Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MANDIRI

MANAGEMENT RUMAH
SAKIT

NAMA : MAROLOPTUA SITOHANG


NIM : 2048201013

S1 FARMASI

UNIVERSITAS

IMELDA MEDAN

T.A 2022 / 2023

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Penggunaan obat rasional merupakan penggunaan obat yang

sesuai dengan kriteria, seperti tepat obat, tepat diagnosis, tepat

indkasi, tepat cara pemakaian, tepat waktu pemberian, tepat kondisi

pasien, tepat lama pemberian dan waspada efek samping

(Kemenkes, 2017). WHO (World Health Organization)

memperkirakan hampir lebih dari setengah dari seluruh obat di dunia

diberikan, dijual dan diresepkan secara tidak tepat dan separuh dari

pasien menggunakan obat dengan tidaktepat (Kemenkes, 2017).

Dimana diketahui penggunaan obat yang tidak rasional seperti

halnya terjadi dampak negatif yang lebih besar dibanding

manfaatnya, yang diterima oleh pasien, terjadi efek samping maupun

resistensi antibiotik, selain itu biaya tidak terjangkau / terlalu mahal

(Kemenkes, 2017). Peresepan obat biasanya dilakukan sebagai

langkah terakhir dalam konsultasi pasien dan dokter (Simatupang,

2012), teapi masih sering terjadikesalahan terapi (medication errors)

/ pemberian terapi.Kesalahan ini biasanya terjadi pada peresepan,

dimana saat pemilihan jenis obat, dosis, cara pemakaian, penulisan

yang sulit dibaca, dimana kejadian tersebut menjadi faktor

pendukung dalam peningkatan kesalahan terapi (Simatupang, 2012).

Pada Sirkesnas 2016, dimana terpilih 400 Puskesmas sebagai

sampel pada 34 provinsi dan 264 kabupaten/kota. Terdapat 35,5%

1
2

Puskesmas yang tidak membuat laporan POR, dengan dilakukannya

teknik sampling pada pelaporan POR ini, menjadikan Puskesmas di

Indonesia tidak semuanya melakukan pelaporan POR. Alasan yang

cukup spesifik yaitu tidak adanya SDM sebanyak 24%, dan sebagian

lainnya karena menyatakan belum diminta atau ditugaskan oleh

dinkes setempat untuk membuat laporan POR (Sirkesnas, 2016).

Capaian indikator POR di Indonesia pada Puskesmas untuk tahun

2016 sebesar 100,86% dengan targetsebesar 45%, dan telah

terealisasikan sebesar 45,3% yang mana telah memenuhi dari target

(Kemenkes RI, 2018). Tetapi untuk tahun 2018 sendiri belum

dilaporkan terkait POR, terlebih pada provinsi Jawa Tengah

(Kemenkes, 2017). Hal ini karena, Keterbatasan SDM baikkualitas

ataupun kuantitas khususnya tenaga farmasi di Puskesmas, belum

sepenuhnya kolaborasi antar tenaga kesehatan di Puskesmas dalam

menunjang pelaksanaan penggunaan obat rasional, terbatasnya

sarana media promosi kepada masyarakat (Kemenkes, 2017).

Evaluasi penggunaan obat rasional ini ditinjau dari peresepan

berdasarkan penyakit, menurut kemenkes 2017, yang mana telah di

cantumkan menggunakan 3 penyakit yaitu ISPA non pneumonia,

Diare non spesifik dan Myalgia (Kemenkes, 2017), selain itu menurut

Dinkes 2017, ketiga penyakit tersebut termasuk dalam prevalensi 10

besar penyakit di Puskesmas kota Semarang pada tahun 2017. ISPA

non pneumonia dan diare non spesifik merupakan penyakit yang

disebabkan oleh virus bukan bakteri jadi pemberian antibiotik tidak

diperlukan (Sauriasari et al., 2017).


3

Pemberian oralit pada diare non spesifik dirasa cukup dalam

mengobati dehidrasinya (Raini et al., 2015). dan pemberian puyer

batuk pilek / baby cough pada balita dirasa sudah cukup (Sauriasari

et al., 2017), sedangkan pada pengobatan myalgia sering diberikan

secarainjeksi, pemberian injeksi dirasa tidak diperlukan dan

seharusnya hanya diberikan pada kondisi tertentu seperti untuk

mendapatkan efek terapi yang lebih cepat ataupun kondisi

kegawatdaruratan, yang mana tidak memungkinkan pemberian

secara oral, akan tetapi pemberian terapi simtomatis pada gejala

myalgia cukup diberikan secara oral karena relatif lebih aman, seperti

paracetamol ataupun golongan NSAID (Dwiprapto, 2006). Maka dari

itu perlu untuk dilakukannya evaluasi penggunaan obat, agar tidak

terjadinya resistensi antibiotik. Begitupun pemberian injeksi myalgia

yang dirasa tidak perlu.

Pada modul penggunaan obat rasional tahun 2011, dikatakan

dalam indiktor fasilitas terdapat 3 yaitu Pengetahuan pasien

mengenai dosis yang benar, ketersediaan Daftar Obat Esensial, dan

ketersediaan key drugs (Kemenkes, 2011). Disini peneliti

menggunakan 2 indikator fasilitas yaitu ketersediaan Daftar Obat

Esensial dan key drugs atau obat obat penting. Dimana dalam

rangka meningkatkan mutu dari pelayanan kesehatan dan menjamin

dari ketersedian obat yang lebih merata dan dapat dijangkau

masyarakat, perlu untuk di susunnya Daftar Obat Esensial Nasional

(DOEN). Daftar Obat Esensial Nasional 2011 menetapkan dalam

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2500/MENKES/SK/XII/2011

harus disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu


4

pengetahuan
5

dan teknologi di bidang farmasi, kedokteran, pola penyakit, serta

dalam program kesehatan (Kemenkes RI, 2013). Maka dari itu

peneliti juga melihat dari ketersediaanobat-obat pentingdandaftar

obat esensial nasional yang mana dijadikan sebagai indikator

fasilitas dalam evaluasi di Puskesmas. DOEN sendiri merupakan

obat pilih yang diperlukan dalam pelayanan kesehatan, melingkupi

dari diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitas, yang diupayakan

tersedianya sebagain fasilitas kesehatan sesuai dengan fungsi dan

tingkatannya (Depkes RI, 2008).

Disini peneliti memilih Puskesmas Ngaliyan dan Bulu lor untuk

di lakukannya pengambilan data terkait evaluasi penggunaan obat

rasional yang ditinjau dari peresepan berdasarkan penyakit dan

fasilitas, adapun alasan pemilihan Puskesmas Ngaliyan dan Bulu lor,

yaitu pada kedua Puskesmas tersebut merupakan Puskesmas

terbesar pada kecamatanya Bulu Lor (semarang Utara), Ngaliyan

(Semarang Barat), selain itu kedua Puskesmas tersebut merupakan

sama-sama Puskesmas yang memiliki wilayah kerja di perkotaan

dan pada kedua Puskesmas tersebut termasuk dalam padat

penduduk, untuk Puskesmas Bulu Lor memiliki jumlah penduduk

51889 jiwa dan Ngaliyan 46383 jiwa, selain itu kedua Puskesmas

tersebut belum pernah dilakukan evaluasi POR sebelumnya (Dinkes

Kota Semarang, 2017)


6

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang tersebut yaitu :

“ Apakah penggunaan obat di Puskesmas Bulu Lor dan Ngaliyan

Sudah Rasional apabila dievaluasi dengan Indikator Peresepan

Berdasarkan Penyakit ISPA Non Pneumonia, Diare Non Spesifik,

Myalgia dan Indikator Fasilitas di Puskesmas Bulu Lor dan Ngaliyan

kota Semarang?”

1.3. Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengevaluasi penggunaan obat di Puskesmas

Bulu Lor dan Ngaliyan sudah rasional.

1.3.2. Tujuan Khusus

Membandingkan penggunaan POR yang ditinjau dari

indikator peresepan berdasarkan penyakit dan indikator

fasilitas dari Puskesmas Bulu Lor dan Ngaliyan.

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

secara ilmiah mengenai kerasionalan penggunaan obat di

Puskesmas Semarang.

1.4.2. Manfaat Praktis

Memberikan informasi terkait pelayanan kesehatan bagi

Dinas kesehatan kota semarang, untuk dilakukanya

peningkatan
6

mutu dari pelayanan kesehatan pada masyarakat kota

semarang, khususnya Puskesmas Bulu Lor dan Ngaliyan

6
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Obat yang Rasional

Penggunaan obat di sarana pelayanan kesehatan umumnya belum rasional.


Penggunaan obat yang tidak tepat ini dapat berupa penggunaan berlebihan,
penggunaan yang kurang dari seharusnya, kesalahan dalam penggunaan resep
atau tanpa resep, polifarmasi, dan swamedikasi yang tidak tepat (WHO, 2010).
Secara praktis, menurut Kementrian RI, (2011) penggunaan obat dikatakan
rasional jika memenuhi kriteria :

Tepat Diagnosis

Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan dengan diagnosis yang tepat. Jika
diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa
mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga
tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya.

Tepat Indikasi Penyakit

Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik, misalnya di indikasikan
untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya di anjurkan untuk
pasien yang member gejala adanya infeksi bakteri.

Tepat Pemilihan Obat

Keputusan untuk melakukan upaya terapi di ambil setelah diagnosis ditegakkan


dengan benar.Dengan demikian obat yang dipilih harus yang memiliki efek
terapi sesuai dengan spektrum penyakit.

Tepat Dosis

Dosis, cara dan lama pemberian obat sangan berpengaruh terhadap efek terapi
obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan
rentang terapi yang sempitakan sangat beresiko timbulnya efek samping.
Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapinya kadar terapi
yang di harapkan.

Tepat Cara Pemberian

7
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
8

Obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak
boleh dicapur dengan susu, karena akan membentuk ikatan, sehingga menjadi tidak
dapat diabsorpsi dan menurunkan efektivitasnya.

Tepat Waktu Interval Pemberian

Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis, agar
mudah di taati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari
(misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang
harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum
dengan interval setiap 8 jam.

Tepat Lama Pemberian

Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing – masing. Untuk
tuberkolosis dan kusta, lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan. Lama
pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10-14 hari. Pemberian obat
yang terlalu singkat atau terlalu lama dari yang seharusnya akan berpengaruh
terhadap hasil pengobatan.

Waspada Terhadap Efek Samping

Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan
yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena itu muka merah
setelah pemberian atropine bukan alergi, tetapi efek samping sehubugan
vasodilatasi pembuluh darah di wajah. Pemberian tetrasiklin tidak boleh dilakukan
pada anak kurang dari 12 tahun, karena menimbulkan kelainan pada gigi dan tulang
yang sedang tumbuh.

Tepat Penilaian Kondisi Pasien

Respon individu terhadap efek obat sangat beragam.Hal ini lebih jelas terlihat
pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida.

Tepat Informasi

Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam
menunjang keberhasilan terapi.

Tepat Tindak Lanjut (Follow-up)

Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan upaya tindak
lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau mengalami efek
samping.
8
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
9

Tepat Penyerahan Obat (Dispensing)

8
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
9

Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat


dan pasien sendiri sebagai konsumen.

Pada saat resep dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di Puskesmas,
apoteker/asisten apoteker menyiapkan obat yang dituliskan peresep pada
lembar resep untuk kemudian diberikan kepada pasien. Proses penyiapan dan
penyerahan harus dilakukan secara tepat, agar pasien mendapatkan obat
sebagaimana harusnya. Dalam menyerahkan obat juga petugas juga harus
memberikan informasi yang tepat kepada pasien.

Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan, ketidaktaatan minum


obat umumnya terjadi pada keadaan beikut :

Jenis dan/atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak

Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering

Jenis sediaan obat terlalu beragam

Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi

Pasien tidak mendapatkan informasi/penjelasan yang cukup mengenai cara


minum/menggunakan obat.

Timbulnya efek samping (misalnya ruam kulit dan nyeri lambung), atau efek
ikatan (urin menjadi merah karena minum rifamfisin) tanpa diberikan penjelasan
terlebih dahulu.

Obat dengan resep (Prescribing Drug)

Obat Keras

Obat keras adalah obat – obatan yang tidak digunakan untuk keperluan tekhnik,
yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan,
mendesinfeksikan dan lain – lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan maupun
tidak, yang ditetapkan oleh Secretaris Van Staat, Hoofd van het Departement van
Gesondheid, menurut ketentuan pasal 2 (UU Obat Keras, 1949).

Menurut United Health Care, (2013) Obat – obat yang umumnya masuk ke dalam
golongan obat keras (Prescription Drug List) ini antara lain:

Anti-Invective

9
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
1

Terdiri dari antibiotika, antifungi, antivirus.

Kardiovaskular/Heart Disease

Terdiri dari terapi koagulasi, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan

lainnya. Obat Sistem Saraf Pusat

Terdiri dari depresi, migrain, multiple sclerosis, sedative/hipnotik dan lainnya.

Dermatologi

Diabetes

Terdiri dari monitoring gula darah, insulin, non

insulin. Endokrin

Terdiri dari growth

hormone. Eye Condition

Terdiri dari, alergi, antibiotika dan glaucoma.

Gastrointestinal

Terdiri dari, penekan asam, mual

muntah. Men’s Health

Terdiri dari, disfungsi ereksi, prostat.

Miscellaneous

Terdiri dari miscellaneous, overactive bladder.

Musculoskeletal

Terdiri dari, osteoporosis, pain relief, rheumatoid arthritis,dan lainnya.

Pernafasan

Terdiri dari, Asma, COPD, nasal allergi, oral allergi

Women’s Health

10
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
1

Terdiri dari, kontrasepsi, estrogen/progesterone, vitamin saat hamil.

Psikotropik

Psikotropik adalah obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat mempengaruhi


susunan syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku. Obat golongan ini hanya boleh dijual dengan resep dokter dan
diberi tanda huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contohnya : Diazepam, Phenobarbital (Depkes RI, 2008).

Narkotika

Narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis
ataupun sem sintesis , yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dari
dokter. Contohnya : Morfin, Petidin (Permenkes RI, 2015).

Obat tanpa Resep (Over The Counter Drug)

OTC Adalah obat non resep yang biasanya tidak tercakup oleh mediacare rencana
obat resep, serta digunakan untuk pengobatan kondisi medis seperti, demam dan
batuk, nyeri, diare dan ketidaknyamananan perut (OTC Medication Guide, 2011).

Golongan obat yang termasuk kedalam OTC adalah obat bebas, obat bebas
terbatas dan obat wajib apotek (OWA). Menurut National OTC

Medicines Program, (2015) daftar obat yang termasuk kedalam obat tanpa resep
(OTC) adalah sebagai berikut :

Analgetik

Analgetik pada OTC dimaksudkan untuk penangan nyeri dan demam sementara.
Contohnya
: parasetamol, ibuprofen, asam asetilsalisilat.

Obat batuk

Sebagai pengencer dahak. Contohnya : bromhexin,

guaifenesin. Antialergi

11
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
1

Antialergi yang biasa digunakan adalah tablet antihistamin, contohnya cetirizine,

loratadine. Obat gastrointestinal

Dimaksudkan untuk perawatan gejala gastrointestinal, yang paling sering digunakan


adalah obat pencahar dan obat obat utuk pengobatan sakit maag. Contoh: antasida,
sukralfat.

Sistem fungi sebagai suplmen pengobatan topical

Biasanya yang tersedia sebagai OTC yaitu kapsul Flukonazol.

Media Sosial Sebagai Sarana

Edukasi Edukasi

Edukasi atau pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu.
Tujuan dari pesan tersebut adalah agar mereka dapat memperoleh pengetahuan
yang lebih baik tentang kesehatan (Notoatmojo, 2003).

Media

sosial

Definisi

Media sosial adalah suatu media yang dipahami sebagai sekelompok jenis media
online, yang terbagi atas lima karakteristik menurut volt, 2013 yaitu:

Partisipasi

Sosial media mendorong kontribusi dan umpan balik dari setiap orang yang
tertarik.Hal ini mengaburkan batas antara media dan penonton.

Keterbukaan

Media sosial terbuka untuk umpan balik dan partisipasi. media mendorong voting,
komentar dan berbagi informasi. Jarang ada hambatan untuk mengakses dan
memanfaatkan konten – konten yang disukai.

Percakapan

12
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
1

Apabila media tradisional adalah tentang “broadcast” (konten ditransmisikan atau


didistribusikan kepada audiens) media sosial lebih baik dilihat sebagai percakapan
dua arah.

Komunitas

Media sosial memungkinkan komunitas untuk terbentuk dengan cepat dan


berkomunikasi secara efektif.Komunitas berbagi kepentingan bersama.

Keterhubungan

Sebagian besar jenis media sosial berkembang pada keterhubungsn mereka,


memanfaatkan link ke situs lain, sumber daya dan orang orang di dalamnya.

Keuunggulan Media Sosial

Media sosial memiliki banyak keunggulan yang diantaranya yaitu dapat digunakan
untuk mempublikasikan diri, pekerjaan, pendapat pribadi, kejadian sehari - hari dari
diri sendiri. Dengan media sosial, berkomunikasi secara online dapat dilakukan
dengan lebih mudah dan murah daripada harus bertatap muka. Kemudian kolaborasi
dan komunikasi antar wilayah, antar benua (lintas batas) dapat dimungkinkan dalam
media sosial ini, hal tersebut brarti menghilangkan hambatan- hambatan bagi orang –
orang yang ingin berhubungan dengan orang lain, tanpa memperhitungkan hambatan
jarak, hambatan waktu, hambatan

biaya, hambatan sosial budaya, termasuk hambatan gender dan usia (Kaplan, 2010).

Salah satu bentuk media sosial adalah jejaring sosial, berguna untuk
memudahkan pencarian informasi tentang subjek dan objek apapun juga dan
dari mana saja. Dengan dekian dapat memberikan konteks dan nilai tambah
pengetahuan dan dunia edukasi (Kaplan, 2010).

WhatssApp Messanger

WhatssApp messanger (WA) adalah salah satu aktor perkembangan mobile


messanger yang paling bayak digemari oleh pengguna di seluruh dunia. WA
merupakan aplikasi lintas platform yag memungkinkan kita bertukar pesan tanpa
biaya SMS, karena WA menggunakan paket data internet yang sama untuk email,
browsing web, dan lain-lainnya. Aplikasi WA menggunakan 3G atau WiFi untuk
berkomunikasi data. Dengan menggunakan WA, kita dapat melakukan obrolan
online, mengirim berbagai file, bertukar foto, sharring informasi, dan lain-lainnya
(Primariawan, 2014).

13
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
1

Keputusan untuk melakukan upaya terapi di ambil setelah diagnosis ditegakkan


dengan benar.Dengan demikian obat yang dipilih harus yang memiliki efek
terapi sesuai dengan spektrum penyakit.

4.Tepat Dosis

Dosis, cara dan lama pemberian obat sangan berpengaruh terhadap efek terapi
obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan
rentang terapi yang sempitakan sangat beresiko timbulnya efek samping.
Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapinya kadar terapi
yang di harapkan.

a.Tepat Cara Pemberian

Obat antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak
boleh dicapur dengan susu, karena akan membentuk ikatan, sehingga menjadi tidak
dapat diabsorpsi dan menurunkan efektivitasnya.

b.Tepat Waktu Interval Pemberian

Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis, agar
mudah di taati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari
(misalnya 4 kali sehari), semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang
harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum
dengan interval setiap 8 jam.

c.Tepat Lama Pemberian

Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing – masing. Untuk
tuberkolosis dan kusta, lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan. Lama
pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10-14 hari. Pemberian obat yang
terlalu singkat atau terlalu lama dari yang seharusnya akan berpengaruh terhadap
hasil pengobatan.

5.Waspada Terhadap Efek Samping

Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan
yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena itu muka merah
setelah pemberian atropine bukan alergi, tetapi efek samping sehubugan
vasodilatasi pembuluh darah di wajah. Pemberian tetrasiklin tidak boleh dilakukan
pada anak kurang dari 12 tahun, karena menimbulkan kelainan pada gigi dan tulang
yang sedang tumbuh.

6.Tepat Penilaian Kondisi Pasien

Respon individu terhadap efek obat sangat beragam.Hal ini lebih jelas terlihat
pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida.

14
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
1

7.Tepat Informasi

Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam
menunjang keberhasilan terapi.

8.Tepat Tindak Lanjut (Follow-up)

Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan upaya tindak
lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau mengalami efek
samping.

9.Tepat Penyerahan Obat (Dispensing)

Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat


dan pasien sendiri sebagai konsumen.

Pada saat resep dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di Puskesmas,
apoteker/asisten apoteker menyiapkan obat yang dituliskan peresep pada lembar
resep untuk kemudian diberikan kepada pasien. Proses penyiapan dan
penyerahan harus dilakukan secara tepat, agar pasien mendapatkan obat
sebagaimana harusnya. Dalam menyerahkan obat juga petugas juga harus
memberikan informasi yang tepat kepada pasien.

10.Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan, ketidaktaatan


minum obat umumnya terjadi pada keadaan beikut :

a.Jenis dan/atau jumlah obat yang diberikan terlalu banyak

b.Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering

c.Jenis sediaan obat terlalu beragam

d.Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi

e.Pasien tidak mendapatkan informasi/penjelasan yang cukup mengenai cara


minum/menggunakan obat.

f.Timbulnya efek samping (misalnya ruam kulit dan nyeri lambung), atau efek ikatan
(urin menjadi merah karena minum rifamfisin) tanpa diberikan penjelasan terlebih
dahulu.

B. Obat dengan resep

(Prescribing Drug) 1.Obat Keras

Obat keras adalah obat – obatan yang tidak digunakan untuk keperluan tekhnik,
yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan,
mendesinfeksikan dan lain – lain tubuh manusia, baik dalam bungkusan maupun
tidak, yang ditetapkan oleh Secretaris
15
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
1

Van Staat, Hoofd van het Departement van Gesondheid, menurut ketentuan
pasal 2 (UU Obat Keras, 1949).

Menurut United Health Care, (2013) Obat – obat yang umumnya masuk ke dalam
golongan obat keras (Prescription Drug List) ini antara lain:

a.Anti-Invective

Terdiri dari antibiotika, antifungi, antivirus.

b.Kardiovaskular/Heart Disease

Terdiri dari terapi koagulasi, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan

lainnya. c.Obat Sistem Saraf Pusat

Terdiri dari depresi, migrain, multiple sclerosis, sedative/hipnotik dan lainnya.

d.Dermatologi

e.Diabetes

Terdiri dari monitoring gula darah, insulin, non

insulin. f.Endokrin

Terdiri dari growth hormone.

g.Eye Condition

Terdiri dari, alergi, antibiotika dan glaucoma.

h.Gastrointestinal

Terdiri dari, penekan asam, mual

muntah. i.Men’s Health

Terdiri dari, disfungsi ereksi, prostat.

j.Miscellaneous

Terdiri dari miscellaneous, overactive bladder.

k.Musculoskeletal

Terdiri dari, osteoporosis, pain relief, rheumatoid arthritis,dan lainnya.

l.Pernafasan

Terdiri dari, Asma, COPD, nasal allergi, oral allergi

16
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
1

m.Women’s Health

Terdiri dari, kontrasepsi, estrogen/progesterone, vitamin saat hamil.

2.Psikotropik

Psikotropik adalah obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat mempengaruhi


susunan syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan perilaku. Obat golongan ini hanya boleh dijual dengan resep dokter dan
diberi tanda huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contohnya : Diazepam, Phenobarbital (Depkes RI, 2008).

3.Narkotika

Narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis
ataupun sem sintesis , yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dari
dokter. Contohnya : Morfin, Petidin (Permenkes RI, 2015).

C. Obat tanpa Resep (Over The Counter Drug)

OTC Adalah obat non resep yang biasanya tidak tercakup oleh mediacare rencana
obat resep, serta digunakan untuk pengobatan kondisi medis seperti, demam dan
batuk, nyeri, diare dan ketidaknyamananan perut (OTC Medication Guide, 2011).

Golongan obat yang termasuk kedalam OTC adalah obat bebas, obat bebas
terbatas dan obat wajib apotek (OWA). Menurut National OTC

Medicines Program, (2015) daftar obat yang termasuk kedalam obat tanpa resep
(OTC) adalah sebagai berikut :

1.Analgetik

Analgetik pada OTC dimaksudkan untuk penangan nyeri dan demam sementara.
Contohnya
: parasetamol, ibuprofen, asam asetilsalisilat.

2.Obat batuk

Sebagai pengencer dahak. Contohnya : bromhexin,

guaifenesin. 3.Antialergi

Antialergi yang biasa digunakan adalah tablet antihistamin, contohnya cetirizine,

loratadine. 4.Obat gastrointestinal

17
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
1

Dimaksudkan untuk perawatan gejala gastrointestinal, yang paling sering digunakan


adalah obat pencahar dan obat obat utuk pengobatan sakit maag. Contoh: antasida,
sukralfat.

5.Sistem fungi sebagai suplmen pengobatan topical

Biasanya yang tersedia sebagai OTC yaitu kapsul

Flukonazol.

D. Media Sosial Sebagai

Sarana Edukasi 1.Edukasi

Edukasi atau pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu.
Tujuan dari pesan tersebut adalah agar mereka dapat memperoleh pengetahuan
yang lebih baik tentang kesehatan (Notoatmojo, 2003).

2.Media

sosial

a.Definisi

Media sosial adalah suatu media yang dipahami sebagai sekelompok jenis media
online, yang terbagi atas lima karakteristik menurut volt, 2013 yaitu:

1)Partisipasi

Sosial media mendorong kontribusi dan umpan balik dari setiap orang yang
tertarik.Hal ini mengaburkan batas antara media dan penonton.

2)Keterbukaan

Media sosial terbuka untuk umpan balik dan partisipasi. media mendorong voting,
komentar dan berbagi informasi. Jarang ada hambatan untuk mengakses dan
memanfaatkan konten – konten yang disukai.

3)Percakapan

Apabila media tradisional adalah tentang “broadcast” (konten ditransmisikan atau


didistribusikan kepada audiens) media sosial lebih baik dilihat sebagai percakapan
dua arah.

4)Komunitas

Media sosial memungkinkan komunitas untuk terbentuk dengan cepat dan


18
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
1

berkomunikasi secara efektif.Komunitas berbagi kepentingan bersama.

5)Keterhubungan

19
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016
1

Sebagian besar jenis media sosial berkembang pada keterhubungsn mereka,


memanfaatkan link ke situs lain, sumber daya dan orang orang di dalamnya.

b.Keuunggulan Media Sosial

Media sosial memiliki banyak keunggulan yang diantaranya yaitu dapat digunakan
untuk mempublikasikan diri, pekerjaan, pendapat pribadi, kejadian sehari - hari dari
diri sendiri. Dengan media sosial, berkomunikasi secara online dapat dilakukan
dengan lebih mudah dan murah daripada harus bertatap muka. Kemudian
kolaborasi dan komunikasi antar wilayah, antar benua (lintas batas) dapat
dimungkinkan dalam media sosial ini, hal tersebut brarti menghilangkan hambatan-
hambatan bagi orang – orang yang ingin berhubungan dengan orang lain, tanpa
memperhitungkan hambatan jarak, hambatan waktu, hambataN biaya, hambatan
sosial budaya, termasuk hambatan gender dan usia (Kaplan, 2010).

Salah satu bentuk media sosial adalah jejaring sosial, berguna untuk
memudahkan pencarian informasi tentang subjek dan objek apapun juga dan
dari mana saja. Dengan dekian dapat memberikan konteks dan nilai tambah
pengetahuan dan dunia edukasi (Kaplan, 2010).

3. WhatssApp Messanger

WhatssApp messanger (WA) adalah salah satu aktor perkembangan mobile


messanger yang paling bayak digemari oleh pengguna di seluruh dunia. WA
merupakan aplikasi lintas platform yag memungkinkan kita bertukar pesan tanpa
biaya SMS, karena WA menggunakan paket data internet yang sama untuk email,
browsing web, dan lain-lainnya. Aplikasi WA menggunakan 3G atau WiFi untuk
berkomunikasi data. Dengan menggunakan WA, kita dapat melakukan obrolan
online, mengirim berbagai file, bertukar foto, sharring informasi, dan lain-lainnya
(Primariawan, 2014).

20
Pengaruh Edukasi Media..., Pegy Virginia, Fak. Farmasi UMP 2016

Anda mungkin juga menyukai