Anda di halaman 1dari 36

BUKU PANDUAN PELAKSANAAN

KLINIK SANITASI

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Dalam perkembangan ekonomi, politik dan sosial budaya di Indonesia pada


akhir-akhir ini, banyak hal yang memerlukan pemikiran yang menyeluruh namun
harus di aplikasikan secara sederhana dan praktis dalam masyarakat. Oleh karena
teknologi tinggi di berbagai bidang termasuk bidang kesehatan, kesehatan
lingkungan yang telah ada harus ditetapkan dalam masyarakat bertumpu pada cara
pandang masyarakat sendiri melalui program pembangunan kesehatan mayarakat.
(HAKLI, 1999)
Pembangunan bidang kesehatan tersebut tertera di dalam Undang- undang
RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 3
yaitu :”Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal”.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk lebih meningkatkan
kesehatan bangsa yang lebih proaktif, tenaga kesehatan yang lebih proaktif dan
produktif merupakan modal pembangunan kesehatan dalam jangka panjang, serta
mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dan menjaga kesehatan
mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pelayanan kesehatan
bersifat Promotif dan Preventif. (Depkes RI, 1999:1)
Menurut Winslow dalam buku Notoatmodjo (1996:11) kegiatan kesehatan
dalam mendukung pembangunan adalah mencakup: a. sanitasi lingkungan, b.
pemberantasan penyakit, c. pendidikan kesehatan (hygiene),

2
d. manajemen (pengorganisasian), dan e. pengembangan rekayasa sosial dalam
rangka pemeliharaan kesehatan masyarakat.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap
masalah kesehatan tersebut. Menurut Blum dalam Notoatmodjo (2003: 146) faktor
yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat adalah faktor lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.

keturunan

Status Kesehatan
Pelayanan
Kesehatan Lingkungan

Perilaku

Gambar 1.1 skema kesehatan menurut Hendrik L. Blum. Th 2003.

Pelayanan kesehatan masyarakat ini dilakukan oleh tenaga kesehatan pada


instansi-instansi terkait seperti pada Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas
Kesehatan sebagai monitoring. Pusat Kesehatan Masyarakat

3
(Puskesmas) mulai dikembangkan sejak dicanangkannya pembangunan jangka
panjang (PJP) yang pertama tahun 1971, pemerintah mengembangkan Puskesmas
untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang sebagian
besar masih tinggal di pedesaan ( Muninjaya,2004:128).
Dalam pengembangannya Puskesmas mempunyai program untuk
mendekatkan lagi pelayanan kesehatan bersifat promotif dan preventif tanpa
mengabaikan upaya kuratif, dan untuk menerapkan paradigma sehat, pada saat ini
digalakkan kembali. Maka diadakannya Klinik Sanitasi mempunyai tujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif dan kuratif
dilakukan secara terpadu dan terarah secara terus menerus.( Depkes RI, 1999).
Perkembangan pelayanan kesehatan masyarakat melalui Puskesmas pada
misi Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan dilakukan melalui
kegiatan : meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa,
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pengadaan peralatan dan obat sesuai
dengan kebutuhan, menguatkan sistim rujukan di tingkat dasar dengan
meningkatkan mutu pelayanan dan pengembangan peran serta masyarakat untuk
pembangunnan kesehatan. ( Muninjaya,2004:128).
Dalam KEPMENDAGRI (Keputusan Mentri Dalam Negeri) tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat no. 23 tahun 1994 bahwa
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan pelayanan pembinaan dan
pengembangan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat di wilayah
kerjanya, untuk melaksanakan tugas Puskesmas mempunyai fungsi : pelayanan
kesehatan kesejahteraan ibu dan anak, KB

4
(keluarga Berencana), perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat, pencegahan,
pemberantasan penyakit, imunisasi, pembinaan kesehatan lingkungan, PKM (Pendidikan
Kesehatan Msayarakat), usaha kesehatan sekolah, pengobatan, kesehatan kerja, usia
lanjut, pencatatan dan pelaporan.
Menurut Notoatmodjo (1996:89) pelayanan kesehatan mencakup pelayanan
kedokteran (Medical Services) dan pelayanan kesehatan masyarakat (Public Health
Services). Tapi terpenting adalah aspek pencegahan dan promosi kesehatan, hal ini
sesuai dengan paradigma sehat, salah satu pendekatanya menekankan pada
upaya promotif dan preventif berupa perbaikan lingkungan dan prilaku adalah Klinik
Sanitasi.
Klinik Sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatan lingkungan untuk pemberantasan penyakit dengan bimbingan,
penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas, klinik sanitasi bukan
sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari
kegiatan Puskesmas. (Depkes RI, 2002).

Menurut Adihayanto dkk di Dinas Kesehatan Banjarnegara tahun 2003,


permasalahan tentang klinik sanitasi masih terjadi pada beberapa Puskesmas di
Kabupaten Banjarnegara. Supervisi telah dilaksanakan terhadap 22 Puskesmas
dari 34 Puskesmas yang ada, ternyata 54,5 % belum memiliki ruang khusus klinik
sanitasi. Walaupun klinik sanitasi sudah dilaksanakan oleh 95% Puskesmas, hanya
45,5% yang melaksanakan konseling tiap hari. Sedangkan kunjungan rumah hanya
dilaksanakan oleh 33,3% petugas klinik sanitasi Puskesmas. Fakta tersebut
kemungkinan

5
menjadi penyebab dominannya penyakit berbasis lingkungan pada 10 besar
penyakit di Kabupaten Banjarnegara.

Berdasarkan dari data yang ada dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang
tentang klinik sanitasi tahun 2008, dari 20 Puskesmas yang ada, telah
melaksanakan kegiatan klinik sanitasi adalah 14 Puskesmas (70%), sedang yang
belum melaksanakan 6 Puskesmas (30%), dan dari hasil penelitian bahwa dari 6
Puskesmas tersebut klinik sanitasi ada pelaksanaannya tetapi belum berjalan
secara optimal. Serta dari data penyakit yang ada di Kota Tangerang bahwa
penyakit berbasis lingkungan masuk kategori 10 (sepuluh) penyakit terbesar seperti
ISPA (Inpeksi Saluran Pernapasan Atas) (17.14%), Diare (4.92%), dan Penyakit
Kulit Infeksi (6.32%). Menurut pernyataan petugas kesehatan Dinas Kota
Tangerang bahwa pada tahun 2009 ini klinik sanitasi berjalan dengan tersendat-
sendat padahal Klinik Sanitasi seharusnya sudah berjalan dari tahun 2005 di Kota
Tangerang.

Berdasarkan dari hasil wawancara awal pada Petugas Puskesmas di Kota


Tangerang dari 3 Puskesmas, bahwa program klinik sanitasi berjalan tidak optimal
seperti surveilance tidak berjalan, penyuluhan, dan kunjungan rumah tidak
telaksana, hal ini dikarenakan alokasi dana kurang bahkan tidak ada untuk
operasional klinik sanitasi, sarana dan prasarana seperti buku panduan, alat
pemantau kualitas lingkungan belum ada, ruangan sebagian Puskesmas sudah
memiliki dan ada juga yang tidak mempunyai ruangan serta tenaga yang ada
mempunyai jabatan rangkap dalam puskesmas tersebut meliputi sebgai
bendaharaan dan petugas loket atau karcis.

6
Keberadaan klinik sanitasi di Puskesmas adalah untuk meningkatkan
efektifltas Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan sanitasi dasar dan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta semua persoalan yang ada
kaitannya dengan kesehatan lingkungan, khususnya pemberantasan penyakit yang
berbasis lingkungan. Bila klinik sanitasi tidak berjalan maka pemberantasan
penyakit yang berbasis lingkungan tidak berjalan dan akan mempengaruhi satus
kesehatan masyarakat.
Maka klinik sanitasi penting untuk meningkatkan status kesehatan di masyarakat
dan oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang “Evaluasi Tentang
Pelaksanaan Klinik Sanitasi Di Puskesmas Kota Tangerang Tahun 2022”.
1.2. Rumusan Masalah.
Adapun rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana Gambaran Pelaksanaan Klinik Sanitasi Di Puskesmas Kota
Tangerang.
1.3. Tujuan.
1.3.1. Tujuan Umum.
Adalah diketahuinya gambaran secara mendalam pelaksanaan program
Penyelenggaraan Klinik Sanitasi Di Kota Tangerang.
1.3.2. Tujuan Khusus.
a. Diketahuinya gambaran komponen masukan (tenaga, dana, sarana
prasarana, dan metode) dalam pelaksanaan klinik sanitasi di Puskesmas
kota Tangerang.

7
b. Diketahuinya gambaran komponem proses (Pelaksanaan Klinik Sanitasi
seperti : sosialisasi, kerja sama lintas prgram, dan konseling). dalam
pelaksanaan klinik sanitasi di Puskesmas kota Tangerang.
c. Diketahuinya gambaran komponem keluaran (Pelaksanaan Klinik Sanitasi)
dalam pelaksanaan klinik sanitasi di Puskesmas kota Tangerang.
1.4. Manfaat Penelitian.

1.4.1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

Menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan dalam perencanaan,


pelaksanaan, pengembangan dan evaluasi program klinik sanitasi di Kota
Tangerang.
1.4.2. Bagi Puskesmas Kota Tangerang.

Dapat di jadikan bahan acuan dalam pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi di


Puskesmas Kota Tangerang.
1.4.3. Bagi Peneliti.

Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam bidang kesehatan


khususnya tentang pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi di Kota Tangerang.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan evaluasi tentang pelaksanaan klinik sanitasi
di puskesmas kota Tangerang dan membatasi pada indikator Input (tenaga, dana,
sarana dan prasarana, serta metoda), proses (Pelaksanaan klinik sanitasi), output
( Pelaksanaan klinik sanitasi). Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan cara melakukan wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi
dengan indikator penelitian panduan wawancara, panduan observasi dan panduan
telaah dokumen. Penelitian ini

8
telah dilaksanakan pada bulan september 2009 di 6 Puskesmas yang ada di Kota
Tangerang dengan jumlah informan penelitian 12 orang dari tenaga kesehatan di
Puskesmas, Kepala Puskesmas, Tenaga klinik sanitasi dan Kasi penyehatan
lingkungan Kota Tangerang.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klinik Sanitasi

Klinik sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat untuk mengatasi


masalah kesehatan masyarakat melalui upaya terintegrasi kesehatan lingkungan -
pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari
petugas Puskesmas. Klinik Sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri
sendiri. tetapi sebagai bagian didalam dari kegiatan puskesmas. bekerjasama
dengan program yang lain dari sektor terkait di wilayah kerja Puskesmas.( Depkes
RI, 1999:2).
Menurut Kangdarma (2009) klinik sanitasi adalah merupakan suatu wahana
untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat melalui upaya terintegrasi antara
kesehatan lingkungan pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan,
dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas.
Program klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat peran dan
meningkatkan efektifltas Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan sanitasi
dasar guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan semua persoalan
yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan. Khususnya pemberantasan
penyakit yang berbasis lingkungan.( Depkes RI, 1999:2).
Menurut Husein (2008) Klinik Sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat
untuk mengatasi masalah kesehatan lingkungan-pemberantasan penyakit dengan
bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas. Klinik sanitasi
bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral
dari kegiatan puskesmas, bekerjasama

10
dengan program yang lain dari sektor terkait di wilayah kerja puskesmas.Dengan klinik
sanitasi diharapkan dapat memperkuat peran dan meningkatkan efektifitas Puskesmas
dalam melaksanakan pelayanan sanitasi dasar, guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan semua peroalan yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan,
khususnya pemberantasan penyakit yang berbasis lingkungan.
Adapun yang berkaitan erat dengan peranan klinik sanitasi adalah :

2.1.1. Pasien

Penderita penyakit yang diduga barkaitan dengan kesehatan lingkungan yang


dlrujuk oleh petugas medis ke Ruang Sanitasi.
2.1.2. Klien

Masyarakat umum bukan penderita penyakit yang datang ke puskesmas


untuk berkosultasi masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.
2.1.3. Bengkel Sanitasi

Adalah suatu ruangan atau tempat yang dipergunakan untuk menyimpan


peralatan pemantauan dan perbaikan kualitas lingkungan.
2.1.4. Ruang Klinik Sanitasi

Adalah suatu ruangan atau tempat yang dipergunakan oleh Sanitarian atau
Tenaga Kesling, Tenaga pelaksana kegiatan Klinik Sanitasi untuk rnelakukan fungsi
penyuluhan, konsultasi, konseling, pelatihan perbaikan sarana sanitasi dan
sebagainya.
2.1.5. Konseling
Adalah kegiatan wawancara mendalam dan penyuluhan yang bertujuan untuk
mengenali masalah lebih ringan kemudian diupayakan pemecahannya

11
yang dilakukan oleh tenaga sanitarian atau tenaga pelaksana Klinik Sanitasi,
sehubungan dengan konsultasi penderita atau klien yang datang ke Puskesmas
tentang penyakit berhubungan dengan lingkungan dan kesehatan lingkungan
penduduk diwilayah kerja Puskesmas.
2.1.6. Keluarga Binaan

Adalah keluarga, tetangga penderita atau klien yang perlu difasilitasi untuk
mengatasi masalah kesehatan lingkungan.
2.1.7. Kunjungan Rumah

Adalah kegiatan sanitarian atau tenaga kesling, tenaga pelaksanaan Klinik


Sanitasi untuk rnelakukan kunjungan ke rumah untuk mellhat keadaan lingkungan
rumah sebagai tindak lanjut darl kunjungan penderita atau klien ke ruang Klinik
Sanitasi. (Depkes RI, 1999:5).
2.2. Kegiatan Klinik Sanitasi.

2.2.1. Kegiatan dalam gedung

Adalah kegiatan upaya pelayanan kesehatan lingkungan yang dilakukan di


dalam lingkungan gedung puskesmas.
Dalam Gedung Puskesmas semua Pasien yang mendaftar di Loket, setelah
mendapat kartu status, kemudian diperiksa oleh petugas paramedis dan medis
Puskesmas (Bidan, Perawat danDokter).
Apabila didapatkan menderita penyakit yang berhubungan erat dengan faktor
lingkungan, maka yang bersangkutan dirujuk ke Klinik Sanitasi.
Di Ruang Klinik Sanitasi Sanitarian atau tenaga kesling mewawancarai pasien
tentang penyakit yang diderita dikaitkan dengan lingkungan. Sanitarian atau tenaga
kesling mencatat keterangan pasien, serta memberikan penyuluhan dan data yang
diperlukan dttulis dalam Kartu Status

12
Kesehatan Lingkungan yang akan dibawa Sanitarian atau tenaga kesling membuat
janji kunjungan ke rumah pasien dan keluarga. Kemudian Sanitarian atau tenaga
kesling membuat janji kunjungan rumah dengan pasien dan keluarganya.
Selanjutnya pasien dan keluarga mengambil obat. Dengan keterpaduan ini, balk
Perawat, Bidan dan Dokter maupun Sanitarian atau tenaga kesling memahami
secara utuh masalah kesehatan yang dialami paaien, keluarga dan masyarakat
sekitarnya.
Klien datang dan mendaftar di loket, selanjutnya menuju ruang kerja
sanitarian/tenaga kesling untuk melakukan konsultasl masalah-masalah kesehatan
lingkungan yang dihadapinya.
Sanitarian mencatat hasil wawancara dalam Kartu Status Kesehatan
Lingkungan. kemudian sanitarian membuat janji kunjungan rumah dengan klien.
Kegiatan lain di dalam gedung yang pertu dilakukan adalah membahas segala
permasalahan, cara pemecahan masalah, hasil monitoring, evaluasi dan
perencanaan Klinik Sanitasi dalam Mini Lokakarya Puskesmas yang melibatkan
seluruh penanggung jawab kegiatan dan dilaksanakan satu bulan sekali. Dengan
demikian diharapkan dapat dilakukan penanganan Klinik Sanitasi secara integratif
dan komprehensif. (Depkes RI, 2002:3).
Menurut Kangdarma (2009) kegiatan didalam gedung meliputi Semua pasien
yang mendaftar di loket setelah mendapat kartu status seterusnya diperiksa oleh
petugas paramedis, medis Puskesmas. Apabila di dapatkan penderita penyakit
yang behubungan erat dengan faktor lingkungan, maka yang bersangkutan dirujuk
ke ruang klinik sanitasi. Kalau klien, setelah mendaftar di loket, mereka langsung
ke ruang Klinik Sanitasi untuk

13
mendapatkan bimbingan teknis. Di ruang Klinik Sanitasi, sanitarian/tenaga kesling
akan melakukan wawancara dan konseling yang hasilnya ditulis dalam Kartu Status
Kesehatan Lingkungan. Selanjutnya sanitarian atau petugas kesling membuat janji
kunjungan ke rumah pasien atau klien.
2.2.2. Kegiatan luar gedung

Adalah kegiatan upaya kesehatan lingkungan yang dilakukan di luar


lingkungan gedung puskesmas.
Kegiatan luar gedung Ini adalah kunjungan rumah atau lokasi sebagai rencana
tindak lanjut kunjungan pasien atau klien ke Klinik di Puskesmas.
Sebenamya kunjungan ini merupakan kegiatan rutin yang lebih dipertajam
sasarannya. karena saat kunjungan sanitarian telah mempunyai data pasti adanya
sarana sanitasi dan lingkungan bermasalah yang perlu diperiksa dan faktor-faktor
perilaku yang berperan besar dalam terjadi penyakit atau masalah tersebut.
Dalam kunjungannya, Sanitarian sedapat mungkin mengikut sertakan Perawat
dan Puskesmas Pembantu atau Bidan setempat, Bidan Desa, untuk melakukan
kontrol atas penyakit yang telah diobati tersebut (semacam kegiatan PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk)). Sanitarian membawa kartu status kesehatan
lingkungan, reigjister yang telah diisi saat kunjungan pasien ke Klinik Sanitasi
sebelumnya.
Selain itu Sanitarian juga mengajak kader klinik, Ketua Pokmair, kelompok
pemakai sarana, ibu PKK (Pendidikan Kesehatan Keluarga), LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat), Perangkat Desa. tokoh masyarakat. Maksudnya agar
masyarakat turut berperan aktif memecahkan masalah kesehatan yang timbul di
lingkungan mereka sendiri.

14
Sangat diharapkan kelak jika timbul masalah yang lebih kurang sama. mereka
mampu menanganinya sendiri. Baik Sanitarian maupun petugas kesehatan lain
yang mendampinginya dapat mamberikan penyuluhan kepada pasien dan atau
keluarganya serta tetangga-tetangga pasien tersebut.
Perlu pula dikoordinasikan melalui Camat dengan kegiatan instansi dan sektor
lain yang mempunya kegiatan di desa dimana program Klinik Sanitasi diterapkan.
Instansi dan sektor tersebut adalah instansi yang mempunyai kegiatan yang dapat
menunjang pemberdayaan masyarakat di desa klinik Sanitasi (misalnya : sektor
pertanian dan peternakan, koperasi, dsb). Bila diperlukan bantuan sektor di Tk. II
(Kota Tangerang), maka Puskesmas dapat meminta bantuan Dinas Kesehatan Dati.
II untuk mengkoordinaskan dengan instansi atau sektor terkait di Tk. II.
Apabila dibutuhkan suatu perbaikan atau pembangunan sarana sanitasi dasar
dengan biaya besar, seperti pembangunan sistim perpipaan, yang kurang
terjangkau oleh masyarakat setempat. Sanitarian akan mengusulkan kegiatan
terebut kepada instansi terkait (misalnya : Kantor Cabang PU (Pekerjaan Umum)
Kecamatan, Dinas PU Kabupaten). Pertu diingat bahwa kegiatan bantuan tersebut
seharusnya berupa stimulan dan masyarakat harus dimotivasi untuk berswadaya
sehingga menjadi bangunan sarana sanitasi dasar yang lengkap. (Depkes RI,
2002:4).
Menurut Kangdarma (2009) Kegiatan di luar gedung ini adalah kunjungan
rumah atau lokasi sebagai tindak lanjut kunjungan pasien dan klien ke Puskesmas
(Klinik Sanitasi). Kunjungan ini sebenarnya merupakan

15
kegiatan rutin yang lebih dipertajam sasarannya, sesuai hasil wawancara
pasien/klien dengan sanitarian pada waktu di Puskesmas.
Kegiatan Klinik Sanitasi di Puskesmas menurut Munir pada dasarnya sebagai
usaha pemerintah diharapkan dapat menurunkan insiden penyakit yang berbasis
lingkungan. Sanitarian sebagai koordinator petugas Puskesmas yang berkompeten
terhadap masalah kesehatan lingkungan dapat melaksanakan kegiatan Klinik
Sanitasi sesuai dengan konsep dasar yang ada. Kenyataan kegiatan ini belum bisa
jalan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi dan
tidak adanya koordinasi yang baik antar semua Petugas Puskesmas. Disamping itu,
karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan Petugas Puskesmas terhadap
Program Klinik Sanitasi. Salah satu alternatif mengatasi masalah tentang
pengetahuan dan keterampilan Petugas Puskesmas adalah pelatihan partisipatif
dengan menggunakan multi metode ( dinamika kelompok, curah pendapat, diskusi
dan demonstrasi ).

16
Gambar 2.1 Alur Klinik Sanitasi
PUSKESMAS

Apotik Pulang
Penderita L O K E TPoliklinik D
A
L
A
Klien
M

Ptg. Klinik G
Sanitasi E
D
U
N
Lokakarya Mini Puskesmas G

Koordinasi
Informasi ke aparat Desa lintas program atau sector
atau Masyarakat
Kadus Pustu
Toma
Kader
kesling
 Bides PU
 Pertanian

L
Kunjungan Rumah, Lingkungan, TTU, TP2M, U
Tempat Kerja
A
R

G
E
D
U
N
Keterangan : G
Alur Penderita
Alur Klien Alur
Petugas
Umpan Balik

17
Rekomenda
si &
implementa Pemantaua
si n dan
perbaikan Penilaian
Lingkungan
dan Prilaku

Sumber : DEPKES RI 2007 : 5

18
2.3. Tujuan Klnik Sanitasi

2.3.1. Umum :

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventtf dan


kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terut menerus.
2.3.2. Khusus

a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien dan klien


serta masyarakat disekitarnya) akan pentingnya lingkungan dan perilaku
hidup bersih dan sehat.
b. Masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang berhubungan
dengan kesehatan lingkungan.
c. Terdaptanya keterpaduan antar program - program kesehatan dan antar
sektor terkait yang dilaksanakan dl Puskesmas, dengan pendekatan
penanganan secara hokstik temadap penyakit-penyakit berbasis lingkungan.
d. Meningkatnya kewaspadaan dinl terhadap penyakit-penyakit berbasis
lingkungan melalui Pemantauan Wilayah setempat (PWS) secara terpadu
(PWS terhadap lingkungan dan penyakit). (Depkes RI, 1999:5).
2.4. Sasaran.

Sasaran dari klinik sanitasi adalah: Penderita atau klien yang menderita dan
mengeluhkan masalah yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan
yang ada di wilayah kerja Puskesmas, Masyarakat umum (klien) yang mempunyai
masalah kesehatan lingkungan, yang datang ke puskesmas. Lingkungan penyebab
masalah bagi penderita atau klien dan masyarakat sekitanya. (Depkes RI ,1999:6).

19
2.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan kllnik sanitasi dalam Depkes RI


(1999:6).mencakup berbagai upaya leliputi antara lain :
a. Penyediaan dan penyehatan air bersih, jamban dalam rangka
pencegahan penyakit diare, kecatingan dan penyakit kulit.
b. Penyehatan lingkungan perumahan dalam rangka pencegahan
penyakit ISPA, TB-Paru, demam Berdarah dan Malaria.
c. Penyehatan lingkungan kerja dalam rangka pencegahan penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dari akibat kerja.
d. Penyehatan makanan dan minuman dalam rangka pencegahan penyakit
saluran pencemaan dan keracunan makanan.
e. Pengamanan pestisida dalam rangka pencegahan keracunan
pestisida.
2.6. Strategi Operasioanal

2.6.1. Penajaman masalah kesehatan lingkungan yarjg dihadapi masyarakat dan


mengatasi dengan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara
terpadu.
2.6.2. Masalah dalam tiap wilayah Puskesmas tidaklah sama, baik antar desa
maupun antar dusun. Oleh sebab itu harus dipahami benar "Peta Masalah
Kesehatan" yang berkenaan dengan kesehatan lingkungan. Sehingga
penanganannya menjadi lebih spesifik.
2.6.3. Membuat skala prioritas penanganan masalah kesehatan lingkungan
dengan mempertimbangkan segala sumber daya yang ada, karena sulit
untuk menangani semua masalah yang ada dalam waktu yang

20
bersamaan. Baik luas wilayah (jumlah desa) maupun jenis penyakitnya.
2.6.4. Dilaksanakan secara terpadu dan bekerjasama dengan lintas program dan
lintas sektor diwilayah puskesmas.
2.6.5. Menumbuh kembangkan peran terta masyarakat melalul kelembagaan yang
sudah ada. misalnya PKK (Pendidikan Kesehatan Keluarga), LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat), LKMD (Lembaga Keamanan Masyarakat Desa).
2.6.6. Mengutamakan segi penyuluhan, bimbingan teknls dan pemberdayaan
untuk mendapatkan kemandlrian masyarakat. Penyuluhan juga dilakukan
dengan pemberian contoh dan keteladanan.
2.6.7. Mengupayakan dukungan dana dengan meningkatkan swadaya masyarakat
termasuk swasta selain dana dari pemerintah. (Depkes RI, 1999:7).
2.7. Sumber Daya

2.7.1. Tenaga Pelakasana.

Menurut Depkes RI (1999) untuk melaksanakan kegiatan klinik sanitasi


diperlukan tenaga sebagai berikut :
a. Tenaga Inti di bidang kesehatan lingkungan adalah sanitarian atau D3
kesehatan lingkungan.
b. Tenaga pendukung adalah tenaga kesehatan lainnya saparti bidan.
parawat kesehatan masyarakat. petugas gizi dan petugas lainnya.

21
c. Tenaga yang telah ditunjuk oleh pimpinan Puskesmas dalam pelaksanaan
program. Tenaga-tenaga tersebut di atas, periu mendapat pengetahuan/
orientasi tentang klinik sanitasi.
2.7.2. Prasarana dan Sarana

Untuk melakukan kegiatan klinik sanitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan
menurut Depkes RI (1999) adalah sebagai berikut :
a. Ruangan :

Diperlukan ruangan dan atau bengkel sanitasi yang dapat digunakan untuk
kegiatan-kegiatan penyuluhan, konsultasi, konseling, demonstrasi,
pelatihan/perbaikan sarana sanitasi dasar dan penyimpanan peralatan kerja.
Untuk perkembangan selanjutnya bengkel sanitasi dapat berfungsi sebagai
pusat pelatihan masyarakat di bidang sanitasi lingkungan.
b. Peralatan

Peralatan klinik sanitasi berupa alat-alat peraga penyuluhan, cetakan sarana


air bersih dan jamban keluarga, alat perbaikan sarana ABPL. alat
pengukuran kualttas lingkungan (air, tanah, dan udara).
c. Transportasi.

Untuk mendukung kegiatan klinik sanitasi di luar Puskesmas diperlukan alat


transportasi.
d. Alat peraga dan media penyuluhan.

Untuk kegiatan penyuluhan dan konseling diperlukan alat peraga maupun


media penyuluhan antara lain : maket, media cetak, sound system, dan
media elektronik.
e. Formulir Pencatatan dan Pelaporan :

22
Untuk pencatatan, dan pendataan diperlukan dalam melakukan kegiatan
klinik sanitasi yang disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota setempat.
2.7.3. Sumber dana

Dana operasional puskesmas APBD I dan APBD II, BLN. kemitraan dan
swadaya masyarakat. (Depkes RI, 1999:10). Dana Klinik Sanitasi di Kota
Tangerang berasal dari APBD Kota Tangerang.
2.8 Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi

Standar prosedur operasional klinik sanitasi menurut Depkes (2002:6-7)


secara umum meliputi standar operasional didalam gedung (Puskesmas) dan di
luar gedung (Lapangan).
2.8.1. Dalam gedung

Di dalam gedung Puskesmas, petugas klinik sanitasi melakukan langkah-


langkah kegiatan terhadap penderita atau pasien dan klien.
a. Penderita

Terhadap penderita petugas klinik sanitasi diharuskan melakukan langkah-


langkah sebagai berikut :
1. Menerima kartu rujukan dari petugas poliklinik.

2. Mempelajari kartu status rujukan tentang diagnosis oleh petugas


poliklinik.
3. Menyalin dan mencatat nama penderita atau keluarganya, karaktristik
penderita yang meliputi Umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat,
serat diagnosis penyakit kebuku register.
4. Melakukan wawancara atau konseling dengan penderita atau
keluarganya yang berkaitan dengan kejadian penyakit, keadaan

23
lingkungan, dan perilaku yang diduga berkaitan dengan kejadian
penyakit yang mengacu pada buku pedoman tehnis klinik sanitasi untuk
Puskesmas dan panduan konseling bagi petugas klinik sanitasi di
puskesmas.
5. Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau prilaku yang
berkaitan dengan kejadian penyakit yang diderita.
6. Memberikan saran atau tindak lanjut sesuai permasalahan.

7. Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau


keluarganya tentang jadwal kunjungan lapangan.
b. Klien

Terhadap klien petugas klinik sanitasi diharuskan melakukan langkah-


langkah sebagai berikut :
1. Menanyakan permasalahan yang diahadapai klien dan mencatat nama,
karaktristik klien yang meliputi Umur, jenis kelamin, pekerjaan dan
alamat, serat diagnosis penyakit kebuku register.
2. Melakukan wawancara atau konseling dengan klien atau keluarganya
yang berkaitan dengan kejadian penyakit, keadaan lingkungan, dan
prilaku yang diduga berkaitan dengan kejadian penyakit yang mengacu
pada buku pedoman teknis klinik sanitasi untuk Puskesmas dan
panduan konseling bagi petugas klinik sanitasi di Puskesmas.
3. Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau prilaku yang
berkaitan dengan permasalahan yang ada.
4. Memberikan saran permasalahan masalah yang sederhana, murah dan
mudah untuk dilaksanakan klien.

24
5. Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau
keluarganya tentang jadual kunjungan lapangan ke rumah klien.
2.8.2. Luar gedung

Sesuai dengan jadual yang telah disepakati antara penderita,klien atau


keluarganya dengan petugas, petugas klinik sanitasi melakukan kunjungan rumah
atau kunjungan lapangan dan diharuskan melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam gedung puskesmas.
b. Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan
yang diperlukan seperti formulir kunjungan lapangan, media penyuluhan,
dan alat sesuai dengan jenis penyakitnya.
c. Memberi tahu atau menginformasikan kepada perangkat desa, atau
kelurahan (kepala desa, lurah, sekertaris, kepala dusun atau ketua RT/RW)
dan petugas kesehatan atau bidan desa.
d. Melakuan pemeriksaan dan pengamatan lingkungan serta perilaku dengan
mengacu pada buku ‘pedoman teknis klinik sanitasi untuk puskesmas’ dan
‘panduan konseling bagi petugas klinik sanitasi di puskesmas’ sesuai
dengan penyakit dan permasalahan yang ada.
e. Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan.

f. Memberikan saran atau tindak lanjut kepada sasaran (keluarga penderita


dan keluarga sekitar).
g. Apabila permasalahan menyangkut kelompok keluarga atau kampung,
informasikan hasil kepada petugas kesehatan di desa atau kelurahan,
perangkat desa atau kelurahan (kepala desa, lurah, sekretaris, kepala

25
dusun atau ketua RT/RW), kader kesehatan lingkungan, serta lintas sektor
terkait di tingkat kecamatan intuk dapat di tindak lanjuti secara bersama.
(Depkes RI, 2002:6-7).
2.9 Kriteria Keberhasilan.

Pelaksanaan klinik saanitasi ini dapat ditunjukan dengan beberapa indikator :


2.9.1. Langsung.

a. Meningkatkan kunjungan klien dan menurunkan kunjungan pasien klinik


sanitasi.
b. Makin banyaknya pembangunan sarana kesehatan lingkungan
dengan swadaya masyarakat.
2.9.2. Tak Langsung.

a. Penurunan angka kejadian penyakit yang menjadi prioritas penanganan


seperti Diare, Kecacingan, Penyakit Kulit, ISPA, TB-Paru, Demam Berdarah,
Malaria, Penyakit Akibat Kerja, Saluran Pencernaan dan Keracunan.
b. Terciptanya hubungan dan kerjasama yang baik antara lintas program dan
lintas sektor diwilayah kerja puskesmas.
c. Terbentuknya kelembagaan di tingkat desa yang aktif dalam melaksanakan
kegiatan kesehatan lingkungan secara swadaya dan berkesinambungan.
(Depkes RI, 1999:18).
2.10 Puskesmas.

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di indonesia sudah dikembangkan


sejak pembangunan jangka panjang (PJP) yang pertama pada tahun 1971.
Menurut Trihono (2005) dalam bukunya yang berjudul

26
manajemen Puskesmas berbasis paradigma sehat dijelaskan bahwa Puskesmas
adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelengarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 128 Th 2004 Tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas bahwa Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kab/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di satu atau sebagian wilayah Kecamatan.
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselengarakan oleh Puskesmas
menurut Trihono (2005) adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja Puskesmas,
agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi tingginya dalam rangka mewujudkan
indonesia sehat 2010.
Menurut Trihono Puskesmas mempunyai 3 fungsi yaitu:

a. Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Sedangkan dalam Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 128 Th 2004


Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas bahwa Puskemas mempunyai fungsi sebagai
berikut :
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

27
Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah
kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yg berwawasan kesehatan
1. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya
2. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan
b. Pusat pemberdayaan masyarakat

Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga&


masyarakat:
1. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat–berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan
2. Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan
program kesehatan
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara


menyeluruh, terpadu dan berkesinambungana.
1. Pelayanan kesehatan perorangan

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Program pokok Puskesmas menurut Muninjaya (2004) untuk memberikan


pelayanan kesehatan secara menyeluruh (comprehensive health care service)
kepada seluruh masyarakat diwilayah kerjanya,

28
Puskesmas menjalankan beberapa usaha pokok (basic health care services atau
public health esential) yang meliputi program:
a. Kesehatan Ibu dan Anak

b. Keluarga Berencana

c. Pemberantasan Penyakit Menular

d. Peningkatan Gizi

e. Kesehatan Lingkungan

f. Pengobatan

g. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

h. Laboratorium

i. Kesehatan Sekolah

j. Perawatan Kesehatan Masyarakat

k. Kesehatan Jiwa

l. Kesehatan Gigi

Azas Penyelenggaraan Puskesmas Menurut Keputusan Menteri


Kesehatan No 128 Th2004 Tentang Kebijakan Dasar Puskesmas adalah:

a. Azas pertanggung jawaban wilayah

Yang termasuk azas pertanggung jawaban wilayah adalah :

1. Puskesmas bertanggungjawab
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal diwilayah kerjanya
2. Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung

3. Ditunjang dengan Puskesmas pembantu, Bidan di Desa,

Puskesmas keliling

b. Azas pemberdayaan masyarakat

Yang termasuk azas pemberdayaan masyarakat adalah :

29
1. Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat agar berperan aktif dalam menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas
2. Potensi masyarakat perlu di himpun

c. Azas keterpaduan

Azas keterpaduan adalah setiap upaya diselenggarakan secara


terpadu seperti :
1. Keterpaduan lintas program

2. UKS : keterpaduan Promkes, Pengobatan, Kesehatan Gigi,


Kesehatan perorangan, Remaja, dan Kesehatan Jiwa
3. Posyandu: keterpaduan KIA & KB, Gizi, P2M, Promosi kesehatan,
Kesehatan Jiwa
4. Keterpaduan lintas sektoral

5. Upaya Perbaikan Gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan


camat, Lurah/Kades, pertanian, pendidikan, agama, dunia usaha,
koperasi, PKK
6. Upaya Promosi Kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan
Camat, Lurah/Kades, pertanian, pendidikan, agama
d. Azas rujukan

Yang termasuk azas rujukan adalah :

1. Rujukan medis atau upaya kesehatan perorangan, rujukan kasus,


bahan pemeriksaan dan ilmu pengetahuan
2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat, rujukan sarana dan
logistik, rujukan tenaga serta rujukan operasional

30
Beberapa jaringan pelayanan Puskesmas menurut Muninjaya (2004) dapat
paparakan sebagai berikut :

a. Puskesmas :

1. Umumnya ada satu buah di setiap Kecamatan,

2. Jenis Puskesmas menurut pelayanan kesehatan medis, dibagi dua


kelompok yakni :
Puskesmas Perawatan, pelayanan kesehatan rawat jalan dan
rawat inap
Puskesmas Non Perawatan, hanya pelayanan kesehatan rawat jalan

b. Puskesmas Pembantu (Pustu):

1. Biasanya ada satu buah disetiap desa/kelurahan

2. Pelayanan medis sederhana oleh perawat atau bidan, disertai


jadwal kunjungan dokter

c. Puskesmas Keliling (Puskel) :

1. Kegiatan pelayanan khusus ke luar gedung, di wilayah kerja


puskesmas
2. Pelayanan medis terpadu oleh dokter, perawat, bidan, gizi,
pengobatan dan penyuluhan.

d. Pondok Bersalin Desa (Polindes) :

31
1. Pos pelayanan kesehatan ini sebaiknya ada disetiap desa/kelurahan,
sebagai penunjang pelaksanaan desa/kelurahan SIAGA,
2. Beberapa pos yang fungsinya sejenis (cuma namanya saja yang
berbeda) antara lain:
3. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)

4. Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel)

5. Balai Kesehatan Masyarakat (Bakesra)

e. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) :

1.Lumrahnya selalu ada satu atau lebih di setiap


RW/Desa/Kelurahan,
2. Hal ini sangat tergantung kepada peran serta aktif para RT, RW,
Lurah, tokoh masyarakat setempat, bersama para kader kesehatan
yang telah dibentuk dan ditunjuk.
3. Strata pelayanan posyandu atau tingkat aktifitas posyandu,
digolongkan menjadi : Posyandu Pratama, Posyandu Madya,
Posyandu Purnama, Posyandu Mandiri
2.11 Sistem.

2.11.1 Pengertian

Berikut ini adalah beberapa pebgertian sistem menurut azwar (1996):

a. Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling berhubungan oleh


suatu struktur yang berfungsi sebagai suatu kesatuan organisasi dalam
upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. (Ryans)

32
b. Sistim adalah suatu srtuktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang
saling berhubungan dan bekerja sebagai salah satu unit organik untuk
mencapai keluaran yang di inginkan secara efektif dan efisien. (Mc Manama)
c. Sistem adalah kumpulan dari bagian- bagian yang berhubungan dan
membentuk satu kesatuan yang majemuk, dimana masing-maing bagian
bekerja sama secara bebas dan terkait untuk mencapai sasaran kesatuan
dalam suatu situasi yang majemuk pula.
d. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen
yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar
mempersiapkan untuk mencapaitujuan yang ditetapkan.
2.11.2. Ciri-ciri Sistem.

Ciri-ciri Sistem menurut Azwar(1996) adalah:

a. Dalam sistem terdapat suatu elemen yang satu sama lain saling
berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk suatu
kesatuan, dalam arti semuanya berfungsi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
b. Fungsi yang diperankan oleh masing-masing bagian atau elemen yang
membentuk suatu kesatuan tersebut adalah dalam rangka mengubah
masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
c. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, semuanya bekerja sama secara
babas namun terkait, dalam arti terdapat mekanisme pengendalian yang
mengarahkannya agar tetap berfungsi sebagi mana yang telah
direncanakan.

33
d. Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu, buakn berarti ia
tertutup terhadap lingkungan.
2.11.3 Unsur Sistem.

Sistem terdiri dari beberapa unsur menurut Azwar adalah sebagai berikut:
a. Masukan

Masukan(input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam


sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
b. Proses

Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan.
c. Keluaran

Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
d. Umpan Balik

Umpan Balik (Feed Back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem
tersebut.
e. Dampak

Dampak (Impact) adalah akibat yang dihasilkan keluaran oleh sistem.

34
f. Lingkungan

Lingkungan (environment) adalah dunia diluar sistem yang tidak dikelola


oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh basar terhadap sistem.
Hubungan dari unsur- unsur sistem dapat dilihat dari bagan dibawah

ini:

Gambar 2.11.3 Hubungan


unsur- unsur sistem

LINGKUNGAN

MASUKA PROSES KELUARAN DAMPAK

UMPAN BALIK

Sumber : Azrul Azwar 1996 : 22

2.12 Kerangka Teori

Menurut Azrul Azwar (1996 : 23) sistim kesehatan dipandang sebagai suatu
upaya untuk menghasilkan pelayanan kesehatan maka dijelaskan dalam berbagai
unsusr antara adalah sebagai berikut :
a. Masukan (input) adalah perangkat administrasi yakni tenagga, dana, sarana,
dan metoda atau dikenal pula dengan istilah sumber,tata cara dan
kesanggupan.
b. Proses adalah fungsi administrasi, yang terpenting ialah perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian.

35
c. Keluaran (output) adalah pelayanan kesehatan yakni yang
dimanfaatkan oleh masyarakat.
d. Outcome atau hasil yang didapat seperti peningkatan derajad
kesehatan
Yang dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:

Bagan 2.12

Teori Sistim Kesehatan

Input Proses Outpu Outcom

Tenag Fungsi manajemen Pelayanan Peningkata


Sumber : Azrul Azwar 1996 : 23 Kesehatan n Derajat
a
 Perencanaan Kesehatan
Dana  Pengorganisasian
Sarana  Pelaksanaan
 Penilaian
Metod

36

Anda mungkin juga menyukai