Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN PELAYANAN FARMASI RUMAH SAKIT

Disusun oleh :
Kelompok
Muhammad Hanif 2010070160003
Syifa cholifah awani 2010070160006
Israa Rahmawati 2010070160016
Windi Anggraini 2010070160017

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Manjemen Pelayanan farmasi Rumah
Sakit.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada bapak
apt. Defi Oktafia, S.Si, M.Farm Klin. sebagai dosen pembimbing kami di mata kuliah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.


DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
2.1 Pendahuluan Penggunaan Obat Yang Rasional...........................................................3
2.2 Penggunaan obat yang tidak rasional..........................................................................6
2.3 Keselamatan pasien dan Keamanan pengobatan........................................................8
BAB III PENUTUP..........................................................................................................11
A.Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan obat rasional merupakan penggunaan obat yang sesuai dengan kriteria,
seperti tepat obat, tepat diagnosis, tepat indkasi, tepat cara pemakaian, tepat waktu
pemberian, tepat kondisi pasien, tepat lama pemberian dan waspada efek samping
(Kemenkes, 2017). WHO (World Health Organization) memperkirakan hampir lebih dari
setengah dari seluruh obat di dunia diberikan, dijual dan diresepkan secara tidak tepat dan
separuh dari pasien menggunakan obat dengan tidaktepat (Kemenkes, 2017).

Dimana diketahui penggunaan obat yang tidak rasional seperti halnya terjadi
dampak negatif yang lebih besar dibanding manfaatnya, yang diterima oleh pasien, terjadi
efek samping maupun resistensi antibiotik, selain itu biaya tidak terjangkau / terlalu mahal
(Kemenkes, 2017). Peresepan obat biasanya dilakukan sebagai langkah terakhir dalam
konsultasi pasien dan dokter (Simatupang, 2012), teapi masih sering terjadi kesalahan
terapi (medication errors) / pemberian terapi. Kesalahan ini biasanya terjadi pada
peresepan, dimana saat pemilihan jenis obat, dosis, cara pemakaian, penulisan yang. sulit
dibaca, dimana kejadian tersebut menjadi faktor pendukung dalam peningkatan kesalahan
terapi (Simatupang, 2012).

Obat merupakan salah satu unsur yang penting dalam pelayanan kesehatan.Untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, obat harus tersedia dengan cukup, distribusi
obat merata, dan mudah dijangkau.Tujuan yang hendak dicapai untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yaitu keterjangkauan dan penggunaan obat yang rasional.
Menurut Kebijakan Obat Nasional, pemilihan obat yang tepat dengan mengutamakan
penyediaan obat esensial dapat meningkatkan akses dan kerasionalan penggunaan obat
(Kemenkes RI, 2006).

Menurut Permenkes RI (2011), Penyakit infeksi masih merupakan salah satu


masalah kesehatan di masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang.
Penyakit infeksi merupakan salah satu penyebab pembunuh terbesar di dunia anak-anak
dan dewasa muda dimana kasus infeksi mencapai lebih dari 13 juta kematian per tahun di
negara berkembang (Badan POM, 2011). Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk
dalam sepuluh penyakit terbanyak.

Menurut Riskesdas tahun 2007 terdapat 28,1% penyakit infeksi di Indonesia


(Kemenkes RI, 2012). Pemberian antibiotik merupakan pengobatan utama dalam
penatalaksanaan penyakit infeksi. Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh suatu
mikroba, terutama fungi yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain
(Setiabudy dan Gan, 1995).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Mengetahui pendahuluan penggunaan obat yang rasional?
1.2.2 Apa saja ruang lingkup penggunaan obat rasional (POR)?
1.2.3 Bagaimana peggunaan obat yang tidak rasional ?
1.2.4 Bagaimana keselamatan pasien (Pasient Safety) dan keamanan pengobatan
(Medication Safety)
1.3 Tujuan

Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana pendahuluan penggunan obat yang rasional,
apa saja ruang lingkup penggunaan obat yang rasional, penggunaan obat yang tidak rasional,
serta bagaimana keselamatan pasien (Pasient Safety) dan keamanan pengobatan (Medication
Safety).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendahuluan Penggunaan Obat Yang Rasional

Penggunaan obat rasional merupakan penggunaan obat yang sesuai dengan kriteria,
seperti tepat obat, tepat diagnosis, tepat indkasi, tepat cara pemakaian, tepat waktu
pemberian, tepat kondisi pasien, tepat lama pemberian dan waspada efek samping
(Kemenkes, 2017).
Penggunaan obat yang rasional (POR) di setiap fasilitas pelayanan kesehatan upaya
pembangunan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu, merupakan salah satu langkah sehingga tercapai keselamatan pasien (patient
safety)”

Penggunaan obat dikatakan rasional menurut WHO apabila pasien


menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan
untuk jangka waktu yang cukup, dan dengan biaya yang terjangkau baik untuk individu
maupun masyarakat. Dan Penggunaan obat dikatakan rasional jika tepat secara medik dan
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Masing-masing persyaratan mempunyai
konsekuensi yang berbeda-beda. Sebagai contoh, kekeliruan dalam cara pemakaian dapat
memberi konsekuensi berupa ketidak berhasilan terapi

Konsep tersebut berlaku sejak pertama pasien datang kepada tenaga kesehatan, yang
meliputi ketepatan penilaian kondisi pasien, tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat jenis
obat, tepat dosis, tepat cara dan lama pemberian, tepat informasi, dengan memperhatikan
keterjangkauan harga, kepatuhan pasien, dan waspada efek samping. Pasien berhak
mempertanyakan hal-hal itu kepada tenaga kesehatan.

Oleh karena itu, penggunaan obat rasional meliputi dua aspek pelayanan yaitu
pelayanan medik oleh dokter dan pelayanan farmasi klinik oleh apoteker. Untuk itu perlu
sekali adanya kolaborasi yang sinergis antara dokter dan apoteker untuk menjamin
keselamatan pasien melalui penggunaan obat rasional.
kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai strategi peningkatan penggunaan
obat rasional. Dalam rangka pengendalian resistensi antimikroba, misalnya, telah
dilakukan pembatasan penyediaan antimikroba (khususnya antibiotika) melalui kebijakan
Formularium Nasional (Fornas), penetapan standar dan pedoman terkait penggunaan
antibiotika.
Menurut (Kemenkes 2011), Penggunaan Obat Dikatakan Rasional jika Memenuhi
Kriteria sebagai berikut :
a. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat.
Diagnosis jika tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa
mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga
tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya.
b. Tepat Indikasi
Penyakit Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik, antibiotik, misalnya
diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya
dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri.
c. Tepat Pemilihan
Obat Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis
ditegakkan dengan benar. Dengan demikian, obat yang di pilih harus yang
memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit.
d. Tepat Dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi
obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan
rentang terapi sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya
dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang
diharapkan.
e. Tepat Cara
Pemberian Cara pemberian yang tidak tepat akan mengurangi ketersediaan obat
dalam tubuh pasien.
f. Tepat Interval
Waktu Pemberian Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin
dan praktis, agar mudah ditaati oleh pasien.
g. Tepat Lama
Pemberian Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya.
h. Waspada terhadap Efek Samping Pemberian obat potensial menimbulkan efek
samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul akibat pemberian obat
dengan dosis terapi.
i. Tepat Penilaian
Kondisi Pasien Respon individu terhadap efek obat sangat beragam, hal ini lebih
jelas terlihat pada beberapa jenis obat seperti teofilin dan aminoglikosida. Pada
penderita kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida sebaiknya dihindari karena
resiko terjadinya nefrotoksik pada kelompok ini meningkat secara bermakna.
j. Obat yang Diberikan Harus Efektif dan Aman dengan Mutu Terjamin. Untuk
memberikan hasil yang optimal obat harus efektif dan aman dengan mutu
terjamin. Karena itu mutu obat mesti terjamin dengan mendapatkannya dari
sumber yang tepat, karena saat ini banyak obat palsu dan kadaluwarsa yang
beredar dipasaran yang tentunya akan merugikan pasien.
k. Tersedia Setiap Saat dengan Harga Terjangkau. Untuk memberikan
kesinambungan pengobatan terutama sekali untuk pengobatan jangka panjang,
obat yang diberikan harus tersedia setiap saat dan harganya terjangkau oleh pasien
yang menggunakan.
l. Tepat Informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam
menunjang keberhasilan terapi.
m. tepat Tidak Lanjut (follow up) Pada saat memutuskan pemberian terapi harus
sudah dipertimbangkan upaya tindak lanjut yang di perlukan, misalnya jika pasien
tidak sembuh atau mengalami efek samping.
n. tepat Penyerahan
Obat (dispensing) Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai
penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Pada saat resep dibawa ke
apotik atau tempat penyerahan obat di puskesmas, apoteker / asisten apoteker /
petugas penyerah obat akan melaksanakan perintah dokter / peresep di tulis pada
lembar resep untuk kemudian diberikan kepada pasien. Proses penyiapan dan
penyerahan harus dilakukan secara tepat agar pasien mendapatkan obat
sebagaimana seharusnya. Karena bila petugas salah menimbang obat atau salah
membaca resep, dapat berakibat fatal.
o. Pasien Patuh Terhadap Pengobatan yang Diberikan. Kepatuhan pasien terhadap
pengobatan sangat menentukan hasil yang dicapai dalam pengobatan.
2.2 Penggunaan obat yang tidak rasional

Penggunaan obat yang tidak rasional dapat menimbulkan dampak cukup besar
dalam penurunan mutu pelayanan kesehatan dan peningkatan anggaran pemerintah
yang dialokasikan untuk obat. Penggunaan obat dikatakan tidak rasional jika tidak
dapat dipertanggungjawabkan secara medik.

Penggunaan obat dikatakan tidak rasional jika tidak dapat dipertanggung


jawabkan secara medik. Penggunaan obat tidak rasional dapat terjadi di fasilitas
pelayanan kesehatan maupun di masyarakat.

Penggunaan obat tidak rasional dapat terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan


maupun di masyarakat. Hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor yang di antaranya,
regulasi, kompetensi tenaga kesehatan, pasien itu sendiri, pihak industri, manajemen
pengelolaan obat di tempat kerja dan sistem.

Penggunaan obat yang tidak rasional/ irasional sering dijumpai dalam praktek
sehari-hari. Penggunaan obat tanpa kegunaan yang jelas; cara, dan lama pemberian
yang keliru, serta peresepan obat yang mahal merupakan sebagian contoh dari
ketidakrasionalan. Penggunaan suatu obat dikatakan tidak rasional jika kemungkinan
dampak negatif yang diterima oleh pasien lebih besar dibanding manfaatnya.

Faktor faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penggunaan obat yang tidak
penggunaan obat rasional yaitu tidak rasional antara lain :

 Kurangnya pengetahuan dari tenaga kesehatan dalam ilmu obat-obatan.


 Adanya kebiasaan dokter meresepkan jenis atau merek obat tertentu.
 Kepercayaan masyarakat terhadap jenis atau merek obat tertentu

selain itu, dampak negatif penggunaan obat yang tidak rasional sangat
beragam dan bervariasi tergantung dari jenis ketidakrasionalan penggunaannya.
Dampak negatif ini dapat saja hanya dialami oleh pasien (efek samping dan biaya
yang mahal) maupun oleh populasi yang lebih luas (resistensi kuman terhadap
antibiotik tertentu) dan mutu pelayanan pengobatan secara umum

Penggunaan Obat Yang Tidak Rasional (Kemenkes, 2011) Penggunaan obat


dikatakan tidak rasional bila:

1) Peresepan Berlebih
Pemberian obat yang sebenarnya tidak diperlukan untuk penyakit yang
bersangkutan.
2) Peresepan Kurang
Pemberian obat kurang dari yang seharusnya diperlukan, baik dalam hal dosis,
jumlah maupun lama pemberian. Tidak diresepkannya obat yang diperlukan
untuk penyakit yang diderita juga termasuk dalam kategori ini.
3) Peresepan Majemuk
Pemberian beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang sama. Kelompok
ini termasuk pemberiaan lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahui
dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.
4) Peresepan Salah
 Pemberian obat yang tidak sesuai dengan indikasi penyakit.
 Pemberian obat untuk kondisi yang sebenarnya merupakan
kontraindikasi pada pasien.
 Pemberian obat yang memberikan kemungkinan risiko efek samping
yang lebih besar.
2.3 Keselamatan pasien ( pasien safety ) dan keamanan pengobatan
( medication safety )

2.3.1 Pengertian patient SAFETY


Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental
atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan
pengobatan. Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment
resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
dilakukan (DepKes RI,2006). Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000,
patient safety adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan
resiko.Meliputi: assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan
dengan risiko pasien,pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnyaresiko.

2.3.2 Tujuan patientsafety

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RumahSakit


2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya KTD di RumahSakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:


1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secarabenar)
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yangefektif)
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanandari
pengobatan resikotinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan
proseduroperasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi
yang berhubungan dengan pelayanankesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasienterluka
karenajatuh).

2.3.3 keamanan pengobatan ( medication safety )

Medication safety practice (MSP) merupakan praktik prosedur yang aman


dalam pengobatan. Dengan MSP, sistem pengobatan berjalan sesuai dengan prosedur,
tujuan yang jelas, serta mempelajari kejadian ME yang terjadi dalam lingkungan
pelayanan pengobatan.

Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih
berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau
konsumen, dan seharusnya dapat dicegah.

Tujuan dari medication safety adalah Program medication safety merupakan


upaya untuk menjamin penggunaan obat yang aman, tidak ada kesalahan, sehingga
pasien selamat. Dibagi dalam 4 tahap yaitu

1. TAHAP PRESCRIBING
Medication error pada tahap prescribing adalah error yang terjadi -pada tahap
penulisan
resep. Terdiri dari :
 tidak tepat indikasi,
 tidak tepat pasien atau kontraindikasi,
 tidak tepat obat,
2. TAHAP TRANSCRIBING
Pada tahap transcribing, error terjadi pada saat pembacaan resep untuk proses
dispensing. Kesalahan disebabkan oleh tulisan tangan yang buruk, singkatan,
satuan berat (mg/mcg), dan salah baca.

3. TAHAP DISPENSING
Error pada tahap dispensing terjadi pada saat penyiapan hingga penyerahan resep oleh
petugas apotek. Kesalahan peracikan terjadi bila ada perbedaan antara jumlah/kadar
yang dikehendaki dengan jumlah/kadar yang disiapkan/diberikan. Penyimpangan tak
boleh lebih dari 10%.
4. TAHAP ADMINISTRASI
Error pada tahap administration adalah error yang terjadi pada proses penggunaan obat.
Tahap ini dapat melibatkan petugas apotek dan pasien atau keluarganya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penggunaan obat rasional merupakan penggunaan obat yang sesuai dengan kriteria,
seperti tepat obat, tepat diagnosis, tepat indkasi, tepat cara pemakaian, tepat waktu
pemberian, tepat kondisi pasien, tepat lama pemberian dan waspada efek samping

Penggunaan obat yang rasional (POR) di setiap fasilitas pelayanan kesehatan upaya
pembangunan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu, merupakan salah satu langkah sehingga tercapai keselamatan pasien (patient
safety)”.

Penggunaan obat dikatakan tidak rasional jika tidak dapat dipertanggung jawabkan
secara medik. Penggunaan obat tidak rasional dapat terjadi di fasilitas pelayanan
kesehatan maupun di masyarakat.

patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera pada
pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Medication safety practice
(MSP) merupakan praktik prosedur yang aman dalam pengobatan. Dengan MSP, sistem
pengobatan berjalan sesuai dengan prosedur, tujuan yang jelas, serta mempelajari
kejadian ME yang terjadi dalam lingkungan pelayanan pengobatan.

3.2 Saran

Penulis menyampaikan permohoman maaf yang sebesar besarnya pada pembaca


apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun kekeliruan dalam menyusun
makalah ini. Untuk itu saran dan kritikan dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini bisa menambah wawasan dan
pengetahuan kita terutama mengenai Penggunaan Obat Yang Rasional.
DAFTAR ISI

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180329/3525429/inilah-penggunaan-
obat-rasional-yang-harus-dipahami-masyarakat/#:~:text=Penggunaan%20obat
%20dikatakan%20rasional%20menurut,baik%20untuk%20individu%20maupun
%20masyarakat.
https://farmalkes.kemkes.go.id/2015/07/pentingnya-penggunaan-obat-secara-rasional/

Anda mungkin juga menyukai