Anda di halaman 1dari 9

Farmaka 95

Volume 19 Nomor 1

REVIEW ARTIKEL: KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GERIATRI DENGAN


PERESEPAN POLIFARMASI

Riza Maulida, Irma Melyani Puspitasari

Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran


Jl. Raya Bandung Sumedang km. 21 Jatinangor 45363
riza.maulida01@gmail.com
Diserahkan 17/02/2021, diterima 14/03/2021

ABSTRAK
Interaksi obat pada lanjut usia (lansia) cenderung terjadi akibat adanya perubahan fisiologis pada tubuh
seiring bertambahnya usia, sehingga berakibat terjadinya perubahan farmakokinetika dan
farmakodinamika. Selain itu adanya komorbiditas menyebabkan pasien lansia mengonsumsi banyak obat
(polifarmasi) sehingga dapat berpotensi menimbulkan interaksi obat. Artikel ini merupakan kajian
interaksi obat yang terjadi pada pasien geriatrik yang mendapatkan peresepan polifarmasi sehingga dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam peresepan obat pada geriatrik. Metode yang digunakan dalam
pengerjaan ulasan ini adalah studi literatur yang berasal dari jurnal ilmiah dan e-book. Berdasarkan hasil
studi literatur, didapatkan tujuh jurnal yang memuat tentang interaksi obat-obat yang terjadi pada lansia
dengan mekanisme yang umumnya terjadi adalah interaksi secara farmakodinamika.
Kata Kunci: geriatri, interaksi obat, polifarmasi

ABSTRACT
Drug interactions in the elderly tend to occur due to physiological changes in the body with age, resulting
in changes in pharmacokinetics and pharmacodynamics. In addition, some comorbidities cause elderly
patients to consume a lot of drugs (polypharmacy), which can potentially lead to drug interactions. This
literature review is a study of drug interactions in geriatric patients who have been prescribed
polypharmacy as a consideration in prescribing drugs in geriatrics. The method used in the work of this
literature review is a literature study from scientific journals and e-books. Based on the results of a
literature study, seven journals were found that contained drug-drug interactions that occurred in the
elderly, with the most common mechanism being pharmacodynamics interactions.
Keywords: geriatrics, drug interactions, polypharmacy

PENDAHULUAN 60 tahun ke atas. Sedangkan Menurut WHO ,


Pasien geriatrik adalah pasien lanjut usia klasifikasi lansia adalah sebagai berikut: usia
dengan berbagai penyakit dan/atau gangguan pertengahan (middle age), yaitu usia 45-54
akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, tahun, lansia (elderly), yaitu usia 55-65 tahun,
ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan lansia muda (young old), yaitu usia 66-74 tahun,
pelayanan kesehatan secara terpadu (Menkes RI, lansia tua (old), yaitu usia 75-90 tahun, lansia
2016). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI sangat tua (very old), yaitu usia lebih dari 90
Nomor 25 Tahun 2016 tentang rencana aksi tahun.
nasional kesehatan lanjut usia menjelaskan, Saat ini Indonesia mulai memasuki
lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia periode aging population, dimana terjadi
Farmaka 96
Volume 19 Nomor 1
peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) yang Semakin bertambahnya umur seseorang,
diikuti dengan peningkatan jumlah lansia. maka akan terjadi proses penuaan yang akan
Indonesia mengalami peningkatan jumlah berdampak pada perubahan fisik, kognitif,
penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada mental, spiritual, maupun psikososial.
tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada Kemunduran sistem tubuh lansia terjadi pada
tahun 2019, dan diperkirakan akan terus berbagai organ di dalam tubuh seperti sistem
meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem
jiwa (15,77%) (Kemenkes RI, 2019). Bahkan gastrointestinal, sistem urologi, sistem
dari hasil proyeksi Badan Pusat Statistik (2020), muskuloskeletal, sistem neurologi, dan sistem
pada tahun 2045 lansia Indonesia diperkirakan integument. (Farinde & Hebdon, 2019; Amarya
hampir mencapai seperlima dari seluruh et al, 2018). Pasien usia lanjut lebih rentan
penduduk Indonesia. terkena efek samping obat dari pada kelompok
Meningkatnya populasi lanjut usia pasien lainnya karena terdapat perubahan
merupakan tantangan tersendiri salah satunya di fisiologis yang berakibat berubahnya profil
bidang kesehatan. Para lansia cenderung farmakokinetika dan farmakodinamika (Clegg et
mengalami penyakit yang bersifat degeneratif al, 2013). Penulisan artikel bertujuan untuk
atau disebabkan oleh faktor usia misalnya mengetahui kejadian interaksi obat yang terjadi
penyakit jantung, hipertensi, hiperlipidemia, pada lansia dengan peresepan polifarmasi.
DM, stroke, rematik, osteoporosis dan cedera. METODE
Selain itu lansia umumnya juga memiliki lebih Metode yang digunakan dalam penulisan
dari satu penyakit, atau biasanya bersifat kronis. artikel ini adalah studi literatur dengan sumber
Hal itu dapat menyebabkan lansia mengonsumsi data berupa sumber data primer yaitu jurnal
beberapa obat (polifarmasi). Polifarmasi adalah ilmiah baik nasional maupun internasional,
penggunaan ≥ 5 macam obat secara bersamaan sedangkan sumber data lainnya yang digunakan
setiap hari (Zulkarnaini & Martini, 2019). berupa e-book. Pencarian sumber data dilakukan
Kejadian polifarmasi dapat meningkatkan risiko melalui mesin pencari Google melalui situs
terjadi interaksi obat-obat (Herdaningsih et al, penyedia jurnal online yang terdiri dari Google
2016). Scholar, Springer, Elsevier, dan The American
Interaksi obat-obat merupakan Journal of Geriatric Pharmacotherapy dengan
perubahan efektivitas atau toksisitas satu obat kata kunci interaksi obat pada lansia, drug
karena adanya obat lain yang diberikan secara interaction in elderly, drug interaction in
bersamaan. Obat yang paling sering terlibat geriatric, drug-drug interaction in elderly,
dalam interaksi potensial adalah obat yang mechanism drug interaction in elderly.
digunakan sehari-hari untuk penatalaksanaan Pemilihan jurnal sesuai dengan kriteria inklusi
klinis pasien lanjut usia dengan penyakit kronis yaitu memuat tentang interaksi obat dengan obat
(Shetty et al, 2018).
Farmaka 97
Volume 19 Nomor 1
pada lansia serta mencantumkan persentase geriatrik yang menerima pengobatan
mekanisme interaksi yang dipublikasi dalam polifarmasi. Dari 12 jurnal tersebut 7 jurnal
kurun waktu 10 tahun terakhir. termasuk dalam kriteria inklusi dan 5 jurnal
HASIL termasuk kriteria eksklusif. Tujuh jurnal yang
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, mengkaji potensi interaksi obat pada geriatrik
diperoleh 12 jurnal dan publikasi ilmiah yang dapat dilihat pada tabel 1.
membahas potensi interaksi obat pada pasien

Tabel 1. Potensi Interaksi Obat-Obat pada Lanjut Usia dengan Resep Polifarmasi
Mekanisme Interaksi
No. Referensi Populasi
Farmakokinetika Farmakodinamika
Dasopang dkk, Pasien lansia rawat jalan dengan
1. 63,6% 22,8%
2015 penyakit metabolik
Pasien geriatrik dengan penyakit
2. Prakoso, 2019 Hypertensive Heart Disease di RSUD 58,4% 41,6%
Dr. Moewardi Surakarta
Pasien geriatrik dengan penyakit
3. Pratiwi, 2018 hipertensi di Rumah Sakit Pelabuhan 28% 71%
Jakarta Utara
Pasien geriatrik yang menggunakan
Utami dkk,
4. antihipertensi di Puskesmas 0,91% 98,2%
2020
Karanggeneng Lamongan
Reinhard dkk, Pasien DM tipe 2 usia lanjut
5. 28,67% 38,46%
2019
Sonnerstam et Pasien lansia yang menderita
6. 42,1% 46,6%
al, 2018 demensia
Shetty et al, Pasien geriatrik di rumah sakit
7. 36,35% 63,65%
2018 perawatan tersier

PEMBAHASAN induksi atau penghambatan enzim mikrosomal,


Interaksi obat dengan obat yang lain obat-obatan yang mengikuti kinetika eliminasi
dapat terjadi karena proses farmakokinetika, orde-nol, pasien yang sakit parah, adanya
yaitu pengiriman obat ke tempat kerjanya diubah gangguan ginjal/hati yang signifikan, pasien
oleh obat kedua atau karena proses lansia yang menerima banyak obat (Tripathy,
farmakodinamika, yaitu ketika dua obat bekerja 2013).
pada target yang sama atau saling terkait Berdasarkan hasil studi literatur dapat
sehingga menghasilkan aktivitas sinergis atau diketahui bahwa polifarmasi merupakan salah
antagonis (Shetty et al, 2018). satu faktor yang berpotensi menimbulkan
Interaksi obat-obat dapat terjadi pada interaksi obat. Jumlah obat yang diresepkan juga
obat-obatan berikut, yaitu kurva respons dosis merupakan penentu angka kejadian interaksi.
yang curam/indeks terapi sempit, menyebabkan Semakin banyak jumlah obat yang diresepkan,
Farmaka 98
Volume 19 Nomor 1
maka semakin tinggi pula persentase kejadian Ada bukti bahwa difusi aktif beberapa
interaksi. Sedangkan jika ditinjau dari segi nutrisi, seperti zat besi, kalsium, dan vitamin
mekanisme terjadinya interaksi, interaksi B12 berkurang, namun sebagian besar obat
farmakodinamika adalah mekanisme yang diserap secara pasif dan tampaknya tidak
dominan terjadi pada interaksi obat. terpengaruh. Misalnya, penelitian tentang
Perubahan Farmakokinetik penyerapan penisilin, diazepam, lorazepam,

Farmakokinetika mengacu pada metronidazol, dan indometasin pada lanjut usia

disposisi obat di dalam tubuh. Penyerapan, tidak menunjukkan perbedaan dibandingkan

distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat dengan penyerapan pada subjek yang lebih

dipengaruhi berbagai tingkat oleh proses muda. Penggunaan obat-obatan yang

penuaan normal dan oleh keadaan penyakit yang memperlambat atau menghambat motilitas

umumnya terkait dengan bertambahnya usia gastrointestinal cenderung memiliki efek yang

(Sera & McPherson, 2012). lebih nyata pada absorpsi daripada perubahan

Absorbsi fisiologis (Sera, 2012).


Metabolisme lintas pertama menurun
Banyak perubahan fisiologis yang terjadi
karena penurunan aliran darah hati pada lanjut
dalam saluran gastrointestinal (GI) yang menua,
usia, oleh karena itu, obat dengan rasio ekstraksi
termasuk pengosongan lambung yang tertunda,
yang tinggi (yaitu pembersihannya sangat
penurunan peristaltik, dan transit kolon yang
bergantung pada aliran darah hati yang
lambat, yang secara teoretis dapat
memadai) mungkin telah meningkatkan
mempengaruhi penyerapan obat. Ketersediaan
ketersediaan hayati. Secara klinis, hal ini
hayati beberapa obat dan nutrisi dapat berubah
menunjukkan potensi kebutuhan untuk
pada pasien yang lebih tua karena perubahan
menurunkan dosis awal obat dengan rasio
pada usus dan hati (Sera, 2012).
ekstraksi tinggi seperti desipramine, lidokain,
Administrasi Oral
morfin, nitrogliserin, propranolol, dan verapamil.
Ada beberapa perubahan fisiologis yang Selain itu, metabolisme jalur pertama prodrug,
terjadi pada saluran pencernaan yang menua, seperti beberapa penghambat enzim pengubah
antara lain penurunan aliran darah usus serta angiotensin, juga bisa menurun, mengakibatkan
penurunan motilitas usus dan penundaan penurunan konsentrasi obat aktif dalam plasma
pengosongan lambung yang disebabkan oleh (Sera, 2016).
hilangnya kontrol saraf lokal. Produksi asam Rute Administrasi Lainnya
lambung dapat berkurang, meskipun hal ini
Rute penyerapan obat lainnya juga dapat
dapat disebabkan oleh gastritis atrofi yang lebih
dipengaruhi oleh proses penuaan. Penurunan
sering terjadi pada usia tua daripada proses
perfusi darah jaringan dapat menurunkan
penuaan alami.
Farmaka 99
Volume 19 Nomor 1
kecepatan absorpsi obat subkutan atau (Supartondo, 2015). Selain itu, distribusi obat
intramuskuler. bergantung pada volume distribusinya dan tingkat
Penurunan absorpsi melalui jalur inhalasi pengikatan protein, yang keduanya dapat
dapat terjadi pada lanjut usia. Fisiologi paru-paru dipengaruhi oleh proses penuaan (Sera, 2012).
telah diteliti secara ekstensif dan berubah seiring Ikatan Protein
bertambahnya usia. Pasien yang lebih tua 2 protein pengikat obat utama adalah α -1-
menunjukkan penurunan elastisitas saluran napas, asam glikoprotein dan albumin. Peningkatan α -1-
yang dapat ditingkatkan dengan merokok kronis, asam glikoprotein terlihat pada banyak penyakit
pengerasan tulang rawan kosta, dan melemahnya terkait usia seperti kanker dan penyakit inflamasi
otot pernapasan (Corcoran & Hillyard, 2011). Selain dan dapat menurunkan fraksi bebas aktif secara
itu, banyak pasien yang lebih tua mungkin farmakologis dari lidokain, propranolol, dan obat-
mengalami kesulitan menggunakan perangkat obatan dasar lainnya. Kadar albumin rata-rata 20%
inhalasi dengan tepat karena perubahan terkait usia lebih rendah pada pasien usia lanjut, yang dapat
dan status penyakit seperti osteoatritis dan penyakit meningkatkan fraksi bebas obat asam seperti
Parkinson (Barrons et al, 2011). naproxen, fenitoin, dan warfarin (Sera, 2012).
Penyerapan obat melalui metode pemberian Volume Distribusi
lain juga tampaknya dipengaruhi oleh usia. Para
Volume distribusi adalah istilah yang
lansia ditemukan lebih rentan terhadap efek samping
digunakan untuk menggambarkan rasio total obat
fentanil transdermal daripada subjek yang lebih
dalam tubuh dengan jumlah obat dalam plasma.
muda. Lansia mengalami penipisan epidermis dan
Perubahan komposisi tubuh yang dapat mengubah
melemahnya struktur dermis yang dapat mengubah
volume distribusi pada pasien usia lanjut antara lain
dan kemungkinan meningkatkan penyerapan obat
penurunan jumlah kandungan air dalam tubuh dan
transdermal (Andres et al, 2019).
peningkatan kandungan lemak. Volume distribusi
Distribusi
obat hidrofilik menurun dengan bertambahnya usia
Distribusi obat dipengaruhi oleh berat dan dengan konsekuensi peningkatan konsentrasi obat,
komposisi tubuh, yaitu cairan tubuh, massa otot, sedangkan sebaliknya berlaku untuk obat lipofilik
fungsi, dan peredaran darah berbagai organ (tabel 2).
Tabel 2. Perubahan pada Obat Lipofilik dan Hidrofilik terkait Usia

Obat Dampak pada Usia


Hidrofilik
Etanol Volume distribusi turun
Simetidin Konsentrasi plasma meningkat
Digoksin Waktu paruh turun
Levodopa
Morfin
Propicillin
Lipofilik
Thiopental Volume distribusi meningkat
Farmaka 100
Volume 19 Nomor 1
Obat Dampak pada Usia
Amitriptilin Konsentrasi plasma turun
Diazepam Waktu paruh meningkat
Klomethiazol
Tolbutamid

Saat mengontrol volume distribusi, obat dengan rasio ekstraksi tinggi dibatasi oleh
waktu paruh eliminasi terminal diperpanjang kecepatan aliran darah ke hati. Obat-obatan
pada pasien lanjut usia dibandingkan dengan seperti warfarin dan fenitoin memiliki clearance
pasien berusia kurang dari 50 tahun (945 menit intrinsik yang rendah dan secara perlahan
vs 265 menit) (Andres et al, 2019). Waktu paruh dimetabolisme oleh enzim hati. Obat-obatan ini
plasma suatu obat secara langsung berhubungan tidak terlalu rentan terhadap penurunan atau
dengan volume distribusi. Jika volume metabolisme yang berkepanjangan sebagai
distribusinya meningkat, obat tersebut akibat dari perubahan terkait usia (Sera, 2012).
dipertahankan lebih lama di dalam tubuh. Perubahan Enzim
Penurunan massa otot pada pasien yang lebih tua Metabolisme obat melalui reaksi fase II
juga dapat mempengaruhi volume distribusi. tampak tidak berubah akibat penuaan. Satu studi
Obat-obatan yang aktif dalam jaringan otot, spesimen mikrosomal hati manusia tidak
seperti digoksin, mungkin mengalami penurunan menunjukkan perbedaan antara pasien yang
volume distribusi dan peningkatan konsentrasi lebih tua dan lebih muda dalam aktivitas enzim.
plasma, yang berpotensi menyebabkan toksisitas Meskipun adanya penemuan ini, tampaknya ada
digoksin (Sera, 2012). perbedaan tergantung usia dalam pembersihan
Metabolisme metabolik beberapa obat. Alprazolam dan
Obat dapat dimetabolisme di banyak diazepam ditransformasi oleh enzim fase I
tempat di tubuh, termasuk di kulit, usus, dan menjadi metabolit aktif, yang mungkin memiliki
paru-paru, tetapi hati adalah lokasi utama durasi kerja yang lebih lama pada pasien usia
metabolisme obat. lanjut, sedangkan lorazepam dan oxazepam
Perubahan Fisiologis mengalami konjugasi menjadi metabolit yang

Perubahan fisiologis terkait usia di hati tidak aktif dan tidak terpengaruh oleh penuaan.

termasuk penurunan ukuran sebesar 25% hingga Penurunan ini lebih mungkin disebabkan oleh

35% dan penurunan aliran darah hati lebih dari berkurangnya aliran darah hati daripada

40%. Volume hepatosit tampaknya tidak perubahan spesifik pada enzim hati. Penting

berubah seiring bertambahnya usia, demikian untuk diingat bahwa polifarmasi mungkin

pula kimiawi fungsi hati. Laju metabolisme obat memiliki efek signifikan pada metabolisme hati,

di hati ditentukan oleh aliran darah hati dan karena selain sebagai substrat untuk enzim fase

aktivitas enzim dalam hepatosit. Metabolisme


Farmaka 101
Volume 19 Nomor 1
I, banyak obat yang menghambat atau memicu kreatinin saja bukanlah ukuran yang memadai
aktivitasnya (Sera, 2012). untuk fungsi ginjal pada pasien yang lebih tua.
Ekskresi Pasien lansia dengan massa otot yang menurun

Obat bisa dihilangkan melalui urine, mungkin memiliki kadar kreatinin serum dalam

feses, empedu, atau paru-paru. Rute yang kisaran normal (biasanya 0,8 hingga 1,3 mg/ dL)

menjadi perhatian khusus dalam diskusi tentang tetapi pada kenyataannya memiliki fungsi ginjal

perubahan farmakokinetika terkait usia adalah yang terganggu secara signifikan. Oleh karena

ekskresi ginjal. Fungsi ginjal menurun pada itu, menghitung clearance kreatinin, baik dari

lanjut usia, dengan penurunan progresif pada pengumpulan urine atau dengan menggunakan

massa ginjal, clearance kreatinin, dan laju persamaan matematika seperti rumus Cockcroft-

filtrasi glomerulus. Beberapa penelitian telah Gault, adalah cara yang lebih tepat untuk

menunjukkan penurunan laju filtrasi glomerulus memperkirakan fungsi ginjal (Sera, 2012).

sekitar 1 mL / menit / 1,73 m2 per tahun setelah Farmakodinamika

usia sekitar 40 tahun, yang disebabkan oleh Farmakodinamika adalah studi tentang
berkurangnya jumlah glomeruli yang berfungsi. efek fisiologis dan biokimia yang dimiliki obat
Ukuran ginjal berkurang 20% sampai 30% pada tubuh. Besarnya efek farmakologis obat
antara usia 30 dan 80 tahun, dan analisis bergantung pada jumlah dan afinitas reseptor di
mikroskopis dari ginjal yang lebih tua telah tempat kerja, transduksi sinyal, dan regulasi
menunjukkan peningkatan fibrosis dan atrofi homeostasis. Meskipun ada beberapa dekade
tubular. Penurunan fungsi ginjal secara data klinis yang tersedia tentang farmakokinetika
signifikan memengaruhi eliminasi diuretik, pada lanjut usia, namun ada jauh lebih sedikit
digoksin, litium, dan obat-obatan yang larut tentang farmakodinamika yang berubah pada
dalam air, tetapi sebagian besar penurunan ini populasi ini (Sera, 2012).
tampaknya disebabkan oleh morbiditas yang Mencegah Interaksi Obat-Obat
umumnya terkait dengan usia, daripada proses Jumlah obat yang digunakan untuk
penuaan alami (Sera, 2012). mengobati pasien usia lanjut harus diminimalkan
Kreatinin serum banyak digunakan untuk mengurangi kejadian reaksi merugikan,
sebagai penanda fungsi ginjal dalam praktik potensi interaksi obat-obat, dan kesulitan
klinis, tetapi harus diketahui bahwa hal ini kepatuhan sementara pada saat yang sama
dipengaruhi oleh massa otot, aktivitas fisik, meminimalkan biaya yang terkait dengan
asupan protein, dan sekresi aktif kreatinin oleh farmakoterapi. Interaksi obat dapat dihindari
tubulus proksimal ginjal. Karena penurunan dengan menggunakan obat alternatif dan
klirens ginjal ini, waktu paruh plasma obat yang melakukan pemantauan melalui penggunaan
diekskresikan melalui ginjal menjadi lebih lama Personal Digital Assistant (PDA) genggam dan
dan konsentrasi obat meningkat. Namun, aplikasi komputer lainnya.
Farmaka 102
Volume 19 Nomor 1
Sebuah studi yang dilakukan oleh 12/21/0fc023221965624a644c1111/stati
Kheshti et al (2016) yaitu membandingkan lima stik-penduduk-lanjut-usia-2020.html.
Barrons, R., Pegram, A. and Borries, A., 2011.
perangkat lunak untuk mendeteksi interaksi Inhaler device selection: special
obat-obat. Perbandingan tersebut dilakukan considerations in elderly patients with
chronic obstructive pulmonary
dengan mengevaluasi keakuratan dan
disease. American Journal of Health-
kelengkapan masing-masing perangkat lunak. System Pharmacy, 68(13), pp.1221-
Hasil yang didapatkan yaitu Lexi-Interact dan 1232.
https://doi.org/10.2146/ajhp100452
Micromedex menunjukkan perangkat lunak yang Clegg, A., Young, J, Iliffe, S., Rikkert, M.O., &
memberikan performa yang terbaik yaitu Rockwood, K. 2013. Frailty in elderly
people. Lancet, 381 (9868), 752–762.
menyediakan aplikasi yang paling kompeten,
https://doi.org/10.1016/S0140-
lengkap, dan ramah pengguna. 6736(12)62167-9.
Corcoran TB, Hillyard S. Cardiopulmonary
aspects of anaesthesia for the elderly.
KESIMPULAN Best Pract Res Clin Anaesthesiol 2011;
Sejumlah besar resep pasien usia lanjut 25(3) : 329–54.
https://doi.org/10.1016/j.bpa.2011.07.00
terdiri dari beberapa obat yang berisiko 2.
terjadinya interaksi obat secara potensial. Dasopang, Eva. S, Urip Harahap, Dharma
Interaksi obat yang terjadi dapat berupa interaksi Lindarto. 2015. Polifarmasi dan
Interaksi Obat Pasien Usia Lanjut Rawat
secara farmakokinetika maupun Jalan dengan Penyakit Metabolik. Jurnal
farmakodinamika, dimana pasien usia lanjut Farmasi Klinik Indonesia. Vol. 4 No.4
Hal. 237 – 239.
cenderung mengalami interaksi obat akibat
Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian Dan
perubahan fisiologis tubuh. Bertambahnya usia Alat Kesehatan. 2004. Pedoman
dan polifarmasi diidentifikasi sebagai prediktor Pelayanan Farmasi (Tata Laksana
Terapi Obat) Untuk Pasien Geriatri.
interaksi obat potensial. Jakarta: Departemen Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA Republik Indonesia.
Farinde, A. and Hebdon, M.,
Amarya, S., Singh, K. and Sabharwal, M., 2018. 2019. Pharmacological Considerations
Ageing process and physiological in Gerontology: A Patient-centered
changes. In Gerontology. IntechOpen. Guide for Advanced Practice Registered
https://doi.org/10.1891/9780826127723. Nurses and Related Health Professions.
0001. Springer Publishing Company.
Andres, T.M., McGrane, T., McEvoy, M.D. and http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.762
Allen, B.F., 2019. Geriatric 49.
pharmacology: An Fradgley, S. 2003. Farmasi klinis : Menuju
update. Anesthesiology clinics, 37(3), Pengobatan Rasional dan Penghargaan
pp.475-492. Pilihan Pasien. Penerbit PT Elek Media
https://doi.org/10.1016/j.anclin.2019.04. Komputindo. Jakarta.
007. Herdaningsih, S., Muhtadi, A., Lestari, K. and
Badan Pusat Statistik. 2020. Statistik Penduduk Annisa, N., 2016. Potensi interaksi obat-
Lanjut Usia 2020. Jakarta: Badan Pusat obat pada resep polifarmasi: studi
Statistik. retrospektif pada salah satu Apotek di
https://www.bps.go.id/publication/2020/
Farmaka 103
Volume 19 Nomor 1
kota Bandung. Jurnal farmasi klinik https://doi.org/10.1016/j.cger.2012.01.00
Indonesia, 5(4), pp.288-292. 7.
http://doi.org/10.15416/ijcp.2016.5.4.28 Shetty, V., Chowta, M.N., Chowta K, N.,
8. Shenoy, A., Kamath, A. and Kamath, P.,
Johansson T, Abuzahra ME, Keller S, Mann E, 2018. Evaluation of potential drug-drug
Faller B, Sommerauer C, et al. Impact of interactions with medications prescribed
strategies to reduce polypharmacy on to geriatric patients in a tertiary care
clinically relevant endpoints: a hospital. Journal of aging
sistematic review and meta-analysis. Br research.http://dx.doi.org/10.1155/2018/
J Clin Pharmacol. 2016; (82): 532–48. 5728957.
Kheshti, R., Aalipour, M. and Namazi, S., 2016. Sonnerstam, Eva, Maria Esjolander, Hugo
A comparison of five common drug– Lovheim, Maria Gustafsson. 2018.
drug interaction software programs Clinically Relevant Drug-Drug
regarding accuracy and Interactions among Elderly People with
comprehensiveness. Journal of research Dementia. European Journal of Clinical
in pharmacy practice, 5(4), p.257. Pharmacology (2018) 74:1351-1360.
https://dx.doi.org/10.4103%2F2279- Supartondo, Roosheroe AG. Pedoman memberi
042X.192461. obat pada pasien geriatri serta mengatasi
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. masalah polifarmasi, dalam: Setati S,
Peraturan Menteri Kesehatan No 25 Alwi I, Sudoyono AW, Simadibrata
Tahun 2016 Tentang Rencana Aksi KM, Setiyohadi B, Syam AF. Buku ajar
Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun ilmu penyakit dalam jilid III Edisi VI.
2016 – 2019. Jakarta. Interna Publishing. 2015; 3714-6.
Reinhard, Ezra, M. T. Kamaluddin. 2019. Tripathi, K.D., 2013. Essentials of medical
Potensi Terjadinya Interaksi Obat pharmacology. Seventh Edition. New
Antidiabetik Oral pada Pasie Diabetes Delhi: Jaypee Brothers Medical
Melitus Tipe 2 Usia Lanjut. Sriwijaya Publisher (P) Ltd. pp. 928–934.
Journal of Medicine, Volume 2 No. 3 Utami, Primanitha Ria, Riana Prastiwi
Hal: 205 – 210. Handayani, Vivin Dwi Aprilia
Sera, L. and Uritsky, T., 2016. Pharmacokinetic Puspitasari. 2020. Potensi Interaksi Obat
and pharmacodynamic changes in older pada Pasien Geriatri yang menggunakan
adults and implications for palliative Antihipertensi di Puskesmas
care. Progress in Palliative Care, 24(5), Karanggeneng Lamongan. Jurnal Surya
pp.255-261. Vol. 12, No. 02. Hal: 70 – 76.
http://dx.doi.org/10.1080/09699260.201 Zulkarnaini, A. dan Martini, R.D., 2019.
6.1192319. Gambaran Polifarmasi Pasien Geriatri
Sera, L.C. and McPherson, M.L., 2012. Dibeberapa Poliklinik RSUP Dr. M.
Pharmacokinetics and pharmacodynamic Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
changes associated with aging and Andalas, 8(1S), pp.1-6.
implications for drug therapy. Clinics in https://doi.org/10.25077/jka.v8i1S.916.
geriatric medicine, 28(2), pp.273-286.

Anda mungkin juga menyukai