Anda di halaman 1dari 21

IDENTIFIKASI POTENTIALLY INAPPROPRIATE

MEDICATION (PIM) MELALUI BEERS CRITERIA PADA


PASIEN GERIATRI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH

PROPOSAL

MUH. ILHAM
G70118060

PROGRAM STUDI FARMASI JURUSAN FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
JULI 2021
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul : Identifikasi Potentially Inappropriate Medication (PIM) Melalui


Beers Criteria Pada Pasien Geriatri di Rumah Sakit Umum
Daerah Undata Provinsi Sulawesi Tengah

Nama : Muh. Ilham

Nim : G70118060

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan pada Seminar Proposal

Palu,

Pembimbing I Pembimbing II

(apt. Amelia Rumi, S.Farm., M.Sc) (apt. Muhammad Tamrin Tahir, S.Si.,
M.Farm.Klin)
NIP. 0920048901 NIP.

Mengetahui
Ketua Jurusan Farmasi
FMIPA Universitas Tadulako

(apt. Syariful Anam, S.Si., M.Si., Ph.D.)


NIP. 19800226 2005 01 1 001
IDENTIFIKASI POTENTIALLY INAPPROPRIATE
MEDICATION (PIM) MELALUI BEERS CRITERIA PADA
PASIEN GERIATRI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH

A. Latar Belakang

Geriatri merupakan penduduk yang berusia 60 tahun atau lebih dengan multi
penyakit atau gangguan yang disebabkan oleh penurunan fungsi organ,
psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan
kesehatan terpadu (Kemenkes, 2014). Data penduduk tahun 2017, penduduk
lansia Indonesia terdapat 23,66 juta dan diperkirakan akan terus meningkat
menjadi 27,8 juta yaitu tahun 2020, 33,69 juta yaitu tahun 2025, 40,95 juta
yaitu tahun 2030 dan 48,19 yaitu pada tahun 2035. Peningkatan jumlah lansia
sangat berpengaruh terhadap aspek medis, psikologis, ekonomi dan sosial.
Pada tahun 2015, sekitar 28,62% merupakan angka kesakitan geriatri, yang
artinya 28 dari 100 geriatri mengalami kesakitan dan 47,17% yang
mengalami keluhan kesehatan (Muharni et al., 2019). Perubahan kondisi
fisiologi, peningkatan faktor risiko untuk penyakit yang terkait dengan
penuaan dan peningkatan konsekuensi dalam penggunaan obat rentan terjadi
pada pasien geriatri (Hines & Murphy, 2011).

Pasien geriatri lebih cenderung memliki penyakit lebih dari satu


(multidiagnosa) dan bersifat kronis yang dapat menimbulkan kematian. Oleh
karena itu lebih rentan mendapat peresepan yang tidak tepat (Dasopang et al.,
2015). Pasien geriatri sangat penting untuk terus dilakukan identifikasi
peresepan obat karena kesalahan dalam peresepan obat akan berasosiasi
dengan peningkatan morbiditas, kejadian yang tidak diinginkan tentang obat,
dan mortalitas. Dalam pemilihan obat terhadap geriatri sangatlah kompleks
dikarenakan geriatri sangat rentan terhadap peresepan obat terkait
polifarmasi, adanya penyakit penyerta, serta proses farmakokinetik dan
farmakodinamik terhadap obat yang dapat mengakibatkan perubahan kondisi
fisiologi pasien (Julaiha, 2018).

1
Obat yang berpotensi tidak tepat pada geriatri merupakan masalah yang serius
karena berkaitan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas, dan biaya
kesehatan (Namirah Muh. Syuaib AS et al., 2015). Pengukuran yang dapat
dilakukan terkait keamanan peresepan pada populasi geriatri dimulai dari
tahap outcome eksplisit dan implisit. Penilaian klinis tentang keamanan obat
pada pasien merupakan pengukuran secara implisit. Pengukuran eksplisit
dilakukan berdasarkan penelitian yang sudah dipublikasi, rekomendasi dari
para ahli dan konsensus bersama (Julaiha, 2018).

Beers Criteria salah satu metode yang dapat digunakan untuk penelitian
ketidaktepatan penggunaan obat dan kemungkinan kambuh pada pasien
geriatri. American Geriatrics Society (AGS) pada tahun 2019 telah
memperbaharui Beers criteria. Dalam Beers criteria 2019 terdapat 5 kategori
yaitu obat-obat yang harus dihindari pada sebagian besar lanjut usia
berdasarkan organ sistem, obat yang harus dihindari karena adanya interaksi
antara obat dengan penyakit atau sindrom khusus, obat yang digunakan hati-
hati pada lansia, obat yang digunakan dengan hati-hati, obat yang berpotensi
secara klinis harus dihindari penggunaanya, dan obat yang harus disesuaikan
dosisnya berdasarkan fungsi ginjal individu (Fixen, 2019). Ketidaksesuaian
penggunaan obat yang digunakan dengan perhatian khusus atau dihindari
termasuk dalam daftar beers criteria. Daftar yang termasuk adalah daftar
yang penerapanya mudah, murah, sederhana, dan memiliki bukti yang kuat
dan jelas (Rumore & Vaidean, 2012). Oleh karena itu, untuk menghindari
penggunaan obat yang tidak tepat maka dalam penggunaan obat geriatri
diperlukan pertimbangan yang baik yaitu menghindari penggunaan resep
yang tidak tepat pada pasien geriatri dapat berkontribusi pada perawatan yang
lebih baik.

Penelitian yang dilakukan oleh (Negara et al., 2016) di jember, menunjukkan


bahwa 69 pasien dari 377 pasien geriatri teridentifikasi menerima potensi
penggunaan obat yang tidak tepat (PIM). Dari 69 pasien terdapat 20 kejadian
obat yang masuk dalam Beers Criteria yang memiliki rekomendasi dan bukti

2
yang kuat. Pada penelitian Page et al tentang Beers Criteria, melaporkan
bahwa 27,5% pasien dari 389 pasien geriatri rawat inap mendapatkan dalam
cakupan Beers Criteria, dan 9% mengalami hal yang tidak di inginkan
(Muharni et al., 2019).

Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu merupakan institusi pemerintah


provinsi Sulawesi Tengah yang mencitrakan pelayanan terhadap masyarakat
umum, dan satu-satunya rumah sakit rujukan tertinggi di Sulawesi Tengah.
(Hadijah, 2016). Berdasarkan data dari rekam medis RSUD Undata dalam dua
tahun terkahir pada ruang rawat inap Seroja dan Flamboyan menunjukkan
bahwa pasien geriatri yaitu 574 pasien geriatri pada tahun 2019 dan 320
pasien geriatri pada tahun 2020. Tahun 2020, ruangan Flamboyan terdapat
177 pasien geriatri, dan Seroja terdapat 143 pasien geriatri.

Berdasarkan data tersebut maka perlu dilakukan penelitian terkait obat yang
berpotensi tidak tepat (PIM) di rumah sakit Undata yang komprehensif
sehingga dapat memberikan gambaran umum untuk tenaga kesehatan untuk
mencegah terjadinya penggunaan obat berpotensi tidak tepat (PIM). Dengan
adanya penelitian ini dapat meningkatkan mutu pelayanan tenaga kesehatan
di Rumah Sakit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian


ini yaitu:
1. Bagaimana gambaran umum peresepan obat pada pasien geriatri di RSUD
Undata Provinsi Sulawesi Tengah?
2. Bagaimana presentase jumlah penggunaan obat pasien geriatri berdasarkan
beers criteria di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah?
3. Berapa banyak angka kejadian Potentially Inappropriate Medication
(PIM) pada pasien geriatri di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah?

3
C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini


1. Untuk mengetahui gambaran umum peresepan obat pada pasien geriatri di
RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Untuk mengetahui presentase jumlah penggunaan obat pasien geriatri
berdasarkan beers criteria di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Untuk mengetahui angka kejadian Potentially Inappropriate Medication
(PIM) pada pasien geriatri di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pelayanan


kefarmasian terkait penggunaan obat yang berpotensi tidak tepat pada
pasien geriatri, sehingga dapat mencegah penggunaan obat yang tidak
tepat.

2. Manfaat Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi yang dapat


menunjang proses belajar mengajar untuk kepentingan pendidikan
mengenai penggunaan obat yang berpotensi tidak tepat pada pasien
geriatri.

3. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk


penelitian lain yang terkait penggunaan obat yang berpotensi tidak tepat di
rumah sakit.

E. Batasan Masalah

4
Masalah dalam penelitian ini dbatasi hanya pada tenaga kefarmasian dalam
mencegah penggunaan obat yang berpotensi tidak tepat di RSUD Undata
Provinsi Sulawesi Tengah.

F. Tinjauan Pustaka

1. Geriatri

Geriatri adalah tahapan terakhir dari kehidupan manusia, geriatri lebih


cenderung dengan penurunan daya kemampuan dan kepekaan secara
individual. Meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut
ditandai bahwa struktur penduduk dunia termasuk Indonesia menuju dalam
proses penuaan, peningkatan proporsi pada lansia dalam masyarakat
adalah fenomena di seluruh dunia. Menurut World Health Organization
(WHO) lansia merupakan sekelompok masyarakat yang memiliki masalah
tentang fisik dan mental karena adanya faktor-faktor risiko yang
mempengaruhi tubuh (Indrayani & Ronoatmojo, 2018).

Menurut World Health Organization (WHO) batasan lansia yaitu antara


60-74 tahun meliputi usia lanjut (Elderly), 75-90 tahun meliputi usia lanjut
tua (Old), dan diatas 90 tahun meliputi usia sangat tua (Very Old). Geriatri
merupakan penduduk yang mengalami penurunan fungsi organ dan
memiliki lebih dari satu penyakit, sehingga rentan terhadap faktor risiko
penyakit-penyakit metabolik, diantaranya hipertensi, diabetes melitus,
dislipidemia, dan obesitas. Seiring bertambahnya usia prevalensi penyakit
metabolik meningkat (Dasopang et al., 2015).
2. Masalah Kesehatan Pada Geriatri

Proses penuaan berdampak pada aspek kehidupan baik sosial, ekonomi, da


kesehatan. Dari segi fisik, kognitif, dan psikologis terjadi perubahan
dikarenakan usia terus meningkat (Indrayani & Ronoatmojo, 2018). Kondisi
fisiologis, peningkatan faktor risiko penyakit, dan peningkatan
konsekuensi dalam penggunaan obat rentan terhadap terjadi pada pasien

5
geriatri. Geriatri sering mengalami perubahan farmakokinetik dan
farmakodinamik seperti penurunan metabolisme, kapasitas penyerapan
berkurang, ekskresi ginjal, dan volume yang berubah (Dasopang et al., 2015).

Stanhope dan Lancaster 2016 mengatakan bahwa risiko biologi termasuk


usia, risiko sosial, lingkungan dan risiko perilaku atau gaya hidup
merupakan karakteristik risiko kesehatan. Risiko biologi termasuk risiko
terkait usia di mana fungsi biologi mengalami penurunan akibat proses
penuaan. Risiko sosial dan lingkungan yaitu dengan adanya lingkungan
yang memicu stress. Kemudian, dalam aspek perilaku gaya hidup seperti
kurangnya asupan makanan yang tidak sehat dan aktivitas fisik dapat
menyebabkan penyakit dan kematian. Penurunan status kesehatan fisik
identik dengan lansia. Seiring bertambahnya usia dan status kesehatan
menurun akan memengaruhi kualitas hidup lansia. Penurunan fungsi
tubuh, keseimbangan tubuh, berbagai penyakit, dan risiko jatuh juga
ditimbulkan dari bertambahnya usia. Keinginan lansia agar tetap sehat,
mandiri dan beraktivitas seperti biasanya sangat berlawanan dengan
menurunya status kesehatan lansia (Kiik et al., 2018).

3. Potentially Inappropriate Medication

Potentially Inappropriate Medication (PIM) atau lebih dikenal dengan


penggunaan obat yang berpotensi tidak tepat merupakan pengobatan yang
dikaitkan dengan risiko efek samping terdapat di mana pengobatan lain
yang lebih aman. Faktor yang dapat menyebabkan kesalahan dalam
peresepan dan mengakibatkan kejadian PIM yaitu jumlah obat yang
diberikan pada pasien geriatri (Muharni et al., 2018).
Ketidaktepatan dalam penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping
yang tidak diinginkan. Kebijakan Obat Nasional (KONAS) telah
mengembangkan kebijakan umum untuk farmasi dalam penggunaan obat
yang rasional. Dalam mengatasi hal tersebut, diperlukan data sejauh mana
tingkat permasalahan obat tidak rasional, salah satunya adalah melalui

6
Indikator Peresepan yang ditetapkan oleh World Health Organization
(WHO) (Pratiwi & Sinuraya, 2014).

4. Beers Criteria

Menurut Samuel 2015, Beers criteria merupakan salah satu alat skrining
eksplisit yang dapat mengidentifikasi potensi penggunaan obat tidak tepat
termasuk obat yang sebaiknya dihindari atau dapat dgunakan dengan
perhatian khusus pada pasien geriatri > 65 tahun. Penerapan yang
sederhana, mudah diikuti, dan memiliki bukti yang kuat merupakan
kelebihan dalam menggunakan beers criteria. Beers criteria selalu
diperbaharui mulai dari 1991, 1997, 2003, 2012, 2015, dan terakhir pada
tahun 2019 (Muharni et al, 2019).

5. Akibat Penggunaan Obat Tidak Tepat

Pengobatan yang bersifat multipatologi merupakan pengobatan pada


pasien geriatri sangat kompleks sehingga menyebabkan peningkata jumlah
obat (polifarmasi) yang digunakan dalam kondisi klinis yang berbeda-
beda. Reaksi obat yang tidak dikehendeki (ROTD) dapat terjadi jika
keadaan polifarmasi sering dialami pasien (Wulandari et al., 2016).

Peresepan obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan masalah seperti


resistensi obat antibiotik, pemborosan obat, meningkatnya kejadian efek
samping obat, dan penyebaran infeksi melalui injeksi yang tidak steril.
Sehingga diperlukan penjaminan mutu proses penggunaan obat. Dengan
ini seluruh unit kesehatan bersama dengan pasien dalam mencapai tujuan
terapi diperlukan penggunaan obat yang rasional (Pulungan et al., 2019).

G. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

7
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan
desain penelitian retrospektif dan menggunakan data sekunder dari rekam
medis pasien geriatri. Bahan yang digunakan adalah data rekam medis
pasien geriatri. Data-data ini digunakan untuk menganalisis apakah
pengobatan yang diberikan pasien geriatri sudah tepat.

2. Lokasi dan waktu penelitian

a. Lokasi

Penelitian dilakukan di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.

b. Waktu penelitian

Bulan Juli 2021

3. Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel

a. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien geriatri atau yang
berusia 60 tahun keatas di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah.

b. Sampel

Sampel pada penelitian dipilih secara acak di RSUD Undata Provinsi


Sulawesi Tengah.

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien yang berumur ≥60 tahun.


b. Pasien yang dirawat di RSUD Provinsi Sulawesi Tengah.
c. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

2. Kriteria Eksklusi

a. Tidak bersedia mengikuti penelitian.


b. Pasien yang tidak dirawat di RSUD Provinsi Sulawesi Tengah.

8
c. Pasien dibawah umur 60 tahun.

c. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu semua


pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Untuk menentukan banyaknya sampel yang dibutuhkan yaitu dengan


menggunakan Rumus Slovin:

n = Jumlah Sampel Minimal


N = Jumlah Populasi
e = Batas toleransi kesalahan yaitu 5% atau 0,05

Berdasarkan data rekam medis RSUD tahun 2020 jumlah populasi


pasien geriatri sebanyak 320.

Dik : N = 320 pasien


: e = 0,05
Dit : n .......?
Penyelesaian

n = 177,777

9
Jadi, jumlah sampel minimal dari 320 populasi yaitu 177,777 atau 178

jumlah sampel minimal.

4. Definisi Operasional

a. Potentially Inappropriate Medication (PIM) adalah penggunaan obat


yang berpotensi tidak tepat yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan masyarakat yang serius karena berkaitan dengan peningkatan
morbiditas, mortalitas, dan biaya kesehatan.

b. Beers criteria merupakan panduan yang digunakan dalam penelitian ini


yang dilakukan untuk mengidentifikasi potensi ketidaktepatan
penggunaan obat dengan jelas pada pasien geriatri, dengan cara
pengukuran dari pedoman atau pustaka American Geriatrics Society
(AGS).

Menurut American Geriatrics Society (AGS) pada tahun 2019 terdapat 5


kategori yaitu:
1) Obat-obat yang harus dihindari pada sebagian besar lanjut usia
berdasarkan organ sistem,
2) Obat yang harus dihindari karena adanya interaksi antara obat
dengan penyakit atau sindrom khusus,
3) Obat yang digunakan hati-hati pada lansia,
4) Obat yang digunakan dengan hati-hati, obat yang berpotensi secara
klinis harus dihindari penggunaanya,
5) Obat yang harus disesuaikan dosisnya berdasarkan fungsi ginjal
individu.

c. RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah adalah tempat penelitian ini


yang beralamat di Jl. RE Martadinata, Kota Palu.

10
d. Rawat inap adalah layanan kesehatan di mana pasien menginap
sedikitnya satu hari.

e. Pasien geriatri adalah seluruh pasien yang berusia ≥ 60 tahun yang


menjalani perawatan di instalasi rawat inap RSUD Undata Provinsi
Sulawesi Tengah.

f. Rekam Medis adalah dokumen yang mencakup tentang identitas pasien,


diagnosis penyakit, riwayat penyakit, riwayat pengobatan, dan lain
sebagainya.

g. Diagnosis penyakit merupakan proses penentuan suatu penyakit


berdasarkan tanda dan gejala dengan menggunakan alat pemeriksaan
kesehatan.

h. Penyakit penyerta adalah keadaan di mana terdapat lebih dari satu


penyakit secara bersamaan.

i. Riwayat Pengobatan adalah obat yang digunakan sebelumnya.

j. Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara


biologis sejak seorang lahir.
Kategori:
1. Laki-laki
2. Perempuan
Skala Nominal

k. Jumlah peresepan obat adalah jumlah obat yang diresepkan pada


pasien.
Kategori
1. 0-4
2. 5-9

11
3. ≥10

5. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara mengambil data sekunder


dari pasien geriatri Rumah Sakit Undata. Data sekunder dikumpulkan
melalui rekam medik pasien dan mengidentifikasi obat yang berpotensi
tidak tepat (PIM).

6. Analisis Data

Data dianalasis secara deskriptif mengenai ketidaktepatan pengobatan


pada pasien geriatri yang akan dipaparkan dalam bentuk tabel berdasarkan
usia, jenis kelamin, penggunaan obat dan beers criteria. Dari sampel yang
didapatkan, akan ditentukan berapa persen sampel yang teridentifiksi PIM,
serta obat apa saja yang paling banyak terjadi PIM.

12
7. Skema Kerja

Pasien usia lanjut (≥ 60 tahun) yang


dirawat inap

Demografi Pasien: nomor rekam medis pasien, nama pasien,


usia, jenis kelamin, berat badan, diagnosa utama dan penyerta,
dan data pengobatan.

Identifikasi PIM (Potentially Inappropiate


Medications)

Catat hasil identifikasi PIM

Presentase penggunaan obat untuk mengidentifikasi PIM pada


geriatri berdasarkan beers criteria

Dokumentasi

13
DAFTAR PUSTAKA

Dasopang, E. S., Harahap, U., & Lindarto, D. (2015). Polifarmasi dan Interaksi
Obat Pasien Usia Lanjut Rawat Jalan dengan Penyakit Metabolik.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 4(4), 235–241.

Fixen, D. R. (2019). 2019 AGS Beers Criteria for older adults. Pharmacy Today,
25(11).

Hadijah, H. (2016). Analisis Kualitas Pelayanan Rawat Inap Di Rumah Sakit


Umum Daerah Undata Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Katalogis, 4(7), 118–
129.

Hines, L. E., & Murphy, J. E. (2011). Potentially harmful drug-drug interactions


in the elderly: A review. American Journal Geriatric Pharmacotherapy, 9(6),
364–377.

Indrayani, & Ronoatmojo, S. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kualitas hidup lansia di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan Tahun 2017.
Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(1), 69–78.

Julaiha, S. (2018). Identifikasi Potentially Inappropriate Medications (PIMs)


Berdasarkan Kriteria STOPP START pada Pasien Geriatri Rawat Inap di RS
Advent Bandar Lampung. Jurnal Analis Kesehatan, 7(1), 657.

Kemenkes. (2014). Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Geriatri di Rumah


Sakit. Kemenkes RI. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.

Kiik, S. M., Sahar, J., & Permatasari, H. (2018). Peningkatan Kualitas Hidup
Lanjut Usia (Lansia) Di Kota Depok Dengan Latihan Keseimbangan. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 21(2), 109–116.

14
Muharni, S, Aryani, F., & Fadillah, R. (2018). Analisis Jumlah Obat terhadap
Potentially Inappropriate Medications (PIMs) Berdasarkan Beers Criteria
2015 pada Pasien Hipertensi Geriatri di Puskesmas Sidomulyo Kota
Pekanbaru. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia, 7(2).

Muharni, Septi, Pratiwi, E., Iswari, Y., Tinggi, S., & Farmasi, I. (2019). Analisis
risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki pada pasien hipertensi geriatri di
rsud arifin achmad provinsi riau. Jurnal Ilmiah Manuntung, 5(1), 73–80.

Namirah Muh. Syuaib AS, A., Darmawan, E., & Mustofa, M. (2015).
Penggunaan Potentially Inappropriate Medications (PIMs) Pada Pasien
Geriatri Rawat Inap Osteoarthritis Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Pharmaciana, 5(1), 77–84.

Negara, Y. R., Machlaurin, A., & Rachmawati, E. (2016). Potensi Penggunaan


Obat yang Tidak Tepat Pada Peresepan Pasien Geriatri Rawat Jalan di RSD
dr. Soebandi Jember Berdasarkan Beers Criteria. e-Jurnal Pustaka
Kesehatan, 4(1), 14–19.

Pratiwi, A., & Sinuraya, R. (2014). Analisis Peresepan Obat Anak Usia 2-5 Tahun
di Kota Bandung Tahun 2012. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy,
3(1), 18–23.

Pulungan, R., Chan, A., & Fransiska, E. (2019). Evaluasi Penggunaan Obat
Rasional di Puskesmas Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Dunia Farmasi,
3(3), 144–152.

Rumore, M. M., & Vaidean, G. (2012). Development of a Risk Assessment Tool


for Falls Prevention in Hospital Inpatients Based on the Medication
Appropriateness Index (MAI) and Modified Beer’s Criteria. Innovations in
Pharmacy, 3(1).

15
Wulandari, N., Andrajati, R., & Supardi, S. (2016). Faktor Risiko Umur Lansia
terhadap Kejadian Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki pada Pasien
Hipertensi, Diabetes, Dislipidemia di Tiga Puskesmas di Kota Depok. Jurnal
Kefarmasian Indonesia, 6(1), 60–67.

16
LAMPIRAN

INSTRUMEN PENELITIAN
Identitas Pasien
Indikasi :
Nama pasien :
Jenis kelamin : Laki-laki

Perempuan
Tanggal Lahir :
Umur :
Tanggal MRS :
Tanggal KRS :
Diagnosa Primer :
Diagnosa Sekunder :
Pendidikan :
Pekerjaan :

1. Manifestasi Klinis
Karakteristik Keterangan

Gejala Klinis

Riwayat Penyakit

2. Riwayat Pengobatan
Bentuk
NO Nama Obat Dosis Aturan Pakai Rute
Sediaan

1.

17
2.

3.

4.

3. Durasi Pengujian
Tanggal Pemberian Tanggal Pemberhentian Obat

4. Lama Rawat Inap


Hari Keadaan Pasien

2-5

6-10

11-15

5. Pemeriksaan Ginjal

18
Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan

Ureum

Creatinin

Urin Acid

19

Anda mungkin juga menyukai