Anda di halaman 1dari 25

KLINIK ERVANA

Jl. Joyo Dharmo Tegal Rejo RT. 06 Tanjung Enim 31713 Telp. 082186432253
Email : ervanaikhayusnita@gmail.com
BAB I PENDAHULUAN

Manajemen risiko yang komprehensif meliputi seluruh aktifitas kesehatan, baik


operasional, manajerial maupun klinikal, oleh karena itu dapat muncul dari kedua
bidang tersebut. Bahkan akhir-akhir ini meliputi pula risiko yang berkaitan dengan
managed care dan risiko kapitasi, merger dan. Akuisisi. Risiko ketanagakerjaaan,
corporate compliance dan etika organisasi. Kegiatan tersebut meliputi identidikasi
risiko hukum, memprioritaskan risiko yang terindentifikasi, menentukan respon fasilitas
kesehatan terhadap risiko, mengelola suatu kasus risiko dengan tujuan menimalkan
kerugian, membangun upaya pencegahan risiko yang efektif dan mengelola
pembiayaan risiko yang edekuat.

Manajemen risiko klinik merupakan upaya yang proakftif, meskipun sebagian besarnya
merupakan hasil belajar dari pengalaman dan menerapkannya kembali untuk
mengurangi atau mencegah masalah yang serupa di kemudian hari. Pada dasarnya
manajemen risiko merupakan suatu proses siklus yang terus menerus, yang terdiri dari
empat tahap yaitu: Plan, Do, Check, Action.

Fasilitas kesehatan Klinik Ervana sebagai fasilitas kesehatan yang memiliki visi dan
misi, Visi Klinik Ervana menjadi fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama terbaik dengan
mengedepankan profesionalisme, keilmuan dan orientasi pasien sehingga tercapai
kualitas kesehatan pasien yang optimal, sementara Misi melaksanakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang berkualitas, memberikan pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara komprehensif dan
mendukung program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Kabupaten Muara Enim umumnya dan Kecamatan Lawang Kidul khususnya.
Kesehatan yang berkualitas dan professional menyediakan jasa layanan kesehatan yang
terjangkau. Manajemen risiko sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan dalam
menjamin keselamatan paasien, menjadi salah satu prioritas utama dalam pelaksanaan
pelayanan di seluruh unit pelayanan di fasilitas kesehatan. Oleh karena itu, perlu
disusunnya panduan manajemen risiko di Klinik Ervana, yag akan menjadi pedoman
bagi seluruh unit pelayanan dalam melakukan manajemen risiko di masing-masing
instalasi dan menjadi acuan fasilitas kesehatan dalam melakukan manajemen risiko baik
klinik maupun professional.

BAB II
PENGERTIAN DAN TUJUAN
A. PENGERTIAN
1. Risiko adalah peristiwa atau kejadian yang mungkin terjadi dan berpotensi
terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat sekarang
atau kejadian di masa datang terhadap perusahaan.
2. Risiko klinik adalah semua yang dapat berdampak terhadap pencapaiakn
pelayanan pasien yang bermutu tinggi, aman dan efektif.
3. Risiko non klinik adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap
tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari fasilitas kesehatan yang
korporasi.
4. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi
menilai dan menyusun prioritas risiko dengan tujuan untuk menghilanhkan
atau meminimalkan dampaknya.
5. Manajemen risiko fasilitas kesehatan adalah aktifitas klinik dan administratif
yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan untuk melakukan identifikasi,
evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cegera dan kerugian pada pasien,
personil, pengunjung dan fasilitas kesehatan itu sendiri.
6. Manajemen risiko terintegrasi adalah proses identifikasi, penilaian, Analisa
dan pengelolaan semua risiko yang potensial dan kejadian keselamatan
pasien. manajemen risiko terintegrasi diterapkan terhadap semua jenis
pelayanan di fasilitas kesehatan setiap level.
7. Manajemen risiko di Klinik Ervana adalah upaya-upaya yang dilakuakn
fasilitas kesehatan yang dirancang untuk mencegah cedera pada pasien,
pengunjung dan petugas seta segala upaya yang bisa menimbulkan kerugian
finansial, yang dilakukan dengan mengenali kelemahan dalam system
pelayanan dan berupaya memperbaikinya.
8. Keselamatan pasien fasilitas kesehatan adalah system dimana fasilitas
kesehatan membuat asuhan pasien lebih aman dan diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera. Termasuk di dalamnya: mengukur risiko,
identifikasi dan pengelolaan risiko terhadap paasien, pelaporan dan analisis
pasien serta menerapkan solusi untuk mencegah, mengurangi serta
menimialkan risiko.

B. TUJUAN MANAJEMEN RISIKO FASILITAS KESEHATAN


1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Klinik Ervana
2. Meningkatkan akuntabilitas
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD)
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.
5. Menimialkan risiko yang mungkin terjadi di masa mendatang. Dengan
adanya antisipasi risiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternatif
penyelesaiannya.
6. Melindungi pasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan
lainnya.

BAB III
RUANG LINGKUP DAN FAKTOR YANG BERPENGARUH

Risiko di fasilitas kesehatan dapat dikategorikan sebagai berikut:


1. Risiko yangberhubungan dengan perawatan pasien
a. Berhubungan langsung dengan pelayanan medis
b. Berhubungan dengan. Kerahasiaan
c. Berhubungan dengan keamanan
d. Berhubungan dengan kepulangan pasien
e. Berhubungan dengan informed concent
f. Berhubungan dengan diskriminasi
2. Risiko yang berhubungan dengan tenaga medis
a. Berhubungan dengan kredensial
b. Tindakan medis
c. Manajemen pasien
d. Training/pelatihan SDM
e. Tuduhan malpraktik
3. Risiko yang berhubungan dengan karyawan
a. Lingkungan kerja
b. Keamanan dan kesehatan kerja
4. Risiko yang berhubungan dengan property
a. Perlindungan asset dari bencana.
b. Perlindungan konsumen
c. penanganan
5. Risiko yang berhubungan dengan keuangan
a. Meningkatnya suku bunga.
b. Krisis keuangan global/krisis moneter
c. Pembayaran asuransi kesehatan
6. Risiko lain
a. Manajemen B3 (kimia, infeksius)
b. Tuntutan hukum/ perubahan peraturan
c. Penurunan reputasi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI MANAJEMEN RISIKO


1. Faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah:
Faktor Komponen yang berperan
Organisasi dan - Sumber dan keterbatasa keuangan
manejemen - Struktur organisasi
- Standard an kebijakan
- PSBH (Problem solving for Beter health and
Hospitals)
Lingkungan - Kualifikasi staf dan tingkat keahlian
pekerjaan - Beban kerja dan pola shift
- Desain, dukungan dan pemeliharaan alkes
- Dukungan administrative dan manajerial
Tim - Komunikasi verbal
- Komunikasi tulisan
- Supervise dan pemanduan
- Struktur tim
penugasan - Desain penugasan dan kejelasan struktur
- Ketersediaan dan pemanfaatan prosedur
yang ada
- Ketersediaan dan akurasi hasil tes
Karanteristik pasien - Kondisi (keparahan dan kegawatan)
- Bahasa dan komunikasi
- Faktor sosial dan personal

2. Langkah-langkah untuk meminalisir risiko:


a. Meningkatkan peran fasilitas kesehatan dan manajemen dalam mencegah
eror dengan cara mengembangkan system yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan juga menjami bahwa setiap upaya,
prosedur, dan system pelayanan yang dilakukan aman untuk pasien, petugas
dan lingkungan. Hal tersebut dipresentasikan dalam bentuk SOP, clinical
pathway, dll
b. Meningkatkan peran staf fasilitas kesehatan agar terlibat langsung maupun
tidak langsung dalam pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan untuk
mampu mengenali, mengidentifikasi, dan menganalisis kejadian medical
error dan melakukan upaya yang adekuat untuk mengatasi eror yang sudah
terlanjur terjadi.
c. Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang
bekerja dalam satu system. Kerja tim yang baik juga sangat ditentukan oleh
kinerja manajemen fasilitas kesehatan yang baik, mulai dari dukungan
moral, finansial, teknis dan operasional hingga terjadinya komunikasi yang
baik antara pihak manajemen dengan pihak praktisi.
d. Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun system yang dapat
menjamin bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan harus aman bagi
pasien maupun petugas dan lingkungan sekitar. Pendekatan yang dapat
dilakukan disebut sebagai manajemen risiko.

BAB IV
TATALAKSANA MANAJEMEN RISIKO
a. Identifikasi risiko
Identifikasi risiko adalah proses menemukan, mengenal dan mendeskrepsikan
risiko. Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali risiko,
kemudia dibuat daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko
termasuk menjelaskan kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi dan dampak
yang ditimbulkannya.
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengelola risiko adalah
mengidentifikasi risiko. Identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area risiko,
peristiwa dan penyebabnya dan potensi akibatnya.
Identifikasi risiko terbagi menjadi dua yaitu:
1) Identifikasi risiko proaktif adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara
proaktif mencari risiko yang berpotensi menghalangi fasilitas kesehatan
mencapai tujuannya. Disebut mencari karena risikonya belum muncul dan
bermanifestasi secara nyata. Motode yang dapat dilakukan diantaranya
audit, inspeksi, brainstorming, pendapat ahli, belajar dari pengalaman
fasilitas kesehatan lain, FMEA, survei dan lain-lain.
2) Identifikasi risiko reaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan
setelah risiko muncul dan bermanifestasi dalam bentuk gangguan/insiden.
Metode yang dipakai biasanya adalah pelaporan insiden.
Fasilitas kesehatan berusaha memaksimalkan identifikasi risiko proaktif,
karena belum muncul kerugian bagi organisasi. Metode identifikasi risiko
dilakukan dengan proaktif melalui self assessment, incident reporting system
dan clinal audit, pengamatan KPC (Kondisi Potensi Cedera) dan dilakukan
menyeluruh terhadap medis dan non medis. Bagi fasilitas kesehatan,
identifikasi dilakukan adalah melalui setiap unit agar lebih mudah dan
terstruktur. Setiap unit diminta untuk mengidentifikasi risikonya masing-
masing. Setelah terkumpul, seluruh data identifikasi itu dikumpulkan
menjadi satu dan menjadi identifikasi risiko fasilitas kesehatan.

b. Analisa/ penilaian risiko


Penilaian dampak/akibat suatu insiden seberapa berat akibat yang dialami
pasien mulai dari tidak cedera sampai meninggal
Keterangan:
1) Dampak (consequences)
Penilaian dampak/akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang
dialami pasien mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal
level Deskripsi Contoh deskripsi
1 Insignificant Tidak ada cedera
2 Minor - Cedera ringan, misal luka lecet
- Cedera sedang, misal luka robek
- Berkurangnya funhsi
motorik/sensorik/psikologis atau intelektual
secara reversibel dan tidak berhubungan dengan
penyakit yang mendasarinya
- Setiap kasus yang memperpanjang perawatan
4 Major - Cedera luas/berat, misal cacat, lumpuh
- Kehilangan fungsi utama permanen (motoric,
sensorik, psikologis, intelektual/ireversibel,
tidak berhubungan dengan penyakit yang
mendasarinya
5 Katastropik - kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit yang mendasarinya

2) Probabilitas/frekuensi/likehood
Penilaian akibat probabilitas/frekuensi risiko adalah seberapa seringnya
insiden tersebut terjadi
Level Frekuensi Kejadian Aktual
1 Jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun
2 Tidak biasa Dapat terjadi dalam 2-5 tahun
3 Kadang-kadang Dapat terjadi tiap 1-2 tahun
4 Kemungkinan Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun
5 sering Terjadi dalam minggu/bulan

Untuk menentukan skor risiko digunakan matriks grading risiko:


a. Tetapkan frekuensi pada kolom kiri
b. Tetapkan dampak pada baris kea rah kanan
c. Tetapkan warna bands nya berdasarkan pertemuan antara frekuensi dan
dampak
Skor risiko akan menentukan prioritas risiko. Jika pada asesmen riisko
ditemukan dua insiden dengan hasil skor risiko yang nilanya sama, maka
untuk memilih prioritasnya dapat menggunakan warna bands risiko.
Frekuensi/ Konsekuensi potensial
likehood Insignifican Minor Moderate Major Katastropik
t 2 3 4 5
1
Sangat sedang sedang tinggi extreme extreme
sering
terjadi
(tiap
mgg/bln)
5
Sering sedang sedang tinggi extreme extreme
terjadi
(beberapa
x/bln)
4
Mungkin rendah sedang tinggi extreme extreme
terjadi (1-
2 x/thn)
3
Jarang rendah rendah sedang tinggi extreme
terjadi (2-
5 x/thn)
2
Sangat rendah rendah sedang tinggi extreme
jarang
terjadi (>5
thn/x
1

Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, dimasukkan dalam tabel


matriks grading risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna
bands risiko. Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam
empat warna yaitu:
Bands biru : rendah/low
Bands hijau : sedang/moderate
Bands kuning : tinggi/high
Bands merah : sangat tinggi/extreme
Level/bands Tindakan
Extreme (sangat Risiko esktrim, dilakukan RCA paling lama
tinggi) 45 hari
High (tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45
hari,
Kaji dengan detil dan perlu tindakan segera
serta membutuhkan perhatian manajemen
Moderate (sedang) Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana
paling lama 2 minggu
Pimpinan klinik sebaiknya menilai dampak
terhadap biaya dan kelola risiko
Low (rendah) Risiko rendah, dilakukan investigasi
sederhana paling lama 1 minggu diselesaikan
dengan prosedur rutin

Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan adalah dampak dari


risiko tersebut bila benar terjadi
1) Risiko yang dampaknya harus besar segera ditindaklanjuti dan mendapat
perhatian dari pimpinan klinik
2) Risiko yang dampaknya menengah dan ringan akan dikelola oleh tim
PMKP untuk membuat rencana tindak lanjut dan pengawasan.
c. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil Analisa risiko
dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dan besarnya dapat
diterima atau ditoleransi. Sedangkan kriteria risiko adalah kerangka acuan untuk
mendasari pentingnya risiko dievaluasi. Dengan evaluasi risiko ini, setiap risiko
dikelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai dengan peringkatnya.
Dengan demikian, tidak ada risiko yang terlewati dan terjadi pendelegasian
tugas yang jelas sesuai dengan berat-ringannya risiko.
Respon fasilitas kesehatan ditentukan melalui asesmen risiko atau pengelolaan
risiko yang meliputi:
1) Identifikasi potensial risiko dan hazard
2) Menelusuri siapa dan apa yang dapat dirugikan serta bagaimana caranya.
3) Evaluasi temuan risiko, analisa apakah pengelolaannya sudah cukup atau
perlu diubah untuk mencegah terjadinya insiden.
4) Catat temuan lalu buat rencana pengelolaannya.
5) Evaluasi pengelolaaan secara menyeluruh dan perbaiki bila perlu.
Keputusan untuk menerima risiko dan pengelolaannya berdasarkan
pertimbangan:
1) Kriteria klinis, operasional, teknis, kemanusiaan
2) Kebijakan, tujuan
3) Sasaran dan kepentingan stakeholder
4) Keuangan, hukum, sosial
d. Pengelolaan risiko
Pengelolaan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang dapat
mengurangi atau meniadakan dampak serta kemungkinan terjadi risiko.
Pengelolaan yang dapat dipilih adalah:
1) Pengendalian
Pengendalian risiko adalah upaya-upaya untuk mengubah risiko yang
merupakan langkah-langkah antisipatif yang direncanakan dan dilakukan
secara rutin untuk mengurangi risiko.
2) Penanganan
Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi risiko.
Bentuk- bentuk penanganan risiki di antaranya:
a) Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau
melanjutkan aktifitas yang menimbulkan risiko
b) Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapat peluang (lebih baik,
lebih menguntungkan)
c) Menghilangkan sumber risiko
d) Mengubah kemungkinan
e) Mengubah konsekuensi
f) Berbagi risiko dengan pihak lain (termasuk kontrak dan pembiayaan risiko)
g) Mempertahankan risiko dengan informasi pilihan
Sementara menurut NHS (national Health System) pengelolaan risiko adalah:
1) Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada dengan
mempertimbangkan keuntungan lebih besar daripada kerugian
2) Mentoleransi risiko
3) Mentransfer risiko pada pihak ketiga seperti asuransi
4) Menghentikan aktifitas yang menimbulkan risiko

Opsi Perlakuan risiko


Klasifikasi Jenis Pengendalian
Menghindari risiko 1. Menghentikan kegiatan
2. Tidak melakukan kegiatan
Mengurangi risiko 1. Membuat kebijakan
2. Membuat SOP
3. Mengganti atau membeli alat
4. Mengembangkan system informasi
(IT)
5. Melaksanakan prosedur (pengadaan,
perbaikan dan pemeliharaan
bangunan dan instrument yang
sesuai dengan persyaratan;
pengadaan bahan habis pakai sesuai
dengan prosedur pembuatan)
Mentransfer risiko 1. Asuransi
2. Menggunakan tenaga di pihak ketiga
Mengeksploitasi risiko Mengambil kesempatan dengan kondisi
yang ada dengan mempertimbangkan
keuntungan yang lebih besar daripada
kerugian
Menerima risiko Ganti rugi, tuntutan hukum

e. Monitor dan Review


Dalam hal ini adalah monitoring dan tinjauan. Monitoring adalah pemantauan
rutin terhadap kinerja aktual proses manajemen risiko dibandingkan dengan
rencana atau harapan yang akan dihasilkan.
Tinjauan atau pengkajian berkala atau kondisi saat ini dan dengan fokus
tertentu. Kegiatan dari monitor adalah dengan memonitor dampak risiko,
mengkaji/mengulas efektifitas kegiatan dan perubahan prioritas risiko.
Pengawasan dan tinjauan merupakan kegiatan yang umum dilakukan oleh
organisasi manapun. Untuk manajemen risiko ada alat bantu yang sangat
berguna yaitu Risk Register (daftar Risiko). Risk Register adalah:
1) Pusat dari proses manajemen risiko organisasi
2) Alat manajemen yang memungkinkan suatu organisasi memahami profil
risiko secara menyeluruh. Ini merupakan sebuah tempat penyimpanan untuk
semua informasi risiko.
3) Catatan segala jenis risiko yang mengancam keberhasilan organisasi dalam
mencapai tujuannya.
4) Merupakan ‘dokumen hidup’ yang dinamis, yang dikumpulkan melalui
proses penilaian dan evaluasi risiko organisasi (Risk Register Working
Group 2002). Risk register dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Risk register korporat, digunakan untuk risiko ekstrim (peringkat 15-25).
2. Risk register divisi, digunkan untuk risiko dengan peringkat lebih redah
atau risiko yang diturunkan dari risk register korporat karena
peringkatnya sudah turun.
Untuk mengurangi beban administarasi, risiko rendah (peringkat 1-3) tidak
perlu dimasukkan dalam daftar. Risk register ini bersifat sangat dinamis. Setiap
bulan bias berubah. Perubahan itu dapat berupa:
1. Jumlahnya berubah karena ada risiko baru terindefikasi
2. Tindakan pengendalian risikonya berubah karena terbukti tindakan
pengendalian risiko yang ada tidak cukup efektif.
3. Peringkat risikonya berubah karena dampak dan peluangnya berubah.
4. Ada risiko yang dihilangkan dari daftar risiko korporat, karena peringkatnya
sudah lebih rendah dari 15 (dipindahkan ke risk register divisi)

f. Komunikasi dan Konsultasi


Komunkasi dan konsultasi kepada siapa saja yang perlu mengetahui dari
manajemen risiko baik internal maupun eksternal dan siapa saja yang terlibat.

PENANGGUNG JAWAB MUTU MENGETAHUI,


PIMPINAN KLINIK ERVANA

dr. Ervana,Sp.KJ
DAFTAR RISIKO DN TINDAK LANJUT MITIGASI RISIKO KLINIK

No Unit Kerja Risiko Tingkat Penyebeb Akibat Pencegahan Upaya Penanggun Pelaporan
. risiko (sangat terjadi risiko Penanganan jika g Jawab jika terjadi
tinggi, tinggi terkena risiko paparan
sedang,
rendah)

1. Laboratorium 1. Bagi pasien

Spesimen Rendah Pelabelan a. Salah hasil Pelabelan Pengambilan Pj lab


tertukar dilakukan pemeriksaan sebelum spesimen baru
setelah b. Salah terapi pengambilan dan
pengambilan spesimen pemeriksaan
sampel ulang Pj Klinis
Faktor teknis Sedang Petugas 1. Timbul rasa Dilakukan Penanganan Pj lab Tim PMKP,
pengaambilan kurang sakit/nyeri pelatihan pertama untuk Pimpinan
darah vena terampil 2. Terjadinya plebotomi untuk kesalahan faktor Klinik
resiko semua pertugas teknis
infeksi laborat pengambilan
3. Resiko darah vena
penularann
pada saat
pengambila
n darah
2.Bagi petugas
Petugas Tinggi Petugas Resiko 1. Recapping 1. Cuci bagian Pj Lab
tersusuk jarum menutup penularan dengan satu yang terpapar
(jarum bekas kembali penyakit tangan dengan sabun
pemakaian) jarum 2. Membuang antiseptiv dan
pemaikan lamgsung air mengalir
dengan dua jarum suntuk 2. Menggali
tangan ketempat status
khusu tanpa kesehatan/ Pj Klinis
ditutup lagi riwayat Tim PMKP,
kesehatan Pimpinan
pasien dan Klinik
petugas
3. Konsul/rujuk
ke dokter
spesialis
penyakit
dalam
Terpapar Sedang Petugas tidak Iritasi/ 1. Dilakukan 1. Pj Lab
reagensia memakai peradangan pemantauan Keracunan
korosif APD sesuai pada kulit mata penggunaan melalui kulit :
SPO dan saluran APD pada menyiram
petugas bagian kulit
laboratorium yang terkenan
2. Petugas bahan krosif
laboratorium sedikitnya 15
dilatih PPI menit
dan 2.
penggunaan Keracunan
APD oleh melalui mata:
karyawan mencuci mata
Klinik dengan air
Ervana yang dalam jumlah
pernah banyak dalam
mendapatkan sedikitnya 15
pelatihan menit
3.
Keracunan
melalui
pernapasan:
segera
membawa
korban ke
tempat yag
berudara dan
memberi nafas
buatan
Terpapar Tinggi Petugas tidak Resiko 1. Dilakukan
specimen memakai penularan pemantauan
penggunaan
APD pada
petugas
laboratoium
2. Petugas
laboratorium
dilatih untuk
cara PPI dan
penggunaan
APD oleh
karyawan
Klinik
Ervana yang
pernah
mendapatkan
pelatihan
2. Ruang Poli Bagi pasien dan petugas
Umum
Bakteri atau Tinggi Ruangan Pasien tertular Mendesain
virus yang lembab, infkesi lain dari ruang
infeksius dari tempat sesame pasien pemeriksaan
pasien yang bakteri/virus (seperti TBC, da agar mendapat
berobat berkembang lain-lain) cukup sinar
matahari dan
sirkulasi udara
yang baik
petugas
menggunakan
APD
Lantai/keramik Sedang Tersandung/ Cidera ringan- Lantai keramik Memberikan
didepan poli jatuh berat diperbaiki pertolongan
umum pecah pertama untuk
atau pasien/petugas
bergelombang yang tersandung
dan jatuh
4. R.Tindakan Bagi petugas
Tersusuk jarum Tinggi Melakukan Tertular 1. Recapping 1. Cuci
(jarum bekas antiseptic penyakit infeksi dengan 1 bagian yang
pemakaian) dengan 2 tangan terpapar
tangan 2. Membuang dengan sabun
langsung antiseptic dan
jarum suntik air mengalir
ketempat 2. Menggal
khusu tanpa i status
ditutup lagi kesehatan/
riwayat
kesehatan
pasien/
petugas
3. Konsul/
rujuk didokter
spesialis
penyakit
dalam
Terpapar darah Tinggi Petugas tidak Tertular infeksi Menggunakan Mencuci bagian
pasien memakai APD saat yang terpapar
APD sesuai melakukan dengan sabun
SPO tindakan kes antiseptic/ air
pasien mengalir
Terkena Tinggi Petugas tidak Iritasi kulit Menggunakan Membilas
paparan zat memakai sarung tangan/ dengan air
kimia (chlorin) APD sesuai APD saat
SPO mencuci alat
5. Poligigi Bagi Petugas
Petugas Tinggi Petugas Resiko tertular 1. Recapping 1. Cuci bagian Dokter Pj Pj Klinis
tersusuk jarum melakukan penyakit dengan 1 yang layanaan & Tim PMKP,
recapping tangan terpapar peugas Pj Pimpinan
dengan 2 2. Membuang dengan ruangan Klinik
atangan langsung sabun Dinkes (jika
jarum suntik antiseptic terjadi
ketempat dan air kejadian
khusu tanpa mengalir sentinel
ditutup lagi 2. Menggali
status
kesehatan/
riwayat
kesehatan
pasien/
petugas
3. Konsul/rujuk
didokter
spesialis
penyakit
dalam
Terpapar saliva Tinggi Petugas tidak Tertular infeksi Menggunakan Mencuci bagian
pasien memakai APD saat yang terpapar
APD sesuai melakukan dengan sabun
SPO tindakan kes antiseptic/ air
pasien mengalir
Terpapar darah Tinggi Petugas tidak Tertular infeksi Menggunakan Mencuci bagian
pasien memakai APD saat yang terpapar
APD sesuai melakukan dengan sabun
SPO tindakan kes antiseptic/ air
pasien mengalir
Terkena Tinggi Petugas tidak Iritasi kulit Menggunakan Membilas
paparan zat memakai sarung tangan/ dengan air
kimia (chlorin) APD sesuai APD saat
SPO mencuci alat
6. Pendaftaran Bagi Petugas
Pasien tidak Rendah Pasien Pasien Pasien Pasien Petugas Pj
mendengarkan ditinggal menunggu menunggu dipanggil ulang pendaftaran pendaftaran
nomor keluar penggilan ulang diruang tunggu
panggilan

PENANGGUNG JAWAB MUTU MENGETAHUI,


PIMPINAN KLINIK ERVANA

dr. Ervana,Sp.KJ
SURAT KEPUTUSAN KLINIK ERVANA
NOMOR : / SK/IV/KE/2023
TENTANG
PENERAPAM MANAJEMEN RISIKO KLINIK ERVANA
PIMPINAN KLINIK ERVANA

Menimbang : a. Bahwa Dalam Rangka melindungi keselamatan dan


kesehatan serta meningkatakan produktivitas
petugas, melindungi keselamatan pasien,
pengunjung dan masyarakat, perlu diupayakan
meminimalkan resiko akibat pelakasanaan upaya Di
Klinik Ervana.
b. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
dank keselamatan pasien Di Klinik Ervana perlu
disusun penerapan manajemen risiko klinis,
panduan manajemen risiko klinis, Bukti identifikasi
risiko, analisis dan tindak lanjut risiko pelayanan
c. klinik.
Bahwa sehubungan dengan yang dimaksu pada
huruf a,b, dan c diatas, diperlukan adanya
Keputusan Pimpinan Klinik Tentang Penetapan
Manajemen Risiko Klinis di Klinik Ervana.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 09 Tahun 2014, Tentang Klinik;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2017, Tentang Pedoman
Pencegahan Dan Penanggulangan Infeksi Di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017, Tentang Keselamatan
Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2022, Tentang Indikator Nasional
Mutu Pelayanan Kesehatan Tempat Praktik Mandiri
Dokter Dan Dokter Gigi, Klinik Pusat Kesehatan
Masyakarakat, Rumah Sakit, Laboratorium
Kesehatan Dan Unit Transfusi Darah ( Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor
1054;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2022, Tentang Akreditasi Pusat
Kesehatan Masyakarat, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik
Mandiri Dokter Dan Dokter Gigi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 1207;
7. Surat Edaran Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Nomor HK.02.02/D/7012/2023 Tentang Persiapan
Akreditasi Puskesmas, Klinik, Laboratorium
Kesehatan, Unit Transfusi Darah Tahun 2023;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PIMPINAN KLINIK ERVANA
TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU
KLINIK ERVANA
Kesatu : Penetapan Indikator Mutu Di Klinik Ervana Seperti
Tertera Dalam Lampiran Surat Keputusan Ini.
Kedua : Surat Keputusan Ini Berlaku Sejak Tanggal
Ditetapkan
Ditetapkan Di : Tanjung Enim
Pada Tanggal : September 2023
PIMPINAN KLINIK ERVANA

dr. Ervana Ikha Yusnita,Spkj


LAMPIRAN : KEPUTUSAN PIMPINAN
KLINIK ERVANA
NOMOR : /SK/IV/KE/2023
TENTANG : MANAJEMEN RISIKO

BAB I
PENDAHULUAN

Manajemen risko yang konprehensif meliputi seluruh aktifitas fasilitas


kesehatan, baik operasional, manajerial maupun klinikal, oleh karena risiko dapat
muncul dari kedua bidang tersebut. Bhakan akhir-akhir ini meliputi pula risiko yang
berkaitan dengan managed care dan risiko kapitasi, merged dan akuisti,risiko
kompensasi ketenagakerjaan, corporate complieance dan etik organisasi. Kegiatan
tersebut meliputi identifikasi risiko hukum (legal risk), mempriotaskan risiko yang
terindentifikasi, menetukan respon fasilitas kesehatan terhadap risiko, mengegola suatu
kasus risiko dengan tujuan menimalkan kerugian (risk control), membangun uapaya
pencegahan risiko yang efektif dan mengelola pembiayaan risiko yang adekuat (risk
financing).
Manajemen risiko klinik merupakan upaya yang cenderung proaktif, meskipun
sebagian besarnya merupakan hasil belajar dari pengalaman dan menerapkannya
kembali untuk mengurangi atau mencegah masalah yang serupa di kemuadian hari.
Pada dasarnya manajemen risiko merupakan suatu proses siklus yang terus menerus,
yang terdiri dari empat tahap, yaitu : Plan, Do, Check, Action.
Fasilitas kesehatan Klinik Ervana, sebagai fasilitas kesehatan yang memiliki visi
dan misi, visi klinik ervana menjadi Klinik pratama terbaik yang memberikan
pelayanan berkualitas, profersional dan berorientasi pasien, misi Kinik ervana

Anda mungkin juga menyukai