1
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
BAB I DEFINISI .................................................................................................... 3
BAB II RUANG LINGKUP ..................................................................................... 6
BAB III TATA LAKSANA ....................................................................................... 16
BAB IV DOKUMENTASI ....................................................................................... 28
BAB I
2
DEFINISI
Pemberian informasi dan edukasi penggunaan obat secara efektif dan aman
sangat diperlukan di Rumah Sakit Bukit Asam Medika. Pemberian informasi
merupakan pesan yang disampaikan seseorang komunikator kepada komunikan
yang berupa data, fakta, gagasan, konsep, kebijakan, aturan, standar, norma,
pedoman atau acuan yang diharapkan dapat diketahui, dipahami, diyakini, dan di
implementasikan oleh komunikan.
Sedangkan edukasi merupakan kegiatan dalam upaya meningkatkan
pengetahuan kesehatan perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor
resiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan
status kesehatan peserta, mencegah timbulnya kembali penyakit dan memulihkan
penyakit.
Pemberian edukasi dan informasi penggunaan obat pada pasien dapat
menghindari pasien dari ketidakpatuhan dan ketidaksepahaman pasien dalam
menjalankan terapi. Ini merupakan salah satu penyebab kegagalan terapi. Hal ini
sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien
mengenai obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan obat
untuk terapinya. Pasien yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang obatnya
akan menunjukkan peningkatan ketaatan pada regimen obat yang digunakan
sehingga hasil terapi akan meningkat pula.
B. Tujuan
1. Sebagai pedoman dalam melakukan edukasi kesehatan
2. Memahami bagaimana cara dan proses melakukan edukasi penggunaan obat
di rumah sakit, sehingga edukasi penggunaan obat dapat berjalan lancar dan
sesuai prosedur yang ada.
3. Agar pasien dan keluarga berpartisipasi dalam keputusan perawatan dan
proses perawatan sehingga dapat membantu proses penyembuhan lebih
cepat.
BAB II
3
RUANG LINGKUP
BAB III
4
TATA LAKSANA
5
Beberapa orang mungkin sangat sensitive terhadap kandungan aktif
dari beberapa obat. Hal ini dapat menyebabkan beberapa reaksi alergi,
seperti batuk, pembengkakan pada bibir, lidah atau wajah, gatal-gatal pada
kulit, atau bintik merah dan bengkak. Oleh karena itu perlu dikonsultasikan
dengan dokter atau apoteker anda sebelum meminum obat. Gejala-gejala
alergi yang harus diwaspadai dan diobati meliputi:
1) Masalah pada jaringan: pembengkakan pada tenggorokan dan lidah,
suara serak, suara tarikan napas yang terdengar keras
2) Masalah pernapasan: sesak napas
3) Masalah pada peredaran darah: detak jantung yang cepat, merasa pusing,
pucat, kehilangan kesadaran
6
Sebagian besar obat memang paling baik diminum sesudah makan,
karena pada saat itu lambung kita sudah selesai menyerap makanan
sehingga proses penyerapan obat tidak terganggu. Tapi, ada beberapa
obat yang lebih baik dikonsumsi sebelum makan. Oleh karena itu kita
harus mengikuti petunjuk dari dokter.
5) Habiskan Antibiotik
Resep antibiotik dari dokter harus dihabiskan meskipun kita merasa
sudah membaik. Karena dokter sudah memberi takaran obat untuk waktu
tertentu sehingga kuman penyakit tersebut akan mati. Jika obat tidak
dihabiskan maka akan terjadi resistensi obat dimana kuman kebal dengan
antibiotik tersebut.
6) Minum Air Putih
Obat memang paling baik diminum dengan air putih. Minum obat
dengan teh bisa menghambat penyerapan obat dalam tubuh. Sedangkan
jika diminum dengan susu, dapat menimbulkan reaksi tertentu akan
membuat khasiat obat menghilang.
7) Jangan Dicampur
Jangan mencampur obat yang satu dengan yang lain, karena kita
tidak akan mengetahui efek yang akan ditimbulkan oleh kedua obat yang
dicampurkan. Untuk menghindari kesalahan, lebih baik bertanya ke dokter
atau apoteker.
7
Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena
obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu.
Akhirnya khasiat obat akan berkurang. Akan tetapi dalam proses rusaknya
obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak
berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai
dengan membentuk zat-zat beracun. Menurut aturan nternasional, kadar obat
aktif dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%,
lebih dari 10% dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang.
Berikut ini cara penyimpanan obat yang benar yang dapat dilakukan dirumah:
1) Jauhkan dari jangkauan anak-anak
Jika anda punya kebiasaan untuk menyimpan obat ditempat yang
mudah terlihat agar mudah diingat untuk meminumnya, tinggalkan wadah
obat yang kosong ditempat itu dan simpan obatnya pada tempat yang
tidak mudah dijangkau anak-anak.
2) Simpan sesuai dengan petunjuk yang tertera
Kebanyakan obat dapat disimpan pada tempat sejuk dan kering
yaitu pada suhu kamar yang jauh dari sumber panas. Jika obat tidak
tahan terhadap cahaya maka dapat digunakan botol bewarna coklat atau
botol plastik yang tidak tembus cahaya. Beberapa obat harus disimpan di
lemari pendingin tapi jangan disimpan di freezer.
3) Simpan obat dalam kemasan aslinya
Penandaan pada kemasan asli serta brosur jangan dibuang, karena
pada etiket obat tersebut tertera cara penggunaan dan informasi
penggunaan obat yang penting.
4) Hal-hal lain yang harus diperhatikan:
a) Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
b) Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari
langsung atau seperti yang tertera pada kemasan.
c) Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena
dapat menimbulkan kerusakan.
d) Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
e) Periksa kondisi obat secara rutin, jangan menyimpan obat yang telah
kadaluarsa atau rusak.
8
f) Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
g) Bersihkanlah wadah / kotak tempat penyimpanan obat secara rutin.
F. Aturan Penyimpanan
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya
disimpan di tempat yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab
dan cahaya. Obat-obat tertentu yang harus disimpan di lemari es biasanya
persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusnya, misalnya insulin.
9
alternatif yang dianggap aman oleh sebagian besar masyarakat juga dapat
berinteraksi dengan obat lainnya.
Berikut ini adalah contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi:
1) Aborsi atau keguguran akibat Misoprostol yang digunakan untuk
pencegahan (gastic ulcer) tukak lambung yang disebabkan oleh obat anti
inflamasi non steroid
2) Ketagihan, akibat obat-obatan penenang dan analgesik seperti diazepam
serta morfin
3) Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane
4) Pendarahan usus, akibat Aspirin
5) Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2
6) Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin
7) Kematian, akibat Propofol.
8) Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon
9) Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik.
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya efek samping obat, antara lain:
1) Faktor Pasien
Faktor pasien meliputi umur, genetik dan penyakit yang diderita. Pada
pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem metabolism belum sempurna
sehingga kemungkinan terjadinya efek samping dapat lebih besar. Begitu
juga pada pasien geriatrik (lansia) yang kondisi tubuhnya sudah menurun.
Pada pasien dengan penyakit tertentu seperti gangguan hati dan ginjal
penggunaan obat perlu perhatian khusus karena dapat menyebabkan efek
samping yang serius.
2) Faktor Obat
Faktor obat yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek
samping seperti pemilihan obat, jangka waktu penggunaan obat, dan
adanya interaksi antar obat. Masing masing obat memiliki mekanisme dan
tempat kerja yang berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan efek
samping yang berbeda
Cara Mencegah Timbulnya Efek Samping Obat
1) Baca dosis dan aturan pakai penggunaan obat sesuai dengan yang tertera
di leafleat atau yang diresepkan dokter.
10
2) Pergunakan obat sesuai indikasi yang jelas dan tepat sesuai yang tertera
di leafleat atau yang diresep dokter.
3) Berikan perhatian khusus terhadap penggunaan dan dosis obat pada bayi,
pasien usia lanjut dan pasien dengan penyakit hati atau ginjal.
4) Perhatikan dan catat riwayat alergi akibat penggunaan obat
5) Beritahukan ke dokter apabila anda sedang hamil, menyusui, alergi obat
tertentu, memiliki penyakit diabetes, penyakit ginjal atau liver, sedang
meminum obat lain atau suplemen herbal
6) Hindari penggunaan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus
7) Mintalah dokter mengevaluasi penggunaan obat dalam jangka panjang
11
4) Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan
oleh petugas yang mempunyai kompetensi dibidangnya
5) Pemeliharaan peralatan harus didokumentasikan dan di evaluasi secara
berkala dan bekesinambungan
12
Interaction yang harus dihindari karena berpotensi menimbulkan toksisitas
yang berbahaya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi obat adalah:
a) Tidak semua obat yang berinteraksi signifikan secara klinik
b) Interaksi tidak selamanya merugikan
c) Jika dua obat berinteraksi berarti tidak boleh diberikan
d) Interaksi tidak hanya ntuk terapi yang berbeda tetapi kadang untuk
mengobati penyakit yang sama
e) Interaksi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengobatan,.
13
bawang putih) karena menghasilkan efek yang mirip dengan efek walfarin,
tetapi konsumsi dalam jumlah besar dari makanan ini dapat menyebabkan
efek walfarin menjadi terlalu kuat.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya interaksi
obat dengan makanan:
1) Jagalah obat tetap berada di dalam wadah / tempat asli sehingga
memudahkan untuk mendapatkan informasi mengenai obat pada label
obat
2) Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat
ditanyakan kepada apoteker atau dokter
3) Bacalah aturan pakai, perhatian dan peringatan interaksi obat yang
tercantum pada label atau wadah obat
4) Sebaiknya minum obat dengan segelas air putih
5) Tanyakan pada dokter atau apoteker mengenai informasi tentang
makanan, minuman, dan suplemen serta yang harus dihindari ketika
minum obat.
14
pencernaan tidak baik. Terapi Nutrisi Parenteral diberikan pada pasien dengan
indikasi tidak mau makan, tidak cukup makan, tidak bisa makan, dan tidak
boleh makan, dimana rute pemberian dapat melalui vena sentral atau vena
perifer yang dilihat dari lama terapi, batas osmolaritas, stress metabolic, dan
derajat malnutrisi.
5. Manajemen Nyeri
A. Pengertian
Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan antara satu orang dengan
yang lainnya berbeda perasaan nyerinya dan hanya orang itu yang dapat
menjelaskan rasa nyeri yang dialaminya.
B. Jenis – jenis nyeri
1) Nyeri Akut adalah nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan peningkatan
tegangan otot
2) Nyeri Kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan dan biasanya
berlangsung dalam waktu lebih dari 6 bulan
3) Nyeri Somatis adalah nyeri yang bersumber dari kulit atau jaringan di
bawah kulit pada otot dan tulang, tetapi nyeri ini tidak menjalar pada
bagian tubuh lainnya.
4) Nyeri Viseral adalah nyeri yang bersumber dari kulit dan jaringan di bawah
kulit pada otot dan tulang tetapi nyeri ini dapat menjalar ke bagian tubuh
lainnya.
5) Nyeri Menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain,
umumnya terjadi kerusakan pada cedera organ visceral.
6) Nyeri Psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul
akibat psikologis
7) Nyeri Phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu
ekstremitas diamputasi
8) Nyeri Neurologis adalah nyeri yang tajam karena adanya spasme
disepanjang atau beberapa jalur syaraf.
C. Penanganan Nyeri
1) Farmakologis
15
Terdiri dari dua golongan yaitu SAID (Steroid Anti-Inflamasion Drugs)
dan NSAID (Non Steroid Anti-Iflamasion Drugs).
2) Non Farmakologis
Terdiri dari penanganan fisik (massage kulit, pijat, refleksi, akupuntur,
simulasi elektrik, relaksasi), Penanganan kognitif
D. Macam Skala Nyeri
1) Skala Numeris
2) Skala Deskriftif
4) Skala Wajah
16
3) Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk.
Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan pasien untuk
menggambarkan nyerinya sebab informasi berpengaruh besar pada
diagnosa dan etiologi nyeri.
4) Pola
Pola nyeri meliputi waktu, durasi dan kekambuhan atau interval nyeri.
Oleh karena itu perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama
nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir
muncul.
5) Faktor presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri seperti
aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada, selain itu factor
lingkungan (lingkungan sangat dingin atau sangat panas), stressor fisik
dan emosional juga dapat memicu munculnya nyeri.
6. Teknik Rehabilitasi
A. Pengertian
Menurut kamus Kedokteran Dorland edisi 29, definisi rehabilitasi
adalah pemulihan ke bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi luka
atau sakit, atau pemulihan pasien yang sakit atau cedera pada tingkat
fungsional optimal di rumah dan masyarakat, dalam hubungan dengan
aktivitas fisik, psikososial, kejuruan dan rekreasi. Ilmu rehabilitasi medik
adalah ilmu yang mengkhususkan diri dalam pelayanan masyarakat sejak
bayi, anak, dewasa sampai lanjut usia, yang memerlukan asuhan rehabilitasi
medis. Dimana pelayanan yang diberikan adalah untuk mencegah terjadinya
kecacatan yang mungkin terjadi akibat penyakit yang diderita serta
mengembalikan kemampuan penderita seoptimal mungkin sesuai
kemampuan yang ada pada penderita.
17
C. Pelayanan Rehabilitasi Medik
Adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsional
yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera
melalui panduan intervensi medic, keterapian fisik atau rehabilitative untuk
mencapai kemampuan fungsi yang optimal. Pelayanan rehabilitasi medis
meliputi:
1) Pelayanan Fisioterapi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk mengembangkan memelihara
dan memulihkan gerak dan fungsi organ tubuh dengan penanganan
secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik elektro terapeutik dan
mekanis) dan pelatihan.
2) Pelayanan Okupasi Terapi
Adalah pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara,
memulihkan fungsi atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk
aktivitas sehari-hari, produktivitas, dan waktu luang melalui remediasi
dan fasilitasi.
3) Pelayanan Terapi Wicara
Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk memulihkan dan
mengupayakan kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi, bicara, dan
menelan dengan melalui pelatihan remediasi, stimulasi, dan fasilitasi
(fisik, elektroterapeutis dan mekanis)
4) Pelayanan Ortotis-Prostesis
Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medis yang ditujukan
kepada individu untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu
guna pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak.
5) Pelayanan Psikologi
Adalah bentuk pelayanan untuk pengembangan, pemeliharaan mental,
emosional, serta pemecahan problem yang diakibatkan oleh keadaan
atau kondisi sakit, cedera atau penyakit.
6) Pelayanan Sosial Medik
Adalah bentuk pelayanan pemecahan masalah social akibat dari suatu
keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera yang bias kembali ke
masyarakat.
18
D. Contoh Penerapan Rehabilitasi Medik
1) Penyakit Anak
Terdiri dari Bronkhitis dengan bentuk lama, kelumpuhan tangan pada
bayi baru lahir, kaki bengkok, keterlambatan perkembangan anak
2) Penyakit Syaraf
Terdiri dari nyeri pinggang, kelumpuhan, stroke
3) Penyakit Bedah
Terdiri dari pasca operasi tulang patah, luka bakar, pasca amputasi,
nyeri pasca operasi
4) Penyakit Dalam
5) Penyakit Kandungan
19
BAB IV
DOKUMENTASI
20
21