan Tinggi 31 – 36 33,00 33,00

Analisis Data
Analisis pada penelitian ini adalah
univariat, yang berarti hanya
mendiskripsikan atau

24
Health Care Media Vol. 6 No. 1 April 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993)
Journal Health Care Media Volume 6 No. 1 April 2022
ISSN : 2089-4228
http://stikeswch.malang.e-journal.id

Gambaran Distribusi Frekuensi Jenis Gambaran Pengetahuan tentang


Obat, Dosis Obat, Efek Samping dan Swamedikasi pada Remaja dengan
Tempat Pembelian Obat Oleh Remaja Kejadian Gastritis di Pondok Pesantren
Tentang Swamedikasi Raudlatul Ulum 1 Malang.
Tabel 6. Hasil distribusi frekuensi responden
berdasarkan tingkat pengetahuan tentang
swamedikasi pada remaja dengan kejadian
gastritis (n=100).
Min CI
Variabel Median Mean
Maks 95%
30,62
Pengetahuan 23 - 37 31,00 31,08
31,54

Gambaran Perilaku Konsumsi Obat


Gambar 1. Hasil distribusi frekuensi tentang Swamedikasi pada Remaja
responden konsumsi obat (n=100). dengan Kejadian Gastritis di Pondok
Pesantren Raudlatul Ulum 1 Malang
Tabel 7. Hasil distribusi frekuensi responden
berdasarkan perilaku konsumsi obat tentang
swamedikasi dengan pada remaja kejadian
gastritis (n=100).
Min CI
Variabel Median Mean
Maks 95%
Perilaku
47,29
Konsumsi 36 – 61 48,50 48,29
49,29
Obat
Gambar 2. Hasil distribusi frekuensi dosis
obat (n=100).
PEMBAHASAN
Efek Samping Gambaran Pengetahuan remaja
Swamedikasi dengan Kejadian Gastritis
berdasarkan tingkat pendidikan di
21% Pondok Pesantren Raudlatul Ulum 1
Tidak Ada
Ada
Malang
79% Hasil penelitian menjelaskan bahwa
pengetahuan responden tentang swamedikasi
berdasarkan tingkat pendidikan mendekati
Gambar 3. Hasil distribusi frekuensi efek nilai skor maksimal dengan median pada
samping obat (n=100). pendidikan tengah 31,00 dan pendidikan
tinggi 33,00.

Pendidikan pada hakekatnya adalah


salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang dan berfungsi dalam
tindakan masyarakat misalnya perilaku
seseorang akan terpengaruh karena adanya
pendidikan dan pengetahuan juga dapat
meningkatkan seseorang tersebut dalam hal
tentang kesehatan ataupun yang lainnya.
Oleh sebab itu pendidikan sangat penting
Gambar 4. Hasil distribusi frekuensi untuk individu, karena perilaku kita sangat
responden tempat perolehan obat di apotek mencerminkan kehidupan kita dalam
(n=100). lingkungan sekitar. Pendidikan yang tinggi
bagi seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain

25
Health Care Media Vol. 6 No. 1 April 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993)
Journal Health Care Media Volume 6 No. 1 April 2022
ISSN : 2089-4228
http://stikeswch.malang.e-journal.id

maupun dari media massa, semakin banyak dari pendidikan non formal. Pendidikan non
informasi yang masuk semakin banyak pula formal merupakan jalur pendidikan diluar
pengetahuan dan pemahaman yang pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
diperoleh, khususnya pengetahuan tentang secara terstruktur dan berjenjang. Oleh
swamedikasi. karena itu dengan adanya pendidikan dapat
Pengetahuan tentang swamedikasi membantu individual dalam meningkatkan
berdasarkan tingkat pendidikan menunjukan pengetahuan dan mempermudah dalam
hasil semakin tinggi tingkat pendidikan memahami atau menguasai sebuah
responden maka semakin luas tingkat pengetahuan, khususnya tentang
pengetahuan dan pemahamannya, meskipun swamedikasi.
pada kategori tingkat pendidikan rendah dan
tengah masih ada responden yang Gambaran Distribusi Frekuensi Jenis
pengetahuannya mendekati nilai skor Obat, Dosis Obat, Efek Samping dan
minimal. Pendidikan kesehatan khususnya Tempat Pembelian tentang Swamedikasi
pendidikan tentang swamedikasi sangat pada Remaja dengan Kejadian Gasritis
diperlukan, hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Zahra (2017), Hasil penelitian ini menunjukan
menjelaskan bahwa pendidikan sangat bahwa distribusi frekuensi dari jenis obat
memberikan kekuatan atau kontribusi yang dikonsumsi oleh remaja
terhadap tingkat pengetahuan individual sebesar 50% responden memilih obat
dalam memahami pentingnya kesehatan. promag sebagai solusi pertama untuk
menghilangkan tanda gejala yang
Tingkat pendidikan mempengaruhi dirasakan. Jenis obat ini termasuk
kemampuan dan perkembangan seseorang golongan antasida, promag merupakan
secara berkesinambungan, pendidikan yang obat maag yang tergolong jenis obat bebas,
diberikan dengan tujuan sebagai dasar hidup meskipun tergolong jenis obat bebas harus
dalam pengetahuan dan keterampilan dasar dikonsumsi sesuai anjuran yang tertera di
seseorang yang kemudian dilanjutkan label obat dikarenakan adanya beberapa
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. efek samping, seperti sakit kepala, diare, dan
Nasution dalam bukunya menyebutkan mual. Adapun alasan penggunaan obat
bahwa tinggi atau rendahnya pengetahuan promag lebih dominan, dikarenakan lebih
seseorang sangat dipengaruhi oleh mudah diperoleh di tempat terdekat seperti
pendidikan yang dimiliki orang tersebut. apotek, dan warung obat terdekat, hal ini
Terdapat korelasi antara lamanya pendidikan dibuktikan dengan hasil distribusi
yang ditempuh dengan tingkat pengetahuan frekuensi pada penelitian ini menunjukan
yang dimilki oleh seseorang, semakin tinggi bahwa apotek merupakan tempat yang
tingkat pendidikan seseorang maka semakin sering dan selalu dikunjungi. Alasan lain
tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang obat promag sering dan selalu digunakan
(Retno, 2017). Pendidikan dan pengetahuan ketika melakukan swamedikasi pada
mempunyai hubungan erat yang berarti penyakit gastritis dikarenakan bentuk dari
semakin tinggi pendidikan seseorang maka obat promag adalah tablet sehingga lebih
semakin luas pengetahuan dan mudah untuk di konsumsi, selain itu bagi
pemahamannya, namun perlu digaris bawahi peminum tidak merasakan rasa yang tidak
tidak secara mutlak seseorang yang enak (misalnya rasa kapur) yang terdapat
berpendidikan rendah memiliki pengetahuan pada obat maag dibandingkan dengan
rendah, hal ini sejalan dengan hasil sediaan obat promag lainya yang bebentuk
penelitian Kusuma (2010), menjelaskan serbuk dan cairan seperti obat waisan.
seseorang yang berpendidikan rendah tidak
mutlak pengetahuanya rendah, dikarenakan Hasil penelitian terkait distribusi
pengetahuan seseorang tidak hanya frekuensi dosis obat menunjukan bahwa 79
diperoleh dari pendidikan formal, akan % responden minum obat sesuai dosis dan
tetapi pengetahuan seseorang bisa diperoleh hasil distribusi frekuensi dari efek samping
79 % responden tidak merasakan efek

26
Health Care Media Vol. 6 No. 1 April 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993)
Journal Health Care Media Volume 6 No. 1 April 2022
ISSN : 2089-4228
http://stikeswch.malang.e-journal.id

samping. Dosis ialah takaran atau Anom lebih memilih apotek sebagai tempat
banyaknya suatu obat yang dapat swamedikasi. Oleh karena itu dapat
digunakan atau diberikan disimpulkan remaja usia sekolah lebih
kepada penderita. Jika seseorang melakukan percaya pada tenaga kefarmasian
swamedikasi pada penyakit gastritis dengan dibandingkan warung obat lainnya.
benar dan tepat serta minum obat sesuai dosis
maka resiko timbulnya efek samping dari Gambaran Pengetahuan tentang
obat minim, hal ini dibuktikan dengan hasil Swamedikasi pada Remaja dengan
distribusi frekuensi pada penelitian ini. Kejadian Gastritis
Penelitian ini menjelaskan 79 % responden Hasil penelitian terkait pengetahuan
minum obat sesuai dosis dikarenakan adanya tentang swamedikasi menunjukan mayoritas
pengawasan dari dokter dan tenaga kesehatan responden memiliki tingkat pengetahuan
yang ada di Klinik Fasyfini yang berada di yang mendekati nilai skor maksimal, dengan
lembaga pondok pesantren tersebut. nilai skor minimal dan maksimal 23 – 37,
median 31,00 dan dapat diprediksi dengan
Efek samping merupakan respon menggunakan tingkat kepercayaan 95%
obat yang dapat merugikan dan tidak sehingga tingkat pengetahuan remaja
diharapkan, yang dapat terjadi karena berkisar 30,62 – 31,54 yang berarti tingkat
penggunaan obat dengan dosis lebih atau pengetahuan tentang swamedikasi dapat
takaran yang normal. Beberapa hal yang dikatakan baik. Pengetahuan merupakan
perlu diketahui tentang efek samping yaitu hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang
penderita harus membaca dengan seksama melakukan pengindraan terhadap suatu
kemasan atau brosur obat, efek samping objek tertentu. Pengetahuan yang cukup
yang mungkin timbul ialah munculnya juga akan mempengaruhi seseorang untuk
alergi, ruam, gatal. Oleh karena itu, antara berperilaku atau melakukan sesuatu karena
dosis dan efek samping di atas dapat seseorang mencari tahu informasi yang ada
disimpulkan ada kesesuaian jika seseorang di sekitarnya, khususnya tentang
minum obat sesuai dosis maka resiko swamedikasi.
munculnya efek samping akan minimal
Hasil penelitian terkait distribusi The International Pharmaceutical
frekuensi tempat pembelian obat Federation (FIP) 1999, mendefinisikan
menunjukan 52% responden memilih apotek swamedikasi sebagai penggunaan obat-
sebagai sarana swamedikasi pada penyakit obatan tanpa resep oleh seorang individu
gastritis. Apotek merupakan sarana atas inisiatifnya sendiri. Swamedikasi
pelayanan kefarmasian, dari hasil tersebut hendaknya dilaksanakan berdasarkan
dapat dijelaskan bahwa responden lebih tingkat pengetahuan yang cukup untuk
memilih apotek sebagai sarana mendapatkan menghindari penggunaan obat yang salah
obat. Adapun alasan dari repsonden lebih serta kegagalan terapi akibat penanganan
memilih apotek dikarenakan apotek obat yang tidak sesuai.Seseorang melakukan
merupakan tempat atau sarana terpercaya swamedikasi membutuhkan pengetahuan
dan lebih mudah mendapatkan informasi yang cukup agar terhindar dari resiko yang
tentang penggunaan obat, selain itu apotek dapat membahayakan dirinya seperti
berada di sekitar wilayah terdekat tempat kelebihan dosis dan sebagainya. Hal ini
penelitian ini. Remaja yang melakukan sejalan dengan WHO (2012), pengetahuan
swamedikasi ketika memilih obat atau yang cukup akan mempengaruhi
mendapatkan obat lebih percaya pada seseorang untuk berperilaku atau
apotek, hal ini dibuktikan dengan hasil melakukan sesuatu (Antari, 2016).
penelitian yang dilakukan Anugrah (2017), Pengetahuan sendiri dapat
menjelaskan bahwa mahasiswa lebih dipengaruhi oleh pendidikan, sebab
percaya terhadap pengarahan tenaga pengetahuan mempunyai hubungan erat
kefarmasian untuk membeli obat di apotek, dengan pendidikan, yang mana dapat
dan didukung dengan penelitian lain diharapkan dengan seseorang yang
menyebutkan bahwa siswa SMAN 1 Karang berpendidikan tinggi maka akan
semakin luas pengetahuannya, akan tetapi

27
Health Care Media Vol. 6 No. 1 April 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993)
Journal Health Care Media Volume 6 No. 1 April 2022
ISSN : 2089-4228
http://stikeswch.malang.e-journal.id

perlu diketahui seseorang yang munculnya dua bagian dari bentuk perilaku
berpendidikan rendah tidak bisa disebut yaitu perilaku pasif dan perilaku aktif. Ada
secara mutlak akan mempunyai tingkat banyak bentuk dari perilaku, salah satunya
pengetahuan rendah, dikarenakan adalah perilaku kesehatan khususnya
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari perilaku tentang swamedikasi.
pendidikan formal, akan tetapi pengetahuan
juga bisa didapatkan melalui pendidikan non Perilaku swamedikasi dapat
formal (Kusuma, 2010). Pendidikan non dilakukan akan tetapi harus sesuai dengan
formal merupakan jalur pendidikan di luar ketentuan yang telah ada, antara lain: aman
pendidikan formal yang dilaksanakan bagi wanita hamil, tidak dilakukan pada
terstruktur dan berjenjang. Oleh karena itu anak di bawah 2 tahun dan lansia, tidak
dapat disimpulkan tingkat pengetahuan memberikan resiko pada kelanjutan
tentang swamedikasi mendekati nilai skor penyakit, tidak memerlukan cara atau alat
maksimal yang berarti cukup baik, dan khusus yang harus dilakukan dan rasio
remaja yang memiliki pengetahuan yang keamanan obat terjamin. Perilaku
mendekati nilai skor minimal kemungkinan swamedikasi yang dilakukan dengan benar
besar dapat disebabkan kurangnya dan tepat, tetap akan berisiko menimbulkan
mendapatkan informasi tentang swamedikasi kerugian pada kesehatan seseorang.
(pengobatan diri) yang benar dan tepat, Kerugian tersebut diantaranya adalah dapat
pengetahuan yang mendekati nilai minimal terjadinya pengobatan berlebihan atau tidak
akan berisiko melakukan swamedikasi sesuai, tidak dapat melakukan monitoring
kurang tepat dan benar, sehinga butuh terapi dan ada indikasi yang tidak terobati.
diberikan informasi khususnya tentang Hasil penelitian Gopalakrishnan (2015)
swamedikasi. mengungkapkan hal yang sama, yang
menyebutkan bahwa swamedikasi akan
Gambaran Perilaku Konsumsi Obat berisiko pada kesehatan di antaranya dapat
tentang Swamedikasi Pada Remaja menyebabkan terjadinya alergi, mengarah
dengan Kejadian Gastritis pada diagnosa yang salah, dan pemberian
dosis obat yang tidak tepat.
Hasil penelitian ini menunjukan responden
memiliki perilaku konsumsi obat tentang Hasil distribusi frekuensi pada
swamedikasi dengan nilai skor minimal dan penelitian ini juga menunjukkan hal sama,
maksimal 36 - 61, nilai median 48,50, serta yaitu terkait dosis dan efek samping obat
dapat diprediksi dengan menggunakan menunjukkan perilaku konsumsi obat pada
tingkat kepercayaan 95% sehingga perilaku 21% responden memiliki perilaku minum
konsumsi obat berkisar 47,29 – 49,29, yang obat tidak sesuai dosis dan merasakan efek
berarti perilaku konsumsi obat mendekati samping setelah minum obat. Setelah
nilai skor minimal. Perilaku merupakan diidentifikasi, alasan responden memiliki
respon individu terhadap suatu stimulus perilaku kurang baik dikarenakan selalu dan
atau suatu tindakan yang diamati. Perilaku sering ketika responden merasakan efek
dapat terbentuk melalui beberapa proses. samping tidak berkonsultasi pada dokter dan
Wawan (2010), menjelaskan ada beberapa tenaga kesehatan, serta tidak membaca
kriteria dari pembentukan perilaku, yang petunjuk penggunaan obat yang tertera pada
diawali dengan melakukan identifikasi label obat. Hal ini sejalan dengan hasil
tentang hal yang merupakan penguat berupa penelitian yang di lakukan oleh Fuaddah
hadiah bagi perilaku yang akan terbentuk, (2014), menjelaskan bahwa mayoritas
melakukan analisis untuk mengidentifikasi responden memiliki perilaku swamedikasi
komponen- komponen kecil yang dapat yang buruk, dikarenakan menggunakan obat
membentuk perilaku yang dikehendaki, tidak membaca petunjuk label.
menggunakan secara urut komponen-
komponen itu sebagai tujuan-tujuan Uraian sebelumnya menjelaskan
sementara dan kemudian terjadilah bahwa perilaku swamedikasi berisiko
pembentukan perilaku dengan urutan menimbulkan beberapa kerugian pada
komponen yang telah tersusun, sehingga kesehatan seseorang, dikarenakan

Health Care Media Vol. 6 No. 1 April 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993) 28
Journal Health Care Media Volume 6 No. 1 April 2022
ISSN : 2089-4228
http://stikeswch.malang.e-journal.id

penggunaan dosis obat yang tidak tidak merasakan efek samping setelah minum
sesuai dan tidak obat dikarenakan adanya pengawasan dari
berkonsultasi pada dokter atau tenaga dokter dan tenaga kesehatan dari klinik
kesehatan setelah merasakan efek samping. Fasyfini yang berada di pondok pesantren
Penggunaan dosis obat yang baik adalah tersebut. Tempat pembelian obat yang sering
sesuai takaran yang tertera pada label obat. dan selalu dikunjungi ketika melakukan
Penggunaan obat antasida seperti promag swamedikasi adalah apotek, dikarenakan
tidak wajib dikonsumsi secara terus menurus apotek berada di wilayah terdekat lembaga
sesuai yang tertera pada label obat. Dosis terkait dan responden lebih percaya informasi
obat yang tidak sesuai takaran akan tentang obat yang diberikan oleh apoteker.
mengakibatkan over dosis, keracunan dan
dapat menimbulkan efek samping misalnya Hasil penelitian terkait pengetahuan
mual, muntah, sakit kepala, dan nafsu makan tentang swamedikasi pada remaja dengan
menurun, selain itu juga akan kejadian gastritis menunjukkan hasil
membahayakan organ-organ tubuh seperti mendekati nilai skor maksimal yang dapat
pada ginjal, liver, dan jantung, sehingga diartikan mayoritas responden memiliki
perlu adanya pendidikan khusus tentang tingkat pengetahuan yang baik. Hasil
swamedikasi yang benar dan tepat (Kevin, penelitian terkait perilaku konsumsi obat
2018). Oleh karena itu perilaku swamedikasi tentang swamedikasi pada penyakit gastritis
dapat dilakukan akan tetapi perlu menunjukkan hasil mendekati nilai skor
dipertimbangkan kembali dikarenakan dapat minimal yang dapat diartikan perilaku
menimbulkan kerugian kesehatan pada konsumsi obat responden kurang baik.
penderita, sehingga perlu adanya Perilaku swamedikasi tetap boleh dilakukan
pengawasan dari dokter atau tenaga dengan batasan pada golongan penyakit
kesehatan. ringan namun tetap akan berisiko
menimbulkan kerugian kesehatan misalnya
terjadinya pengobatan yang berlebihan, tidak
KESIMPULAN DAN SARAN dapat melakukan monitoring dan ada
SIMPULAN indikasi yang tidak terobati.
Swamedikasi merupakan pemilihan
obat atau pengobatan diri tanpa SARAN
berkonsultasi pada dokter yang hanya Hasil peneltian ini dapat dijadikan
dibatasi pada penyakit ringan seperti bahan acuan dan pembahasan tentang cara
gastritis. Pengetahuan tentang swamedikasi melakukan swamedikasi yang benar dan
pada remaja dengan kejadian gastritis tepat, dan dapat di praktekkan khususnya
berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan pada asuhan keperawatan serta dapat
menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat dijadikan dasar bagi peneliti selanjutnya
pendidikan responden maka semakin luas tentang swamedikasi berdasarkan faktor –
pengetahuannnya, di karenakan semakin faktor lain seperti budaya, ekonomi, agama,
tinggi pendidikan seseorang akan lebih dan sebagainya.
mudah dan memahami pengetahuan dan DAFTAR PUSTAKA
lebih mudah mendapatkan informasi.Hasil 1. Alfaqinisa, R. (2015) „Hubungan Antara
penelitian ini menunjukan distribusi Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku
frekuensi jenis obat yang selalu dan sering Orang Tua Tentang Pneumonia Dengan
digunakan adalah promag yang berbentuk Tingkat Kekambuhan Pneumonia Pada
tablet, sehingga mudah dikonsumsi dan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
tidak terasa kapur dibandingkan obat maag Ngesrep Kota Semarang.‟
yang berbentuk serbuk dan cairan seperti 2. Antari, N. P. U. (2016) „Knowledge Level
obat waisan, obat promag tergolong jenis On Medicine Handling In Self Medication
obat bebas, sehingga lebih mudah And Its Effect On Respondences Habit Of
didapatkan di apotek dan warung obat Medicine Usage In Gunung Sari
terdekat. Dosis obat yang dikonsumsi oleh Pharmacy‟, 2(2), pp. 53– 56.
responden menunjukan sesuai dosis, dan 3. Asnasari, L. (2017) „Hubungan

Health Care Media Vol. 6 No. 1 April 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993) 29
Journal Health Care Media Volume 6 No. 1 April 2022
ISSN : 2089-4228
http://stikeswch.malang.e-journal.id

Pengetahuan Tentang Swamedikasi 2(6), pp. 1–11.


dengan Pola penggunaan Obat Pada 14. Nur Aini, dkk (2017) „Tingkat
Masyarakat Dusun Kenaran, Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas
Sumberharjo, Prabanan, Sleman, Swamedikasi di Tiga Apotek Kota
Yogyakarta‟, Universitas Sanata Dhrama Panyabungan‟, 3(May), pp. 186–192.
4. BPOM RI (2014) „Menuju Swamedikasi 15. Notoatmodjo (2012) Metode Penelitian
yang Aman dalam Farmakovigilans‟, Kesehatan. Revisi. Jakarta: PT Rineka
BPOM RI, 15(1), pp. 1–12 Cipta.
5. BPS Malang (2018) „Kabupaten Malang 16. Pratiwi, P. N. (2014) „Pengaruh
Dalam Angka Malang Regency in Figures Pengetahuan Terhadap Perilaku
2018‟, in BPS-Statistics of Malang Swamedikasi Obat Anti-Inflamasi Non-
Regency (ed.). Kabupaten Malang: BPS- Steroid Oral Pada Etnis Thionghoa Di
Statistics of Malang Regency, p. 56 Surabaya‟, Jurnal Farmasi Komunitas,
6. Fuaddah, A. T. (2014) Deskripsi Perilaku 1(2), pp. 36–40.
Swamedikasi (Pengobatan Sendiri) Pada 17. Retno, P. (2017) Hubungan antara tingkat
Masyarakat Di Kecamatan Purbalingga pendidikan dan tingkat Pengetahuan
Kabupaten Purbalingga, Jurnal Undip. dengan perilaku hidup sehat Kualitas
Availableat:http://eprints.undip.ac.id/535 lingkungan rumah (Studi Mayarakat
24/. Kabupaten Pringsewu, Kelurahan
7. Gopalakrishnan, S. (2015) „Self- Pringsewu Barat). Fakultas ilmu sosial
Medication and Its Challenges : A Review. dan ilmu politik universitas lampung
Research Journal of Pharmaceutical , bandar lampung.
Biological and Chemical Sciences Self- 18. Sani, W. L. T. (2016) „Analisis faktor
Medication and Its Challenges : A Review kejadian penyakit gastritis pada petani
.‟, (November). nilam di wilayah kerja puskesmas tiworo
8. Ikhda, K. (2016) faktor-faktor yang selatan kab. muna barat desa kasimpa jaya
mempengaruhi perilaku pasien tahun 2016‟, JIMKESMAS, 1(4), pp. 1–12.
swamedikasi obat antinyeri di apotik 19. Selma, S. dkk (2017) „Pengetahuan ,
kabupaten rembang. uin syarif hidayatulah Sikap , dan Perilaku Masyarakat dalam
jakarta. Memilih Obat yang Aman di Tiga Provinsi
9. Isna, A. (2018) „Profil Pelayanan di Indonesia‟, Jurnal Kefarmasian
Swamedikasi Oleh Apoteker di 6 Apotek Indonesia, 7(2), pp. 136– 145.
Kota Surakarta‟, Universitas 20. SJRUM (2014) „Sudan Journal of Rational
Muhammadiyah Surakarta, p. 6. Use of Medicine- Self Medication‟, World
10. Kevin, A. (2018) Resiko Mengonsumsi Health Organization, (6).
ObatBebas,www.alodokter.com.Availabl 21. Wawan, A. (2010) Teori & Pengukuran
eat:https://www.alodokter.com/risiko- Pengetahuan ,Sikap, dan Perilaku
mengonsumsi-obat-bebas. Manusia. Ketiga. Yogyakarta: Nuha
11. Kusuma, P. (2010) „Pengaruh Tingkat Medika..
Pendidikan , Pengetahuan , Sikap dan
Terpaan Iklan Layanan Masyarakat KB
Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu
di TV terhadap Perilaku KB pada Wanita
atau Pria dalam Usia Subur‟, Jurnal
Interaksi, pp. 46–56.
12. Meilani, R. D. (2016) „Pengetahuan
Pasien Dengan Gastritis Tentang
Pencegahan Kekambuhan Gastritis‟, 7(2),
pp. 34–39.
13. Novitasari, A. (2017) „Faktor determinan
gastritis klinis pada mahasiswa di
fakultas kesehatan masyarakat universitas
halu oleo tahun 2016‟, JIMKESMAS,

Health Care Media Vol. 6 No. 1 April 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993) 30
Journal Health Care Media Volume 6 No. 1 April 2022
ISSN : 2089-4228
http://stikeswch.malang.e-journal.id

Health Care Media Vol. 6 No. 1 April 2022 (p-ISSN : 2089 – 4228, e-ISSN : 2721 – 6993)

Anda mungkin juga menyukai