Anda di halaman 1dari 38

LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS

MARNI TANGKELANGI, SKM, M.KES


LIMBAH
• Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari
suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal
sebagai sampah).
• kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena
tidak memiliki nilai ekonomis maupun nilai
guna.
Limbah menurut jenisnya
Limbah organik Limbah anorganik

Limbah yang
berasal dari sumber
merupakan limbah
daya alam tidak
yang dapat
terbaharui dan sulit
mengalami proses
diuraikan secara
penguraian secara
alamiah oleh
alamiah .
mikroorganisme,
contohnya
seperti minyak bumi,
sisa hewan dan
plastik,
tumbuhan.
kaleng, dan botol,
kaca,dll.
CONTOH LIMBAH BERDASARKAN
JENISNYA

Limbah anorganik

Limbah organik
Limbah berdasarkan strukturnya

Padat Cair

Gas
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau
kegiatan yang berwujud cair.
Contoh : air detergen, limbah dari pabrik ataupun
rumah sakit.
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan
domestik yang berwujud padat.
Contoh : kayu, kertas, besi, kaca,

Limbah gas adalah tercemarnya udara oleh


berberapa partikulat zat (limbah) yang yang
berwujud gas.
Contoh = asap pabrik, dan asap kendaraan.
PROSES PEMANFAATAN LIMBAH

Tanpa Daur
Daur Ulang
Ulang

Kertas  Ampas tahu


Botol kecap,  Enceng gondok
gelas/piring pecah  Dedaunan dan
Aluminium kotoran ternak
Baja
plastik
Kegiatan ramah
lingkungan meliputi 3R

Reduse Reuse Recycle


REDUSE

Yaitu memakai barang-barang


dengan efisien sehingga
mengurangi jumlah sampah
yang dibuang,
REUSE
yaitu menggunakan
kembali sampah-sampah
masih bisa dipakai,
RECYCLE

adalah penggunaan kembali


material atau barang yang sudah
tidak digunakan, menjadi bentuk
lain (Daur Ulang).
LIMBAH MEDIS
Limbah Medis
 Berdasarkan Depkes RI 1992 : sampah dan limbah
rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan
penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah
rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
sampah/limbah klinis dan non klinis baik padat maupun
cair.

 Limbah non medis : sampah makanan, kertas, maupun


alat lain yang tidak kontak langsung dengan penderita

 Sumber limbah medis :


Unit pelayanan kesehatan dasar
Unit pelayanan kesehatan rujukan
Unit pelayanan kesehatan penunjang ( laboratorium)
Unit pelayanan non kesehatan ( farmasi )
Limbah Medis, klasifikasi
 Limbah medis dapat diklasifikasikan berdasarkan
potensi bahaya yang terkandung didalamnya,
maupun berdasarkan bentuknya (cair dan padat)

 Klasifikasi limbah medis utama :


Limbah umum
Limbah benda tajam
Limbah patologis
Limbah farmasi
Limbah genotoksik
Limbah kimia
Limbah alat yang mengandung logam berat
Limbah radioaktif
Wadah bertekanan tinggi
Limbah Medis, klasifikasi
 Limbah umum : limbah yang tidak berbahaya dan
tidak membutuhkan penanganan khusus, contoh
: limbah domestik, limbah kemasan non
infectious
 Limbah benda tajam : obyek atau alat yang
memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
menonjol yang dapat memotong atau menusuk
kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan
intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau
bedah
 Limbah patologis : Jaringan atau potongan tubuh
manusia, contoh bagian tubuh, darah dan cairan
tubuh yang lain termasuk janin
 Limbah farmasi : Limbah yang mengandung
bahan farmasi contoh obat-obatan yang sudah
kadaluwarsa atau tidak diperlukan lagi
Limbah Medis, klasifikasi
 Limbah genotoksik : limbah yang mengandung bahan
dengan sifat genotoksik contoh limbah yang
mengandung obat-obatan sitostatik (sering dipakai
dalam terapi kanker), yaitu zat karsinogenik
(benzen,antrasen), zat sitotoksik, (tamoksifen,
semustin) zat yang mungkin bersifat karsoinogenik
(chloramphenicol, chlorozotocin, cisplatin).

 Limbah kimia : limbah yang mengandung bahan kimia


contoh reagen di laboratorium, film untuk rontgen,
desinfektan yang kadaluwarsa atau sudah tidak
diperlukan, solven. Limbah ini dikategorikan limbah
berbahaya jika memiliki beberapa sifat (toksik, korosif
(pH12), mudah terbakar, reaktif (mudah meledak,
bereaksi dengan air, rawan goncangan), genotoksik
Limbah Medis, klasifikasi
 Limbah alat yang mengandung logam berat
: Baterai, pecahan termometer, tensimeter
 Limbah radioaktif : bahan yang
terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset
radio nukleida.
 Wadah bertekanan tinggi : Tabung gas
anestesi, gas cartridge, kaleng aerosol,
peralatan terapi pernafasan, oksigen dalam
bentuk gas atau cair
Limbah Medis, klasifikasi
 Limbah berpotensi menularkan penyakit
(infectious): mengandung mikroorganisme
patogen yang dilihat dari konsentrasi dan
kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan
dapat menimbulkan penyakit
- jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari
kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau
dari autopsi pasien yang mempunyai penyakit
menular
- atau dari pasien yang diisolasi, atau materi
yang berkontak dengan pasien yang menjalani
haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung
tangan dan sebagainya)
- atau materi yang berkontak dengan binatang
yang sedang diinokulasi dengan penyakit
menular atau sedang menderita penyakit
menular
Limbah Medis, klasifikasi
Limbah reaktif yang berasal dari rumah sakit
adalah :
 Shock sensitive: senyawa-senyawa diazo, metal
azide, nitro cellulose, perchloric acid, garam-
garam perchlorat, bahan kimia peroksida, asam
picric, garam-garam picrat, polynitroaromatic.
 Water reactive: logam-logam alkali dan alkali
tanah, reagen alkyl lithium, larutan- larutan boron
trifluorida, reagen Grignard, hidrida dari Al, B, Ca,
K, Li, dan Na, logam halida dari Al, As, Fe, P, S,
Sb, Si, Su dan Ti, phosphorus oxychloride,
phosphorus pentoxide, sulfuryl chloride, thionyl
chloride.
 Bahan reaktif lain: asam nitrit diatas 70%,
phosphor (merah dan putih).
Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
 Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar
◦ 10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah
infeksius yang mengandung logam berat, antara lain
mercuri (Hg).
◦ Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang
berasal dari makanan dan sisa makanan, baik dari pasien
dan keluarga pasien maupun dapur gizi.
◦ Selanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam
bentuk botol bekas infus dan plastik.

Temuan ini merupakan hasil penelitian Bapedalda Jabar


bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI, serta
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998
sampai tahun 1999. Secara terpisah, mantan Ketua
Wahana Lingkungan (Walhi) Jabar, Ikhwan Fauzi
mengatakan, volume limbah infeksius dibeberapa rumah
sakit bahkan melebihi jumlah yang ditemukan Bapedalda.
Limbah infeksius ini lebih banyak ditemukan di beberapa
rumah sakit umum, yang pemeliharaan lingkungannya
kurang baik (Pristiyanto. D, 2000).
Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
 Pengolahan limbah medis bukanlah hal mudah
dilakukan. Di Indonesia sendiri, pengolahan
limbah medis masih belum tertangani dengan
serius, baik di kota kecil maupun kota besar di
Indonesia. Kurangnya sosialisasi pemerintah dan
badan yang terkait mengenai efek yang
ditimbulkan dari pembuangan limbah medis
secara sembarangan dan ketertarikan investor
dalam mengolah limbah rumah sakit menjadi
masalah utama. Salah satu bukti, menurut hasil
survei pada tahun 2003 dari 107 rumah sakit di
Jakarta, hanya 10 rumah sakit yang memiliki
insinerator (tungku pembakar). (Suara
Pembaharuan, 20 Oktober 2003) Tentu saja hal
ini sangat memprihatinkan, apalagi jumlah dan
jenis penyakit semakin bertambah setiap
tahunnya, demikian pula dengan limbah yang
Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
 Contoh kasus lainnya adalah pembuangan limbah
medis ke TPA Ciangir, Tasikmalaya. Akibatnya beberapa
pekerja terpaksa dirawat beberapa minggu karena
menginjak sampah alat suntik. Kejadian ini selain
merugikan pekerja tersebut juga merugikan pihak TPA
karena harus bekerja ekstra untuk memisahkan
sampah medis dari sampah rumah tangga. (Pikiran
Rakyat, 7 April 2005)

 Di RS sering kali terjadi infeksi silang (nosokomial).


Sebagai contoh, limbah medis tajam seperti alat suntik.
Karena berhubungan langsung dengan penderita, alat
itu mengandung mikroorganisme, atau bibit penyakit.
Bila pengelolaan pembuangannya tidak benar, alat
suntik dapat menularkan penyakit kepada pasien lain,
pengunjung RS dan puskesmas, petugas kesehatan,
maupun masyarakat umum.
Limbah Medis dan Masalah yang
Ditimbulkan
 Data P2M-PL menunjukkan :
limbah alat suntik di Indonesia khusus untuk
imunisasi diperkirakan sekitar 66 juta per tahun (36,8
juta limbah alat suntik imunisasi bayi, 10 juta
imunisasi ibu hamil/wanita usia subur, 20 juta
imunisasi anak sekolah (BIAS))
limbah alat suntik secara kuratif sekitar300 juta per
tahun.

◦ Insinerasi juga tidak menyelesaikan masalah karena


pembakaran hanya mengubah volume limbah
menjadi lebih kecil. Belum lagi debu yang juga
sangat berbahaya dan harus dipindahkan atau
ditentukan lagi tempat pembuangannya yang kedap
air. Debu hasil insinerasi yang tak terurai dan materi
tetap ada menjadi sangat berbahaya karena dapat
menghasilkan dioksin.
Pengelolaan Limbah Medis
Pengelolaan Limbah Medis
 Point penting dalam pengelolaan limbah medis
adalah sterilisasi, kemudian pengurangan
(reduce) dalam volume, penggunaan kembali
(reuse) dengan sterilisasi, daur ulang (recycle),
dan pengolahan (treatment).
 Sebelum diolah, limbah medis harus dipisahkan
berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan.
 Adapun tahap pengolahan limbah medis antara
lain :
1. Pemisahan
2. Penyimpanan
3. Pengangkutan
4. Penanganan
5. Pembuangan
Pemisahan dan Penyimpanan
Limbah Medis
• Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan
menggunakan kantong plastik berwarna yang
berlabel. Berikut adalah contoh warna kantong
menurut DepKes RI :
Kantong hitam : limbah umum
Kantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi
Kantong kuning strip hitam : limbah yang
sebaiknya diinsinerasi, tetapi dapat dibuang ke
landfill
Kantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi

• Limbah infectious dan patologis dipisahkan


tersendiri. Kedua jenis limbah ini harus
disterilisasi terlebih dahulu.
• Limbah yang dapat didaur ulang termasuk dalam
kategori limbah umum.
Pengangkutan Limbah Medis
 Limbah m e d is diangku t d e n g a n
kontainer tertutup. Untuk keamanan,
pengangkutan limbah radioaktif
sebaiknya dipisahkan dengan limbah
kimia yang bersifat reaktif, mudah
terbakar, korosif.
 Alat pengangkutan harus dirawat dan
dibersihkan secara rutin untuk
mencegah adanya limbah yang
tercecer akibat pengangkutan dan
mengurangi resiko kecelakaan saat
pengiriman limbah.
Penanganan Limbah Medis
 Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat
langsung dibawa ke tempat pengumpul limbah
daur ulang.
 Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan
terlebih dahulu sampai masa aktifnya
terlampaui.
 Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat
dibuang ke dalam saluran pembuangan air,
contoh : limbah asam amino, gula, ion-ion
anorganik (Ca,K, Mg, I, Cl, F dll)
 Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang
dengan distilasi, ekstraksi, elektrolisis
 Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan
dibakar (insinerasi)
 Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam
landfill, maupun didaur ulang.
Sterilisasi limbah dengan
rotoclave

Rotoclave
(http://tempico.gostrategic.com/newsIm/
HopkinsP1010465.jpg)
Penanganan Limbah Suntik
 Penggunaan disposable syringe
 Saat ini ada beberapa alat untuk
mengatasi limbah berupa jarum
suntik, yaitu alat pemisah jarum, alat
penghancur jarum, tempat
pembuangan jarum khusus (needle
pit), syringe safety box, dan
insinerator SICIM.
Skema Alternatif Reuse & Recycle
Limbah Medis
Insinerator
Kriteria yang ditentukan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yang diantaranya
adalah sebagai berikut:
 Pengurangan sampah yang efektif
 Lokasi jauh dari area penduduk
 Adanya sistem pemisahan sampah
 Desain yang bagus
 Pembakaran sampah mencapai suhu 1000
derajat
 Emisi gas buang memenuhi standar baku
mutu.
 Perawatan yang teratur/periodik
 Ada Pelatihan Staf dan Manajemen
Insinerator
 Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut
mengatur tentang kualitas incinerator dan emisi yang
dikeluarkannya. Incinerator yang diperbolehkan untuk
digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki
efisiensi pembakaran dan efisiensi penghancuran /
penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang tinggi.
 Baku Mutu DRE untuk Incinerator

No Parameter Baku Mutu DRE

1. POHCs 99.99%

2. Polychlorinated biphenil (PCBs) 99.9999%

3. Polychlorinated dibenzofuran (PCDFs) 99.9999%

4. Polychlorinated dibenzo-p-dioksin 99.9999%


Insinerator
 Disamping itu, persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam
menjalankan incinerator adalah emisi udara yang dikeluarkannya harus sesuai
dengan baku mutu emisi untuk incinerator.
 Baku Mutu Emisi Udara untuk Incinerator
No Parameter Kadar Maksimum
(mg/Nm2)
1. Partikel 50
2. Sulfur dioksida (SO2) 250
3. Nitrogen dioksida (NO2) 300
4.
Hidrogen Fluorida (HF) 10
5.
Karbon Monoksida (CO) 100
6.
Hidrogen Chlorida (HCl) 70
7.
Total Hidrocarbon (sbg CH4) 35
8.
9.
Arsen (As) 1

10. Kadmiun (Cd) 0.2


11. Kromium (Cr) 1
12 Timbal (Pb) 5
13 Merkuri (Hg) 0.2
14 Talium (Tl) 0.2
Opasitas 10%
Insinerator Maxpell
 Teknologi Ramah Lingkungan pada
incinerator Maxpell : pada tungku Maxpell
limbah ditempatkan dalam ruangan yang
kedap, lalu disuntikkan bahan bakar yang
sudah dicampur oksigen dan terbakar
dengan suhu yang tinggi. Asap hasil
pembakaran direaksikan dengan molekul
air sehingga asap yang keluar menjadi
hidrokarbon yang akan terbakar habis pada
secondary chamber. Dengan demikian
asap akan bersih dan ramah lingkungan.
Insinerator Maxpell
 Insinerator
Maxpell adalah alat penghancur limbah berupa
tungku pembakaran yang didesain secara sempurna dalam
sistem pembakaran dengan menggunakan berbagai media
bahan bakar yang terus dikembangkan baik dari sisi
teknologi maupun kapasitas. Insinerator Maxpell dirancang
mudah dioperasikan. Beberapa keunggulan insinerator ini
adalah:
◦ Tidak membutuhkan tempat luas;
◦ Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah;
◦ Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 1000
C;
◦ Bekerja efektif dan irit bahan bakar;
◦ Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional
dibeberapa tempat terbukti asap hasil pembakaran yang keluar
dari cerobong hampir tidak kelihatan dan tidak mengeluarkan
bau yang menganggu;
◦ Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap
terkendali secara konstan;
◦ Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar;
◦ Perawatan yang mudah dan murah;
◦ Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk
Skema Pengolahan Limbah Medis
dengan Insinerator Maxpell
Alternative Medical Waste Treatment Technologies
Approved by the California Department of Public Health

company Device Type of Treatment Approved for

BioMedical Demolizer System Heat Red Bag/sharps


Tech.Solutions
Honua Tech Pyrolitic Destructor Heat red bag /sharps /path
/trace chemo /pharms

Scientific Ecology Synthetica Detoxifie Steam heat red bag/ sharps


Group, Inc Process

UnitedRecycling Gasification System Heat-gas burner red bag/sharps/path/


Technology, Inc (Gasf) trace chemo/pharms

Stericycle, Inc Electro- Thermal Radiowaves-heat red bag/ sharps


Deactivation

sanitec HG-A-100, HG-A-250 Microwaves red bag/sharps/path

Modifikasi metode digunakan untuk destruksi/penghancuran limbah


patologis

Anda mungkin juga menyukai