Anda di halaman 1dari 21

PANDUAN

PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI


PENGGUNAAN OBAT

RUMAH SAKIT BUKIT ASAM MEDIKA


JL. RAYA BUKIT ASAM NO 118
TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN 31716
Hotline Emergency : 0813-856-473-49, Customer Service : 0813-735-280-08
Sekretaris : 0813-332-278-10

1
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
BAB I DEFINISI .................................................................................................... 3
BAB II RUANG LINGKUP ..................................................................................... 6
BAB III TATA LAKSANA ....................................................................................... 16
BAB IV DOKUMENTASI ....................................................................................... 28

BAB I

2
DEFINISI

Pemberian informasi dan edukasi penggunaan obat secara efektif dan aman
sangat diperlukan di Rumah Sakit Bukit Asam Medika. Pemberian informasi
merupakan pesan yang disampaikan seseorang komunikator kepada komunikan
yang berupa data, fakta, gagasan, konsep, kebijakan, aturan, standar, norma,
pedoman atau acuan yang diharapkan dapat diketahui, dipahami, diyakini, dan di
implementasikan oleh komunikan.
Sedangkan edukasi merupakan kegiatan dalam upaya meningkatkan
pengetahuan kesehatan perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor
resiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan
status kesehatan peserta, mencegah timbulnya kembali penyakit dan memulihkan
penyakit.
Pemberian edukasi dan informasi penggunaan obat pada pasien dapat
menghindari pasien dari ketidakpatuhan dan ketidaksepahaman pasien dalam
menjalankan terapi. Ini merupakan salah satu penyebab kegagalan terapi. Hal ini
sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien
mengenai obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan obat
untuk terapinya. Pasien yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang obatnya
akan menunjukkan peningkatan ketaatan pada regimen obat yang digunakan
sehingga hasil terapi akan meningkat pula.

B. Tujuan
1. Sebagai pedoman dalam melakukan edukasi kesehatan
2. Memahami bagaimana cara dan proses melakukan edukasi penggunaan obat
di rumah sakit, sehingga edukasi penggunaan obat dapat berjalan lancar dan
sesuai prosedur yang ada.
3. Agar pasien dan keluarga berpartisipasi dalam keputusan perawatan dan
proses perawatan sehingga dapat membantu proses penyembuhan lebih
cepat.

BAB II

3
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pemberian informasi dan edukasi dilaksanakan baik di rawat


jalan maupun rawat inap. Pemberian informasi yang diberikan meliputi informasi
mengenai obat-obatan yang diberikan serta informasi mengenai aturan pakai dan
cara penyimpanannya. Dalam menetapkan persetujuan tindakan kedokteran harus
mmperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Memperoleh informasi dan penjelasan merupakan hak pasien
2. Memberikan informasi dan penjelasan adalah kewajiban dokter
3. Pelaksanaan penolakan pengobatan dianggap benar jika ada tanda tangan
kedua belah pihak.

BAB III

4
TATA LAKSANA

1. Penggunaan Obat-Obatan Yang Efektif dan Aman


A. Pengertian
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemuihan dan peningkatan kesehatan untuk manusia. Bila
obat tidak digunakan secara efektif dan aman akan mengakibatkan kegagalan
pengobatan bahkan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

B. Cara Penggunaan Obat yang Aman dan Efektif


1) Informasikan kepada dokter mengenai ada atau tidaknya alergi obat
2) Baca aturan pakai obat dengan jelas
3) Minum obat sesuai waktu yang ditentukan
4) Makanan dan minuman tertentu dapat bereaksi dengan obat, karena itu
minumlah obat sesuai dengan aturan pakainya: saat makan atau
sebelum makan dan sesudah makan. Waktu yang tepat untuk minum
obat adalah pada saat makan / segera setelah makan : Sebelum makan
(1/2 – 1 jam sebelum makan) dan sesudah makan (1/2 jam sesudah
makan)
5) Simpanlah obat di tempat kering, terlindung dari cahaya matahari
langsung, jauhkan dari jangkauan anak anak dan jika perlu di simpan di
lemari pendingin (bukan freezer)
6) Minumlah obat dengan air putih, jangan dengan teh, kopi, atau minuman
jenis lain
7) Gunakan alat bantu pemakaian obat secara benar (inhaler, jarum suntik)
8) Jangan gunakan obat lain maupun obat bebas lain sebelum
berkonsultasi denga dokter
9) Jangan menghentikan pengobatan sebelum berkonsultasi
10) Bila mengalami reaksi reaksi yang tidak diinginkan setelah minum obat,
segera konsultasikan ke dokter atau apoteker
C. Waspadai Kemungkinan Alergi terhadap Obat Tertentu

5
Beberapa orang mungkin sangat sensitive terhadap kandungan aktif
dari beberapa obat. Hal ini dapat menyebabkan beberapa reaksi alergi,
seperti batuk, pembengkakan pada bibir, lidah atau wajah, gatal-gatal pada
kulit, atau bintik merah dan bengkak. Oleh karena itu perlu dikonsultasikan
dengan dokter atau apoteker anda sebelum meminum obat. Gejala-gejala
alergi yang harus diwaspadai dan diobati meliputi:
1) Masalah pada jaringan: pembengkakan pada tenggorokan dan lidah,
suara serak, suara tarikan napas yang terdengar keras
2) Masalah pernapasan: sesak napas
3) Masalah pada peredaran darah: detak jantung yang cepat, merasa pusing,
pucat, kehilangan kesadaran

D. Tepat Minum Obat


Aturan dalam minum obat dimaksudkan agar kerja obat dalam tubuh
kita bisa maksimal. Sebelum minum obat sebaiknya kita cek, sudah benar
atau belum cara minum obat kita.
1) Cek Label
Baca baik-baik label obat terutama kalau kita membeli obat bebas
yang tidak memerlukan resep dokter. Lihat tanggal kadaluarsa dan
perhatikan isi obat tersebut.
2) Dosis Pas
Minum obat sesuai dosis yang dianjurkan. Menurut Patrick J.
McDonnel, seorang dosen di Temple University of Pharmacy di
Philadelphia, sebagian besar obat memiliki efek samping yang tidak baik
jika diminum berlebihan.
3) Tepat Waktu
Setiap obat diminum dengan waktu yang berbeda-beda. Ada yang
satu kali sehari, ada juga yang tiga kali sehari. Kalau kita harus minum
obat tiga kali sehari, berarti menghitungnya adalah 24 jam dibagi tiga. Itu
berarti kita harus minum obat tersebut setiap 8 jam. Jeda waktu ini
dimaksudkan untuk memberikan waktu yang cukup lama untuk obat itu
bekerja di tubuh sebelum dibuang lagi melalui keringat, urin, atau feses.

4) Sesudah atau Sebelum Makan

6
Sebagian besar obat memang paling baik diminum sesudah makan,
karena pada saat itu lambung kita sudah selesai menyerap makanan
sehingga proses penyerapan obat tidak terganggu. Tapi, ada beberapa
obat yang lebih baik dikonsumsi sebelum makan. Oleh karena itu kita
harus mengikuti petunjuk dari dokter.
5) Habiskan Antibiotik
Resep antibiotik dari dokter harus dihabiskan meskipun kita merasa
sudah membaik. Karena dokter sudah memberi takaran obat untuk waktu
tertentu sehingga kuman penyakit tersebut akan mati. Jika obat tidak
dihabiskan maka akan terjadi resistensi obat dimana kuman kebal dengan
antibiotik tersebut.
6) Minum Air Putih
Obat memang paling baik diminum dengan air putih. Minum obat
dengan teh bisa menghambat penyerapan obat dalam tubuh. Sedangkan
jika diminum dengan susu, dapat menimbulkan reaksi tertentu akan
membuat khasiat obat menghilang.
7) Jangan Dicampur
Jangan mencampur obat yang satu dengan yang lain, karena kita
tidak akan mengetahui efek yang akan ditimbulkan oleh kedua obat yang
dicampurkan. Untuk menghindari kesalahan, lebih baik bertanya ke dokter
atau apoteker.

E. Cara Penyimpanan Obat


Obat bermanfaat sebagai penyembuh. Namun obat juga dapat juga
berpotensi mendatangkan malapetaka. Karena itu, dengan pengetahuan
tentang obat dan penggunaannya secara tepat dan aman, anda akan
terhindar dari bahaya yang mungkin ditimbulkan olehnya. Seiring dengan
kesadaran akan pentingnya kualitas kesehatan, pemakaian obat juga terjadi
peningkatan. Orang cenderung mempunyai persediaan obat dirumah untuk
keadaan-keadaan darurat tertentu atau bagi orang-orang yang memang
harus mengkonsumsi obat dalam jangka waktu tertentu. Obat membutuhkan
perlakuan khusus dalam penyimpanan tergantung dari karakteristiknya
sehingga obat tetap bisa dipakai dan tidak kehilangan efeknya.

7
Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena
obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu.
Akhirnya khasiat obat akan berkurang. Akan tetapi dalam proses rusaknya
obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak
berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai
dengan membentuk zat-zat beracun. Menurut aturan nternasional, kadar obat
aktif dalam suatu sediaan diperbolehkan menurun sampai maksimal 10%,
lebih dari 10% dianggap terlalu banyak dan obat harus dibuang.
Berikut ini cara penyimpanan obat yang benar yang dapat dilakukan dirumah:
1) Jauhkan dari jangkauan anak-anak
Jika anda punya kebiasaan untuk menyimpan obat ditempat yang
mudah terlihat agar mudah diingat untuk meminumnya, tinggalkan wadah
obat yang kosong ditempat itu dan simpan obatnya pada tempat yang
tidak mudah dijangkau anak-anak.
2) Simpan sesuai dengan petunjuk yang tertera
Kebanyakan obat dapat disimpan pada tempat sejuk dan kering
yaitu pada suhu kamar yang jauh dari sumber panas. Jika obat tidak
tahan terhadap cahaya maka dapat digunakan botol bewarna coklat atau
botol plastik yang tidak tembus cahaya. Beberapa obat harus disimpan di
lemari pendingin tapi jangan disimpan di freezer.
3) Simpan obat dalam kemasan aslinya
Penandaan pada kemasan asli serta brosur jangan dibuang, karena
pada etiket obat tersebut tertera cara penggunaan dan informasi
penggunaan obat yang penting.
4) Hal-hal lain yang harus diperhatikan:
a) Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
b) Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari
langsung atau seperti yang tertera pada kemasan.
c) Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena
dapat menimbulkan kerusakan.
d) Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
e) Periksa kondisi obat secara rutin, jangan menyimpan obat yang telah
kadaluarsa atau rusak.

8
f) Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
g) Bersihkanlah wadah / kotak tempat penyimpanan obat secara rutin.

F. Aturan Penyimpanan
Guna memperlambat penguraian, maka semua obat sebaiknya
disimpan di tempat yang sejuk dalam wadah asli dan terlindung dari lembab
dan cahaya. Obat-obat tertentu yang harus disimpan di lemari es biasanya
persyaratan ini selalu dicantumkan pada bungkusnya, misalnya insulin.

G. Lama Penyimpanan Obat


Masa penyimpanan obat tergantung dari kandungan dan cara
menyimpannya. Obat yang mengandung cairan paling cepat terurainya,
karena bakteri dan jamur dapat tumbuh baik di lingkungan lembab. Maka itu
terutama obat tetes mata, tetes telinga dan dan tetes hidung, larutan, sirup
dan salep yang mengandung air/krim sangat terbatas jangka waktu
kadaluwarsanya. Pada obat-obat biasanya ada kandungan zat pengawet,
yang dapat merintangi pertumbuhan kuman dan jamur. Akan tetapi bila
wadah sudah dibuka, maka zat pengawetpun tidak dapat menghindarkan
rusaknya obat secara keseluruhan. Oleh karena itu obat hendaknya
diperlakukan dengan hati-hati, yaitu setelah digunakan, wadah obat perlu
ditutup kembali dengan baik, serta membersihkan pipet/sendok ukur dan
mengeringkannya setelah digunakan. Akan tetapi, bila kemasan aslinya
sudah dibuka, maka tanggal kadaluwarsa tersebut tidak berlaku lagi.

H. Efek Samping Obat


Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan
berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping obat,
seperti halnya efek obat yang diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis
atau kadar obat pada organ sasaran. Interaksi obat juga merupakan salah
satu penyebab efek samping. Bertambah parahnya penyakit pasien yang
dapat berujung kematian merupakan kondisi yang banyak terjadi di seluruh
dunia akibat interaksi obat ini.
Interaksi ini dapat terjadi antar obat atau antara obat dengan
makanan/minuman. Bahkan tanaman yang digunakan dalam pengobatan

9
alternatif yang dianggap aman oleh sebagian besar masyarakat juga dapat
berinteraksi dengan obat lainnya.
Berikut ini adalah contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi:
1) Aborsi atau keguguran akibat Misoprostol yang digunakan untuk
pencegahan (gastic ulcer) tukak lambung yang disebabkan oleh obat anti
inflamasi non steroid
2) Ketagihan, akibat obat-obatan penenang dan analgesik seperti diazepam
serta morfin
3) Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane
4) Pendarahan usus, akibat Aspirin
5) Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2
6) Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin
7) Kematian, akibat Propofol.
8) Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon
9) Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik.

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya efek samping obat, antara lain:
1) Faktor Pasien
Faktor pasien meliputi umur, genetik dan penyakit yang diderita. Pada
pasien anak-anak (khususnya bayi) sistem metabolism belum sempurna
sehingga kemungkinan terjadinya efek samping dapat lebih besar. Begitu
juga pada pasien geriatrik (lansia) yang kondisi tubuhnya sudah menurun.
Pada pasien dengan penyakit tertentu seperti gangguan hati dan ginjal
penggunaan obat perlu perhatian khusus karena dapat menyebabkan efek
samping yang serius.
2) Faktor Obat
Faktor obat yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek
samping seperti pemilihan obat, jangka waktu penggunaan obat, dan
adanya interaksi antar obat. Masing masing obat memiliki mekanisme dan
tempat kerja yang berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan efek
samping yang berbeda
Cara Mencegah Timbulnya Efek Samping Obat
1) Baca dosis dan aturan pakai penggunaan obat sesuai dengan yang tertera
di leafleat atau yang diresepkan dokter.

10
2) Pergunakan obat sesuai indikasi yang jelas dan tepat sesuai yang tertera
di leafleat atau yang diresep dokter.
3) Berikan perhatian khusus terhadap penggunaan dan dosis obat pada bayi,
pasien usia lanjut dan pasien dengan penyakit hati atau ginjal.
4) Perhatikan dan catat riwayat alergi akibat penggunaan obat
5) Beritahukan ke dokter apabila anda sedang hamil, menyusui, alergi obat
tertentu, memiliki penyakit diabetes, penyakit ginjal atau liver, sedang
meminum obat lain atau suplemen herbal
6) Hindari penggunaan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus
7) Mintalah dokter mengevaluasi penggunaan obat dalam jangka panjang

2. Penggunaan Peralatan Medis yang Efektif dan Aman


Peralatan medis didefinisikan sebagai setiap item yang digunakan untuk
mendiagnosa, mengobati, atau mencegah penyakit, cidera, atau kondisi lain yang
bukan obat. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, Alat
Kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin, implant yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Jenis dan macam peralatan medis dibagi menjai tiga bagian yaitu Alat ukur
atau alat diagnosa (alat ukur gula darah sewaktu (GDS), alat ukur tekanan darah
dan alat ukur denyut nadi); Alat bantu pemberian obat (Infus pump, Syringe pump,
alat suntik insulin, alat bantu dengar, alat bantu rehabilitasi medic); serta Alat
bantu pemantauan /observasi (Hoter, ABP (Ambulatory Blood Pressure),
observasi gambaran jantung).
Persyaratan peralatan medis meliputi:
1) Peralatan medis dan non medis harus memenuhi standar perlayanan,
persyaratan mutu, keamanan, keselamatan.
2) Peralatan medis harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai
Pengujian Fasilitas Kesehatan atau institusi pengujian fasilitas keshatan
yang berwenang
3) Penggunaan peralatan medis dan non medis di Rumah Sakit harus
dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien

11
4) Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan
oleh petugas yang mempunyai kompetensi dibidangnya
5) Pemeliharaan peralatan harus didokumentasikan dan di evaluasi secara
berkala dan bekesinambungan

3. Potensi Interaksi antara Obat dengan Obat lain dan Makanan


A. Interaksi Obat dengan Obat
Interaksi obat adalah perubahan efek obat akibat pemakaian obat lain
(interaksi obat-obat) atau dengan makanan, obat tradisional, dan senyawa
kimia lainnya. Interaksi obat juga dapat mempengaruhi aktivitas obat,
dimana efeknya bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas atau
menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Interaksi obat bisa
ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam
farmakokinetika obat seperti ADME (Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, dan
Ekresi) obat. Berdasarkan jenis atau terbentuknya interaksi obat
diklasifikasikan atas:
1) Interaksi secara kimia atau farmasetis
Interaksi terjadi apabila secara fisik atau kimia suatu obat inkompatibel
dengan obat lainnya yang akan mengakibatkan inaktivasi obat. Interaksi
ini sering terjadi pada cairan infus yang mencampurkan berbagai
macam obat.
2) Interaksi secara farmakokinetik
Interaksi terjadi apabila suatu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi obat lain.
3) Interaksi secara fisiologis
Interaksi terjadi apabila suatu obat merubah aktivitas obat lain pada
lokasi yang terpisah dari tempat aksinya
4) Interaksi secara farmakodinamik
Interaksi terjadi apabila mempengaruhi aktivitas obat lain pada sisi
reseptornya.
Klasifikasi interaksi obat ada tiga macam yaitu Minor Drugs Interaction
yang mana umumnya tidak terlalu berpengaruh pada efek klinik dan tidak
membutuhkan perubahan regiment terapi; Moderate Drugs Interaction yang
membutuhkan penyesuaian dosis dan monitoring ketat; dan Severe Drugs

12
Interaction yang harus dihindari karena berpotensi menimbulkan toksisitas
yang berbahaya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi obat adalah:
a) Tidak semua obat yang berinteraksi signifikan secara klinik
b) Interaksi tidak selamanya merugikan
c) Jika dua obat berinteraksi berarti tidak boleh diberikan
d) Interaksi tidak hanya ntuk terapi yang berbeda tetapi kadang untuk
mengobati penyakit yang sama
e) Interaksi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengobatan,.

B. Interaksi Obat dengan Makanan


Interaksi obat dengan makanan dapat terjadi pada obat yang
diresepkan oleh dokter, obat yang dibeli bebas, produk herbal, dan
suplemen diet. Salah satu cara dimana makanan mempengaruhi efek obat
adalah dengan mengubah cara obat tersebut diuraikan (dimetabolisme)
oleh tubuh anda. Pada sebagian besar obat, metabolisme adalah proses
yang terjadi di dalam tubuh terhadap obat dimana obat yang semula aktif
diubah menjadi bentuk tidak aktifnya sebelum dikeluarkan dari tubuh atau
sebaliknya.
Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim bekerja lebih cepat
atau lebih lambat, baik dengan mempercepat atau memperlambat waktu
yang dilalui obat dalam tubuh. Jika makanan mempercepat enzim, obat
akan lebih singkat berada dalam tubuh dan menjadi kurang efektif,
sedangkan jika makanan memperlambat enzim, maka obat akan berada
lebih lama dalam tubuh dan dapat mengakibatkan efek samping yang tidak
dikehendaki. Contoh interaksi obat dengan makanan yang sering terjadi
adalah jika kita meminum segelas susu ketika akan menggunakan antibiotic
tetrasiklin, calcium yang berada dalam susu akan meningkatkan tetrasiklin,
membentuk senyawa yang tidak mungkin dapat diserap oleh tubuh ke
dalam darah sehingga efek yang diharapkan dari obat tetrasiklin tidak akan
terjadi. Selain itu orang yang menggunakan obat pengencer darah
(warfarin) seharusya tidak mengkonsumsi secara bersamaan dengan
makanan yang mengandung vitamin K seperti brokoli atau bayam. Vitamin
K akan membantu pembekuan darah sehingga melawan efek dari obat
warfarin. Efek yang sebaliknya terjadi pada vitamin E (bawang merah dan

13
bawang putih) karena menghasilkan efek yang mirip dengan efek walfarin,
tetapi konsumsi dalam jumlah besar dari makanan ini dapat menyebabkan
efek walfarin menjadi terlalu kuat.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya interaksi
obat dengan makanan:
1) Jagalah obat tetap berada di dalam wadah / tempat asli sehingga
memudahkan untuk mendapatkan informasi mengenai obat pada label
obat
2) Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat
ditanyakan kepada apoteker atau dokter
3) Bacalah aturan pakai, perhatian dan peringatan interaksi obat yang
tercantum pada label atau wadah obat
4) Sebaiknya minum obat dengan segelas air putih
5) Tanyakan pada dokter atau apoteker mengenai informasi tentang
makanan, minuman, dan suplemen serta yang harus dihindari ketika
minum obat.

4. Diet dan Nutrisi


A. Pengertian
Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi
setiap hari agar seseorang tetap sehat. Bila diet dilakukan di Rumah Sakit
dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi dan membantu kesembuhan
pasien, maka istilah yang digunakan adaah Diet Rumah Sakit (Hospital Diet).
Sedangkan Nutrisi adalah sebuah proses dalam tubuh makhluk hidup untuk
memanfaatkan makanan guna pembentukan energi, tumbuh kembang dan
pemeliharaan tubuh.
B. Terapi Nutrisi
Adalah penggunaan layanan nutrisi khusus untuk mengobati penyakit
luka atau kondisi lainnya, mencakup dua hal utama yaitu penilaian status gizi
penderita dan penatalaksanaan yang mencakup terapi nutrisi, penyuluhan dan
penggunaan supplement nutrisi. Jenis terapi nutrisi adalah terapi nutrisi oral,
enteral, parenteral, dan kombinasi. Terapi nutrisi oral dan enteral diberikan
pada pasien dengan fungsi saluran pencernaan baik, sedangkan terapi nutrisi
parenteral dan kombinasi diberikan pada pasien dengan fungsi saluran

14
pencernaan tidak baik. Terapi Nutrisi Parenteral diberikan pada pasien dengan
indikasi tidak mau makan, tidak cukup makan, tidak bisa makan, dan tidak
boleh makan, dimana rute pemberian dapat melalui vena sentral atau vena
perifer yang dilihat dari lama terapi, batas osmolaritas, stress metabolic, dan
derajat malnutrisi.

5. Manajemen Nyeri
A. Pengertian
Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan antara satu orang dengan
yang lainnya berbeda perasaan nyerinya dan hanya orang itu yang dapat
menjelaskan rasa nyeri yang dialaminya.
B. Jenis – jenis nyeri
1) Nyeri Akut adalah nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan peningkatan
tegangan otot
2) Nyeri Kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan dan biasanya
berlangsung dalam waktu lebih dari 6 bulan
3) Nyeri Somatis adalah nyeri yang bersumber dari kulit atau jaringan di
bawah kulit pada otot dan tulang, tetapi nyeri ini tidak menjalar pada
bagian tubuh lainnya.
4) Nyeri Viseral adalah nyeri yang bersumber dari kulit dan jaringan di bawah
kulit pada otot dan tulang tetapi nyeri ini dapat menjalar ke bagian tubuh
lainnya.
5) Nyeri Menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain,
umumnya terjadi kerusakan pada cedera organ visceral.
6) Nyeri Psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul
akibat psikologis
7) Nyeri Phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu
ekstremitas diamputasi
8) Nyeri Neurologis adalah nyeri yang tajam karena adanya spasme
disepanjang atau beberapa jalur syaraf.
C. Penanganan Nyeri
1) Farmakologis

15
Terdiri dari dua golongan yaitu SAID (Steroid Anti-Inflamasion Drugs)
dan NSAID (Non Steroid Anti-Iflamasion Drugs).
2) Non Farmakologis
Terdiri dari penanganan fisik (massage kulit, pijat, refleksi, akupuntur,
simulasi elektrik, relaksasi), Penanganan kognitif
D. Macam Skala Nyeri
1) Skala Numeris

2) Skala Deskriftif

3) Skala Analog Visual

4) Skala Wajah

E. Hal-Hal yang perlu dikaji


1) Lokasi
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik bisa meminta pasien untuk
menunjukkan area nyeri dengan bantuan gambar. Pasien bisa menandai
bagian tubuh yang mengalami nyeri.
2) Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan
terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien.

16
3) Kualitas nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk.
Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan pasien untuk
menggambarkan nyerinya sebab informasi berpengaruh besar pada
diagnosa dan etiologi nyeri.
4) Pola
Pola nyeri meliputi waktu, durasi dan kekambuhan atau interval nyeri.
Oleh karena itu perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama
nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir
muncul.
5) Faktor presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri seperti
aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada, selain itu factor
lingkungan (lingkungan sangat dingin atau sangat panas), stressor fisik
dan emosional juga dapat memicu munculnya nyeri.

6. Teknik Rehabilitasi
A. Pengertian
Menurut kamus Kedokteran Dorland edisi 29, definisi rehabilitasi
adalah pemulihan ke bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi luka
atau sakit, atau pemulihan pasien yang sakit atau cedera pada tingkat
fungsional optimal di rumah dan masyarakat, dalam hubungan dengan
aktivitas fisik, psikososial, kejuruan dan rekreasi. Ilmu rehabilitasi medik
adalah ilmu yang mengkhususkan diri dalam pelayanan masyarakat sejak
bayi, anak, dewasa sampai lanjut usia, yang memerlukan asuhan rehabilitasi
medis. Dimana pelayanan yang diberikan adalah untuk mencegah terjadinya
kecacatan yang mungkin terjadi akibat penyakit yang diderita serta
mengembalikan kemampuan penderita seoptimal mungkin sesuai
kemampuan yang ada pada penderita.

B. Tujuan Rehabilitasi Medik


Adalah meningkatkan dan mempertahankan kemampuan fungsi tubuh
dan kemandirian yang optimal dengan cara mencegah terjadinya kelainan
tubuh, mencegah dan mengatasi ketidakmampuan tubuh.

17
C. Pelayanan Rehabilitasi Medik
Adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsional
yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera
melalui panduan intervensi medic, keterapian fisik atau rehabilitative untuk
mencapai kemampuan fungsi yang optimal. Pelayanan rehabilitasi medis
meliputi:
1) Pelayanan Fisioterapi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk mengembangkan memelihara
dan memulihkan gerak dan fungsi organ tubuh dengan penanganan
secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik elektro terapeutik dan
mekanis) dan pelatihan.
2) Pelayanan Okupasi Terapi
Adalah pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara,
memulihkan fungsi atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk
aktivitas sehari-hari, produktivitas, dan waktu luang melalui remediasi
dan fasilitasi.
3) Pelayanan Terapi Wicara
Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk memulihkan dan
mengupayakan kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi, bicara, dan
menelan dengan melalui pelatihan remediasi, stimulasi, dan fasilitasi
(fisik, elektroterapeutis dan mekanis)
4) Pelayanan Ortotis-Prostesis
Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medis yang ditujukan
kepada individu untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu
guna pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak.
5) Pelayanan Psikologi
Adalah bentuk pelayanan untuk pengembangan, pemeliharaan mental,
emosional, serta pemecahan problem yang diakibatkan oleh keadaan
atau kondisi sakit, cedera atau penyakit.
6) Pelayanan Sosial Medik
Adalah bentuk pelayanan pemecahan masalah social akibat dari suatu
keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera yang bias kembali ke
masyarakat.

18
D. Contoh Penerapan Rehabilitasi Medik
1) Penyakit Anak
Terdiri dari Bronkhitis dengan bentuk lama, kelumpuhan tangan pada
bayi baru lahir, kaki bengkok, keterlambatan perkembangan anak
2) Penyakit Syaraf
Terdiri dari nyeri pinggang, kelumpuhan, stroke
3) Penyakit Bedah
Terdiri dari pasca operasi tulang patah, luka bakar, pasca amputasi,
nyeri pasca operasi
4) Penyakit Dalam
5) Penyakit Kandungan

19
BAB IV
DOKUMENTASI

Pemberian informasi dan edukasi mengenai penggunaan obat merupakan


salah satu usaha untuk menunjang kesehatan pasien. Kegiatan pemberian informasi
dan edukasi dilakukan pendokumentasian sebagai bahan laporan evaluasi terhadap
peningkatan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, selain itu pendokumentasian
bias sebagai sarana komunikasi.
Kegiatan pemberian edukasi di dukung dengan menggunakan form
penilaian edukasi. Form pemberian informasi dan edukasi diisi oleh semua petugas
kesehatan yang melakukan asuhan pada pasien. Materi edukasi bisa juga dilakukan
dalam bentuk leaflet.

RS BUKIT ASAM MEDIKA


Direktur Rumah Sakit,

Dr. Bandriyo Sudarsono, M.K.K.K

20
21

Anda mungkin juga menyukai