Anda di halaman 1dari 8

1

MODUL 3
SWAMEDIKASI PADA PASIEN DENGAN KONDISI KHUSUS

1. Tinjauan Mata Kuliah


A. Menguji kemampuan mahasiswa dalam melakukan pengumpulan data
dan infromasi penetapan masalah, penyelesaian masalah, dan praktik
professional, legal&etik pada pengobatan tanpa resep.

2. Pendahuluan
A. Sasaran pembelajaran yang ingin dicapai
mahasiswa belajar praktek kefarmasian pelayanan farmasi klinik sesuai
dengan standar pelayanan farmasi klinik yang harus dimiliki oleh seorang
apoteker dengan memberikan studi kasus pelayanan farmasi klinik
B. Ruang lingkup bahan modul
Swamedikasi pada pasien dengan kondisi khusus
C. Manfaat mempelajari modul
Mampu melakukan swamedikasi pada pasien dengan kondisi khusus
D. Urutan pembahasan
Mampu menggali informasi dari pasien, mampu menyimpulkan kondisi
pasien dan mampu memilihkan obat untuk pasien.

3. Materi Pembelajaran
Definisi swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal,
maupun obat tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala
penyakit (WHO, 2010). Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada
diri sendiri dengan obat-obat yang sederhana yang dibeli bebas di apotik atau toko
obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter (Rahardja,2010). Swamedikasi atau
pengobatan sendiri adalah perilaku untuk mengatasi sakit ringan sebelum mencari
pertolongan ke petugas atau fasilitas kesehatan. Swamedikasi merupakan bagian
dari self-care di mana merupakan, usaha pemilihan dan penggunaan obat bebas oleh
individu untuk mengatasi gejala atausakit yang disadarinya (WHO,
1998). Apoteker harus mempunyai kemampuan untuk menggali informasi seperti
: Untuk siapa obatnya, keluhan/symptom,berapa lama keluhan timbul,apakah ada
2

penyakit lain?, apakah sedang hamil?,tindakan untuk meredakan keluha dan


apakah ada obat lain yg sedang diminum

Untuk melakukan pengobatan sendiri secara benar, masyarakat harus mampu.


(Binfar, 2008):
a. Mengetahui jenis obat yang diperlukan untuk mengatasi penyakitnya.
b. Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat mengevaluasi sendiri
perkembangan sakitnya.
c. Menggunakan obat tersebut secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan
tahu batas kapan mereka harus menghentikan self-medication dan segera minta
pertolongan petugas kesehatan.
d. Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat
memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian itu suatu penyakit
baru atau efek samping obat.
e. Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut.

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Responsible Self


Medication, swamedikasi atau self-medication perlu memperhatikan beberapa
hal, diantaranya:
a. Obat yang digunakan adalah obat yang terbukti keamanannya, kualitas dan
khasiat.
b. Obat-obatan yang digunakan adalah obat yang diindikasikan untuk kondisi yang
dikenali diri sendiri dan untuk beberapa kondisi kronis atau berulang (beserta
diagnosis medis

Praktek swamedikasi menurut World Health Organization (WHO) dalam Zeenot


(2013), dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: faktor sosial ekonomi, gaya
hidup, kemudahan memperoleh produk obat, faktor kesehatan lingkungan, dan
ketersediaan produk.
a. Faktor sosial ekonomi Dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat,
berakibat pada semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin mudah akses
untuk mendapatkan informasi. Dikombinasikan dengan tingkat ketertarikan
individu terhadap masalah kesehatan, sehingga terjadi peningkatan untuk dapat
3

berpartisipasi langsung terhadap pengambilan keputusan dalam masalah


kesehatan.
b. Gaya hidup Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap dampak dari gaya
hidup tertentu seperti menghindari merokok dan pola diet yang seimbang untuk
memelihara kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit (WHO, 1998).
c. Kemudahan memperoleh produk obat Saat ini pasien dan konsumen lebih
memilih kenyamanan membeli obat yang bisa diperoleh dimana saja, dibandingkan
harus menunggu lama di rumah sakit atau klinik.
d. Faktor kesehatan lingkungan Dengan adanya praktek sanitasi yang baik,
pemilihan nutrisi yang tepat serta lingkungan perumahan yang sehat,
meningkatkan kemampuan 7 masyarakat untuk dapat menjaga dan
mempertahankan kesehatan serta mencegah terkena penyakit.
e. Ketersediaan produk baru Saat ini, semakin banyak tersedia produk obat baru
yang lebih sesuai untuk pengobatan sendiri. Selain itu, ada juga beberapa produk
obat yang telah dikenal sejak lama serta mempunyai indeks keamanan yang baik,
juga telah dimasukkan ke dalam kategori obat bebas, membuat pilihan produk obat
untuk pengobatan sendiri semakin banyak tersedia.

Jenis obat yang digunakan dalam swamedikasi meliputi: Obat Bebas, Obat
Bebas Terbatas, dan OWA (Obat Wajib Apotek). Penggunaan obat bebas dan
obat bebas terbatas, yang sesuai dengan aturan dan kondisi penderita akan
mendukung penggunaan obat yang rasional. Kerasionalan penggunaan obat
menurut Cipolle, 1998 terdiri dari beberapa aspek, diantaranya: ketepatan
indikasi, kesesusaian dosis, ada tidaknya kontraindikasi, efek samping serta
interaksi dengan obat dan makanan.

9 Obat yang diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria berikut (Permenkes
No. 919/Menkes/Per/X/1993).
1. Tidak dikontraindikasikan untuk pengguna pada wanita hamil, anak di bawah
usia 2 tahun, dan orang tua diatas 65 tahun.
2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit.
3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4

4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang pravalensinya tinggi di


indonesia.
5. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggung
jawabkan untuk pengobatan sendiri.

Beberapa hal yang penting untuk diketahui masyarakat ketika akan melakukan
swamedikasi (Depkes RI, 2006)
1. Untuk menetapkan jenis obat yang dipilih perlu diperhatikan :
a. Pemilihan obat yang sesuai dengan gejala atau keluhan penyakit.
b. Kondisi khusus. Misalnya hamil, menyusui, lanjut usia, dan lain-lain.
c. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap penggunaan
obat tertentu.
d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping, dan e.
Interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat
f. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada
apoteker (Depkes RI, 2006).
2. Untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan :
a. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.
b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur. c. Bila
obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan
penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.
d. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama. e.
Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap, tanyakan
kepada Apoteker. (Depkes RI, 2007)

3. Kenali efek samping obat yang digunakan agar dapat diperkirakan apakah suatu
keluhan yang timbul kemudian merupakan suatu penyakit baru atau efek samping
dari obat (Depkes RI, 2006).
4. Cara penggunaan obat harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. Obat tidak untuk digunakan secara terus-menerus.
b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur obat.
c. Bila obat yang diminum menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan
penggunaannya dan tanyakan kepada apoteker atau dokter.
d. Hindari menggunakan obat orang lain, walaupun gejala penyakit sama.
5

e. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lengkap, tanyakan


kepada apoteker (Depkes RI, 2007)
5. Gunakan obat tepat waktu, sesuai dengan aturan penggunaan. Contoh :
a. Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali.
b. Obat diminum sebelum atau sesudah makan (Depkes RI, 2007)
6. Pemakaian obat secara oral adalah cara yang paling lazim karena praktis,
mudah, dan aman. Cara yang terbaik adalah meminum obat dengan segelas air
putih (Depkes RI, 2007)
7. Cara penyimpanan obat harus memperhatikan hal-hal berikut :
a. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
b. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau
seperti yang tertera pada kemasan.
c. Simpan obat di tempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat
menimbulkan kerusakan obat.
d. Jangan menyimpan obat yang telah kedaluarsa atau rusak.
e. Jauhkan dari jangkauan anak-anak (Depkes RI, 2006)

4. Latihan

Judul station Pelayanan swamedikasi pada pasien hamil dengan keluhan


batuk
Alokasi waktu 10 menit
Tujuan station Menguji kemampuan kandidat dalam melakukan
pengumpulan data, penetapan masalah, penyelesaian
masalah, komunikasi efektif, praktik profesional legal dan etik
pada pelayanan swamedikasi pada pasien ibu hamil 6 bulan
dengan keluhan batuk/ganguan tenggorokan
Kompetensi spesifik 1. Pengumpulan data & informasi
2. Penetapan masalah
3. Penyelesaian masalah
4. Pencatatan & pelaporan
5. Komunikasi efektif
6. Sikap dan perilaku professional
Praktek Kefarmasian 1. R&D
2. Produksi
3. QC/QA
4. Perencanaan/pengadaan/penerimaan
6

5. Penyimpanan/penyaluran/pemusnahan
6. Pelayanan obat tanpa resep (swamedikasi)
7. Skrining resep/analisis DRP
8. Compounding produk nonsteril/steril
9. Dispensing(KIE)/Monev efektivitas terapi/ESO
Instruksi Kandidat Skenario:
Kandidat sedang di Apotek menerima pasien perempuan
dewasa yang ingin mendapatkan obat batuk

Tugas:
1. Lakukan penggalian informasi terkait kondisi pasien
tersebut
2. Tetapkan 2 masalah inti dari pasien
3. Pilihkan dan serahkan obat yang tepat untuk pasien
tersebut dengan informasi yang tepat
Instruksi Pemeran Ada/Tidak ada
Standar (PS) A. Identitas Pasien:
1. Nama : Cantik
2. Usia : 32 tahun
3. Alamat : Cibiru Wetan
4. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
B. Riwayat Penyakit:
1. Keluhan Utama : batuk berdahak
2. Riwayat Penyakit Sekarang : batuk berdahak
3. Riwayat penyakit dahulu / lainnya / kondisi khusus
(hamil 6 bulan/ menyusui)
4. Riwayat penyakit keluarga: tidak ada
5. Riwayat lingkungan, sosial dan gaya hidup : umum
6. Riwayat pengobatan : tidak ada
7. Riwayat alergi obat : tidak ada
8. Informasi lain terkait pengobatan : tidak ada
C. Peran yang harus dilakukan:
1. Penampilan : rapi sopan, menggunakan alat bantu
untuk menunjukkan hamil 6 bulan.
2. Bahasa tubuh : batuk-batuk
3. Informasi yang harus diketahui pasien :
4. Dialog yang dikembangkan :
a. Jika ditanya obatnya untuk siapa, jawab : untuk
saya sendiri
b. Jika ditanya apa gejala/keluhannya : batuk
c. Jika ditanya jenis batuk (berdahak/kering). Jawab :
Berdahak/ada lendirnya
7

d. Jika ditanya sudah berapa lama keluhannya, jawab :


2 hari
e. Jika ditanya tindakan/obat yang sudah digunakan
untuk mengatasi batuknya, jawab : belum
f. Jika ditanya sedang hamil. Jawab : Ya
g. Jika ditanya hamil berapa bulan, jawab : 6 bulan
h. Jika ditanya sedang apakah mengkonsumsi obat
lain, Jawab : Tdk
i. Jika ditanya riwayat alergi, jawab : Tidak
j. Jika mendapat pertanyaan dari kandidat yang tidak
ada dalam skenario, dijawab “tidak tahu atau lupa”
5. Keterangan lain yang dibutuhkan untuk
menggambarkan setting PS sesuai skenario

LEMBAR KERJA
STATION

Nama Mahasiswa : ……………………………………………………………………………

Nomor Mahasiswa : …………………………………………………………………………..

Penetapan masalah pasien:

1.

2.

Penyelesaian masalah, obat yang dipilih :


8

5. Rangkuman
Mahasiswa sebagai calon apoteker harus mampu menggali informasi dari pasien
seperti: seperti : Untuk siapa obatnya, keluhan/symptom,berapa lama keluhan
timbul,apakah ada penyakit lain?, apakah sedang hamil?,tindakan untuk
meredakan keluhan dan apakah ada obat lain yang sedang diminum. Selanjutnya
mahasiswa mampu menyimpulkan kondisi pasien dan mampu memilihkan obat
untuk pasien

6. Tes Formatif
-
7. Umpan Balik atau Tindak Lanjut
Tutor masing-masing kelompok akan mengevaluasi hasil dari rubric masing-
masing mahasiswa di soal kasus swamedikasi pada pasien konstipasi
8. Kunci Tes Formatif
Kunci jawaban apabila diberikan tes formatif
9. Daftar Pustaka
MIMS minimum tahun 2014 edisi 14 halaman 86 atau
MIMS Drug Refference Indonesia – 2018 – Issue 1 hal 83

Anda mungkin juga menyukai