Anda di halaman 1dari 17

LAMPIRAN

KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS GULUK-GULUK
NOMOR 440/...../435.102.113/2018
TANGGAL 08 Maret 2018
TENTANG
PANDUAN PENGELOLAAN OBAT-
OBATAN YANG HARUS DIWASPADAI

PANDUAN
PENGELOLAAN OBAT-OBATAN YANG HARUS DIWASPADAI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas adalah sebuah institusi perawatan kesehatan professional
yang sangat komplek karena padat modal, padat teknologi, padat karya, padat
profesi, padat system, dan padat mutu serta padat resiko sehingga sangat
memungkinkan terjadi kejadian tidak diinginkan yang berakibat pada terjadinya
kematian pada pasien. Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk
juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan
(safety) di rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan
petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang
bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah
penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan
institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan
pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan, dan hal tersebut terkait
dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Namun diakui dengan semakin
berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan - khususnya di rumah
sakit - menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan atau KTD (adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Di Puskesmas terdapat bermacam-macam obat, beberapa tes dan
prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan

1
non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus.
Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan
baik dapat menyebabkan terjadinya KTD. Di Indonesia data tentang KTD apalagi
Kejadian Nyaris Cedera (near miss) masih langka, namun dilain pihak terjadi
peningkatan tuduhan “mal praktek”, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian
akhir. Dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit maka
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) telah mengambil inisiatif
membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS). Komite
tersebut telah aktif melaksanakan langkah-langkah persiapan pelaksanaan
keselamatan pasien rumah sakit dengan mengembangkan laboratorium program
keselamatan pasien rumah sakit.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi ,
mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigm lama drug oriented ke
paradigma baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care ( pelayanan
kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu
dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah
obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan pasien.
Pelayanan farmasi di Puskesmas Guluk-Guluk merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari seluruh pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
oleh Puskesmas. Pelayanan farmasi mengutamakan keselamatan pasien dengan
pemilihan obat yang sesuai prosedur, penyimpanan obat dengan benar sampai
distribusi kepada pasien harus dipastikan sudah tepat pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat waktu pemberian obat, tepat rute pemberian obat dan tepat
pendokumentasian.
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, maka
instalasi farmasi harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan
pasien. Sesuai dengan sasaran III dalam keselamatan pasien maka instalasi
farmasi RS.Panti Rahayu harus mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-allert). High alert
medications adalah obat-obat yang sering menyebabkan terjadi
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) dan obat-obat
yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit
konsentrat secara tidak sengaja (misalnya : KCl 2meq/ml atau yang lebih pekat,
kalium phospat, NaCl lebih pekat dari 0,9% dan MgSO4 40% atau lebih pekat).

2
Cara yang peling efektif untuk mengurangi dan mengeliminasi kejadian tersebut
adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat yang perlu diwaspadai.
Selain obat-obat dengan kewaspadaan tinggi atau High Alert Medication
(HAM), Puskesmas Guluk-Guluk juga mengatur obat-obat yang tergolong dalam
obat LASA “Look Alike, Sound Alike” yaitu untuk obat-obat yang memiliki
bentuk atau namanya yang mirip, sehingga penempatan/ pengelolaan obatnya
perlu diperhatikan.

B. Definisi
1. High alert medication (HAM) atau obat dengan kewaspadaan tinggi adalah
obat-obatan yang sering menyebabkan terjadinya kesalahan serius atau
sentinel event, serta obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang
tidak diinginkan/ adverse outcome, jika terdapat kesalahan penggunaan
(dosis, interval, dan pemilihannya).
2. Obat LASA (Look Alike Sound Alike) Obat yang berisiko
menimbulkan kesalahan karena nama obat yang membingungkan yaitu
obat yang bentuknya mirip (Look Alike) atau namanya kedengaran mirip
(Sound Alike).
3. Double Check
Double Check adalah pengecekan ketepatan pasien, nama obat, dosis/kekuatan
obat, cara pemberian obat, waktu pemberian obat, dan dokumentasi yang
dilakukan oleh 2 (dua) orang petugas, yang kemudian didokumentasikan
dengan membubuhkan tanda tangan dan nama terang. Petugas kesehatan
melakukan double check untuk 6 tepat, meliputi ketepatan pasien, nama obat,
dosis/kekuatan obat, cara pemberian obat, waktu pemberian obat, dan
dokumentasi.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan keamanan penggunaan obat kewaspadaan tinggi dan
mengurangi kesalahan akibat tertukarnya obat Look Alike Sound Alike.
2. Tujuan Khusus :
a. Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas terlibat dalam pengelolaan
obat kewaspadaan tinggi.
b. Tenaga kesehatan meningkatkan kewaspadaan dalam pemberian
dan pengelolaan obat LASA.
c. Medication error untuk obat kewaspadaan tinggi menurun.
3
d. Medication error akibat tertukar obat LASA menurun.

D. Kebijakan
1. Obat kewaspadaan tinggi atau High Alert Medication (HAM) adalah obat
yang dapat menyebabkan risiko tinggi membahayakan pasien secara
signifikan apabila terjadi kesalahan.
2. Penyimpanan
a. Elektrolit konsentrat tidak disimpan di ruang perawatan.
b. Ruang perawatan tidak menyimpan obat kewaspadaan tinggi/ high alert
medication kecuali jika dibutuhkan secara klinik dan dalam jumlah
terbatas.
3. Pengendalian
a. Jumlah stok fisik obat kewaspadaan tinggi sama dengan jumlah yang
tertera dalam kartu stok manual dan jumlah stok di komputer.
b. Kartu stok obat kewaspadaan tinggi harus diisi oleh petugas
farmasi/perawat setiap mengambil dan menambahkan jumlah stok.
c. Dilakukan stok opname untuk obat kewaspadaan tinggi yang mengikuti
kebijakan stok opname.
4. Penyiapan dan pengeluaran
a. Penyiapan obat kewaspadaan tinggi sesuai dengan kebijakan penyiapan
obat.
b. Menambahkan stiker obat kewaspadaan tinggi pada etiket obat.
5. Pemantauan
IKP (insiden keselamatan pasien) yang terjadi dilaporkan menggunakan
cara pelaporan medication error.

4
BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN

A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengelolaan obat kewaspadaan tinggi (HAM) dan LASA yaitu:
1. Instalasi Farmasi:
a. Seluruh penyimpanan obat kewaspadaan tinggi ada di farmasi termasuk
juga obat LASA. Untuk itu setiap petugas harus mengetahui
pasti cara penyimpanan, dan pengelolaan lainnya yang akan
dijabarkan dalam tata laksana.
b. Pelabelan obat kewaspadaan tinggi dan LASA dilakukan oleh petugas
farmasi.
2. Bangsal/ Ruang perawatan
a. Perawat harus melakukan independent double check pada pemberian obat
kewaspadaan tinggi yang sesuai dengan kebijakan pengelolaan obat
kewaspadaan tinggi.
b. Perawat harus meningkatkan kewaspadaan terkait pemberian label LASA
pada kemasan obat serta harus memastikan bahwa obat yang
diberikan sesuai dengan permintaan dokter penulis resep.

5
BAB III
TATA LAKSANA

A. Pengelolaan Obat Kewaspadaan Tinggi


a. Golongan obat kewapadaan tinggi:
-Kategori/ kelas obat-obatan Jenis Obat
Agonis adnergik IV Epinefrin, fenilefrin, norepinefrin, isoproterenol
Antagonis adrenergic IV Propanolol, metoprolol, labetalol
Agen anestesi (umum, inhalasi, dan IV) Propofol, ketamin
Anti aritmia IV Lidocain, amiodarone
Anti-trombotik, termasuk:
a. Antikoagulan Warfarin, LMWH (low-molecular-weight
heparin), unfractionated heparin IV
b. Inhibitor faktor Xa Fondaparinux
c. Direct thrombin inhibitors Argatroban, bivalrudin, dabigatran etexilate,
lepirudin
d. Trombolitik Alteplase, reteplase, tenecteplase
e. Inhibitor glikoprotein IIb/IIIa Eptifibatide , abciximab, tirofiban
Larutan/solusio kardioplegik
Agen kemoterapi (parenteral dan oral)
Dekstrosa hipertonik ( ≥ 20%)
Larutan dialysis (peritoneal dan
hemodialisis)
Obat-obatan epidural atau intratekal
Obat hipoglikemik (oral)
Obat inotropik IV Digoksin, milrinone
Insulin (SC dan IV) Insulin regular, aspart, NPH, glargin
Obat-obatan dengan bentuk liposomal amfoterisin B liposomal
Agen sedasi moderat / sedang IV Dexmedetomidine, midazolam
Agen sedasi moderat / sedang oral, untuk Chloral hydrate, ketamin, midazolam
anak
Opioid / narkotik:
a. IV
b. Transdermal
c. Oral (termasuk konsentrat cair,
formula rapid dan lepas lambat)
Agen blok neuromuscular Suksinilkolin, rokuronium, vekuronium,
atrakurium, pankuronium
Preparat nutrisi parenteral
Agen radiokontras IV
Akua bi destilata, inhalasi, dan irigasi
(dalam kemasan ≥ 100ml)
NaCl untuk injeksi, hipertonik, dengan
konsentrasi > 0,9%
6
Konsentrat KCl untuk injeksi
Epoprostenol IV
Injeksi Magnesium Sulfat (MgSO4)
Digoksin IV
Metotreksat oral (penggunaan non-
onkologi)
Opium tincture
Oksitosin IV
Injeksi natrium nitropruside
Injeksi kalium fosfat
Prometazin IV
Kalsium intravena
Vasopressin (IV atau intraoseus)
Antikonvulsan Benzodiazepin
No Jenis Obat Nama Bentuk Kekuatan Keterangan
Dagang
1. KCl Otsu KCl Injeksi, 25 ml 7,46% 25 mEq Elektrolit
Konsentrasi
2. NaCl Otsu NaCl Cairan, 500 ml 3% 500ml
tinggi
3. Meylon Otsu Injeksi, 25 ml 8,4% 25 mEq
Meylon
4. Dextrose Otsu D40% Injeksi, 25 ml 40% Dektrose
hipertonik
(≥ 20%)

b. Seleksi
1) Seleksi obat yang tergolong High Alert Medication dilakukan oleh Komite Farmasi
Terapi, sesuai dengan kebijakan KFT.
2) Kegiatan seleksi perbekalan farmasi dilakukan secara berkala.
c. Perencanaan
Perencanaan pembelian rutin untuk obat yang tergolong High Alert Medication,
dilakukan dengan metode konsumsi.
d. Pembelian
Pembelian Obat golongan High Alert Medication dilakukan oleh bagian pembelian
gudang farmasi Puskesmas Guluk-Guluk, dengan menggunakan sistem satu pintu.
e. Penyimpanan
1) Gudang Farmasi

7
 Penyimpanan obat golongan High Alert dipisahkan dengan obat lain yang
bukan termasuk golongan High Alert.
 Penyimpanan Obat golongan High Alert diberikan pelabelan High Alert.
 Penyimpanan harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
2) Farmasi Rawat Inap
 Penyimpanan obat golongan High Alert dipisahkan dengan obat lain yang
bukan termasuk golongan High Alert.
 Penyimpanan Obat golongan High Alert diberikan pelabelan High Alert.
 Penyimpanan harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
3) Farmasi Rawat Jalan
 Penyimpanan obat golongan High Alert dipisahkan dengan obat lain yang
bukan termasuk golongan High Alert (Farmasi rawat jalan tidak menyimpan
elektrolit pekat).
 Penyimpanan Obat golongan High Alert diberikan pelabelan High Alert.
 Penyimpanan harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
4) Ruangan Keperawatan
 Dextrose 40%, disimpan di ICU, Instalasi Kamar Operasi, IGD dan ruang
rawat inap, kecuali Markisa 1.
 Penyimpanan harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
 Ruang Keperawatan tidak menyimpan elektrolit pekat.
f. Pelabelan
Diberi label tanda peringatan berwarna merah pada t e m p a t penyimpanan dan
kemasan (obat) untuk obat kewaspadaan tinggi/ High Alert.

Gambar Label Obat Kewaspadaan Tinggi/ High Alert

g. Peresepan

8
Peresepan obat high alert tetap dilakukan oleh dokter (dokter jaga/DPJP). Jika
permintaan obat terpaksa dilakukan secara lisan oleh dokter penanggung jawab pasien,
maka harus dilakukan pengulangan dan pengejaan obat yang diminta, dan
dimintakan penulisan resep ke dokter jaga.
Dalam peresepan obat High Alert, dokter memberikan stampel “High Alert” dibawah
tulisan nama obat.
h. Penyiapan dan pengeluaran
Penyiapan obat kewaspadaan tinggi dikerjakan sesuai dengan kebijakan penyiapan
obat, dimana dilakukan double check oleh petugas farmasi. Selain itu petugas
farmasi harus menambahkan stiker obat kewaspadaan tinggi pada etiket obat.
Penyiapan obat kewaspadaan tinggi diruang keperawatan, melakukan double check
oleh perawat senior, sebelum obat diberikan kepada pasien.
i. Pemberian
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus pada pemberian obat kewaspadaan
tinggi adalah:
1. Memastikan ketepatan High Alert dengan melakukan double check yang dilakukan
oleh 2 petugas farmasi (Apoteker dan TTK) dan perawat yang berbeda.
2. Pengecekan pertama dilakukan oleh petugas farmasi (Apoteker dan TTK) yang
melayani obat, sedangkan pengecekan yang kedua dilakukan oleh petugas farmasi
(Apoteker dan TTK) yang akan memberikan obat kepada perawat yang mengambil
obat (petugas pengecekan yang pertama dan kedua tidak boleh sama / dilakukan
dengan orang yang berbeda).
3. Diruangan keperawatan, sesaat sebelum memberikan obat ke pasien, perawat
melakukan identifikasi pasien (nama pasien,tanggal lahir) memberitahukan kepada
pasien mengenai nama obat yang diberikan, dosis, dan indikasinya (pasien juga dapat
berperan sebagai pengecek, jika memungkinkan).
4. Kegiatan double check tersebut didokumentasikan dengan tanda tangan kedua perawat
(perawat yang melakukan penyiapan obat dan yang memberikan obat ke pasien).
5. Pemberian obat kewaspadan tinggi harus dilakukan double check kecuali pada
pemberian CITO double check dapat dilakukan setelah pemberian.
6. Pada pemberian obat kewaspadaan tinggi perawat kedua yang melakukan
double check adalah kepala ruang/bagian/unit, CI (Clinical instructure), dan ketua
tim /Perawat Senior.
9
7. Pada pemberian obat dengan continuous infusion / drip infus maka kolf infus harus
diberi label dan pada jalur infus.
8. Perawat memberikan obat ke pasien harus dengan prinsip 6 Benar, Benar Nama
Pasien, Benar Nama Obat, Benar Dosis Obat, Benar Waktu Pemberian, Benar Rute
Pemberian dan Benar Pendokumentasian.

B. Pengelolaan Obat Lasa


a. Penggolongan obat LASA
Obat Look Alike Sound Alike (LASA) yang ditetapkan dalam kebijakan
pengelolaan obat Look Alike Sound Alike adalah:
NAMA OBAT SAMA, BEDA SEDIAAN
1. Apialys Drop Apialys Syr
2. Amoxan Drop Amoxan Syr
3. Ferriz Drop Ferriz Syr
4. Biothicol Syr Colsancentin Syr
5. Mucos Drop Mucos Syr
6. Vometa Drop Vometa Syr
7. Sanmol Drop Sanmol Syr
8. Mucera Drop Mucera Syr
9. Rhinos Neo Drop Rhinos Junior Syr
10. Vitaplex Drop Vitaplex Syr
11. Imunos Plus Syr Imunos Syr
12. Inpepsa 100ml Syr Inpepsa 200ml Syr
13. Sanmol Drop Sanmol Syr
14. Vometa Drop Vometa Syr
15. Augentonic TM 5ml Augentonic TM 15ml
16. Cendo Genta ZM Cendo Genta TM
17. Cendo Xitrol ZM Cendo Xitrol TM
18. Cendo Catarlent TM 5ml Cendo Catarlent 15ml
KEMASAN MIRIP
19. Biothicol Syr Colsancentin Syr
20. Latropil Syr L-Zinc Syr

10
21. OBP Syr OBH Syr
22. Vitaplex Syrup Tocef Syrup
23. Rhinofed Syr Rhinos Junior Syr
24. Cendo Lyteers TM Cendo Catarlent TM 15ml
25. Brainact 500mg Tab Spirola 100mg Tab
26. Urdahex Tab Longcef Tab
27. Tensivask 5mg Tab Rhinofed Tab
28. Pidovix 75mg Tab Amadiab 4mg Tab
29. Tilflam Tab Vaclo Tab
30. Gastridin Inj Invomit Inj
31. Acran Inj Valisanbe Inj
NAMA OBAT SAMA KEKUATAN BEDA
32. Elkana Syr Elkana CL Syr
33. Vasacon TM Vasacon A TM
34. Osteocal Tab Osteocal Plus Tab
35. Cendo Mydriatil 0,5% TM Cendo Mydriatil 1% TM
36. Cinolon Cream Cinolon N cream
37. Acyclovir 200mg Tab Acyclovir 400mg Tab
38. Amadiab 2mg Tab Amadiab 4mg Tab
39. Candesartan 8mg Tab Candesartan 16mg Tab
40. Captopril 12,5mg Tab Captopril 25mgTab
41. Cedocard 5mg Tab Cedocard 10mg Tab
42. Cefixime 100mg Tab Cefixime 200mg Tab
43. Flamar 25mg Tab Flamar 50mg Tab
44. Clindamycin 150mg Tab Clindamycin 300mg Tab
45. Divask 5mg Tab Divask 10mg Tab
46. Glimipiride 1mg Tab Glimipiride 2mg Tab,
Glimepiride4 mg
47. Gluvas 1 mg Tab Gluvas 2 mg Tab
48. Heptasan Tab Histapan Tab
49. Intervask 5mg Tab Intervask 10mg Tab
50. Lameson 4mg Tab Lameson 16mg Tab

11
51. Lapibal 250mg Cap Lapibal 500mg Cap
52. Lisinopril 5mg Tab Lisinopril 10mg Tab
53. Neurotam 400mg Tab Neurotam 800mg, 1200mgTab
54. Ofloxacin 200mg Tab Ofloxacin 400mg
55. Pletaal 50mg Tab Pletaal 100mg Tab
56. Polycrol Tab Polycrol Gel Tab
57. Propanolol 10mg Tab Propanolol 40mg Tab
58. Ramipril 2,5mg Tab Ramipril 5mg Tab
59. Rifampicin 300mg Tab Rifampicin 450mg, 600mg Tab
60. Salbutamol 2mg Tab Salbutamol 4mg Tab
61. Tariflox 200mg Tab Tariflox 400mg Tab
62. V-Bloc 6,25mg Tab V-Bloc 25mg Tab
63. Tebokan Tab Tebokan Spesial Tab
64. Tyllonic 100mg Tab Tyllonic 300mg Tab
65. Neurotam 1gr Inj Neurotam 3gr Inj
NAMA OBAT MIRIP UCAPAN
66. XIMEsco Tab IMEsco Tab, UBEsco Tab
67. ETHidan Tab FUCOidan Tab
68. CETIRizine Tab KETRicin Tab
69. BUcain inj DEcain inj
70. FolaMIL Tab FolaVIT Tab
71. BISOPRolol tablet PROPANolol tablet
72. TRILEPtal tablet PLETaal tablet
73. DOPAmin injeksi DOBUTAmin injeksi
74. ASAM MEFENamat tablet ASAM TRANEXamat tablet
75. GlaoPLUS TM GlaoPENpen TM
76. PolyNEL TM PolyDEX TM, PolyGRAN TM
77. DEcain inj BUPIVAcain inj

Obat-obat yang dianggap look alike (rupa mirip), termasuk nama obat yang sama
dengan kekuatan berbeda, dan sound alike (ucapan kedengaran mirip), maka dibuat
suatu kebijakan yang ditujukan untuk mencegah medication error yaitu dengan

12
pengaturan cara penyimpanannya.

E. Seleksi
1) Seleksi obat yang tergolong Look Alike, Sound Alike dilakukan oleh Komite
Farmasi Terapi, sesuai dengan kebijakan KFT.
2) Kegiatan seleksi perbekalan farmasi dilakukan secara berkala.
F. Perencanaan
Perencanaan pembelian rutin untuk obat yang tergolong LASA, dilakukan dengan
metode konsumsi.
G. Pembelian
Pembelian Obat golongan LASA dilakukan oleh bagian pembelian gudang farmasi
Puskesmas Guluk-Guluk, dengan menggunakan sistem satu pintu.
H. Penyimpanan
1) Gudang Farmasi
 Penyimpanan obat tablet, sirup, injeksi dan sediaan lainnya, dijadikan satu pada
tempat obat golongan LASA.
 Penyimpanan obat harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
 Penyimpanan obat diberikan label LASA, ditempat penyimpanan dan box
obatnya.
2) Farmasi Rawat Inap
 Penyimpanan obat tablet, sirup, injeksi dan sediaan lainnya, dijadikan satu pada
tempat obat golongan LASA.
 Penyimpanan obat harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
 Penempatan obat tablet dalam kemasan strip yang tergolong LASA disimpan
dalam loker obat yang diberi minimal 2 jarak kotak dalam penempatannya.
 Penyimpanan dalam loker/kotak obat diberi tulisan nama obat Tallman Lettering
dan diberi Label LASA.
3) Farmasi Rawat Jalan
 Penyimpanan obat tablet, sirup, injeksi dan sediaan lainnya, dijadikan satu
pada tempat obat golongan LASA.
 Penyimpanan obat harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.

13
 Penempatan obat tablet dalam kemasan strip yang tergolong LASA disimpan
dalam loker obat yang diberi minimal 2 jarak kotak dalam penempatannya.
 Penyimpanan dalam loker/kotak obat diberi tulisan nama obat Tallman
Lettering dan diberi Label LASA.
4) Ruang Keperawatan
 Penyimpanan obat tablet, sirup, injeksi dan sediaan lainnya, dijadikan satu
dengan obat lain yang bukan golongan LASA.
 Penyimpanan obat harus aman dan sesuai dengan suhu penyimpanan obat.
I. Pelabelan
Diberi label tanda peringatan berwarna hijau pada penyimpanan dan kemasan
(obat) untuk obat LASA.

LASA
Gambar label obat LASA

J. Peresepan
Peresepan obat LASA dilakukan oleh dokter (dokter jaga/DPJP). Jika permintaan
obat terpaksa dilakukan secara lisan oleh dokter penanggung jawab pasien, maka
harus dilakukan pengulangan dan pengejaan obat yang diminta, dan
dimintakan penulisan resep ke dokter jaga.
Dalam peresepan obat LASA, dokter memberikan stampel “LASA” dibawah tulisan
nama obat.
K. Penyiapan dan pengeluaran
1) Penyiapan obat LASA, dengan double check saat pengambilan dari tempat obat
penyimpanan yang sudah diberi label LASA hijau.
2) Jika mengalami keraguan terhadap resep yang dituliskan, dilakukan verifikasi
ulang kepada dokter yang menulis resep dengan cara:
a. Menyebutkan ulang obat yang ditulis dengan cara mengeja obat yang
ditulis dokter.
b. Jika indikasi obat berbeda, dapat menyebutkan indikasi obat yang
dimaksudkan.
c. Jika obat merek dagang dapat menyebutkan isi obat atau nama generik obat
14
L. Pemberian
1) Perawat meningkatkan kewaspadaan saat pemberian obat dengan stiker LASA
pada etiket obat.
2) Perawat memastikan obat yang diberikan sesuai dengan permintaan dokter
penulis resep dan sesuai dengan indikasi obat yang diberi.
3) Perawat memberikan obat ke pasien harus dengan prinsip 6 Benar; Benar Nama
Pasien, Benar Nama Obat, Benar Dosis Obat, Benar Waktu Pemberian, Benar Rute
Pemberian dan Benar Pendokumentasian.

15
BAB IV
DOKUMENTASI

A. SPO

a. SOP Seleksi obat high alert

b. SOP Pengadaan obat high alert

c. SOP Peresepan/pemesanan obat high alert

d. SOP Penyimpanan obat high alert

e. SOP Pengelolaan high alert medications di instalasi farmasi

f. SOP Pengelolaan high alert medications di ruang perawatan

g. SOP Monitoring obat high alert

h. SPO pemberian MGSO4

16
BAB V

PENUTUP

Demikianlah panduan ini disusun sebagai pedoman dalam pengelolaan obat kewaspadaan
tinggi dan obat look alike sound alike. Pedoman ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab
itu Panduan akan dievaluasi kembali setiap 2 tahun sesuai dengan tuntutan layanan
dan standar akreditasi baik Akreditasi Nasional maupun standar Internasional.

KEPALA PUSKESMAS GULUK-GULUK,

AS’AD ZAINUDIN

17

Anda mungkin juga menyukai