Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KEMANDIRIAN KELUARGA TERHADAP KEBIJAKAN KESEHATAN

DALAM PENCEGAHAN COVID-19 PADA PENDERITA HIPERTENSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANTANG KOTA MAKASSAR

Muh. Rudini1, Muh. Alwy Arifin2, Darmawansyah2, Sukri Palutturi2 ,Muhammad


Syafar3, Andi. Mansur Silolipu4, Vonny Polopadang5 ,Chaerunnisa AR6.
1
Program Magister Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Indonesia
2
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin, Indonesia
3
Departemen Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin, Indonesia.
4
Balai Besar Pelatihan Kesehatan Makassar, Indonesia.
5
Departemen Manajemen Keperawatan, Universitas Hasanuddin,
Indonesia.
6
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Mulawarman. Indonesia

Corresponden Author :
Muh. Rudini (dhinyarsyam@gmail.com |+6282324929699)
Lingkungan Sulili Barat, Kelurahan Mamminasae, Kecamatan Paleteang, Kabupaten
Pinrang, Sulawesi Selatan, Indonesia

ABSTRACK

Kemandirian kesehatan keluarga meliputi: mampu mengenal berbagai masalah kesehatan,


mampu memutuskan tindakan keperawatan yang tepat, mampu melakukan perawatan yang tepat
sehari-hari dirumah, mampu mendukung dan meningkatkan kesehatan seluruh anggota keluarga,
mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan. Jumlah masyarakat yang terdampak di Puskesmas
antang melebihi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pada tahun 2021 periode januari –
agustus, jumlah kunjungan kasus hipertensi di puskesmas Antang kota Makassar sebesar 1.851 dari
total jumlah kasus penyakit tidak menular, dimana jumlah kunjungan kasus hipertensi pada periode
agustus 2021 sebanyak 268 kasus dengan kasus konfirmasi COVID-19 di kecamatan Manggala
sebagai wilayah kerjanya mencapai 5.032 kasus per 28 Agustus 2021. Penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologis. Wawancara dilakukan dengan 11 informan, diantaranya 5 penderita
hipertensi, 5 keluarga penderita, dan 1 petugas kesehatan. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik wawancara mendalam, teknik observasi dan teknik dokumentasi. Keabsahan data
menggunakan triangulasi yaitu triangulasi sumber data, triangulasi teori, dan triangulasi metode. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemandirian keluarga pada penderita hipertensi sudah dilakukan
dengan sangat baik dan penuh dengan perhatian, berdasarkan hal tersebut ditemukan bahwa
tingakatan kemandirian keluarga berada pada tingkat ke-4 yaitu menerima petugas kesehatan hingga
melakukan tindakan promotif secara aktif. Petugas kesehatan juga telah melakukan kunjungan rutin
dan memeriksakan kesehatan penderita, memberikan edukasi, dan membawakan obat-obattan yang
dibutuhkan oleh penderita, petugas kesehatan juga memberikan edukasi terkait pencegahan covid-19
ke keluarga dan penderita dan juga bahaya apabila terjadinya komplikasi antara hipertensi dan covid-
19.

Kata Kunci: Kemandirian Keluarga, Hipertensi, Kebijakan Covid-19

1
PENDAHULUAN
Berdasarkan laporan yang disampaikan (Media_Indonesia, 2021), hipertensi dinyatakan sebagai
penyakit paling berbahaya di masa pandemi COVID-19. Pasalnya, data terkini penderita COVID-19
menunjukkan hipertensi menjadi komorbid tertinggi yaitu sebesar 50,1 persen dan dapat
memperburuk kondisi penderita COVID-19. Hal ini dikarenakan penderita hipertensi memiliki imunitas
lebih rendah, yang dapat memudahkan COVID-19 menginfeksi. Sebuah studi mengungkapkan orang
dengan hipertensi mengalami gejala yang lebih berat ketika terinfeksi karena dapat menyebabkan
komplikasi pada jantung, stroke dan gagal ginjal (Latifin, Purwanto, & Wahyuni, 2020).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan
organ-organ tubuh secara terus menerus lebih dari suatu periode (Sartik, Tjekyan, & Zulkarnain,
2017). World Health Organization (WHO) secara global memperkirakan sekitar 1 milyar penduduk di
seluruh dunia menderita hipertensi pada tahun 2017. World Health Federation tahun 2018
memperkirkan 40% dari penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi (WHO, 2019). Hipertensi
menyebabkan 8 juta penduduk diseluruh dunia meninggal setiap tahunnya, dimana hampir ,5 juta
penduduk diantaranya terdapat di kawasan Asia Tenggara (Tarigan, Lubis, & Syarifah, 2018).
Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun adalah sebesar 34,1% dengan provinsi prevalensi
tertinggi adalah Kalimantan Selatan sebesar 44,1% dan terendah dalah provinsi Papua sebesar
22,2%. Berdasarkan Profil kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2016 sebanyak 21,90% dengan kasus
tertinggi di kabupaten selayar dengan jumlah 32,49% penderita hipertensi selanjutnya kabupaten
soppeng 24,92%, dan kabupaten takalar 14,825% penderita penyakit hipertensi (Dinkes_Sulsel,
2017).
Pada tahun 2021 periode januari – agustus, jumlah kunjungan kasus hipertensi di puskesmas
Antang kota Makassar sebesar 1.851 atau 54,6% dari total jumlah kasus penyakit tidak menular,
dimana jumlah kunjungan kasus hipertensi pada periode agustus 2021 sebanyak 268 kasus dengan
kasus konfirmasi COVID-19 di kecamatan Manggala sebagai wilayah kerjanya mencapai 5.032 kasus
per 28 Agustus 2021 (PKM_Antang, 2021). Dari sekian banyak kasus COVID-19 yang terjadi perlu di
ketahui bahwa pencegahan yang efektif dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan protokol
kesehatan.
Pemerintah saat ini telah memberlakukan peraturan mengenai protokol kesehatan dengan 5M
antara lain (1) Menggunakan masker saat beraktivitas, (2) Mencuci tangan dengan sabun, (3)
Menjaga jarak minimal 1 m, (4) Menghindari kerumunan serta (5) Mengurangi Mobilitas. Selain itu,
pemerintah juga menerapkan PSBB atau PPKM semata mata dengan tujuan untuk memutus rantai
COVID-19 yang saat ini semakin meningkat. Dengan adanya kebijakan ini, masyarakat tidak
diperbolehkan untuk mengunjungi tempat-tempat publik termasuk Faskes apabila tidak mematuhi
protokol kesehatan. Lanjut usia dengan hipertensi yang selama ini rutin melakukan check up setiap
bulan, harus dihentikan untuk meningkatkan status kesehatan lansia, khususnya dengan tujuan
menghentikan penyebaran virus COVID-19 (Saludung & Malinti, 2021).
Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini telah menghambat pemberian layanan kesehatan dalam
banyak hal. Secara global, strategi yang ditetapkan untuk mengurangi penyebaran virus dengan social
distancing dan lockdown atau di Indonesia lebih dikenal dengan istilah PSBB dan PPKM dapat
menjadi beban tambahan bagi pasien. Hal ini dikarenakan dapat menimbulkan dampak emosional
dengan gejala kecemasan, depresi, gangguan makan dan stres umum dibandingkan dengan populasi
umum (Joensen et al., 2020).
Hasil survey yang dilakukan (Soesanto, 2021) kepada beberapa lanjut usia yang tidak melakukan
kunjungan ulang atau kontrol ke puskesmas dikarenakan rasa takut tertular penyakit COVID-19,
sudah merasa sehat, tidak ada keluarga yang mengantar ke puskesmas dan mengingatkan kalau
harus melakukan kontrol secara rutin serta adanya anjuran untuk tetap dirumah. Dukungan keluarga
sangat dibutuhkan oleh penderita hipertensi agar dapat melaksanakan rencana perawatan yang telah
ditetapkan dan mematuhi aturan terapinya khususnya dimasa pandemi COVID-19. Berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam
program pengobatan dan pengendalian penyakit hipertensi (Yeni, Husna, & Dachriyanus, 2016).
Dukungan keluarga dapat menunjang keberhasilan terapi hipertensi karena memiliki hubungan erat
dengan kepatuhan minum obat (Widyaningrum, Retnaningsih, & Tamrin, 2019).

2
Menurut (Friedman, 2013) menyatakan bahwa ada 5 tugas kesehatan keluarga yang harus
terpenuhi untuk menunjukan kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan pada
anggota keluarganya, meliputi: pertama, keluarga diharapkan mampu mengenal berbagai masalah
kesehatan yang dialami oleh seluruh anggota keluarga. Kedua, keluarga mampu memutuskan
tindakan keperawatan yang tepat dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh
seluruh anggota keluarga. Ketiga, keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat sehari-hari
dirumah. Keempat, keluarga dapat menciptakan dan memodifikasi lingkungan rumah yang dapat
mendukung dan meningkatkan kesehatan seluruh anggota keluarga. Kelima, adalah keluarga
diharapkan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengontrol kesehatan dan mengobati
masalah kesehatan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh keluarga.
Untuk mengatasi permasalahan yang timbul yaitu terkait dengan terbatasnya akses informasi dan
pemahaman mengenai upaya pencegahan COVID-19 bagi penderita hipertensi, maka diperlukan
peran aktif dari keluarga. Keluarga diharapkan mampu mengedukasi, memberikan informasi serta
menanamkan keyakinan sehingga penderita hipertensi mampu memiliki kesadaran, mendapatkan
pengetahuan dan mampu menerapkan anjuran yang ada hubungannya dengan upaya pencegahan
COVID-19. Pengetahuan masyarakat khususnya dalam mencegah transmisi penyebaran virus SARS-
CoV-2 sangat berguna dalam menekan penularan virus tersebut (Law, Leung, & Xu, 2020).

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis untuk mengetahui
kemandirian keluarga terhadap kebijakan kesehatan dalam pencegahan Covid-19 pada penderita
hipertensi,. informan kunci di sini adalah keluarga dan pasien penderita hipertensi. Sedangkan,
Informan tambahan adalah petugas kesehatan yang melakukan kunjungan kerumah yang diduga
dapat memberikan informasi tentang masalah yang ditelit. informan di pilih secara purposive sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara mendalam,
teknik observasi dan teknik dokumentasi. Peneliti menggunakan teknik analisa data 3 (tiga) tahap
yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Untuk memperoleh kebenaran tingkat
tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang maka peneliti menggunakan triangulasi, triangulasi
yang dilakukan adalah triangulasi sumber data, triangulasi teori, dan triangulasi tekhnik.

HASIL
Informan pada penelitian ini adalah informan yang pilih sebagai informan yang dapat memberikan
informasi sesuai penelitian yakni informan kunci adalah keluarga dan pasien penderita hipertensi.
Sedangkan, Informan tambahan adalah petugas kesehatan yang melakukan kunjungan kerumah yang
diduga dapat memberikan informasi tentang masalah yang diteliti.

a. Sikap terhadap petugas kesehatan yang berkunjung

“Biasanya sih kalau berkunjung dia bisa memberikan penyuluhan biasa ji saya dengar-dengar
juga penyuluhan tentang hipertensi Bagaimana bahaya hipertensi biasanya katanya kalau
hipertensi itu biasa terjadi stroke ya…”

(AN, 27 Tahun)

“ee.. Kalau menurut saya petugas kesehatan yang datang berkunjung selama ini ke kerumah itu
seakan sudah sangat baik karena memberikan penjelasan eee.. tentang masalah-masalah
kesehatan yang terjadi di masyarakat terus cara penyampaian pun juga gampang dimengerti dan
itu dilakukan sesuai dengan jadwal yang mungkin sudah ditentukan oleh pihak-pihak pelayanan
kesehatan yang ada di sekitar rumah kami sini…”

(IR, 35 Tahun)

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan bahwa petugas kesehatan yang berkunjung
telah memberikan dampak postif bagi masyarakat yang mengalami hipertensi sehingga masyarakat
mendapatkan informasi tambahan yang dibutuhkan oleh pasien ataupun keluarga pasien dan juga
dapat membuat pasien mengetahui lebih banyak informasi yang dibutuhkan oleh penderita.

3
b. Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan

“Eee menurut ku saya pelayanannya bagus cuman seharusnya dia memberikan mengarahkan ke
puskesmas karena biasanya tuh orang-orang yang hipertensi kayak ibu ku toh, biasanya itu dia
hipertensi nya itu biasa kalau dia menderita hipertensi biasa tidak ke puskesmas jadi seharusnya
kalau misalnya ada petugas datang seharusnya memberikan penyuluhan harus datang ke
puskesmas begitu…”

(AN, 27 Tahun)

“Yah itu tadi sangat memuaskan sekali petugas kesehatan yang berkunjung dengan dilengkapi
teleskop untuk mengukur tekanan darah memberikan itu penjelasan kesehatan secara umum dan
hipertensi…”

(WA, 55 Tahun)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa pelayanan yang diberikan oleh
petugas kesehatan sudah baik, akan tetapi pasien masih berharap diberikan pelayanan kesehatan di
puskesmas, karena merasa bahwa pelayanan yang di berikan di posyandu berbeda dengan
pelayanan yang diberikan di Puskesmas.

c. kondisi hipertensi

“Kalau menurut saya seperti yang tadi saya katakan bahwa tergantung dari pola makan dan
pikiran pikiran juga tapi walaupun saya rutin makan obat tapi kalau memang fikiran artinya stress
memuncak juga tapi walaupun tidak makan obat tapi kalau saya punya ini nggak terlalu banyak
pikiran turun sendirinya disamping itu juga menghindari makanan yang tinggi garam…”

(MA, 60 Tahun)

“Saya kalau saya tinggi saya rasa punya tekanan, misalnya kepala pening dan biasa anu
penglihatan biasa berkunang-kunang, pusing dan mual –mual dan kadang-kadang muntah. Kalau
muntah ma biasa ke rumah sakit ma…”

(AT, 62 Tahun)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penliti bahwa kondisi hipertensi yang dirasakan
oleh penderita yaitu sakit kepala, pusing, mual, dan terkadang muntah. Sehingga perlunya adanya
peningkatan khusus dalam menjaga kondisi ketika sehat, seperti menjauhi makanan yang merupakan
makanan larangan untuk di konsumsi bagi penderita, seperti makanan yang mengandung lemak
tinggi/lemak jenuh, garam yang berlebih dan makanan yang tdak sehat atau bergizi.

d. Menjaga dan mengontrol kondisi hipertensi

“Biasanya sih ada dua misalnya dulu sebelum dia menkonsumsi obat yang diberikan dokter,
dokter langganan keluarga saya. Biasanya sih sebelum hipertensinya naik seperti biasa dia
minum ketimun ketimun yang perawatan sederhana itu ketimunhya diblender tapi setelah dokter
menyarankan meminum meminum obat rutin maka itu obatnya itu..”

(AN, 27 Tahun)

“Untuk menjaga dan mengontrol hipertensi kami menyarankan untuk menyediakan alat
kesehatan berupa tensimeter digital, menyediakan obat-obatan penurun tekanan darah di rumah
serta menyarankan untuk mengubah gaya hidup yang lebih sehat…”

(CH, 37 Tahun)

4
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa untuk menjaga dan mengontorl
kondisi penderita, pasien menyediakan alternative sendiri yaitu menyediakan obat yang telah
diresepkan oleh dokter dan menyediakan atau mengkonsumsi jus buah ketimun yang mampu
menurunkan hipertensi bagi penderita. Akan tetapi petugas menyarankan untuk menyediakan alat
kesehatan sendii sehingga lebih mudah untuk mengontrol kondisi kesehatan pada penderita.

e. Perawatan sederhana

“Jadi kalau Itu sudah mulai ada gejala hipertensi yah melalui obat herbal biasanya saya
memberikan itu ketimun yang diparut, diperas airnya, biasa saya juga Apa itu buat itu sayur apah
manisan itu yang biasa saya berikan yahitu pertama yang saya berikan jika sudah ada gejala…”

(WA, 55 Tahun)

“ Perawatan sederhana pada penderita hipertensi cukup mengubah gaya hidupnya seperti
menurunkan berat badan, mengurangi komsumsi garam berlebih, menghindari munuman
beralkohol, kafein dan rokok , berolahraga , memantau tekanan darah secara rutin serta
mengurangi stress/pikiran….”

(CH, 37 Tahun)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa perawatan sederhana yang
dilakukan oleh penderita yaitu mengkonsumsi obat herbal yang telah dipercaya sebagai penyembuh
hipertensi yang diderita oleh pasien dan juga mengkonsumsi obat-obatan yang telah diresepkan oleh
dokter.

f. Mencegah tingkat keparahan kondisi hipertensi

“Yah itu tadi jadi pertama itu faktor-faktor psikisnya yang harus di jaga betul-betul harus dihindari
stresnya, sehingga lebih kondusif, yang kedua itu tadi dengan pola makan yang itu semua baik
kita saling menjaga semuanya sehingga kita semua sehingga keluarga yang kena hipertensi bisa
kita tekan hipertensinya…”

(WA, 55 Tahun)

“Kalau saya ibu saya hipertensi itu menurut saya itu karena gangguan pemikiran ya kalau dia
terlalu banyak berpikir terlalu banyak stres maksudnya kalau kayak dia pikir cucunya ehh
cucunya sudah mulai nakal atau apa dia biasa stres jadi saya selalu bilang sama ibu saya jangan
terlalu stres karena kalau stress itu bisa menaikkan tekanan darahnya jadi itu sih yang biasa stres
terus pola makannya juga yang tadinya mungkin sering makan coto sekarang sudah tidak seperti
itu sih perawatannya seperti itu cara mencegahnya…”

(AN, 27 Tahun)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa cara mencegah tingkat
keparahan yang diderita oleh penderita hipertensi yaitu bisa dilakukan dengan cara menjaga pola
makan, menjauhi stress, menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat, sehingga lebih memudahkan
penderita menjalani kehidupan dengan tenang tanpa takut tekanan darah akan melampaui batas
standar yang telah ditetapkan.

g. Tindakan Promosi

“Kalau saya sih biasa kalau arisan ya kita adakan arisan keluarga di setiap bulannya itu saya
tanya adik-adiknya, atau keluarganya jadi biasa kalau kalau saya memberikan dia penyuluhan-
penyuluhan, health promotion kalau ee apa jangan terlalu stres karena efek ee pengaruh dari
stress itu bisa menyebabkan hipertensi. Terus makanan-makanan yang enak enak juga makan

5
makanan yang berlemak coto apa yang mengandung apa gitu garam yang berlebihan itu sih
biasanya…”

(AN, 27 Tahun)

“ seperti yang saya katakan tadi bahwa tindakan promosi yang kami lakukan berupa informasi
atau pemahaman seputar penyakit hipertensi berupa control berat badan, komsumsi makanan
yang sesuai, kurangi asupan garam hindari alkohol,kafeinn rokok, berolahrga , hindari beban
pikiran yang dapat menimbulkan stress karena dapat memicu menigkatnya tekanan darah…”

(CH, 37 Tahun)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa tindakan promosi yang dilakukan
oleh keluarga pasien dan tenaga kesehatan yaitu dengan cara menyampaikan bahwa hal-hal yang
perlu dihindari untuk dikonsumsi seperti makanan yang mengandung lemak yang tinggi, makanan
dengan kandungan garam ynag berlebih, menjauhi rokok, kafein, menghindari stress dan hal lain yang
dapat memicu naiknya tekanan darah pada penderita hipertensi.

Kebijakan Covid-19
a. Tanggapan covid-19

“Kalau covid-19 itu menurut saya itu adalah salah satu virus yang saat ini mungkin menjadi
masalah dunia dan bukan hanya di Indonesia dan virus itu bisa saja menular ke mana-mana dan
sangat gampang menular apalagi bagi ee.. orang-orang yang misalnya tidak memiliki antibodi
atau imunitas yang baik dan hipertensi ini merupakan salah satu faktor risiko juga…”

(IR, 35 Tahun)

“Covid 19 merupakan penyakit menular yang disebabkan virus corona…penyakit ini merupakan
sebuah pandemic yang sudah melanda di dunia termasuk Indonesia, penyakit ini dapat
menularkan melalui udara, sentuhan dan cairan tubuh. Dengan gejala seperti flu, demam, hingga
sulit bernafas. Orang yang lebih tua dan memilikit riwayat penyakit seperti jantung, hipertensi,
DM, dan ginjal. Sangat berisiko terhadap kejadian penyakit ini…”

(CH,37 Tahun)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa informan telah mengetahui banyak
tentang covid-19 akan tetapi ada yang sadar untuk melakukan protocol kesehan da nada juga yang
tidak memperdulikan hal tersebut, sehingga sulit bagi kita untuk menjauhi wabah tersebt dalam
lingkup keluarga kita. Covid-19 merupakan wabah yang memiliki gejala yang berbeda bagi setiap
individu yang terpapar oleh virus tersebut.

b. Kebijakan pencegahan covid-19


”Kebijakan pencegahan covid 19 yang tellah di anjurkan sesuai protocol kesehatan meliputi
mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan handzanitiser, memakai masker dan menjaga
jarak. Kurangi bepergian jika tidak terlalu penting, anjuran untuk vaksinasi. Serta adanya
pembatasan aktifitas masyarakat seperti PSBB dan PPKM…”
(CH, 37 Tahun)

“Kebijakan pemerintah itu ya cara menjaga jarak, mencuci tangan itu memakai masker itu semua
ya hal-hal yang sangat positif tetapi harus dibarengi dengan kesadaran masyarakat sendiri
dengan pola hidup bersih dan sehat dengan memakai masker menghindari tempat keramaian
semua untuk menghindari diri sendiri…”

(WA, 55 Tahun)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa kebijakan covid-19 yang telah
diterapkan oleh pemerintah bahwa terdapat 5M kebijakan yaitu, mencuci tangan , menjaga jarak,

6
menjauhi kerumunan, menjauhi mobilitas, memakai masker,selain dari hal tersebut juga harus
menjaga pola hidup berish dan sehat sehingga mampu untuk menjaga imunitas pada tubuh.

c. Upaya pencegahan covid-19


“Tindakan yang kami lakukan yang pertama melakukan apa melakukan olahraga, menjaga pola
makan, mengkonsumsi vitamin, yang kita siapkan di rumah untuk mencuci tangan memakai
masker kemudian cukup makan makanan yang sehat…”

(IR, 35 Tahun)

”kami menganjurkan keluarga penderita maupun penderita untuk mematuhi protocol kesehatan
seperti menyediakan alat cuci tangan dirumah, menyediakan Handzanitiser, memakai masker.
mempertahankan/meningkatkan imun/daya tahan tubuh dengan komsumsi makanan yang
bergizi dan sesuai dengan kondisi penderita hipertensi. Setelah melakukan bepergian keluar
rumah segera cuci tangan dan mengganti pakaian serta membersihkan diri…”

(CH, 37 Tahun)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa pencegahan covid-19 dapat
dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah menerakan protocol kesehatan dan menjaga
pola hidup bersih dan sehat.

PEMBAHASAN
Kemandirian keluarga
Petugas kesehatan khususnya tenaga keperawatan di puskesmas mempunyai peran yang sangat
penting dalam pelaksanaan pembinaan keluarga mandiri. Dalam upaya tersebut, petugas
keperawatan sering bekerja sama dengan mahasiswa keperawatan dalam pelaksanaan kegiatan
pembinaan keluarga. Memberikan dampak postif bagi masyarakat yang mengalami hipertensi
sehingga masyarakat mendapatkan informasi tambahan yang dibutuhkan oleh pasien ataupun
keluarga pasien dan juga dapat membuat pasien mengetahui lebih banyak informasi yang dibutuhkan
oleh penderita juga meningkatkan pembinaan keluarga mandiri
Dalam melaksanakan pembinaan keluarga petugas kesehatan diharuskan mengikuti standart
pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan yang dimaksud adalah tenaga keperawatan yang
mengkoordinir seluruh kegiatan pembinaan keluarga. pelayanan yang diberikan oleh petugas
kesehatan sudah baik, akan tetapi pasien masih berharap diberikan pelayanan kesehatan di
puskesmas, karena merasa bahwa pelayanan yang di berikan di posyandu berbeda dengan
pelayanan yang diberikan di Puskesmas.
Kondisi hipertensi yang diderita oleh pasien itu berbeda-beda, tergantung dari kondisi yang dialami
oleh setiap pasien, ada yang mengalami hipertensi sudah cukup lama dan masih baru. kondisi
hipertensi yang dirasakan oleh penderita yaitu sakit kepala, pusing, mual, dan terkadang muntah.
Sehingga perlunya adanya peningkatan khusus dalam menjaga kondisi ketika sehat, seperti menjauhi
makanan yang merupakan makanan larangan untuk di konsumsi bagi penderita, seperti makanan
yang mengandung lemak tinggi, garam yang berlebih dan makanan yang tidak sehat atau bergizi
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang
sakit. Dukungan keluarga sangat diperlukan oleh seorang penderita, karena seseorang yang sedang
sakit tentunya membutuhkan perhatian dari keluarga. Keluarga dapat berperan sebagai motivator
terhadap anggota keluarganya yang sakit (penderita) sehingga mendorong penderita untuk terus
berpikir positif terhadap sakitnya dan patuh terhadap pengobatan yang dianjurkan oleh tenaga
kesehatan. Dalam menjaga dan mengontorl kondisi penderita, pasien menyediakan alternative sendiri
yaitu menyediakan obat yang telah diresepkan oleh dokter dan menyediakan atau mengkonsumsi jus
buah ketimun yang mampu menurunkan hipertensi bagi penderita. Akan tetapi petugas menyarankan
untuk menyediakan alat kesehatan sendii sehingga lebih mudah untuk mengontrol kondisi kesehatan
pada penderita.
Untuk meningkatkan kemandirian keluarga dalam perawatan hipertensi di rumah perlu diberikan
pengetahuan secara rutin tentang permasalahan penyakit hipertensi. Dengan pengetahuan yang
dimilikinya maka keluarga akan dapat melaksanakan cara pencegahan dan cara perawatan
hipertensi. Perawatan sederhana yang dilakukan penderita dan keluarga pasien melakukan pola hidup

7
sehat seperti olahraga, konsumsi makanan yang sehat dan bergizi, rutin mengkonsumsi obat yang
telah diresepkan oleh dokter.
Keluarga merupakan tempat yang aman dan damai bagi anggota keluarga yang sakit untuk
mencurahkan segala perasaan yang dimiliki dalam membantu pemulihan serta membantu
penguasaan terhadap emosi. Kehadiran orang lain di dalam kehidupan pribadi seseorang begitu
sangat diperlukan. cara mencegah tingkat keparahan yang diderita oleh penderita hipertensi yaitu bisa
dilakukan dengan cara menjaga pola makan, menjauhi stress, menerapkan prilaku hidup bersih dan
sehat, sehingga lebih memudahkan penderita menjalani kehidupan dengan tenang tanpa takut
tekanan darah akan melampaui batas standar yang telah ditetapkan.
Upaya keluarga dalam promosi kesehatan, pencegahan dan penurunan risiko melibatkan isu
seputar gaya hidup seperti menghentikan kebiasaan merokok, berolah raga secara teratur, memakan
makanan yang sehat dan bergizi yang semuanya melibatkan keputusan dan partisipasi dari keluarga.
Promosi yang telah dilakukan keluarga dalam mencegah terjadinya hipertensi pada penderita yaitu
memberikan informasi-informasi terkait bahaya yang akan menimpa penderita jika melakukan hal-hal
yang bertentangan dengan penyakiit penderita, seperti halnya membritahukan kepada penderita atau
keluarga untuk menjauhi atau tidak memakan makanan yang tinggi lemak, kadar garam atau menjaga
psikis penderita agar penyakitnya dapat terjaga atau tidak semakin parah. Hal ini berada pada
tingkatan kemandirian tingkat ke-4 karena sudah sampai pada tahap promosi secara aktif baik dari
petugas untuk keluarga dan penderita, dan dari keluarga kepada penderita.

Penilaian Kemandirian Keluarga


Penilaian kemandirian keluarga yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan hasil bahwa dari semua
variable yang diteliti berada pada tingkat kemandirian keluarga dengan rata-rata berada pada
tingkatan ke IV, yaitu pihak keluarga telah melakukan berbagai tahapan dalam standar kemandirian
keluarga menurut (Depkes, 2006) dalam perawatan kesehatan keluarga dari tingkat terendah ke
tingkat yang tertinggi yaitu: menerima petugas perawatan kesehatan komunitas, menerima pelayanan
keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar, memanfaatkan pelayanan kesehatan secara aktif, melakukan perawatan
sederhana sesuai yang dianjurkan (psikoterapi individual), melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
(rehabilitasi psikiatri), melaksanakan tindakan promotif secara aktif (latihan keterampilan sosial).

Kebijakan Covid-19
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan jenis penyakit baru pada manusia yang belum
pernah teridentifikasi sebelumnya. Corona virus sebenarnya merupakan virus yang menyebabkan
penyakit yang umum ditemukan pada hewan Sehingga virus ini disebut sebagai zoonosis
(ditularkan antara hewan dan manusia). Masyarakat yang mengetahui lebih luas terkait covid-19 akan
memberikan pengaruh yang baik bagi orang tersebut, seperti halnya penderita ataupun keluarga
mengetahui bahwa pentingnya menjalankan protocol kesehatan dalam prilaku sehari-hari kita untuk
menghindari diri dari wabah penyakit covid-19 terlebih lagi bagi masyarakat yang mengalami penyakit
hipertensi yang mampu memudahkan bagi penderita hipertensi terjangkit covid-19 karena imun yang
dimiliki kurang mampu untuk menjaga dirinya sehingga bisa menimmbulkan komplikasi penyakit yang
baru dan berbahaya buat penderita.
Kebijakan Covid-19 seperti Kampanye 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak,
menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitasdan interaksi), penerapan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dan program vaksinasinasiona. Masyarakat telah
menerapkan protocol kesehatan dan menjalankan vaksinasi yang sesuai dengan kebijakan dari
pemerintah.
Kegiatan promosi kesehatan Penyuluhan Kesehatan tentang Covid-19 dan Hipertensi , Hand
Hygine, batuk efektif, degenerative, merokok, pelaksanaan 3Mserta Senam Hipertensi. Hal ini dalam
rangka pencegahan penularan penyakit covid 19 dan Hipertensi pada lansia. Karena dengan
melekatnya penyakit tersebut pada tubuh manusia akan menyebabkan imunitas pada tubuh manusia
akan semakin menurun, dan dapat berakibat buruk sehingga mampu memunculkan penyakit-penyakit
baru bagi penderita. Sehingga begitu pentingnya mengetahui teori pencegahan dan melaksanakan
teori kebijakan tersebut, dan mampu memberikan contoh yang baik bagi orang lain maupun dengan
orang sekitar.

8
Kejadian/Riwayat Covid-19

Informan yang di wawancarai tidak ditemukan kejadian/riwayat covid-19. Hal ini menunjukkan
bahwa keluarga yang menerapkan kebijakan kesehatan bersamaan dengan kemandirian keluarga
dalam mencegah covid-19 pada penderitaa hipertensi telah dilakukan dengan sangat baik serta
sesuai dengan tingkatan kemandirian keluarga menurut Depkes, 2006. Selain dari hal tersebut pihak
keluarga juga mematuhi kebijakan protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam
rangka menurunkan angka masyarakat yang terpapar virus covid-19. Sehingga kebijakan protokol
kesehatan harus dilakukan dengan baik dan penuh pertimbangan karena mampu meminimalisr atau
menurunkan angka manusia yang terpapar wabah covid-19.

KESIMPULAN
1. Kemandirian keluarga terkait dengan hal tersebut bahwa Keluarga telah menjalankan perannya
sebagi keluarga yang baik dalam menjaga pasien dengan sangat baik. Terdapat juga keluarga
yang membrikan ramuan herbal seperti jus ketimun untuk menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi dan juga terdapt obat-obatan yang telah diresepkan dokter untuk menjaga kesehatan
pasien. Terdapat beberapa keluarga yang memberikan perhatian terkait kegiatan rutin yang
dilakukan oleh pasien seperti olahraga, konsumsi makanan sehat dan bergizi.
2. Covid-19 terkait hal tersebut bahwa Setiap informan memberikan penjelasan terkait covid 19
sangat jelas dan memahami kebijakan bahkan penyebab dan pencegahan covid telah diketahui.
Sehingga dalam proses protokol kesehatan masih perlu adanya kesadaran dari diri masing-masing
untuk mematuhi prokes yang telah ditetapkan pemerintah seperti halnya memakai masker bahkan
dalam hal melakukan vaksinasi, menjaga jarak dan melakukan pola hidup bersih dan sehat.
Sehingga tidak mudah bagi masyarakat terpapar virus covid-19

References
Dinkes_Sulsel. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan 2016.

Friedman, M. (2013). Textbook For Family Nursing: Research, Theory And Practice (Buku Ajar
Keperawatan Keluarga: Riset, Teori Dan Praktek). Jakarta: Egc.

Joensen, L., Madsen, K., Holm, L., Nielsen, K., Rod, M., Petersen, A., .Willaing, I. (2020). Diabetes
And Covid‐19: Psychosocial Consequences Of The Covid‐19 Pandemic In People With Diabetes In
Denmark—What Characterizes People With High Levels Of Covid‐19‐Related Worries? Diabetic
Medicine, 37(7), 1146-1154.

Latifin, K., Purwanto, S., & Wahyuni, D. (2020). Aplikasi Keperawatan Komplementer “Cupping” Dalam
Mengontrol Hipertensi Di Masa Pandemi Covid-19. Applicable Innovation Of Engineering And
Science Research (Avoer), 374-377.

Law, S., Leung, A. W., & Xu, C. (2020). Severe Acute Respiratory Syndrome (Sars) And Coronavirus
Disease-2019 (Covid-19): From Causes To Preventions In Hong Kong. International Journal Of
Infectious Diseases, 94, 156-163.

Media_Indonesia. (2021). Hipertensi Jadi Komorbid Tertinggi Covid-19. Retrieved from


https://mediaindonesia.com/humaniora/405634/hipertensi-jadi-komorbid-tertinggi-covid-19

PKM_Antang. (2021). Jumlah Kasus dan Kematian Penyakit Tidak Menular Menurut Jenis Kelamin
dan Umur Puskesmas Antang Kota Makassar. In.

Saludung, M. P., & Malinti, E. (2021). Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi Di Puskesmas Bua
Tallulolo Toraja Utara Pada Masa Pandemi. Klabat Journal Of Nursing, 3(1), 1-12.

Sartik, S., Tjekyan, R., & Zulkarnain, M. (2017). Risk factors and the incidence of hipertension in
palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(3), 180–191.

9
Soesanto, E. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Upaya Perawatan Kesehatan Lanjut
Usia Hipertensi Dimasa Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
Cendekia Utama, 10(2), 170-179.

Tarigan, A. R., Lubis, Z., & Syarifah, S. (2018). Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan
Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016. Jurnal
Kesehatan, 11(1), 9-17.

Who. (2019). Suicide In The World: Global Health Estimates. Retrieved From.

Widyaningrum, D., Retnaningsih, D., & Tamrin, T. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Pada Lansia Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas,
2(2), 21-26.

Yeni, F., Husna, M., & Dachriyanus, D. (2016). Dukungan Keluarga Memengaruhi Kepatuhan Pasien
Hipertensi. Jurnal Keperawatan Indonesia, 19(3), 137-144.

10

Anda mungkin juga menyukai