Disusun oleh :
Kelompok
Muhammad Hanif 2010070160003
Syifa cholifah awani 2010070160006
Israa Rahmawati 2010070160016
Windi Anggraini 2010070160017
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Manjemen Pelayanan farmasi Rumah
Sakit.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada bapak
apt. Defi Oktafia, S.Si, M.Farm Klin. sebagai dosen pembimbing kami di mata kuliah ini.
JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
2.1 Pendahuluan Penggunaan Obat Yang Rasional...........................................................3
2.2 Penggunaan obat yang tidak rasional..........................................................................6
2.3 Keselamatan pasien dan Keamanan pengobatan........................................................8
BAB III PENUTUP..........................................................................................................11
A.Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...12
BAB I
PENDAHULUAN
Penggunaan obat rasional merupakan penggunaan obat yang sesuai dengan kriteria,
seperti tepat obat, tepat diagnosis, tepat indkasi, tepat cara pemakaian, tepat waktu
pemberian, tepat kondisi pasien, tepat lama pemberian dan waspada efek samping
(Kemenkes, 2017). WHO (World Health Organization) memperkirakan hampir lebih dari
setengah dari seluruh obat di dunia diberikan, dijual dan diresepkan secara tidak tepat dan
separuh dari pasien menggunakan obat dengan tidaktepat (Kemenkes, 2017).
Dimana diketahui penggunaan obat yang tidak rasional seperti halnya terjadi
dampak negatif yang lebih besar dibanding manfaatnya, yang diterima oleh pasien, terjadi
efek samping maupun resistensi antibiotik, selain itu biaya tidak terjangkau / terlalu mahal
(Kemenkes, 2017). Peresepan obat biasanya dilakukan sebagai langkah terakhir dalam
konsultasi pasien dan dokter (Simatupang, 2012), teapi masih sering terjadi kesalahan
terapi (medication errors) / pemberian terapi. Kesalahan ini biasanya terjadi pada
peresepan, dimana saat pemilihan jenis obat, dosis, cara pemakaian, penulisan yang. sulit
dibaca, dimana kejadian tersebut menjadi faktor pendukung dalam peningkatan kesalahan
terapi (Simatupang, 2012).
Obat merupakan salah satu unsur yang penting dalam pelayanan kesehatan.Untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, obat harus tersedia dengan cukup, distribusi
obat merata, dan mudah dijangkau.Tujuan yang hendak dicapai untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yaitu keterjangkauan dan penggunaan obat yang rasional.
Menurut Kebijakan Obat Nasional, pemilihan obat yang tepat dengan mengutamakan
penyediaan obat esensial dapat meningkatkan akses dan kerasionalan penggunaan obat
(Kemenkes RI, 2006).
Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana pendahuluan penggunan obat yang rasional,
apa saja ruang lingkup penggunaan obat yang rasional, penggunaan obat yang tidak rasional,
serta bagaimana keselamatan pasien (Pasient Safety) dan keamanan pengobatan (Medication
Safety).
BAB II
PEMBAHASAN
Penggunaan obat rasional merupakan penggunaan obat yang sesuai dengan kriteria,
seperti tepat obat, tepat diagnosis, tepat indkasi, tepat cara pemakaian, tepat waktu
pemberian, tepat kondisi pasien, tepat lama pemberian dan waspada efek samping
(Kemenkes, 2017).
Penggunaan obat yang rasional (POR) di setiap fasilitas pelayanan kesehatan upaya
pembangunan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu, merupakan salah satu langkah sehingga tercapai keselamatan pasien (patient
safety)”
Konsep tersebut berlaku sejak pertama pasien datang kepada tenaga kesehatan, yang
meliputi ketepatan penilaian kondisi pasien, tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat jenis
obat, tepat dosis, tepat cara dan lama pemberian, tepat informasi, dengan memperhatikan
keterjangkauan harga, kepatuhan pasien, dan waspada efek samping. Pasien berhak
mempertanyakan hal-hal itu kepada tenaga kesehatan.
Oleh karena itu, penggunaan obat rasional meliputi dua aspek pelayanan yaitu
pelayanan medik oleh dokter dan pelayanan farmasi klinik oleh apoteker. Untuk itu perlu
sekali adanya kolaborasi yang sinergis antara dokter dan apoteker untuk menjamin
keselamatan pasien melalui penggunaan obat rasional.
kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai strategi peningkatan penggunaan
obat rasional. Dalam rangka pengendalian resistensi antimikroba, misalnya, telah
dilakukan pembatasan penyediaan antimikroba (khususnya antibiotika) melalui kebijakan
Formularium Nasional (Fornas), penetapan standar dan pedoman terkait penggunaan
antibiotika.
Menurut (Kemenkes 2011), Penggunaan Obat Dikatakan Rasional jika Memenuhi
Kriteria sebagai berikut :
a. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat.
Diagnosis jika tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa
mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga
tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya.
b. Tepat Indikasi
Penyakit Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik, antibiotik, misalnya
diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya
dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri.
c. Tepat Pemilihan
Obat Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis
ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang di pilih harus yang
memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.
d. Tepat Dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi
obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan
rentang terapi sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya
dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang
diharapkan.
e. Tepat Cara
Pemberian Cara pemberian yang tidak tepat akan mengurangi ketersediaan obat
dalam tubuh pasien.
f. Tepat Interval
Waktu Pemberian Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin
dan praktis, agar mudah ditaati oleh pasien.
g. Tepat Lama
Pemberian Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya.
h. Waspada terhadap Efek Samping Pemberian obat potensial menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul akibat pemberian obat
dengan dosis terapi.
i. Tepat Penilaian
Kondisi Pasien Respon individu terhadap efek obat sangat beragam, hal ini lebih
jelas terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida. Pada
penderita kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida sebaiknya dihindari karena
resiko terjadinya nefrotoksik pada kelompok ini meningkat secara bermakna.
j. Obat yang Diberikan Harus Efektif dan Aman dengan Mutu Terjamin. Untuk
memberikan hasil yang optimal obat harus efektif dan aman dengan mutu
terjamin. Karena itu mutu obat mesti terjamin dengan mendapatkannya dari
sumber yang tepat, karena saat ini banyak obat palsu dan kadaluwarsa yang
beredar dipasaran yang tentunya akan merugikan pasien.
k. Tersedia Setiap Saat dengan Harga Terjangkau. Untuk memberikan
kesinambungan pengobatan terutama sekali untuk pengobatan jangka panjang,
obat yang diberikan harus tersedia setiap saat dan harganya terjangkau oleh pasien
yang menggunakan.
l. Tepat Informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam
menunjang keberhasilan terapi.
m. tepat Tidak Lanjut (follow up) Pada saat memutuskan pemberian terapi harus
sudah dipertimbangkan upaya tindak lanjut yang di perlukan, misalnya jika pasien
tidak sembuh atau mengalami efek samping.
n. tepat Penyerahan
Obat (dispensing) Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai
penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Pada saat resep dibawa ke
apotik atau tempat penyerahan obat di puskesmas, apoteker / asisten apoteker /
petugas penyerah obat akan melaksanakan perintah dokter / peresep di tulis pada
lembar resep untuk kemudian diberikan kepada pasien. Proses penyiapan dan
penyerahan harus dilakukan secara tepat agar pasien mendapatkan obat
sebagaimana seharusnya. Karena bila petugas salah menimbang obat atau salah
membaca resep, dapat berakibat fatal.
o. Pasien Patuh Terhadap Pengobatan yang Diberikan. Kepatuhan pasien terhadap
pengobatan sangat menentukan hasil yang dicapai dalam pengobatan.
2.2 Penggunaan obat yang tidak rasional
Penggunaan obat yang tidak rasional dapat menimbulkan dampak cukup besar
dalam penurunan mutu pelayanan kesehatan dan peningkatan anggaran pemerintah
yang dialokasikan untuk obat. Penggunaan obat dikatakan tidak rasional jika tidak
dapat dipertanggungjawabkan secara medik.
Penggunaan obat yang tidak rasional/ irasional sering dijumpai dalam praktek
sehari-hari. Penggunaan obat tanpa kegunaan yang jelas; cara, dan lama pemberian
yang keliru, serta peresepan obat yang mahal merupakan sebagian contoh dari
ketidakrasionalan. Penggunaan suatu obat dikatakan tidak rasional jika kemungkinan
dampak negatif yang diterima oleh pasien lebih besar dibanding manfaatnya.
Faktor faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penggunaan obat yang tidak
penggunaan obat rasional yaitu tidak rasional antara lain :
selain itu, dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional sangat
beragam dan bervariasi tergantung dari jenis ketidakrasionalan penggunaannya.
Dampak negatif ini dapat saja hanya dialami oleh pasien (efek samping dan biaya
yang mahal) maupun oleh populasi yang lebih luas (resistensi kuman terhadap
antibiotik tertentu) dan mutu pelayanan pengobatan secara umum
1) Peresepan Berlebih
Pemberian obat yang sebenarnya tidak diperlukan untuk penyakit yang
bersangkutan.
2) Peresepan Kurang
Pemberian obat kurang dari yang seharusnya diperlukan, baik dalam hal dosis,
jumlah maupun lama pemberian. Tidak diresepkannya obat yang diperlukan
untuk penyakit yang diderita juga termasuk dalam kategori ini.
3) Peresepan Majemuk
Pemberian beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang sama. Kelompok
ini termasuk pemberiaan lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahui
dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.
4) Peresepan Salah
Pemberian obat yang tidak sesuai dengan indikasi penyakit.
Pemberian obat untuk kondisi yang sebenarnya merupakan
kontraindikasi pada pasien.
Pemberian obat yang memberikan kemungkinan risiko efek samping
yang lebih besar.
2.3 Keselamatan pasien ( pasien safety ) dan keamanan pengobatan
( medication safety )
Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih
berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau
konsumen, dan seharusnya dapat dicegah.
1. TAHAP PRESCRIBING
Medication error pada tahap prescribing adalah error yang terjadi -pada tahap
penulisan
resep. Terdiri dari :
tidak tepat indikasi,
tidak tepat pasien atau kontraindikasi,
tidak tepat obat,
2. TAHAP TRANSCRIBING
Pada tahap transcribing, error terjadi pada saat pembacaan resep untuk proses
dispensing. Kesalahan disebabkan oleh tulisan tangan yang buruk, singkatan,
satuan berat (mg/mcg), dan salah baca.
3. TAHAP DISPENSING
Error pada tahap dispensing terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan resep oleh
petugas apotek. Kesalahan peracikan terjadi bila ada perbedaan antara jumlah/kadar
yang dikehendaki dengan jumlah/kadar yang disiapkan/diberikan. Penyimpangan tak
boleh lebih dari 10%.
4. TAHAP ADMINISTRASI
Error pada tahap administration adalah error yang terjadi pada proses penggunaan obat.
Tahap ini dapat melibatkan petugas apotek dan pasien atau keluarganya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penggunaan obat rasional merupakan penggunaan obat yang sesuai dengan kriteria,
seperti tepat obat, tepat diagnosis, tepat indkasi, tepat cara pemakaian, tepat waktu
pemberian, tepat kondisi pasien, tepat lama pemberian dan waspada efek samping
Penggunaan obat yang rasional (POR) di setiap fasilitas pelayanan kesehatan upaya
pembangunan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu, merupakan salah satu langkah sehingga tercapai keselamatan pasien (patient
safety)”.
Penggunaan obat dikatakan tidak rasional jika tidak dapat dipertanggung jawabkan
secara medik. Penggunaan obat tidak rasional dapat terjadi di fasilitas pelayanan
kesehatan maupun di masyarakat.
patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera pada
pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Medication safety practice
(MSP) merupakan praktik prosedur yang aman dalam pengobatan. Dengan MSP, sistem
pengobatan berjalan sesuai dengan prosedur, tujuan yang jelas, serta mempelajari
kejadian ME yang terjadi dalam lingkungan pelayanan pengobatan.
3.2 Saran
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180329/3525429/inilah-penggunaan-
obat-rasional-yang-harus-dipahami-masyarakat/#:~:text=Penggunaan%20obat
%20dikatakan%20rasional%20menurut,baik%20untuk%20individu%20maupun
%20masyarakat.
https://farmalkes.kemkes.go.id/2015/07/pentingnya-penggunaan-obat-secara-rasional/