Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KONSELING

KONSELING FARMASIS KEPADA PASIEN GERIATRI

Kasus I

Disusunoleh :

Kelompok I

1. MutiaRamadhanti I1C017004
2. UlfaAntoniPutri I1C017014
3. Ayu Demi Pertiwi I1C017020
4. M. Hasan Ali I1C017028

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
KONSELING FARMASIS KEPADA PASIEN GERIATRI

I. JUDUL
Konseling Farmasis kepada pasien geriatri.

II. TUJUAN
1. Mampu berkomunikasi secara efektif dan etis dengan pasien geriatric untuk dapat
membangun hubungan kepercayaan pasien maupun keluarga pasien dengan apoteker.
2. Memberikan infomasi terkait penggunaan obat dan aturan pakai kepada pasien
geriatri.
3. Memberikan konseling farmasi kepada pasien geriatri tentang indikasi, aturan pakai,
kontraindikasi, interaksi, efek samping dan hal yang perlu dihindari.

III. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH


Menurut Permenkes No. 73 Tahun 2016,konseling adalah suatu proses komunikasi
dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan
memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus
memberikan konseling mengenai sediaan farmasi,pengobatan dan perbekalan kesehatan
lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan
terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau
perbekalan kesehatan lainnya (Depkes RI, 2016).
Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusi antara orang yang
membutuhkan (klien) dan orang yang memberikan (konselor) dukungan dan dorongan
sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam
pemecahan masalah (Depkes RI, 2006). Dalam proses konseling, empat langkah yang
tidak boleh ditinggalkan dan diabaikan (harus dilakukan) oleh seorang konselor adalah
menjalin hubungan dengan konseling, penilaian terhadap masalah yang terjadi pada
konseling (assesment), pengembangan instrument/ penggunaan teknik-teknik konseling
dan mengakhiri konseling (terminasi). Dikatakan bahwa, "Membina hubungan dalam
proses konseling sangatlah penting sebagai langkah awal". Dikatakan juga bahwa,
"Diantara tujuan assesmen adalah memungkinkan konselor membuat diagnosis yang
akurat". Dikatakan juga bahwa, "Sebagai bagian dari assesment perlu untuk ditetapkan
apa yang akan menjadi sasaran konseling dan sesuai dengan sasaran tersebut, bagaimana
strategi dan terminasinya". Namun dalam kenyataannya, proses konseling tidak semulus
yang diharapkan sesuai dengan keinginan konselor dan konseli. Dalam contoh kasus
proses konseling yang kurang berhasil, perlu diadakan rencana tindak lanjut untuk
mencapai harapan tersebut (Murad, 2006).
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kematangan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun,
65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia
yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu
penanganan segera dan terintegrasi. Lansia juga identik dengan menurunnya daya tahan
tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang
jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita. Semakin banyak penyakit
pada lansia semakin banyak jenis obat yang diperlukan. Banyaknya jenis obat akan
menimbulkan masalah antara lain kemungkinan memerlukan ketaatan atau menimbulkan
kebingungan dalam menggunakan atau cara minum obat. Disamping itu dapat
meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia antara lain :
1. Perubahan fisik lansia, seperti penurunan pendengaran
2. Normal agging process
3. Perubahan sosial
4. Pengalaman hidup dan latar belakang budaya
(Kusumoputro, 2003)
Swamedikasi atau pengobatan sendiri (self-medication) adalah pengobatan yang
dilakukan seseorang secara mandiri mulai dari mengenali penyakit atau gejala yang
dialami sampai dengan pemilihan dan penggunaan obat. Swamedikasi merupakan salah
satu unsur dari perawatan diri atau self-care (WHO, 1998). Swamedikasi merupakan
upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala
penyakit, sebelum mereka memutuskan mencari pertolongan ke pusat pelayanan
kesehatan/petugas kesehatan, atau dengan obat–obat sederhana yang dibeli bebas di
apotek atau toko obat, atas inisiatif sendiri tanpa nasihat dari dokter (Depkes RI, 2008;
Tjay dan Rahardja, 2010).
Kesalahan pengobatan (medication error) pada pelaksanaan swamedikasi dapat
terjadi karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya
(Depkes RI, 2006). Swamedikasi yang tidak tepat di antaranya ditimbulkan oleh
kesalahan mengenali gejala yang muncul, memilih obat, menggunakan alat, dosis dan
keterlambatan dalam mencari nasihat/saran tenaga kesehatan jika keluhan berlanjut.
Selain itu, risiko potensial yang dapat muncul dari swamedikasi misalnya efek samping
yang jarang muncul namun parah, interaksi obat yang berbahaya, dosis tidak tepat, dan
pilihan terapi yang salah (BPOM, 2014).
Untuk melakukan swamedikasi dengan benar, masyarakat memerlukan informasi
yang jelas dan dapat dipercaya tentang obat-obat yang digunakan, dengan demikian
penentuan jenis dan jumlah obat yang diperlukan harus sesuai dengan gejala yang
dirasakan, memperhatikan efek samping obat, dan cara penggunaannya (BPOM, 2014;
Depkes RI, 2008). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan
bahwa secara nasional proporsi rumah tangga yang menyimpan obat keras sebesar 35,7%
dan khusus untuk antibiotika sebesar 27,8%. Dari jumlah tersebut, 81,9% obat keras dan
86,1% antibiotika diperoleh tanpa menggunakan resep. Data tersebut menunjukkan
bahwa masyarakat yang melakukan swamedikasi masih menggunakan obat keras dan
antibiotika (Riskesdas,2013).

Perumusan Masalah

1. Bagaimana cara berkomunikasi kepada pasien geriatri dengan baik?


2. Apa saja permasalahan yang dialami pasien ?
3. Bagaimana cara mengidentifikasi permasalahan pasien?
4. Apakah alternatif pengobatan untuk pasien ?
5. Bagaimana cara menjelaskan aturan pakai, indikasi, kontraindikasi, interaksi yang
mungkin terjadi, efek samping, cara penyimpanan obat yang diterima pasien ?
6. Apa saja hal yang perlu dihindari sehubungan dengan pemakaian obat yang
dipilihkan untuk pasien?
7. Bagaimana saran yang bisa dilakukan oleh pasien untuk mengoptimalkan terapi?
8. Bagaimana cara memastikan pasien mengerti apa yang disampaikan oleh apoteker?
IV. PEMECAHAN MASALAH SEMENTARA
1. Bagaimana cara berkomunikasi kepada pasien geriatri dengan baik?
Dalam kasus ini pasien adalah pasien geriatric sehingga seorang apoteker harus bisa
berempati serta memperhatikan kondisi pasien. Pasien geriatric termasuk pasien
kondisi khusus yang memerlukan perhatian yang berbeda. Untuk membangun
interaksi dengan pasien diperlukan perilaku asertif yaitu kesediaan sebagai farmasis
untuk memulai komunikasi. Tidak hanya itu, dibutuhkan pula keterampilan untuk
mendorong pasien untuk berperilaku asertif sehingga dapat meningkatkan komunikasi
dengan mereka. Salah satu situasi sulit yang dihadapi dalam praktek farmasi adalah
merespon pasien yang marah atau kritis (Beardsley, et al., 2008).
2. Apa saja permasalahan yang dialami pasien ?
Bp. Ahlan WaSahlan (65 tahun) datang ke apotek di sebelah apartemennya. Bp. Ahlan
WaSahlan mengeluhkan sariawan yang sudah 7 hari tidak sembuh. Sebelumnya Bp.
Ahlan WaSahlan makan kerupuk yang keras, yang akhirnya melukai mulutnya.
Sariawannya ada di rongga mulut dan kemudian merembet ke lidah, dan ujung rongga
mulut. Hal ini sangat mengganggu aktivitasnya sebagai seorang pembicara di seminar
motivator. Bp. Ahlan WaSahlan meminta apoteker untuk memilihkan obat sariawan
yang cepat sembuh.
3. Bagaimana cara mengidentifikasi permasalahan pasien?
Hal pertama yang dilakukan Apoteker adalah memperkenalkan dirinya sebagai
pendekatan, apoteker harus mengawali konseling dengan menciptakan suasana
nyaman bagi pasien dan menunjukkan rasa empati dengan cara menggali informasi
tentang pasien serta menanyakan keluhan yang pasien rasakan sehingga antara pasien
dan apoteker dapat terjalin komunikasi yang baik untuk menyatukan persepsi atas
masalah yang dialami. Apoteker mendengarkan dengan seksama dan fokus pada apa
yang disampaikan pasien.
4. Apakah alternatif pengobatan untuk pasien ?
Apoteker memberikan pilihan obat untuk mengobati keluhan pasien yang masing-
masing berbeda kandungan, cara penggunaannya, dan harga obat sehingga pasien
diberi kebebasan untuk memilih salah satu dari pilihan obat yang apoteker
rekomendasikan tersebut. Berikut obat-obatannya :
a. Aloclair adalah obat kumur untuk meredakan rasa nyeri yang disebabkan oleh
iritasi pada mulut seperti sariawan, luka tergigit, dll.
b. Betadine obat kumur adalah obat kumur antiseptik untuk mengatasi infeksi akut
pada mulut dan tenggorokan, seperti: sariawan
c. Vitamin C Ipi untuk mencegah dan mengobati defisiensi vitamin c
(MIMS, 2016)
5. Bagaimana cara menjelaskan aturan pakai, indikasi, kontraindikasi, interaksi yang
mungkin terjadi,efek samping,cara penyimpanan obat yang disarankan untuk pasien ?
a. Betadine obat kumur
Komposisi : povidone iodine 1%, glycerol, menthol, methyl salicylate, ethanol
96%, saccharin sodium,air
Indikasi : Obat kumur antiseptik untuk rongga mulut seperti sakit
tenggorokan, gusi bengkak, sariawan, bau mulut, dan napas tak segar.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap iodium, penderia penyakit thyroid,
dan wanita hamil serta menyusui.
Efek samping : Kemerahan pada bagian lidah atau wajah, Rasa gatal pada lidah,
wajah, hingga tenggorokan, Sulit bernafas
Dosis : Dalam satu kali penggunaan, gunakan 10 ml Betadine Obat Kumur dan
bisa digunakan 3-5 kali sehari.atau sesuai kebutuhan.
Harga : Obat kumur 100 mL x 1 (Rp.16.500,-).
Interaksi : jangan digunakan bersamaan dengan Lithium, bahan pengawet
berbasis Hg
Penyimpanan obat : Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya
matahari
b. Aloclair (Kalbe Farma)
Komposisi : Aqua, maltodextrin, propylene glycol, polyvinylpyrrolidone (PVP),
aloe vera extr, K sorbate, Na benzoate, hydroxyethylcellulose, PEG 40,
hydrogenated castor oil, disodium edetate, benzalkonium Cl, saccharin Na, Na
hyaluronate, glycyrrhetic acid.
Indikasi : Meredakan rasa nyeri yang disebabkan oleh iritasi pada mulut seperti
sariawan, luka tergigit, dll.
Kontraindikasi : Pasien yang hipersensitifitas terhadap obat ini
Efek samping : Sampai saat ini tidak ada efek samping yang mungkin muncul.
Dosis : (Obat kumur) Kumur-kumur 10 mL 2-3x/hari atau sesuai kebutuhan.
Harga : Obat kumur 60 mL x 1 (Rp.95.000,-).
Interaksi : Aloclair tidak berinteraksi dengan obat lain, sehingga aman jika
digunakan bersama obat lain
Penyimpanan obat : Simpan di suhu ruang (20- 25o C) dan terhindar dari sinar
matahari langsung
c. Vitamin C Ipi
Komposisi: Vitamin C 50 mg
Indikasi : Mencegah dan mengobati defisiensi vit.C
Kontraindikasi : Pasien hipersensitiv terhadap salah satu komponen. Reaksi
alergi pada penggunaan suplemen vitamin C atau alergi terhadap bahan dalam
suplemen (contohnya kacang atau kedelai).
Efek samping : jika dikonsumsi dalam dosis tinggi dalam jangka panjang, maka
dapat meningkatkan resiko terbentuknya batu ginjal atau terjadinya beberapa
gejala contohnya sakit perut, nyeri ulu hati, diare, muntah, dan perut kembung
Dosis : 1 tab 3x/hari
Harga : 1 botol Isi 50 Tablet Rp 5.000
Penyimpanan obat : Simpan di suhu ruang (20- 25o C) dan terhindar dari sinar
matahari langsung (MIMS, 2016)

6. Apa saja hal yang perlu dihindari sehubungan dengan pemakaian obat yang
disarankan untuk pasien?
Hal yang perlu dihindari adalah makan makanan yang panas; asam; pedas; keras dan
diikuti dengan minum minuman dingin. Kemudian untuk mencegah terjadinya
sariawan kembali dianjurkan untuk tidak terburu-buru saat makan hal ini untuk
menghindari tergigitnya lidah atau bibir saat makan.
7. Bagaimana saran yang bisa dilakukan oleh pasien untuk mengoptimalkan terapi?
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan terapi yaitu dengan terapi non
farmakologis seperti mengonsumsi makanan sehari-hari yang kaya akan vitamin c dan
antioksidan yaitu sayur dan buah-buahan, banyak minum air putih minimal 8 gelas per
hari, menjaga kebersihan mulut dan gigi, menghindari makan makanan panas diikuti
dengan minum dingin. Kemudian untuk mencegah terjadinya sariawan kembali
dianjurkan untuk tidak terburu-buru saat makan hal ini untuk menghindari tergigitnya
lidah atau bibir saat makan.
8. Bagaimana cara memastikan pasien mengerti apa yang disampaikan oleh apoteker?
Apoteker menanyakan kembali cara penggunaan obat dan aturan pakai obat.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014. Menuju Swamedikasi yang Aman.Majalah Info
POM, 15 (1): 1-12.

Beardsley et al. 2008. Communication Skills. Journal of Nursing Education and Practice, 4
(11).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Materi pelatihan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan memilih obat bagi tenaga kesehatan. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 2016. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Kusumoputro, S. 2003. Memori Anda Setelah Usia 50. Jakarta : UI Press.


Murad, L. Jeaneff. 2006. Dasar-Dasar Konseling. Jakarta : UI Press.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Tjay, T.H. & Rahardja, K. 2010. Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-
hari.Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

WHO. 1998. The Role of the Pharmacist in Self-care and Self-medication. Geneva:
World Health Organisation.

Anda mungkin juga menyukai