Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KELOMPOK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM HIPERTENSI DAN FAKTOR


YANG BERPERAN TERHADAP RENDAHNYA NILAI IKS DI DESA
MEKAR SARI DALAM WILAYAH KERJA PUSKESMAS NARMADA
TAHUN 2017/2018

Diajukan Sebagai Bagian dari Persyaratan Menyelesaikan Kepaniteraan Ilmu


Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Disusun Oleh

1. AINUN FAHIRA (H1A012005)


2. BAIQ NINDYA AULIA (H1A013011)
3. I MADE DWI DANANJAYA (H1A013028)
4. NANANG BAGUS HARDIANSYAH (H1A013042)
5. FATAROSDIANA (H1A013023)
6. ROHMATUL HAJIRIAH N (H1A013056)
7. SITI NURUL MUHARROM (H1A013060)

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
PUSKESMAS NARMADA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu investasi untuk mendukung pembangunan

ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah suatu keadaan

sehat yang utuh secara fisik, mental, dan sosial serta bukan hanya merupakan

bebas dari penyakit. Namun seiring dengan usaha-usaha untuk menciptakan

keadaan tersebut, muncul berbagai masalah kesehatan. Di Indonesia masalah

kesehatan masih belum dapat ditangani, baik terkait penyakit menular maupun

tidak menular.(masalah kesehatan yang lain selain penyakit menular sma tidk

menular) .Adanya peningkatan resiko terjadinya penyakit degeneratif dan

penyakit tidak menular (non-communicable disease) (bisa disebutin contoh

penyakitnya apa) terutama disebabkan oleh perubahan gaya hidup masyarakat,

sehingga dengan terbentuknya sistem pelayanan kesehatan yang semakin maju

dan modern, diharapkan program-program kesehatan saat ini mampu menangani

berbagai masalah kesehatan dengan baik dan tepat sasaran.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2015 dari World

Health Statistic, jumlah kasus kematian ibu (maternal mortality) masih cukup

tinggi yakni sejumlah 126 per 100.000 penduduk yang lahir hidup. Indonesia

menduduki peringkat ke-7 dengan kematian Ibu terbanyak di South East Asian

Region (SEAR), dimana persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di

Indonesia yaitu sebesar 87% dari jumlah keseluruhan. (berarti 13% nya tenaga
non kesehatan?) Jumlah Kasus tuberkulosis (TB) paru di Indonesia masih

menduduki peringkat ke-3 di SEAR yaitu sebesar 395 per 100.000 penduduk.

Angka mortality rate penyakit tidak menular yakni sebesar 26,6% dan

diperkirakan menduduki peringkat pertama di SEAR.

Data Penggunaan KB di Indonesia sebesar 78,8%. Sanitasi ( water sanitation

hygene) dan kematian akibat kurangnya penggunaan air bersih sejumlah 3,6 per

100.000 penduduk. Selain itu, jumlah perokok di Indonesia paling tinggi di SEAR

yakni di Indonesia, dimana diperkirakan masing-masing untuk perokok pria dan

wanita sebesar 68% dan 4 % pada tahun 2010 dan diperkirakan tahun 2025

sebesar 87% pria yang merokok dan 3% diantaranya adalah wanita. Vaccine

coverage atau penerapan imunisasi dasar sebesar 81%.(tahun berapa?) Angka

stunting sebesar 36,4%.%.(tahun berapa?) terbentuknya kebijakan pemerintah

terkait jaminan kesehatann Nasional diharapkan mampu menurunkan tingginya

permasalahan kesehatan di Indoensia dan ditargetkan pada tahun 2019 seluruh

masyarakat Indonesia sudah terdaftar sebagai peserta JKN.

Berdasarkan Laporan Bulanan (LB1) tahun 2016 menurut profil kesehatan

Nusa Tenggara Barat (NTB), kesakitan di puskesmas yang paling banyak adalah

infeksi akut saluran pernapasan bagian atas, hipertensi, penyakit pada sistem otot

dan jaringan pengikat(bahasanya diganti yng mdah dipahami ya hehe), gastritis,

penyakit kulit, diare, common cold, penyakit lain pada saluran pernapasan bagian

atas, penyakit kulit, alergi dan asma. Hal yang perlu diperhatikan dari data

kunjungan tahun 2016 adalah peningkatan pada penyakit saluran napas bagian

atas.(jika bisa disertai data, kenapa menjadi perhatian) Sedangkan faktor yang
memicu tingginya angka kejadian hipertensi (kenapa langsung spesifik ke

hipertensi ?) adalah perubahan lifestyle, seperti kurangnya aktivitas fisik, sering

mengkonsumsi fast food, junk food dan faktor stress.

Adanya berbagai permasalah kesehatan yang terjadi di Indonesia, pemerintah

memberikan solusi dalam memenuhi dan menangani masalah kesehatan tersebut

dalam Program Indonesia Sehat. Program Indonesia Sehat merupakan salah satu

program dari agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu meningkatkan kualitas hidup

masyarakat Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu

Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia

Sejahtera. Program Indonesia Sehat adalah salah satu program dalam

meningkatkan derajat kesehatan dan penguatan pelayanan kesehatan, dalam

menjalankan program ini dilakukan dengan metode pendekatan keluarga,

sehingga disebut sebagai Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

(PIS-PK). Adapun bagaimana tujuan dan pedoman penyelenggaraan PIS PK telah

diatur dalam PERMENKES No. 39 tahun 2016.

Dengan adanya PIS-PK diharapkan dapat mewujudkan suatu keluarga sehat

berdasarkan indikator keluarga sehat. Indikator keluarga sehat yang telah disusun

oleh Kementerian Kesehatan Nasional terdiri dari 12 indikator keluarga sehat

yakni terdapat 3 indikator utama yakni program gizi, kesehatan ibu dan anak yang

terdiri dari keluarga mengikuti KB, ibu bersalin di fasilitas kesehatan, bayi

mendapat imunisasi dasar lengkap, bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan,

pertumbuhan balita dipantau tiap bulan. Selanjutnya Pengendalian Penyakit

Menular & Tidak Menular: Penderita TB paru berobat sesuai standar, penderita
hipertensi berobat teratur, gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan, perilaku dan

kesehatan lingkungan: Tidak ada anggota keluarga yang merokok, keluarga

mempunyai akses terhadap air bersih keluarga mempunyai akses atau

menggunakan jamban sehat, sekeluarga menjadi anggota JKN/askes.

Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan tingkat pertama yang

akan menjalankan PIS-PK. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas

untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan atau meningkatkan

akses pelayanan kesehatan dengan mendatangi keluarga. Saat ini PIS-PK sedang

berlangsung di berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya adalah Puskesmas

Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Puskesmas

Narmada memiliki 11 Desa dalam wilayah kerjanya dan sudah didapatkan hasil

program tersebut pada 10 Desa, dimana didapatkan nilai IKS terendah pada Desa

Mekar Sari. Dalam 12 indikator PIS-PK, indikator pasien hipertensi yang berobat

dengan teratur memiliki nilai yang paling rendah pada Desa tersebut.

Dengan didapatkannya hasil tersebut, peneliti ingin mengetahui dan

mengevaluasi faktor-faktor yang berperan terhadap nilai IKS pada Desa Mekar

Sari terutama terkait dengan indikator pengobatan hipertensi.

1.2. Rumusan masalah

a. Apa saja faktor-faktor yang berperan dalam rendahnya persentase pasien

hipertensi yang berobat secara teratur di desa Mekar Sari Narmada ?

b. Apa saja intervensi lanjutan yang dapat dilakukan untuk menangani

permasalahan terkait pengobatan hipertensi secara teratur di desa Mekar

Sari Narmada ?
1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengevaluasi faktor-faktor yang berperan dalam rendahnya

persentase pasien hipertensi yang berobat secara teratur di desa Mekar

Sari Narmada

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang berperan dalam

meningkatnya kasus hipertensi di desa Mekar Sari Narmada.

b. Untuk mengetahui intervensi apa saja yang sudah dilakukan pada

kasus penyait hipertensi di desa Mekar Sari Narmada.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai

faktor apasaja yang berperan dalam peningkatan kasus hipertensi

didesa Mekar Sari Narmada.

1.4.2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan infomasi kepada

masyarakat mengenai permasalahan kesehatan dan intervensi yang

dilakukan didesa Mekar Sari Narmada.

1.4.3. Bagi Institusi

Melalui penelitian ini, Puskesmas Narmada dapat mengetahui hasil

evaluasi yang dilakukan terkait dengan faktor yang berperan dalam

peningkatan kasus hipertensi di desa Mekar Sari Narmada.


(perbaiki bahasanya ya mbak nun  dan jangan lupa sitasi vancouver)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, Puskesmas

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dalam melaksanakan

tugasnya, Puskesmas menyelenggarakan fungsinya sebagai berikut: 1

1. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatana Masyarakat) tingkat pertama,

yakni kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas

yang berfokus kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan.

2. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) tingkat pertama,

yakni kegiatan-kegiatan yang dilakukan tenaga medis atau pun paramedis di

puskesmas yang berfokus pada individu/perorangan untuk menyembuhkan

penyakit.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai apabila fungsi

UKM dan UKP seimbang dalam penyelenggaraannya. UKP saja dengan program

jaminan kesehatan nasional (JKN) yang diikuti oleh seluruh rakyat belum cukup

untuk mengangkat derajat kesehatan masyarakat, sehingga penguatan UKM di

Puskesmas wajib diperlukan, yang mencakup dua macam UKM, yaitu UKM
esensial dan UKM pengembangan. Puskesmas wajib melaksanakan UKM

esensial yang meliputi: 1

a. Pelayanan promosi kesehatan.

b. Pelayanan kesehatan lingkungan.

c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.

d. Pelayanan gizi.

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit (baik penyakit menular

maupun penyakit tidak menular).

Jika UKM esensial telah dapat dilaksanakan, Puskesmas dapat menambah

pelayanannya dengan melaksanakan UKM pengembangan, berdasarkan

permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan

kemampuan puskesmas. Namun demikian, pelaksanaan UKM tidak mudah,

karena terdapat tiga kegiatan utama berikut yang harus dilakukan: 2

1. Mengupayakan agar pembangunan semua sektor berwawasan kesehatan,

artinya pembangunan di sektor lain harus memperhitungkan kesehatan,

yakni mendukung atau minimal tidak merugikan kesehatan. Wujud

kegiatannya adalah dengan mengembangkan konsep institusi sehat seperti

sekolah sehat, pesantren sehat, masjid sehat, pasar sehat, warung sehat,

kantor sehat, dan lain-lain.

2. Memberdayakan masyarakat, yakni mengorganisasikan gerakan atau peran

serta masyarakat untuk pembangunan kesehatan, yang berupa berbagai

bentuk UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) seperti Posyandu,


Posbindu Penyakit Tidak Menular, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), SBH

(Saka Bhakti Husada), Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren), dan lain-lain.

3. Memberdayakan keluarga, yakni menggugah partisipasi segenap keluarga

(sebagai kelompok masyarakat terkecil) untuk berperilaku hidup sehat,

mencegah jangan sampai sakit, bahkan meningkatkan derajat kesehatannya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan perannya sebagai

penanggung jawab wilayah, Puskesmas memiliki dua upaya yang harus

dilaksanakan secara seimbang, yakni UKP dengan pendekatan JKN dan

Penguatan Pelayanan Kesehatan, serta UKM dengan pendekatan Pemberdayaan

Keluarga, Pemberdayaan Masyarakat, dan Pembangunan Berwawasan Kesehatan.

Kedua upaya tersebut secara sinergis akan menuju kepada tercapainya keluarga-

keluarga sehat di wilayah kerja Puskesmas.

Dalam rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmas didukung

oleh jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.

Jaringan pelayanan Puskesmas mencakup fasilitas berikut.3

1. Puskesmas pembantu yang memberikan pelayanan kesehatan secara

permanen di suatu lokasi dalam wilayah kerja Puskesmas.

2. Puskesmas keliling yang memberikan pelayanan kesehatan yang sifatnya

bergerak (mobile), untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan

bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang belum terjangkau

oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas.

3. Bidan desa yang ditempatkan dan bertempat tinggal pada satu desa dalam

wilayah kerja Puskesmas.


4. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan seperti klinik, rumah sakit, apotek,

laboratorium, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

2.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Narmada

2.1.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Narmada merupakan Puskesmas Perawatan yang terletak di

Desa Mekar Sari Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat dengan luas

Wilayah Kerja 49.15 Km2, dengan batas-batas wilayah :

a. Sebelah Timur : Wilayah kerja Puskesmas Sedau, Kecamatan

Narmada

b. Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Cakranegara, Kota

Mataram

c. Sebelah Utara : Wilayah kerja Puskesmas Lingsar, Kecamatan

Lingsar

d. Sebelah Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Kediri, Kecamatan

Kediri

Secara administratif Wilayah Kerja Puskesmas Narmada terdiri atas 11

Desa dengan 69 Dusun. Desa terluas adalah Desa Gerimax Indah dengan luas

mencapai 8.26 Km2 dan Desa yang mempunyai wilayah terkecil adalah Desa

Dasan Tereng dengan luas hanya 1.98 Km2. Berikut adalah Desa tersebut :

1. Desa Dasan Tereng dengan luas wilayah : 1.98 Km2

2. Desa Gerimax Indah dengan luas wilayah : 8.26 Km2

3. Desa Sembung dengan luas wilayah : 4.22 Km2


4. Desa Badrain dengan luas wilayah : 4.06 Km2

5. Desa Tanak Beak dengan luan wilayah : 8.19 Km2

6. Desa Batu Kuta dengan luas wilayah : 4.19 Km2

7. Desa Keramajaya dengan luas wilayah : 2.59 Km2

8. Desa Lembuak dengan luas wilayah : 4.35 Km2

9. Desa Nyurlembang dengan luas wilayah : 4.68 Km2

10. Desa Narmada dengan luas wilayah : 4.1 Km2

11. Desa Mekar Sari dengan luas wilayah : 2.55 Km2

2.1.1.2 Keadaan Demografi

Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Narmada pada Tahun

2017 mencapai 47.994 jiwa dengan 24.535 diantaranya laki-laki dan 23.459

perempuan, jumlah KK 14.641 dan kepadatan penduduk 976 jiwa/Km2.

Sebagian besar penduduk bekerja dalam bidang pertanian (44%)

sedangkan sisanya terbagi dalam beberapa bidang antara lain : perdagangan,

angkutan, jasa, industri, PNS, dan lainnya.

2.1.1.3 Sarana dan Prasana

1. Sarana Kesehatan

Puskesmas Narmada dibangun pada Tahun 2016 yang terbagi

dalam beberapa ruang Pelayanan dan ruang Administrasi atau ruang

Program dan ruang penunjang, antara lain :

a. Ruang UGD 24 jam yang dilengkapi dengan pelayanan one day care
b. Ruang pelayanan rawat jalan yang terdiri dari Poli Anak, Poli

Umum, Poli Gigi, Poli KIA/KB

c. Ruang Rawat Inap yang terdiri dari Rawat Inap Umum dan Rawat

Inap Persalinan

d. Ruang Bersalin

e. Ruang Poned

f. Ruang Konseling

g. Ruang Laboratorium

h. Apotik

i. Gudang Obat

j. Gudang Alat-alat Kesehatan

k. Ruang Perpustakaan

l. Aula

m. Ruang Program

n. Dapur Umum

o. Ruang Kepala Puskesmas

p. Ruang Tata Usaha

Selain itu, dalam operasionalnya Puskesmas Narmada ditunjang

oleh 4 Puskesmas Pembantu, yaitu :

a. Puskesmas Pembantu Tanak Beak di Desa Tanak Beak

b. Puskesmas Pembantu Batu Kuta di Desa Batu Kuta

c. Puskesmas Pembantu Sembung di Desa Sembung

d. Puskesmas Pembantu Dasan Tereng di Desa Dasan Tereng


Dan 11 Poskesdes yaitu :

a. Poskesdes Nyurlembang

b. Poskesdes Narmada

c. Poskesdes Lembuak

d. Poskesdes Tanak Beak

e. Poskesdes Batu Kuta

f. Poskesdes Keramajaya

g. Poskesdes Badrain

h. Poskesdes Sembung

i. Poskesdes Mekar Sari

j. Poskesdes Dasan Tereng

k. Poskesdes Gerimax Indah

2. Sarana Pendidikan

Jumlah sarana Pendidikan di wilayah kerja Puskesmas yang juga

menjadi sasaran kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas adalah sebagai

berikut :

a. Jumlah SD sederajat : 27 Buah

b. Jumlah SMP sederajat : 8 Buah

c. Jumlah SMU sederajat : 7 Buah

d. Jumlah Ponpes : 3 Buah

3. Sarana Peribadatan

a. Jumlah Masjid : 39 Buah

b. Jumlah Pura : 5 Buah


c. Jumlah Mushola : 81 Buah

d. Langgar : 5 Buah

4. Sarana Umum

a. Pasar : 1 Buah

b. Apotik/Toko obat : 4 Buah

c. Rumah Sakit : 1 Buah

d. Praktek Bidan : 3 Buah

e. Klinik Swasta : 2 Buah

2.2 Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5

Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini

didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar,

Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia

Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang

kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis (Renstra)

Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.

Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat

kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan

pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2015-2019, yaitu :

1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak

2. Meningkatnya pengendalian penyakit


3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan

4. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu

Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) Kesehatan

5. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta

6. Meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar

utama, yaitu: (1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan,

dan (3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma

sehat dilakukan dengan strategi pengutamaan kesehatan dalam pembangunan,

penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat.

Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses

pelayanan kesehatan, optimasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu

menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko

kesehatan. Pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan

manfaat, serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada

tercapainya keluarga-keluarga sehat.

Kementerian Kesehatan menetapkan strategi operasional pembangunan

kesehatan melalui Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga.

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan

jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di

wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya


menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar

gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya. Pendekatan keluarga

yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan pengembangan dari

kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan

Kesehatan Masyarakat (Perkesmas).

Dalam menjangkau keluarga, Puskesmas tidak hanya mengandalkan upaya

kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang ada sebagaimana selama ini

dilaksanakan, melainkan juga langsung berkunjung ke keluarga. Perlu

diperhatikan, bahwa pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah ini tidak

berarti mematikan UKBM-UKBM yang ada, tetapi justru untuk memperkuat

UKBM-UKBM yang selama ini dirasakan masih kurang efektif. Puskesmas akan

dapat mengenali masalah-masalah kesehatan yang dihadapi keluarga secara lebih

menyeluruh (holistik) dengan mengunjungi keluarga di rumahnya. Individu

anggota keluarga yang perlu mendapatkan pelayanan kesehatan kemudian dapat

dimotivasi untuk memanfaatkan UKBM yang ada dan/atau pelayanan

Puskesmas. Keluarga juga dapat dimotivasi untuk memperbaiki kondisi

kesehatan lingkungan dan berbagai faktor risiko lain yang selama ini merugikan

kesehatannya, dengan pendampingan dari kader-kader kesehatan UKBM

dan/atau petugas profesional Puskesmas. Untuk itu, diperlukan pengaturan agar

setiap keluarga di wilayah Puskesmas memiliki Tim Pembina Keluarga.

Dalam rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat telah disepakati

adanya 12 indikator utama penanda status kesehatan sebuah keluarga, sebagai

berikut: 4
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana

2. Ibu melakukan persalinan difasilitas kesehatan

3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

4. Bayi mendapat Air Susu Ibu eksklusif

5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan

6. Penderita tuberculosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar

7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak

diterlantarkan

9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok

10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih

12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga

Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Dalam pencapaian pelaksanaan Program

Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di tingkat Puskesmas, dilakukan

kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 4

1. Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan Prokesga oleh

Pembina Keluarga (dapat dibantu oleh kader kesehatan).

2. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh tenaga pengelola

data Puskesmas.

3. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun

rencana Puskesmas oleh Pimpinan Puskesmas.


4. Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh

Pembina Keluarga.

5. Melaksanakan pelayanan professional (dalam gedung dan luar gedung)

oleh tenaga teknis/profesional Puskesmas.

6. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh tenaga

pengelola data Puskesmas.

Kegiatan-kegiatan tersebut harus diintegrasikan ke dalam langkah-langkah

manajemen Puskesmas yang mencakup P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan

Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan Pengendalian-Penilaian).

Keadaan masing-masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari

keluarga yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal

berikut harus diadakan atau dikembangkan, yaitu: 4

1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.

Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut :

a. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa

family folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan)

data keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga

meliputi komponen rumah sehat (akses/ketersediaan air bersih dan

akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga

mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan:

mengidap penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) serta


perilakunya (merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan

perkembangan balita, pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).

b. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa

flyer, leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada

keluarga sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer

tentang Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang

hamil, Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang

mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang

menderita hipertensi, dan lain-lain.

2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.

Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga

dapat berupa forum-forum berikut :

a. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.

b. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus

group discussion (FGD) melalui Dasa Wisma dari PKK.

c. Kesempatan konseling di UKBM/UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos

UKK, dan lain-lain).

d. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim,

rembug desa, selapanan, dan lain-lain.

3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.

Keterlibatan tenaga darimasyarakat sebagai mitra dapat diupayakan

dengan menggunakan tenaga-tenaga berikut.


a. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu,

kader Poskestren, kader PKK, dan lain-lain.

b. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK,

pengurus Karang Taruna, pengelolapengajian, dan lain-lain.

2.3 Hasil Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-

PK)

Puskesmas Narmada merupakan Puskesmas Perawatan yang terletak di

Desa Mekar Sari Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Puskesmas

Narmada telah menjalankan Program Indonesa Sehat dengan Pendekatan

Keluarga (PIS-PK) sejak tahun 2017 lalu dan masih berjalan sampai saat ini,

dimana sudah 10 desa yang dikunjungi dari 11 desa wilayah cakupan puskesmas

yaitu desa Mekar Sari, Sembung, Badrain, Krama Jaya, Dasan Tereng, Gerimak

Indah, Tanah Beak, Batu Kuta, Narmada, dan Lembuak. Berdasarkan indikator

tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS) dari setiap

keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan kondisi

PHBS dari keluarga yang bersangkutan.

Dari hasil yang di peroleh Berdasarkan 12 indikator pada setiap desa,

diperoleh nilai terendah pada desa mekar Sari dengan indikator terendah pada

Penderita hipertensi yang berobat teratur dengan nilai IKS < 0,5.
2.3.1 Faktor yang Berperan Terhadap Indikator Penderita Hipertensi yang
Berobat Teratur
Puskesmas berfungsi sebagai kontak pertama pelayanan (first contact),

pelayanan berkelangsungan (continuity), memberikan pelayanan paripurna

(comprehensive) promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Puskesmas

melakukan koordinasi pelayanan dengan penyelenggara kesehatan lainnya dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta sesuai kebutuhannya (BPJS,

2014).(ubah sitasi)

Salah satu tatalaksana penyakit tidak menular yang masih merupakan

tantangan besar di Puskesmas adalah hipertensi. Penyakit hipertensi terus

mengalami peningkatan setiap tahun di Indonesia dan juga di dunia. Sebanyak 1

milliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit hipertensi.

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan

tekanan darah di atas nilai normal, yaitu nilai sistolik ≥140 mmHg dan atau

diastolik ≥90 mmHg (JNC, 2003). (JNc 7 Hipertensi seringkali tidak

menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus bertambah tinggi dalam

jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Salah satu upaya penurunan

angka mortalitas dan morbiditas hipertensi adalah penurunan atau mengontrol

tekanan darah.

Berdasarkan anjuran Joint National Committee 7, upaya yang dapat

dilakukan adalah modifikasi gaya hidup mulai dari pengaturan pola makan,

peningkatan aktivitas fisik, pengurangan asupan garam dan penurunan berat

badan. Apabila langkah tersebut tidak berhasil, maka dapat diberikan obat

antihipertensi (JNC, 2003). Kenyataannya, masih sedikit penderita hipertensi yang


melakukan pengobatan secara teratur untuk mengontrol tekanan darah. Kepatuhan

pengobatan merupakan perilaku kesehatan sendiri yang dipengaruhi banyak

faktor.

Faktor- Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang minum

obat yaitu demografi, pengetahuan, program terapeutik, psikososial, dukungan

keluarga :

a. Demografi

Meliputi usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio-ekonomi dan

pendidikan. Umur merupakan faktor yang penting dimana anak-anak

terkadang tingkat kepatuhannya jauh lebih tinggi daripada remaja. Tekanan

darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Faktor kognitif

serta pendidikan seseorang dapat juga meningkatkan kepatuhan terhadap

aturan perawatan hipertensi.

b. Pengetahuan

Pengetahuan pasien tentang kepatuhan pengobatan yang rendah yang

dapat menimbulkan kesadaran yang rendah akan berdampak dan berpengaruh

pada pasien dalam mengikuti tentang cara pengobatan, kedisiplinan

pemeriksaan yangakibatnya dapat terjadi komplikasi berlanjut.

c. Komunikasi

Kualitas instruksi antara pasien dengan tenaga kesehatan menentukan

tingkat kepatuhan seseorang, karena dengan kualitas interaksi yang tinggi,

maka seseorang akan puas dan akhirnya meningkatkan kepatuhannya terhadap

anjuran kesehatan dalam hal perawatan hipertensi, sehingga dapat dikatakan


salah satu penentu penting dari kepatuhan adalah cara komunikasi tentang

bagaimana anjuran diberikan.

d. Psikososial

Variabel ini meliputi sikap pasien terhadap tenaga kesehatan serta

menerima terhadap penyakitnya. Sikap seseorang terhadap perilaku kepatuhan

menentukan tingkat kepatuhan. Kepatuhan seseorang merupakan hasil dari

proses pengambilan keputusan orang tersebut, dan akan berpengaruh pada

persepsi dan keyakinan orang tentang kesehatan. Selain itu keyakinan serta

budaya juga ikut menentukan perilaku kepatuhan. Nilai seseorang mempunyai

keyakinan bahwa anjuran kesehatan itu dianggap benar maka kepatuhan akan

semakin baik.

e. Dukungan keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam

menentukan keyakinan dan nilai kesehatan bagi individu serta memainkan

peran penting dalam program perawatan dan pengobatan. Pengaruh normatif

pada keluarga dapat memudahkan atau menghambat perilaku kepatuhan,

selain dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan diperlukan untuk

mempertinggi tingkat kepatuhan, dimana tenaga kesehatan adalah seseorang

yang berstatus tinggi bagi kebanyakan pasien, sehingga apa yang dianjurkan

akan dilaksanakan.
Kerangka konsep

Permasalahan kesehatan di
Indonesia

Terbentuk PIS-PK

PISK-PK di 11 Desa dengan 12


Puskesmas Narmada indikator

Hasil pada 10 Desa

Nilai IKS terendah

Desa Mekar Sari

Tinjauan indikator yang


terendah dalam 12 indikator
PIS-PK

Hipertensi dengan berobat


Faktor apa yang berperan secara teratur di desa
Mekar Sari

individu lingkunga Tenaga


n Kesehatan

Perbaiki yg tanda putus putus dn tidk


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah mixed metode dengan menggunakan

metode kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian kualitatif menggunakan

pendekatan fenomenologi dan metode penelitian kuantitatif menggunakan

pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian ini adalah semua penderita penyakit

hipertensi yang tidak terkontrol di wilayah kerja Puskesmas Narmada, salah

satunya di Desa Mekar Sari. Desa ini merupakan desa yang memiliki IKS

terendah dalam pengobatan penyakit hipertensi. Pengambilan data kualitatif

dilakukan dengan indepth interview, sedangkan pengambilan data kuantitatif

dilakukan dengan cara pengisian kuesioner terpimpin yang telah diuji cobakan

dan juga melakukan observasi secara langsung. (yang saya kuningin mohon dicari

tahu dan dibaca ya teman2)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 Juli – 31 Agustus 2018 di Desa

Mekar Sari Wilayah kerja Puskesmas Narmada Lombok Barat.

3.3 Definisi Operasional (buat tabel)

3.3.1 PIS-PK

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5

Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini
didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program

Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Pendekatan keluarga adalah

salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan

mendekatkan atau meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya

dengan mendatangi keluarga. Kegiatan PIS-PK ini telah disepakati adanya 12

indikator utama penanda status kesehatan sebuah keluarga.

3.3.2 Nilai IKS Terendah

Nilai Indeks Keluarga Sehat (IKS) dari setiap keluarga dapat

dikelompokkan menjadi tiga yaitu Dikatakan sehat jika nilai IKS >0,8, pra sehat

jika nilai IKS 0,5-0,8 dan tidak sehat jika nilai IKS <0.5.

3.3.3 Hipertensi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg

dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada pemeriksaan yang berulang.

Berdasarkan STOP-Bang questionnaire, ditanyakan kepada subyek penelitian

apakah memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau sedang dalam pengobatan

untuk tekanan darah tinggi, serta dapat dipastikan dengan melakukan pemeriksaan

tekanan darah langsung pada subyek penelitian

3.3.4 Intervensi Lanjut

Rencana tindak lanjut yang dirancang oleh pemegang program yaitu

mengetahui faktor yang berperan terhadap rendahnya nilai IKS dan upaya yang

harus dilakukan agar penyakit hipertensi di Masyarakat dapat terkontrol dengan

baik.
3.4 Subyek Penelitian, Informan dan Pengumpulan Data

3.4.1 Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah warga di Desa

Mekar Sari dalam Wilayah Kerja Puskesmas Narmada

3.4.2 Informan

Pemilihan informan dilakukan dengan mengikuti asas kesesuaian, yang

berarti informan dipilih berdasarkan keterkaitan dengan topik penelitian.

Informan dalam penelitian ini adalah warga di Desa Mekar Sari dan

pemegang program pada indikator keluarga sehat tersebut.

3.4.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan pengumpulan data primer

dan data sekunder13

 Metode Pengumpulan Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth

interview) dengan tehnik wawancara tak terstruktur dengan informan

yang telah ditentukan. Dengan wawancara mendalam, peneliti bisa

menggali informasi yang lengkap dan mendalam mengenai factor yang

berperan terhadap rendahnya nilai IKS di Desa Mekar Sari khususnya

terkait dengan indikator pengobatan hipertensi yang tidak teratur.

Untuk membantu selama proses pengumpulan data, peneliti

menggunakan kuesioner sebagai panduan wawancara mendalam yang

berisi daftar pertanyaan yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti.
 Metode Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari:

A. Penelitian Kepustakaan,

Pengumpulan data melalui buku-buku, makalah, literatur yang

memiliki relevansi dengan program PIS-PK

B. Studi Dokumentasi

Dilakukan dengan menganalisis data capaian 12 indikator PIS-PK

di yang telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Narmada,

khususnya Desa Mekar Sari tahun 2017/2018 dengan studi

dokumentasi dari laporan-laporan yang berkaitan dengan masalah

yang di teliti.

Catatan dan informasi dari lapangan yang bersifat kompleks dan

tidak tersusun dengan baik akan lebih disederhanakan dalam bentuk yang

mudah dipahami dalam kerangka konseptual. Informasi tersebut akan

dideskripsikan dalam bentuk bagan atau tabel agar memudahkan untuk

dipahami.

Data yang terkumpul selain disajikan dalam uraian naratif hasil

wawancara yang akan dilakukan dan akan dituangkan dalam bentuk

transkrip yang akan dilampirkan


3.5 Instrumen Penelitian

Dalam pelaksanaan wawancara mendalam, peneliti menggunakan

kuesioner wawancara mendalam disertai dengan alat perekam (menggunakan

telpon seluler) dan alat tulis.14

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model analisis interaktif, yaitu data yang

dikumpulkan akan dianalisa melalui tiga tahap yaitu reduksi data, menyajikan

data dan menarik kesimpulan.14

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan merangkum dan memfokuskan hal-hal

yang penting tentang penelitian dengan mencari tema dan pola hingga

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display/Penyajian Data

Dengan Data Display maka peneliti dapat dengan mudah memahami data

yang telah diperoleh selama penelitian. Penyajian data ini dilakukan dalam

bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif, bagan dan dalam bentuk

tabel.

3. Conclusion/Verification
3.7 Kerangka Alur Penelitian

Program PIS-PK

Hasil capaian 12 indikator PIS-PK di yang


telah dilaksanakan di 10 desa wilayah
kerja Puskesmas Narmada tahun
2017/2018

Nilai IKS terendah pada Desa Mekar Sari


dengan salah satu indicator yang berperan
yaitu pengobatan hipertensi yang tidak
teratur

Penyusunan kuesioner wawancara mendalam


untuk mengetahui faktor yang berperan

Melakukan wawancara mendalam pada


waraga desa Mekar Sari dan pemegang
program 12 indikator PIS-PK Puskesmas
narmada

Pengolahan data hasil wawancara mendalam

Kesimpulan penelitian

Gambar 3.1 Kerangka Alur Penelitian


3.8 Rencana Penelitian

Berikut adalah rencana penelitian yang akan dilakukan:

Tabel 3.1 Rencana Penelitian Rencana Kegiatan

Juli 2018 Agustus 2018 September 2018


Penyusunan proposal dan X
pembuatan Ethical clearance
Pelaksanaan penelitian X

Pengolahan data X
Analisis data X
Penyusunan Laporan X

Anda mungkin juga menyukai