Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas termasuk kedalam kriteria


tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulakan
dampak kesehatan, tidak hanya terdapat para pelaku langsung yang bekerja
di Puskesmas, tapi juga terhadap pasian maupun pegunjung Puskesmas.
Sehingga sudah sseharusnya Puskesmas menerapkan Manajemen
Resiko.Manajemen Resiko adalah sebuah proses formal untuk
mengidentifikasi, menganalisa dan merespon sebuah resiko secara sistemik,
sepanjang jalannya pekerjaan, untuk mendapatkan tingkatan tertinggi atau
yang bisa diterimah dalam hal mengeliminasi resiko dan control resiko.

Manajemen Resiko adalah upaya menanggulangi semua resiko yang


mungkin terjadi di instansi, diperlukan sebuah proses yang dinamakan
sebagai manajemen resiko. Manajemen resiko merupakan metode penanganan
sistematis formsl dimana dikonsentrasikan pada mengidentifikasikan dan
pengontrolan pristiwa atau kejadian yang memiliki kemungkinan perunahan
yang tidak diinginkan. Resiko adalah hal yang tidak akan pernah dihindari
pada suatu kegiatan/aktifitas yang dilakukan manusia.

Resiko dikelompokan dalam beberapa karakteristik,yaitu :

1. Resiko berdasarkan sifat


1) Resiko spekualatif yaitu resiko yang memang sengaja diadakan agar
dilain pihak dapat diharapkan hal-hal yang mengutungkan.
2) Resiko murni yaitu resiko yang tidak dsengaja yang jika terjadi
dapat menimbulakan kerugian secara tiba tiba. Contoh resiko
kebakaran
2. Resiko berdasarkan asal timbulnya
1) Resiko internal yaitu resiko yang berasal dari dalam lingkungan
sendiri. Misalnya resiko kerusakan peralatan kerja karena
kesalahan peroperasisan.
2) Resiko eksternal yaitu resiko yabf berasal dari luar lingkungan
sendiri. Misalnya resiko pencurian.
Puskesmas merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks.Semakin
,luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu puskesmas maka semakin
kompleks peralatan dan fasilitasnya. Keeumitan yang meliputi semua hal
tersebut menyebabkan puskesmas mempunyai potensi bahaya yang sangat
besar, tidak hanya bgai pasiaen dan tenag medis, resiko ini juga
membahayakan pengunjung puskesmas.
Di Puskesmas Liukang Tupabbiring terdapat tiga kegiatan manajemen
resiko yang menjadi acuan sebagai dasar pencegahan terhadap resiko yang
mungkin terjadi, Yaitu :
a. Manajemen resiko lingkungan
Manajemen resiko linkungan dipuskesmas adalah penarapan
manajemen resiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulakn aoleh
aktifitas atau kegiatan DiPuskesmas pada kesehatan pasien, petugas
maupun pada lingkungan.
b. Manajemen resiko klinis
Manajemen resiko merupakan proses identifikasi, evaluasi
mengendalikan dan meminimalkan resiko dalam suatu organisasi secara
mnenyeluruh. Manajemen resiko layanan klinis adalah suatu pendekatan
untuk pengenalan keadaan yang menempatkan pasien pada suatu resiko
dan tindakan untuk mencegah terjadinya resiko tersebut.
Manajemen resiko layanan klinis di Puskesmas dilakasanakan untuk
meminimalkan resiko akibat adanya Layanan klinis oleh tenaga
kesehatan dipuskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun
petugas.
Manajemen resiko layanan klinis dipuskesmas dilaksanakan untuk
meminimalkan resiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan
Di Puskesmas yang dapat terdampak pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen resiko layanan klinis di
Puskesmas adalah untuk keselamatan pasien dan petugas. Penyusunan
panduan manajemen resiko layana klinis bertujuan untuk memberikan
panduan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayayan kesehatan
yang paling aman untuk pelanggaan Puskesmas.
a. Manajemen resiko pelakasan program
Manajemen resiko pada pelaksanaan program Puskesmas merupakan
upaya untuk mengidentifikasi, menganalisis dan meminimalkan dampak
atau resiko atas pelaksanaan program Puskesmas.
BAB II

RUANG LINGKUP

Pada dasanya dalam pelaksanaan manajemen resiko, terdapat beberapa


tahapan dalam manajemen resiko. Salah satu tahapannya adalah :

1. Identiikasi resiko
2. Menasirkan kerugian atau resiko yang dapat terjadi
3. Menangani resiko
4. Pengimplementasian
5. Memonitor dan mengevaluasi pengimplementasiannya

Tahapan pertama dalam manajemen resiko adalah tahap identifikasi


resiko. Identifikasi resiko merupakan suatu proses yang secara sistematis
dan terus menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan
timbulnya resiko atatu kerugian. Proses identifikasi resiko ini mungkin
adalah proses terpenting, karena dengan proses inilah semua resiko yang ada
atau yang mungkin terjadi pada suatu pekerjaan harus diidentifikasikan.
Adapun proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan
komprehensif , sehingga di tidak ada resiko yang terlewatkan atau tidak
teridentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi resiko dapat dilakukan
dengan beberapa teknik antara lain:

1. Incident investigation
2. Inpection
3. Checklist
4. Auditing

Puskesmas adalah upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan


pelayanan kesehatan. Puskesmas merupakan salah satu tempat bagi
masyarakat untuk mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan
dengan berbagai fasilitas dan peralatan kesehatan. Potensi bahaya di sarana
pelayanan kesehatan, selain penyakit infeksi juga ada potensi bahaya lain
yang mempengaruhi situasi dan kondisi tempat pelayanan tersebut seperti
bahan kimia berbahaya, gangguan psikososial.
Semua potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan
karyawan, pasien maupun pengunjung yang ada di lingkungan puskesmas.
Sarana pelayanan kesehatan mempunyai karakteristik khusus yang dapat
meningkatkan peluang kecelakaan. Misalnya jari jemari acap kali menjadi
tempat goresan kecil dan luka, meningkatkan resiko infeksi terhadap pathogen
yang di tularkan lewat darah. Untuk itu perlu upaya untuk mengendalikan,
memininalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu manajemen
resiko di tempat pelayanan kesehatan perlu di kelola dengan baik.

A. MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN


Lingkup pelaksanaan manajemen resiko lingkungan di puskesmas
meliputi :
1. Penilaian persyaratan banguanan, sarana prasarana dan kondisi
lingkungan puskesmas
2. Identifikasi resiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien,
petugas dan lingkungan sekitar puskesmas
3. Tatalaksana penerapan manajemen resiko lingkungan
4. Pemantauan penerapan manajemen resiko lingkungan
Penerapan manajemen risiko lingkungan di puskesmas Liukang
Tupabbiring meliputi:
1. Sarana dan prasarana bangunan puskesmas
2. Sarana prasarana fasilitas puskesmas termasuk rasio jumlah karyawan
dan toilet, dsb
3. Tata ruang dan penetapan zona risiko
4. Pematauan kualitas lingkungan termasuk supial air bersih, keadaan
udara, penghawaan, kebisingan, pencahayaan , kelembaban
5. Pematauan fasilitas sanitasi puskesmas
a. Toilet dan kamar mandi
b. Pembuangan sampah
c. Penyediaan air minum dan air bersih
d. Hygiene dan sanitasi makanan
e. Pengolahan limbah
f. Pengolahan limbah medis
g. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
h. Dekontaminasi dan sterilisasi
i. Promosi hygiene dan sanitasi
B. MANAJEMEN RESIKO LAYANAN KLINIS

Manajemen resiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk


mencegah kejadian yang membahayakan dan prosedur untuk
meminimalkan risiko.

Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di puskesmas


ajangale meliputi:

1. Risiko yang berhubungan dengan pasien/ pengunjung puskesmas


2. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Risiko yang berhubungan dengan staf puskesmas lainnya
4. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan property
puskesmas lainnya
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di puskesmas Liukang
Tupabbiring dilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan
layanan klinis yaitu:
1. Loket pendaftaran dan rekam medis
2. Ruang pemeriksaan umum, PTM, dan MTBS
3. Ruang pemeriksaan lansia
4. Ruang pemeriksaan KIA/ KB
5. Ruang pemeriksaan gigi dan mulut
6. Ruang TB / Kusta
7. Laboratorium
8. Ruang farmasi
9. UGD
10. PONED
11. Rawat inap
Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga di
laksanakan di jaringan pelayanan puskesmas Liukang Tupabbiring yang
melaksanakan layanan klinis seperti pemeriksaan , pengobatan dan
tindakan termasuk imuniasi. Jaringan pelayanan puskesmas yang di
maksud meliputi: puskesmas pembantu ( pustu ), polindes/ poskesdes dan
posyandu.

C. MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM


Manajemen risiko pelaksanaan program puskesmas meliputi risiko :
1. Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
2. Risiko pelksanaan program terhadap lingkungan
3. Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program
Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk pada
pelaksanaan kegiatan posyandu balita dan posyandu lansia

KEJADIAN TIDAK DI HARAPKAN (KTD)


Merupakan kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak di harapkan
pada pasien karena suatu tindakan atau karena tidak bertindak dan bukan
karena kondisi pasien. Masalah KTD bisa terjadi di karenakan :
1. Masalah komunikasi
Penyebab yang paling umum terjadi medical eror. Kegagalan
komunikasi : verbal/ tertulis, miskomunikasi antar staf, antar shift,
inormasi yang tidak di dokumentasikan dengan baik/ hilang, masalah-
masalah komunikasi, anatar tim layanan dengan pekerja non klinis,
dan antara staf dengan pasien.
2. Arus informasi yang adekuat
Ketersedian informasi yang kritis saat akan merumuskan
keputusan penting, komunikasi tepat waktu dan dapat di andalkan saat
pemberian hasil pemeriksaan yang kritis, kondisi intruksi obat saat
transfer antar unit, informasi penting tidak di sertakan saat pasien di
rujuk ke rumah sakit
3. Maslah SDM
Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses-proses,
labelingspecimen yang buruk, staf tidak mempunyai pengetahuan yang
adekuat, untuk setiap pasien pada saat di butuhkan
4. Hal-hal yang berhubungan dengan pasien
Identifikasi pasien yang tidak tepat, asesmen pasien yang tidak
lengkap, kegagalan memperoleh consent, pendidikan pasien yang tidak
adekuat.
5. Kegagalan teknis
Kegagalan alat/ perlengkapan, instruksi tidak adekuat, kegagalan
alat tidak teridentifikasi dengan tepat sebagai dasar cidera pasien.
6. Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat
Pedoman cara pelayanan dapat merupakan faktor penentu
terjadinya banyak medical error. Kegagalan dalam proses pelayanan
dapat di telusuri sebabnya pada buruknya dokumentasi, tidak adanya
pencatatan atau SOP klinis yang tidak adekuat.

KEJADIAN NYARIS CEDERA KEJADIAN TIDAK CEDERA DAN


KEJADIAN POTENSIAL CEDERA
Kejadian nyaris cedera (KNC) adalah terjadinya inciden yang
belum sampai terpapar ke pasien.
Kejadian tidak cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terjadi ke
pasien tapi tidak timbul cedera. Kejadian potensial cedera (KPC) adalah
kondisi yang berpotensi untuk merambulkan cedera tetapi tidak timbul
cedera.
BAB III
TATALAKSANA MANAJEMEN RESIKO

A. TATALASANA MANAJEMEN RESIKO


Manajemen resiko lingkungan di Puskesmas Liukang Tupabbiring
diterapkan pada seluruh kegiatan yang menimbulakan dampak resiko
terhadap lingkungan yaitu :
1. Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas
2. Kegiatan pelayanan kesehatan dipustu, Poskesdas,dan Posyandu
3. Kegiatan Pasien/Pengujung Puskesmas
4. Kegiatan karyawan/staf Puskesmas

Kegiatan penerapan manajemen resiko lingkungan

a. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan praasarana Puskesmas


 Bangunab Puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi
kuat, atap tidak bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat,
dan rata serta menggunakan bahan bangunan yang tidak
membahayakan
 Linkungan Puskesmas Panas, ventilasi cukup, pencahayaan
cukup, seluruh ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
 Terdapat fasilitas pemadam kebakaran, dan petunjuk jalur
evakuasi dan pintu darurat jika terjadi kecelakaan.
 Resiko kecukpan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan
jumlah keryawan dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap
penambahan karyawan harus ditambah 1 toilet dan kamar mandi.
 Resiko rendah : Meliputi ruang administrasi TU, Ruang Kepala
Puskesmas, Ruang pertemuan, Ruang penyimpanan rekam
medis bersatu dengan loket ( unit pendaftaran ), Ruang
penyimpanan obat, ruang Akreditasi.
 Resiko sedang meliputi : poli rawat jalan (selain poli P2 )
 Resiko tinggi meliputi : polo P2, Lboratorium, UGD dan tempat
penampungan limbah/sampah medis.
 Penatataan ruang memperhatkan zona resiko penuran
b. Identifikasai resiko kondisi lingkungan
Setiap unit kerja melakukan identifikasi resiko kondisi
lingkungan antara lain :
1. Sasaran
 Kerusakan bangunan atau sasaran prasarana
 Fasilitas sanitasai seperti wastafel buntuh,air lancar,
sampah medis tidak tersedia,toiler rusak,dll
2. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembababn,kebisingan
peralatan,dsb
3. Kebersiahan ruangan dan fasilitas
4. Limbah,misalnya sarana pembuangan limbah yang
penuh,paparan limbah pada lingkungan,dll
c. Tatalaksana penerpan manajemen resiko lingkungan
1. Toilet dan Kamar Mandi
 Tersedia dalam keadaan bersih
 Laintai kedap air dan mudah dibersihkan
 Tidak terdapat perindukan nyamuk
2. Pebuangan sampah
 Tersedia fasilitas tempat smapah oganik dan non organic
disetiap ruangan
 Tempat sampah tertutup
 Sampah/limbah non medis padat ditampung dalam kantong
sampah hitam,dan sampah medis ditampung dalam kantong
warna kuning.
 Sampah setip hari dibaung ditempat penampungan sampah
sementara.
d. Penyediaan air minum dan air bersih
 Tersedia air bersih
 Tersesdia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
1. Hygiene dan sanitasi makanan
Kebersihan peralatan makan di Puskesmas
2. Pengolahan Limba
Limba cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
3. Pengilahan Limbah medis
 Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
 Limbah medis tajam ditampung dalam tempat sampah
medis dengan kantong warna kuning
 Limbah medis padat selanjutnya ditamopung pada
penampungan sementara untuk dikirim ketempat
pemusnahan

4. Pengelolaan linen
 Dilakukan pemisahan Linen yang infeksius dan non inveksius
 Linen atau kain yang terkontaminasi dilakukan proses
disenfeksi
 Linen atau kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim
ketempat pencucuian.
5. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
 Dilakukan pengamatan terhadap serangga,kecoa,nyamuk dan
tikus
 Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang
pengganggu
 Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
6. Dekontaminasi dan sterilisasi
 Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses
dekontaminasi dan sterilisasi
 Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses
pelayanan,sterilisasi dilakukan diruangan sterilisasi
7. Promosi hygiene dan sanitasi
 Tersedia peomosi untuk menjaga kebersihan ruangan,
membuang sampah, kebersihan kamar mandi dan cara
mencuci tangan,etika batuk
e. Pemantauan penerapan manajemen resiko lingkungan
pemantauan penerapan manajemen resiko lingkungan dilaksanakan
oleg petugas sanitasi.

B. TATA LAKSANA MANAJEMEN RESIKO PELAYANAN KLINIS

Proses penerapan manajemen resiko layanan klinis meliputi kegiatan :

1. Identifikasi resiko
Masing masing unit pelayanan dan jaringan Puskesmas menyusun
data resiko yang menyusun data reesiko yang berpotensi membahayakan
pasien dan petugas yang bisa didptkan dari :
 Hasil temuan pada audit internal
 Keluhan pasien/pelanggan Puskesmas
 Adanya insiden atau kejadian barbahaya yang pernah terjadi di unit
pelayanan tersebut

Contoh daftar resiko pada layanan klinis di Puskesmas:

Unit Layanan Resiko


Loket pandaftaran dan rekam  Kesalahan pemberian
medis rekam medis
 Kesalahan pengambilan
rekam medis
Poli Umum, MTBS dan UGD  Kesalahan diagnosis
 Kesalahan identifikasi
 Kesalahan pemberian resep
 Kesalahan tindakan
 Monitoring pengobatan
atau tindakan yang kurang
baik
 Insiden tertusuk jarum
bekas pakai
 Limbah medis berceceran
 Paparan dengan luka
terbuka atau cairan tubuh
pasien
 Tidak menggunakan alat
pelindung diri
 Menggunakan peralatan
tidak steril
Laboratorium  Kegagalan pengambilan
sampel hingga
menimbulkan perlukaan
 Kesalahan pengambilan
sampel
 Kesalahan pemberian label
sampel laboratorium
 Kesalahan penulisan hasil
pemeriksaan laboratorium
 Hasil pemeriksaan hilang
 Sampel rusak atau hilang
Kamar obat  Kesalahan pemberian resep
 Kesalahan pemberian obat
 Kesalahan dosis/formula
obat
 Kesalahan edukasi cara
minum/pemakaian obat
 Kesalahan identifikasi
pasien
 Pemberian obat kadalwarsa
 Kesalahan penulisan label
 Pemberian obat rusak
 Kesalahan pengambilan
obat

Daftar resiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir


identifikasi manajemen resiko puskesmas dan dilaporkan kepada tim
mutu Puskesmas.
2. Analisa resiko (Risk assessment)
Daftar resiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis
oleh Tim Mutu. Analisis resiko dilakukan dengan cara menilai
tingkat kegawatan dari resiko (severyity assessment) dan dengan
metode FMEA (Fallure Mode and Effect Analysis) seperti dalam
formulir terlampir
3. Evakuasi risiko
Evakuasi resiko dilakukan pada kasus yang terpilih bardasarkan
kegawatan resiko.evakuasi dilakukan dengan mencari penyebab
masalah menggunakan analisis akar masalah (RCA/Root Cause
Analysisi)kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan
perbaikan (treatment) atauka tidak.
4. Tindakan atau perbaikan
Jika diperlukan tindakan maka Tim Mudu merekomendasikan
rencana tindakan perbaikan dan monitoring terhadap tindakan
perbaikan .Setiap tindakan perbaikan dikonsultasikan kepada
Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan kepada petugas
Puskesmas lainnya.
A. MANAJEMEN RESIKO PELAKSANAAN PROGRAM
Penerapan manajemen resiko pelaksanaan program meliputi
kegiatan
1. Identifikasi resiko
Resiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara
lain :

Program Resiko
Posyandu balita  Kesalahan penentuan kebutuhan
imunisasi
 Kasaahan cara pemberian imunisasi
 Kesalahan jenis imunisasi
 Kesalahan dosis vaksin
 Insiden kegagalan pemberian imunisasi
 Cacaran limbah medis
 Insiden petugas tertusuk jarum
 Insiden balita terluka pada proses
penimbangan menggunakan dacin
 Kesalahan cara penimbangan
 Kesalahan pecatatan hasil pengukuran
dan pemeriksaan

Posyandu lansia  Kesalahan identifikasi


 Kesalahanpemeriksaan dan diagnosis
 Insiden perlukaan karena penggunaan
alat periksa
 Kesalahan hasil pemeriksaan
laboratorium
 Insiden perlukaan karena pemeriksaan
laboratorium
 Inseden tertusuk jarum
 Inseden kontak dengan cairan tubuh
penderita
 Tidak menggunakan APD
 Kesalahan pemberian obat
 Kesalahan dosis obat

2. Analisa resiko
Daftarcresiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan
analisis oleh tim Mutu.Analisis resiko dilakukan denga cara
menilai tingkat kegawatan dari resiko (severity assessment)
dan denga metode FMEA (Feulure Mode and Effect Analisis)
seperti dalam formulir terlampir
3. Evaluasi resiko
Resiko yang teridentifikasi di analisis menggunakan formulir
FMEA dan analisis penyebab dengan menggunakan metode
RCA (root Caused Analysis).tingkat resiko yang memiliki nilai
yang tinggi merupakan prioritas untuk dilakukan [emecahan
masalah. Identifikasi resiko dilaporkan kepada Tim Mutu
Puskesmas
4. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan perbaikan maka Tim Mutu
merekomendasikan rencana tindakan perbaikan dan
monitoring terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan
perbaikan dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan
dikomunikasikan kepada petugas Puskesmas Lainnya.
Identifikasi resiko dapat dikategorikan berdasarkan dampak
sesuai dengan jenis jenis insiden keselamatan pasien
sebagaimana dicontohkan dalam table berikut :

kategor
Error i Hasil
No.Erro Kejadian atau yang berpotensi untuk
A
r terjadinya kesalahan (KPC)
Error terjadi kesalahan sebelum obat mencapai
B
No. pasien (KNC)
C terjadi keslahan dan obat obat suada
Harm
diminu atau digunakan pasien tetapi
tidak membahayakan pasien
Terjadi kesalahan sehingga monitoring
D ketat harus digunakan tetepi tidak
membahayakan pasien (KTC)
Terjadi kesalahan sehingga terapi dan
intervensi lanjut diperlukan dan
E
keslahan ini memberikan efek yang
buruk yang sifatnya sementara (KTD)
Terjadi kesalahan dan mengakibatkan
pasien harus dirawat lebih lama
Error F
DiPuskesmas serta memberikan efek
Harm
buruk yang sifatnya sementara (KTD)
terjadi kesalahan yang mengakibatkan
G
efet beruk yang bersifat permanent (KTD)
terjadi kesalahn dan hampir merenggut
H nyawa pasien contoh syock anafilaktif
(KTD)
Error Terjadi kesalahan dan pasien meninggal
I
Death dunia (Sentinel)

1. ANALISA RESIKO
Analisa dilakukan dengan menentukan skore resiko atau inseden tersebut
untuk menentukan prioritas penanganan
a. Peluang

TINGKAT RESIKO DESKRIPSI PELUANG /FREKUENSI


1 Sangat jarang/rere (>5 tahun/kali)
2 Jarang /unlikely (>2-5 tahun/kali)
3 Mungkin/Possible 1-2 tahun/kali
4 Sering/ Likely(Beberapa kali/tahun)
5 Sangat sering /almost certain (tiap
minggu/bulan)

b. Dampak

TINGKAT DESKRIPSI DAMPAK


RESIKO PELUANG/
FREKUENSI
1 Tidak significant Tidak ada cedera
2 Minor  Cedera ringan.mis luka
lecet
 Dapat diatasi dengan P3K

3 Moderat  Cedera sedang mis luka


robek
 Berkurangnya fungsi
motoric/sensoric/psikologi
s/intelektual
(Reversibel),tidak
berhubungan dengan
penyakit
 Setiap kasus yang
memperpanjang perwatan
4 Mayor  Cedera luas/berat,mis
cacat,lumpuh
 Kehilangan fungsi
motoric/sensoric/psikologi
s/intelektual
(ieversible)tidak berhungan
dengan penyakit
5 Katatropik  Kematian yang tidak
berhubungan denag
oerjalanan penyakit

Hasil inimenentuka evaluasi dan tata laksana selanjutnaya

2. EVALUASI RESIKO
Resiko yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor
dan dan grading yang didapat:

SKOR RESIKO = DAMPAK x PELUANG

LEVEL TOTAL SKOR


Rendah 1-3
sedang 4-6
Tinggi 8-12
Extreme 15-25
3. KELOLA RESIKO

LEVEL TINDAKAN
Eksterm Memerlikan tindakan segera,paling lambat
2x24 jam
Tinggi Kaji dengan detail dan perlu tindakan
segera,sampai 2 minnu
Sedang Ilakukan penelitian sederhana paling lama 2
minggu.sebaliknya menilai dampak terhadap
bahaya dan kelola resiko. Target waktu
pengendalian sampai 6 minggu
Rendah Dilakukan penelitian sedrhana paling lama 1
minggu. Diselesaikan dengan prosedurrutin.
Target waktu pengendalian sampai 12 minggu

RESPON MANAJEMEN
Setelah resiko yang mungkin rejadi diidentifikasi dan dianalisa, tim
manajerial akan memulai memformulasikan strategi penanganan resiko
yang tepat.strategi ini didasarkan kepada sifat dan dampak petonsial
dari resiko itu sendiri.adapun tujuan dari strategi ini adalah untuk
memindahkan dampak pitensial resiko sebanyak mungkin untuk
meningkatkan control terhadap resioko.
Ada lima alternative untuk menangani resiko :
1. Menghindari resiko
2. Mencegah resiko dan mengurangi kerugian
3. Merentesi resiko
4. Mentransfer resiko
5. asuransi
PENUTUP

Puskesmas adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggrakan


kegiatan pelayanan kesehatan. Pusksmas merupakan slah satu tempat bagi
masyarakat untuk mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan
denag berbagai fasilitas dan peralatan kesehatan. Potensi bahaya di
Puskesmas setelah penyakit infeksi,juga ada potensi masalah lain yang
mempengaruhi situasi dan kondisi di Puskesmas. Semua potensi masalah
tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan karyawan,pasien maupun
pengunjung yang ada dilingkungan puskesmas.Mengelola resiko harus
dilaukakan secara komprehensif melalui pendekatan manajemen resiko

Anda mungkin juga menyukai