KLINIK SANITASI
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
d. manajemen (pengorganisasian), dan e. pengembangan rekayasa sosial dalam
rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap
masalah kesehatan tersebut. Menurut Blum dalam Notoatmodjo (2003: 146) faktor
yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat adalah faktor lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
keturunan
Status Kesehatan
Pelayanan
Kesehatan Lingkungan
Perilaku
3
(Puskesmas) mulai dikembangkan sejak dicanangkannya pembangunan jangka
panjang (PJP) yang pertama tahun 1971, pemerintah mengembangkan Puskesmas
untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang sebagian
besar masih tinggal di pedesaan ( Muninjaya,2004:128).
Dalam pengembangannya Puskesmas mempunyai program untuk
mendekatkan lagi pelayanan kesehatan bersifat promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif, dan untuk menerapkan paradigma sehat, pada saat ini
digalakkan kembali. Maka diadakannya Klinik Sanitasi mempunyai tujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan kuratif
dilakukan secara terpadu dan terarah secara terus menerus.( Depkes RI, 1999).
Perkembangan pelayanan kesehatan masyarakat melalui Puskesmas pada
misi Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan dilakukan melalui
kegiatan : meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa,
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pengadaan peralatan dan obat sesuai
dengan kebutuhan, menguatkan sistim rujukan di tingkat dasar dengan
meningkatkan mutu pelayanan dan pengembangan peran serta masyarakat untuk
pembangunnan kesehatan. ( Muninjaya,2004:128).
Dalam KEPMENDAGRI (Keputusan Mentri Dalam Negeri) tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat no. 23 tahun 1994 bahwa
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan pelayanan pembinaan dan
pengembangan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat di wilayah
kerjanya, untuk melaksanakan tugas Puskesmas mempunyai fungsi : pelayanan
kesehatan kesejahteraan ibu dan anak, KB
4
(keluarga Berencana), perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat, pencegahan,
pemberantasan penyakit, imunisasi, pembinaan kesehatan lingkungan, PKM (Pendidikan
Kesehatan Msayarakat), usaha kesehatan sekolah, pengobatan, kesehatan kerja, usia
lanjut, pencatatan dan pelaporan.
Menurut Notoatmodjo (1996:89) pelayanan kesehatan mencakup pelayanan
kedokteran (Medical Services) dan pelayanan kesehatan masyarakat (Public Health
Services). Tapi terpenting adalah aspek pencegahan dan promosi kesehatan, hal ini
sesuai dengan paradigma sehat, salah satu pendekatanya menekankan pada
upaya promotif dan preventif berupa perbaikan lingkungan dan prilaku adalah Klinik
Sanitasi.
Klinik Sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatan lingkungan untuk pemberantasan penyakit dengan bimbingan,
penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas, klinik sanitasi bukan
sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari
kegiatan Puskesmas. (Depkes RI, 2002).
5
menjadi penyebab dominannya penyakit berbasis lingkungan pada 10 besar
penyakit di Kabupaten Banjarnegara.
Berdasarkan dari data yang ada dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang
tentang klinik sanitasi tahun 2008, dari 20 Puskesmas yang ada, telah
melaksanakan kegiatan klinik sanitasi adalah 14 Puskesmas (70%), sedang yang
belum melaksanakan 6 Puskesmas (30%), dan dari hasil penelitian bahwa dari 6
Puskesmas tersebut klinik sanitasi ada pelaksanaannya tetapi belum berjalan
secara optimal. Serta dari data penyakit yang ada di Kota Tangerang bahwa
penyakit berbasis lingkungan masuk kategori 10 (sepuluh) penyakit terbesar seperti
ISPA (Inpeksi Saluran Pernapasan Atas) (17.14%), Diare (4.92%), dan Penyakit
Kulit Infeksi (6.32%). Menurut pernyataan petugas kesehatan Dinas Kota
Tangerang bahwa pada tahun 2009 ini klinik sanitasi berjalan dengan tersendat-
sendat padahal Klinik Sanitasi seharusnya sudah berjalan dari tahun 2005 di Kota
Tangerang.
6
Keberadaan klinik sanitasi di Puskesmas adalah untuk meningkatkan
efektifltas Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan sanitasi dasar dan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta semua persoalan yang ada
kaitannya dengan kesehatan lingkungan, khususnya pemberantasan penyakit yang
berbasis lingkungan. Bila klinik sanitasi tidak berjalan maka pemberantasan
penyakit yang berbasis lingkungan tidak berjalan dan akan mempengaruhi satus
kesehatan masyarakat.
Maka klinik sanitasi penting untuk meningkatkan status kesehatan di masyarakat
dan oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang “Evaluasi Tentang
Pelaksanaan Klinik Sanitasi Di Puskesmas Kota Tangerang Tahun 2022”.
1.2. Rumusan Masalah.
Adapun rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana Gambaran Pelaksanaan Klinik Sanitasi Di Puskesmas Kota
Tangerang.
1.3. Tujuan.
1.3.1. Tujuan Umum.
Adalah diketahuinya gambaran secara mendalam pelaksanaan program
Penyelenggaraan Klinik Sanitasi Di Kota Tangerang.
1.3.2. Tujuan Khusus.
a. Diketahuinya gambaran komponen masukan (tenaga, dana, sarana
prasarana, dan metode) dalam pelaksanaan klinik sanitasi di Puskesmas
kota Tangerang.
7
b. Diketahuinya gambaran komponem proses (Pelaksanaan Klinik Sanitasi
seperti : sosialisasi, kerja sama lintas prgram, dan konseling). dalam
pelaksanaan klinik sanitasi di Puskesmas kota Tangerang.
c. Diketahuinya gambaran komponem keluaran (Pelaksanaan Klinik Sanitasi)
dalam pelaksanaan klinik sanitasi di Puskesmas kota Tangerang.
1.4. Manfaat Penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan evaluasi tentang pelaksanaan klinik sanitasi
di puskesmas kota Tangerang dan membatasi pada indikator Input (tenaga, dana,
sarana dan prasarana, serta metoda), proses (Pelaksanaan klinik sanitasi), output
( Pelaksanaan klinik sanitasi). Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan cara melakukan wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi
dengan indikator penelitian panduan wawancara, panduan observasi dan panduan
telaah dokumen. Penelitian ini
8
telah dilaksanakan pada bulan september 2009 di 6 Puskesmas yang ada di Kota
Tangerang dengan jumlah informan penelitian 12 orang dari tenaga kesehatan di
Puskesmas, Kepala Puskesmas, Tenaga klinik sanitasi dan Kasi penyehatan
lingkungan Kota Tangerang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
dengan program yang lain dari sektor terkait di wilayah kerja puskesmas.Dengan klinik
sanitasi diharapkan dapat memperkuat peran dan meningkatkan efektifitas Puskesmas
dalam melaksanakan pelayanan sanitasi dasar, guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan semua peroalan yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan,
khususnya pemberantasan penyakit yang berbasis lingkungan.
Adapun yang berkaitan erat dengan peranan klinik sanitasi adalah :
2.1.1. Pasien
Adalah suatu ruangan atau tempat yang dipergunakan oleh Sanitarian atau
Tenaga Kesling, Tenaga pelaksana kegiatan Klinik Sanitasi untuk rnelakukan fungsi
penyuluhan, konsultasi, konseling, pelatihan perbaikan sarana sanitasi dan
sebagainya.
2.1.5. Konseling
Adalah kegiatan wawancara mendalam dan penyuluhan yang bertujuan untuk
mengenali masalah lebih ringan kemudian diupayakan pemecahannya
11
yang dilakukan oleh tenaga sanitarian atau tenaga pelaksana Klinik Sanitasi,
sehubungan dengan konsultasi penderita atau klien yang datang ke Puskesmas
tentang penyakit berhubungan dengan lingkungan dan kesehatan lingkungan
penduduk diwilayah kerja Puskesmas.
2.1.6. Keluarga Binaan
Adalah keluarga, tetangga penderita atau klien yang perlu difasilitasi untuk
mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
2.1.7. Kunjungan Rumah
12
Kesehatan Lingkungan yang akan dibawa Sanitarian atau tenaga kesling membuat
janji kunjungan ke rumah pasien dan keluarga. Kemudian Sanitarian atau tenaga
kesling membuat janji kunjungan rumah dengan pasien dan keluarganya.
Selanjutnya pasien dan keluarga mengambil obat. Dengan keterpaduan ini, balk
Perawat, Bidan dan Dokter maupun Sanitarian atau tenaga kesling memahami
secara utuh masalah kesehatan yang dialami paaien, keluarga dan masyarakat
sekitarnya.
Klien datang dan mendaftar di loket, selanjutnya menuju ruang kerja
sanitarian/tenaga kesling untuk melakukan konsultasl masalah-masalah kesehatan
lingkungan yang dihadapinya.
Sanitarian mencatat hasil wawancara dalam Kartu Status Kesehatan
Lingkungan. kemudian sanitarian membuat janji kunjungan rumah dengan klien.
Kegiatan lain di dalam gedung yang pertu dilakukan adalah membahas segala
permasalahan, cara pemecahan masalah, hasil monitoring, evaluasi dan
perencanaan Klinik Sanitasi dalam Mini Lokakarya Puskesmas yang melibatkan
seluruh penanggung jawab kegiatan dan dilaksanakan satu bulan sekali. Dengan
demikian diharapkan dapat dilakukan penanganan Klinik Sanitasi secara integratif
dan komprehensif. (Depkes RI, 2002:3).
Menurut Kangdarma (2009) kegiatan didalam gedung meliputi Semua pasien
yang mendaftar di loket setelah mendapat kartu status seterusnya diperiksa oleh
petugas paramedis, medis Puskesmas. Apabila di dapatkan penderita penyakit
yang behubungan erat dengan faktor lingkungan, maka yang bersangkutan dirujuk
ke ruang klinik sanitasi. Kalau klien, setelah mendaftar di loket, mereka langsung
ke ruang Klinik Sanitasi untuk
13
mendapatkan bimbingan teknis. Di ruang Klinik Sanitasi, sanitarian/tenaga kesling
akan melakukan wawancara dan konseling yang hasilnya ditulis dalam Kartu Status
Kesehatan Lingkungan. Selanjutnya sanitarian atau petugas kesling membuat janji
kunjungan ke rumah pasien atau klien.
2.2.2. Kegiatan luar gedung
14
Sangat diharapkan kelak jika timbul masalah yang lebih kurang sama. mereka
mampu menanganinya sendiri. Baik Sanitarian maupun petugas kesehatan lain
yang mendampinginya dapat mamberikan penyuluhan kepada pasien dan atau
keluarganya serta tetangga-tetangga pasien tersebut.
Perlu pula dikoordinasikan melalui Camat dengan kegiatan instansi dan sektor
lain yang mempunya kegiatan di desa dimana program Klinik Sanitasi diterapkan.
Instansi dan sektor tersebut adalah instansi yang mempunyai kegiatan yang dapat
menunjang pemberdayaan masyarakat di desa klinik Sanitasi (misalnya : sektor
pertanian dan peternakan, koperasi, dsb). Bila diperlukan bantuan sektor di Tk. II
(Kota Tangerang), maka Puskesmas dapat meminta bantuan Dinas Kesehatan Dati.
II untuk mengkoordinaskan dengan instansi atau sektor terkait di Tk. II.
Apabila dibutuhkan suatu perbaikan atau pembangunan sarana sanitasi dasar
dengan biaya besar, seperti pembangunan sistim perpipaan, yang kurang
terjangkau oleh masyarakat setempat. Sanitarian akan mengusulkan kegiatan
terebut kepada instansi terkait (misalnya : Kantor Cabang PU (Pekerjaan Umum)
Kecamatan, Dinas PU Kabupaten). Pertu diingat bahwa kegiatan bantuan tersebut
seharusnya berupa stimulan dan masyarakat harus dimotivasi untuk berswadaya
sehingga menjadi bangunan sarana sanitasi dasar yang lengkap. (Depkes RI,
2002:4).
Menurut Kangdarma (2009) Kegiatan di luar gedung ini adalah kunjungan
rumah atau lokasi sebagai tindak lanjut kunjungan pasien dan klien ke Puskesmas
(Klinik Sanitasi). Kunjungan ini sebenarnya merupakan
15
kegiatan rutin yang lebih dipertajam sasarannya, sesuai hasil wawancara
pasien/klien dengan sanitarian pada waktu di Puskesmas.
Kegiatan Klinik Sanitasi di Puskesmas menurut Munir pada dasarnya sebagai
usaha pemerintah diharapkan dapat menurunkan insiden penyakit yang berbasis
lingkungan. Sanitarian sebagai koordinator petugas Puskesmas yang berkompeten
terhadap masalah kesehatan lingkungan dapat melaksanakan kegiatan Klinik
Sanitasi sesuai dengan konsep dasar yang ada. Kenyataan kegiatan ini belum bisa
jalan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi dan
tidak adanya koordinasi yang baik antar semua Petugas Puskesmas. Disamping itu,
karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan Petugas Puskesmas terhadap
Program Klinik Sanitasi. Salah satu alternatif mengatasi masalah tentang
pengetahuan dan keterampilan Petugas Puskesmas adalah pelatihan partisipatif
dengan menggunakan multi metode ( dinamika kelompok, curah pendapat, diskusi
dan demonstrasi ).
16
Gambar 2.1 Alur Klinik Sanitasi
PUSKESMAS
Apotik Pulang
Penderita L O K E TPoliklinik D
A
L
A
Klien
M
Ptg. Klinik G
Sanitasi E
D
U
N
Lokakarya Mini Puskesmas G
Koordinasi
Informasi ke aparat Desa lintas program atau sector
atau Masyarakat
Kadus Pustu
Toma
Kader
kesling
Bides PU
Pertanian
L
Kunjungan Rumah, Lingkungan, TTU, TP2M, U
Tempat Kerja
A
R
G
E
D
U
N
Keterangan : G
Alur Penderita
Alur Klien Alur
Petugas
Umpan Balik
17
Rekomenda
si &
implementa Pemantaua
si n dan
perbaikan Penilaian
Lingkungan
dan Prilaku
18
2.3. Tujuan Klnik Sanitasi
2.3.1. Umum :
Sasaran dari klinik sanitasi adalah: Penderita atau klien yang menderita dan
mengeluhkan masalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan
yang ada di wilayah kerja Puskesmas, Masyarakat umum (klien) yang mempunyai
masalah kesehatan lingkungan, yang datang ke puskesmas. Lingkungan penyebab
masalah bagi penderita atau klien dan masyarakat sekitanya. (Depkes RI ,1999:6).
19
2.5. Ruang Lingkup
20
bersamaan. Baik luas wilayah (jumlah desa) maupun jenis penyakitnya.
2.6.4. Dilaksanakan secara terpadu dan bekerjasama dengan lintas program dan
lintas sektor diwilayah puskesmas.
2.6.5. Menumbuh kembangkan peran terta masyarakat melalul kelembagaan yang
sudah ada. misalnya PKK (Pendidikan Kesehatan Keluarga), LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat), LKMD (Lembaga Keamanan Masyarakat Desa).
2.6.6. Mengutamakan segi penyuluhan, bimbingan teknls dan pemberdayaan
untuk mendapatkan kemandlrian masyarakat. Penyuluhan juga dilakukan
dengan pemberian contoh dan keteladanan.
2.6.7. Mengupayakan dukungan dana dengan meningkatkan swadaya masyarakat
termasuk swasta selain dana dari pemerintah. (Depkes RI, 1999:7).
2.7. Sumber Daya
21
c. Tenaga yang telah ditunjuk oleh pimpinan Puskesmas dalam pelaksanaan
program. Tenaga-tenaga tersebut di atas, periu mendapat pengetahuan/
orientasi tentang klinik sanitasi.
2.7.2. Prasarana dan Sarana
Untuk melakukan kegiatan klinik sanitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan
menurut Depkes RI (1999) adalah sebagai berikut :
a. Ruangan :
Diperlukan ruangan dan atau bengkel sanitasi yang dapat digunakan untuk
kegiatan-kegiatan penyuluhan, konsultasi, konseling, demonstrasi,
pelatihan/perbaikan sarana sanitasi dasar dan penyimpanan peralatan kerja.
Untuk perkembangan selanjutnya bengkel sanitasi dapat berfungsi sebagai
pusat pelatihan masyarakat di bidang sanitasi lingkungan.
b. Peralatan
22
Untuk pencatatan, dan pendataan diperlukan dalam melakukan kegiatan
klinik sanitasi yang disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota setempat.
2.7.3. Sumber dana
Dana operasional puskesmas APBD I dan APBD II, BLN. kemitraan dan
swadaya masyarakat. (Depkes RI, 1999:10). Dana Klinik Sanitasi di Kota
Tangerang berasal dari APBD Kota Tangerang.
2.8 Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi
23
lingkungan, dan perilaku yang diduga berkaitan dengan kejadian
penyakit yang mengacu pada buku pedoman tehnis klinik sanitasi untuk
Puskesmas dan panduan konseling bagi petugas klinik sanitasi di
puskesmas.
5. Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau prilaku yang
berkaitan dengan kejadian penyakit yang diderita.
6. Memberikan saran atau tindak lanjut sesuai permasalahan.
24
5. Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau
keluarganya tentang jadual kunjungan lapangan ke rumah klien.
2.8.2. Luar gedung
25
dusun atau ketua RT/RW), kader kesehatan lingkungan, serta lintas sektor
terkait di tingkat kecamatan intuk dapat di tindak lanjuti secara bersama.
(Depkes RI, 2002:6-7).
2.9 Kriteria Keberhasilan.
26
manajemen Puskesmas berbasis paradigma sehat dijelaskan bahwa Puskesmas
adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelengarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 128 Th 2004 Tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kab/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di satu atau sebagian wilayah Kecamatan.
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselengarakan oleh Puskesmas
menurut Trihono (2005) adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja Puskesmas,
agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi tingginya dalam rangka mewujudkan
indonesia sehat 2010.
Menurut Trihono Puskesmas mempunyai 3 fungsi yaitu:
27
Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah
kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yg berwawasan kesehatan
1. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya
2. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
28
Puskesmas menjalankan beberapa usaha pokok (basic health care services atau
public health esential) yang meliputi program:
a. Kesehatan Ibu dan Anak
b. Keluarga Berencana
d. Peningkatan Gizi
e. Kesehatan Lingkungan
f. Pengobatan
h. Laboratorium
i. Kesehatan Sekolah
k. Kesehatan Jiwa
l. Kesehatan Gigi
1. Puskesmas bertanggungjawab
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal diwilayah kerjanya
2. Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung
Puskesmas keliling
29
1. Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat agar berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas
2. Potensi masyarakat perlu di himpun
c. Azas keterpaduan
30
Beberapa jaringan pelayanan Puskesmas menurut Muninjaya (2004) dapat
paparakan sebagai berikut :
a. Puskesmas :
31
1. Pos pelayanan kesehatan ini sebaiknya ada disetiap desa/kelurahan,
sebagai penunjang pelaksanaan desa/kelurahan SIAGA,
2. Beberapa pos yang fungsinya sejenis (cuma namanya saja yang
berbeda) antara lain:
3. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
2.11.1 Pengertian
32
b. Sistim adalah suatu srtuktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang
saling berhubungan dan bekerja sebagai salah satu unit organik untuk
mencapai keluaran yang di inginkan secara efektif dan efisien. (Mc Manama)
c. Sistem adalah kumpulan dari bagian- bagian yang berhubungan dan
membentuk satu kesatuan yang majemuk, dimana masing-maing bagian
bekerja sama secara bebas dan terkait untuk mencapai sasaran kesatuan
dalam suatu situasi yang majemuk pula.
d. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen
yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar
mempersiapkan untuk mencapaitujuan yang ditetapkan.
2.11.2. Ciri-ciri Sistem.
a. Dalam sistem terdapat suatu elemen yang satu sama lain saling
berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk suatu
kesatuan, dalam arti semuanya berfungsi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Fungsi yang diperankan oleh masing-masing bagian atau elemen yang
membentuk suatu kesatuan tersebut adalah dalam rangka mengubah
masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
c. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, semuanya bekerja sama secara
babas namun terkait, dalam arti terdapat mekanisme pengendalian yang
mengarahkannya agar tetap berfungsi sebagi mana yang telah
direncanakan.
33
d. Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu, buakn berarti ia
tertutup terhadap lingkungan.
2.11.3 Unsur Sistem.
Sistem terdiri dari beberapa unsur menurut Azwar adalah sebagai berikut:
a. Masukan
Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan.
c. Keluaran
Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
d. Umpan Balik
Umpan Balik (Feed Back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem
tersebut.
e. Dampak
34
f. Lingkungan
ini:
LINGKUNGAN
UMPAN BALIK
Menurut Azrul Azwar (1996 : 23) sistim kesehatan dipandang sebagai suatu
upaya untuk menghasilkan pelayanan kesehatan maka dijelaskan dalam berbagai
unsusr antara adalah sebagai berikut :
a. Masukan (input) adalah perangkat administrasi yakni tenagga, dana, sarana,
dan metoda atau dikenal pula dengan istilah sumber,tata cara dan
kesanggupan.
b. Proses adalah fungsi administrasi, yang terpenting ialah perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian.
35
c. Keluaran (output) adalah pelayanan kesehatan yakni yang
dimanfaatkan oleh masyarakat.
d. Outcome atau hasil yang didapat seperti peningkatan derajad
kesehatan
Yang dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:
Bagan 2.12
36