Anda di halaman 1dari 10

Praktikum V

IDENTIFIKASI KOMPONEN JAMU

I. TUJUAN PRAKTIKUM

Mampu mengidentifikasi komponen penyusun jamu secara organoleptik,


makroskopik, dan mikroskopik.

II. DASAR TEORI

Penggunaan tanaman obat sebagai bahan baku obat dalam dunia kesehatan
semakin berkembang, beberapa produk tumbuhan obat yang beredar dipasaran
yaitu tumbuhan obat dalam bentuk simplisia dan jamu. Simplisia merupakan
bentuk kering dari tumbuh obat, dimana bentuk, aroma, rasa masih tampak seperti
aslinya, karena simplisia merupakan usaha pengawetan tumbuhan obat dengan
cara menurunkan kadar airnya sehingga komponen kimia yang dikandung
tanaman obat tersebut tidak berubah selama waktu penyimpanan sebelum obat
tersebut dikonsumsi. Tumbuhan obat dalam bentuk jamu biasanya sediaan obat
dalam bentuk serbuk, dimana bentuk, aroma, rasa pada tumbuhan obat sulit
dikenali karena selain bentuknya yang seperti serbuk biasanya sediaan obat dalam
bentuk jamu terdiri dari beberapa jenis tumbuhan obat yang diracik dengan tujuan
penggunaan untuk beberapa jenis penyakit (Pramono, 2002).

Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang dibuat dari tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut
secara turun-menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman (Hermanto, 2007). Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data
empiris dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku (Frans,2007). Berbeda
dengan obat-obatan modern, standar mutu untuk jamu didasarkan pada bahan
baku dan produk akhir yang pada umumnya belum memiliki baku standar yang
sesuai dengan persyaratan. Simplisia nabati, hewani dan pelican yang
dipergunakan sebagai bahan untuk memperoleh minyak atsiri, alkaloid, glikosida
atau zat berkhasiat lainnya, tidak perlu memenuhi persyaratan yang tertera pada
monografi yang bersangkutan. Identifikasi simplisia dapat dilakukan berdasarkan
uraian mikroskopik serta identifikasi kimia berdasarkan kandungan senyawa yang
terdapat didalamnya (Depkes RI,1995).
Pemeriksaan mutu yang baik pada prinsipnya mampu mengidentifikasi
kembali simplisia dalam ramuan jamu dan menetapkan jumlah simplisia tersebut.
Apabila jenis simplisia dalam ramuan tidak bisa ditelusuri kembali, maka
komposisi jamu tidak sesuai dengan komposisi yang didaftarkan (Depkes RI,
1987). Berdasarkan jurnal, salah satu pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi
pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan makroskopik
merupakan pemeriksaan organoleptik (Azizah, 2014).
Pemeriksaan mikroskopik meliputi anatomi simplisia yang memiliki
karakteristik tersendiri dan merupakan pemeriksaan spesifik penyusun suatu
simplisia ataupun haksel. Ciri khas dari masing-masing organ batang, akar dan
rimpang umumnya memiliki jaringan penyususn primer yang hampir sama yaitu
epidermis, korteks dan endodermis, jari-jari empulur dan bentuk berkas
pengangkutnya. Tipe berkas pengangkut umumnya mengacu pada kelas
tumbuhan seperti monokotil yang memiliki tipe berkas pengangkut terpusat
(konsentris) dan pada dikotil tersebar (kolateral). Sedangkan jaringan sekunder
pada organ batang, akar dan rimpang berupa periderm dan ritidorm. Rambut
penutup dan stomata merupakan ciri spesifik dari bagian daun serta tipe sel
idioblas seringkali menunjukkan ciri spesifik suatu tumbuhan (Soegiharjo, 2013)

Pengujian organoleptik disebut penilaian indera atau penilaian sensorik


merupakan suatu cara penilaian dengan memanfaatkan panca indera manusia
untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, dan rasa suatu produk makanan,
minuman ataupun obat. Pengujian organoleptik berperan penting dalam
pengembangan produk. Evaluasi sensorik dapat digunakan untuk menilai adanya
perubahan yang dikehendaki atau tidak dalam produk atau bahan-bahan formulasi,
mengidentifikasi area untuk pengembangan, mengevaluasi produk pesaing,
mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan, dan
memberikan data yang diperlukan untuk promosi produk (Ayustaningwarno,
2014).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu kaca pembesar, mikroskop,
gelas objek, kaca penutup, lampu spiritus, pipet tetes, dan spatula. Sedangkan
bahan yang digunakan yaitu campuran jamu berupa rajangan dan bentuk serbuk,
larutan kloral hidrat 70% LP, akuades.

IV. CARA KERJA


1. Jamu yang berupa rajangan dipisahkan dan dikelompokkan berdasarkan
simplisia penyusunnya
2. Lakukan uji makroskopik dan organoleptis pada setiap simplisia penyusun
jamu
3. Tentukan nama masing-masing simplisia penyusun jamu tersebut
4. Jamu yang berupa campuran serbuk, lakukan pemeriksaan secara
mikroskopik
5. Tentukan fragmen khas pada serbuk jamu tersebut
6. Tentukan simplisia penyusun serbuk jamu tersebut

Jamu rajangan Jamu campuran serbuk

- Dipisahkan dan dikelompokkan


- Dilakukan pemeriksaan secara
Berdasarkan simplisia penyusunnya.
mikroskopik
- Diambil sedikit serbuk simplisia
Simplisia penyusun
lalu diletakkan di atas kaca objek.
- Dilakukan uji makroskopik dan - Sampel ditetesi dengan larutan
organoleptik. kloralhidrat 70%.
- Ditentukan nama masing-masing - Dipanaskan di atas lampu spirtus
simplisia penyusun. dan dijaga jangan sampai mendidih
- Ditutup dengan gelas penutup
- Setelah dingin, dilihat di bawah
mikroskop dengan perbesaran
lemah (10x10) dan perbesaran kuat
(10x40)
- Digambarkan fragmen khas pada
serbuk jamu tersebut
- Ditentukan simplisia penyusun
serbuk jamu tersebut
Hasil
V. PEMBAHASAN
a. Data Pengamatan
 Uji Organoleptik

Sampel Warna Bau Rasa Tekstur

Pinggir
kecoklatan, Aroma khas Sedikit Kasar
tengah putih jahe pedas berserabut
kecoklatan

Aroma khas Berasa Serbuk agak


oren
kunyit khas kasar

Sampel 1: Zingiber officinale Rhizoma (Rimpang jahe)


Sampel 2 : Curcuma longa Rhizoma (Rimpang kunyit)

 Uji Mikroskopik
Mikroskopik Curcuma longa Literatur
Rhizoma (Rimpang kunyit)

(Depkes RI, 2008)


2

Keterangan:
1. Berkas pengangkut
2. Sel parenkim

b. Pembahasan

Pada praktikum ini, pengujian yang di lakukan yaitu secara kualitatif obat
tradisional jamu, yang dipergunakan untuk mengidentifikasi atau menganalisis jenis
bahan baku dari suatu simplisia baik dari jenis tumbuhan maupun hewan. Di dalam
pemeriksaan kualitatif ini, meliputi analisis sebagai berikut :

1. Pengujian organolepik yaitu untuk mengetahui kekhususan warna, bau dan rasa
dari simplisia yang diuji.
2. Pengujian makroskopik yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
kaca pembesar atau dengan indera. Fungsinya untuk mencari kekhususan
morfologi ukuran dan bentuk simplisia yang diuji.
3. Pengujian mikroskopik yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
mikroskop dengan pembesar tertentu yang disesuaikan dengan keperluan simplisia
yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun membujur
atau berupa serbuk. Fungsinya untuk mengetahui unsur-unsur anatomi jaringan
yang khas dari simplisia (Dharma, 1985).

Pada praktikum ini, setiap kelompok mendapatkan 2 sampel simplisia yang


harus diidentifikasi. Simplisia pertama berbentuk haksel, dan simplisia kedua
berbentuk serbuk. Uji organoleptik dilakukan pada kedua sampel, sedangkan uji
mikroskopik dilakukan pada sampel serbuk. Kemudian tiap-tiap simplisia diamati
secara makroskopik yang dilakukan dengan menggunakan panca indera meliputi
ukuran dan bentuk. Lalu dilakukan pengujian kembali dengan uji organoleptis yang
meliputi rasa, bau, dan warna. Lalu diamati dan ditentukan nama masing-masing
simplisia.

Kemudian dilakukan uji mikroskopik pada sampel serbuk dengan meletakkan


sedikit serbuk simplisia pada objek glass dan ditetesi dengan larutan kloralhidrat.
Fungsi dari kloralhidrat itu sendiri adalah untuk mempermudah pengamatan karena
larutan ini dapat memisahkan fragmen-fragmen yang ada kemudian melisiskan sel,
sehingga kita dapat mengetahui bentuk spesifiknya (Sugiarti et al, 2017). Kemudian
objek glass dipanaskan di atas lampu spiritus hal ini untuk menghilangkan
gelumbung-gelembung udara yang masih terdapat dalam sampel tetapi dijaga jangan
sampai mendidih sehingga serbuk kering dan sulit untuk diamati fragmen-fragmen
khas penyusunnya (Artini et al,2013). Jamu yang kami identifikasi yaitu Zingiber
officinale Rhizoma (Rimpang jahe) dan Curcuma longa Rhizoma (Rimpang kunyit).

Gambar 1. Zingiber officinale Rhizoma (Rimpang jahe)

Hasil percobaan yang telah dilakukan menghasilkan data organoleptis sebagai


berikut. Pada simplisia Zingiber officinale Rhizoma (Rimpang jahe) memiliki bau
aromatik khas jahe, dengan rasa sedikit pedas ketika di gigit, mempunyai bentuk pipih
agak lonjong, dengan warna pinggir simplisia kecoklatan dengan tengah berwarna
putih kecoklatan, dengan ukuran panjang 1,5 – 3 cm, tebal 2 mm, dan tekstur kasar
berserat / berserabut. Hal terserbut sesuai dengan pemerian simplisia rimpang jahe
pada buku farmakope herbal indonesia.

Pemerian rimpang jahe agak pipih, bagian ujung bercabang pendek, warna
putih kekuningan, bau khas, rasa pedas. Bentuk bundar telur terbalik, pada setiap
cabang terdapat parut melekuk ke dalam. Dalam bentuk potongan, panjang umumnya
3-4cm, tebal 1-6,5mm. Bagian luar berwarna cokelat kekuningan, beralur memanjang,
kadang-kadang terdapat serat bebas. Bekas patahan pendek dan berserat menonjol.
Pada irisan melintang terdapat berturut-turut korteks sempit yang tebalnya lebih
kurang sepertiga jari-jari dan endodermis. Berkas pengangkut tersebar berwarna
kelabu. Sel kelenjar berupa titik yang lebih kecil berwarna kekuningan (Depkes RI,
2008).

Aroma atau bau khas yang timbul dari oleoresin jahe berasal dari senyawa
zingiberen dan zingiberol. Pada sampel praktikum memiliki aroma khas sama seperti
oleoresin dari jahe, sampel serbuk jamu dapat diidentifikasi terbuat dari jahe dan telah
sesuai dengan ciri dalam litertur (Bustan, et all. 2008). Rasa dominan pedas pada jahe
disebabkan oleh senyawa keton yang bernama zingeron. Zingeron didefinisikan
sebagai komponen zat yang mempunyai rasa pedas dan bau harum. Pada pengujian
organoleptik dari rasa, sampel serbuk memiliki rasa yang pedas seperti zingeron pada
jahe, maka sampel serbuk diidentifikasi sebagai sampel jamu dari jahe karena
memiliki rasa pedas zingeron jahe (Astuthi, et all., 2012).

Gambar 2. Curcuma longa Rhizoma (Rimpang kunyit)

Uji makroskopis dan organoleptik pada Curcuma longa Rhizoma (Rimpang


kunyit) berbentuk serbuk dengan aroma khas kunyit, berwarna oren dengan tekstur
serbuk kasar dengan butiran halus, dan memiliki rasa khas agak pahit dan aroma khas
kunyit, hasil tersebut sesuai dengan pemerian simplisia rimpang kunyit pada buku
Farmakope Herbal Indonesia yaitu kepingan ringan, rapuh, warna kuning jingga,
kuning jungga kemerahan, sampai kuning jingga kecoklatan ; bau khas, rasa agak
pahit, agak pedas, lama-kelamaan menimbulkan rasa tebal ; bentuk hampir bundar
sampai bulat panjang, kadang-kadang bercabang; lebar 0,5-3 cm, panjang 2-6cm,
tebal 1-5mm; umumnya melengkung tidak beraturan, kadang-kadang terdapat pangkal
upih daun dan pangkal akar, batas korteks dan silinder pusat kadang-kadang jelas.
Bekas patahan agak rata,berdebu, warna kuning jingga sampai coklat kemerahan
(Depkes RI, 2008).

Hasil percobaan uji mikroskopis pada kunyit menghasilkan data sebagai


berikut

Gambar 3. Hasil uji mikroskopis serbuk Curcuma longa Rhizoma (Rimpang


kunyit)

Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat fragmen khas


yaitu berkas pengangkut dan sel parenkim, kemudian dibandingkan dengan literatur
yaitu pada buku Farmakope Herbal Indonesia

Gambar 4. Fragmen serbuk simplisia rimpang kunyit


Fragmen pengenal serbuk rimpang kunyit yaitu 1). Jaringan gabus, 2). Sel parenkim
berisi bahan berwarna kuning, 3). Berkas pengangkut, 4). Trikomata, 5). Butir amilum, 6).
Sel parenkim berisi amilum. Hasil tersebut memiliki fragmen pengenal dari serbuk rimpang
kunyit yang menandakan bahwa sampel serbuk jamu merupakan rimpang kunyit (Depkes RI,
2008).
VI. KESIMPULAN
Identifikasi komponen jamu dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif
agar mengetahui mutu jamu. Analisis secara kualitatif meliputi uji organoleptis,
makroskopik, mikroskopik, histokimia, dan identifikasi kimia senyawa yang
tersari. Dari identifikasi makroskopis, organoleptik dan mikroskopis pada
simplisia tersebut didapatkan bahwa simplisia tersebut merupakan Zingiber
officinale Rhizoma (Rimpang jahe) dan Curcuma longa Rhizoma (Rimpang
kunyit).

VII. DAFTAR PUSTAKA

Artini, P. E. U. D., K. Astuti & N. K. Warditiani. 2013. Uji Fitokimia Ekstrak Etil
Asetat Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi Udayana.
2 (4) : 1- 10.

Astuthi Made Mika Mega, Ketut Sumiartha, I Wayan Susila, Gusti Ngurah Alit
Susanta Wirya, dan I Putu Sudiarta. 2012. Efikasi Minyak Atsiri Tanaman
Cengkeh (Syzygium Aromaticum (L.) Meer. & Perry), Pala (Myristica Fragrans
Houtt), dan Jahe (Zingiber Officinale Rosc.) terhadap Mortalitas Ulat Bulu
Gempinis dari Famili Lymantriid. J. Agric. Sci. and Biotechno.1(1): 18-22.
Ayustaningwarno, F. 2014. Teknologi Pangan : Teori Praktis dan Aplikasi .
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Azizah, D. N., K. Endang & F. Fahrauk. 2014. Penetapan Kadar Flavonoid Metode
AlCl3 Pada Ekstrak Metanol Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal
Ilmiah Farmasi. 2 (2) : 45-49.

Bustan, Ria Febriyani dan Halomoan Pakpahan. 2008. Pengaruh Waktu Ekstraksi dan
Ukuran Partikel terhadap Berat Oleoresin Jahe Yang Diperoleh dalam Berbagai
Jumlah Pelarut Organik (Methanol). Jurnal Teknik Kimia. 15(4): 21-24.
Depkes RI, 1987, Analisis Obat Tradisional Jilid I, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Depkes RI, 1995, Materia Medika Indonesia Jilid VI, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI, 2008, Farmakope Herbal Indonesia Jilid I, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Dharma, A.P. 1985. Tanaman Obat Tradisional Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka.

Frans A. Rumate, A.Ilham Makhmud, 2007, Peraturan Perundang-undangan Bidang


Farmasi dan Kesehatan, Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar.
Hermanto, N. S., 2007, Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping, Elex Media
Komputindo, Jakarta.

Pramono, E., 2002, The Comercial use of traditional knowledge and medicinal plants
in Indonesia. Paper Submitted for Multistakeholder Dialogue on Trade,
Intelectual Property and Biological resources in Asia, BRAC Centre for
Development Management, Ranjendrapur, Bangladesh.

Soegiharjo, C. J. 2013. Farmakognosi. Yogyakarta: Citra Aji Parama.


Sugiarti, Lilis., dan Tri Setyawati, 2017, Karakteristik Mutu Simplisia Rimpang Jahe
di PJ Cap Klanceng Kudus, Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat,
2(7) : 43-52.

Anda mungkin juga menyukai