Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN 5
IDENTIFIKASI KOMPONEN JAMU

Disusun oleh :
Nama : 1. Kintyas Asokawati (G1F014069)
2. Irenne Agustina Tanto (G1F014071)
3. Alifah Itmi Mushoffa (G1F014073)
4. Gasti Giopenra Benarqi (G1F014075)
Golongan / Kelompok : IVA / Radix 2
Nama Asisten : Nisadiyah, Curie, Retno
Tanggal Praktikum : 7 Desember 2015
Dosen Pembimbing : Harwoko, M.Sc.,Apt.

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
1

IDENTIFIKASI KOMPONEN JAMU

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mampu mengidentifikasi komponen penyusun jamu secara
organoleptik, makroskopik, dan mikroskopik.

II. PENDAHULUAN
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional Indonesia telah
dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu, terbukti
dari adanya naskah lama. Kandungan bahan organik dari hasil metabolisme
sekunder yang terdapat pada tanaman sebagai bahan baku obat baru
tradisional merupakan identitas kimiawi dan ciri spesifik tanaman yang
berhubungan dengan efek farmakologis ditimbulkannya, karena metabolit
sekunder yang dihasilkan tanaman memiliki karakteristik untuk tiap genus,
spesies, dan varietas tertentu (Frans, 2007).
Penggunaan tanaman obat sebagai bahan baku obat dalam dunia
kesehatan semakin berkembang, hal ini didukung oleh perubahan cara pikir
masyarakat yang cenderung back to nature. Dewasa ini berbagai produk
obat-obatan untuk berbagai jenis penyakit telah diciptakan dan
dikembangkan dengan menggunakan tumbuhan obat sekitar. Beberapa
produk tumbuhan obat yang beredar dan menjadi primadona dipasaran yaitu
tumbuhan obat dalam bentuk simplisia dan jamu. Simplisia merupakan
bentuk kering dari tumbuh obat, dimana bentuk, aroma, rasa masih tampak
seperti aslinya, karena simplisia merupakan usaha pengawetan tumbuhan
obat dengan cara menurunkan kadar airnya sehingga komponen kimia yang
dikandung tanaman obat tersebut tidak berubah selama waktu penyimpanan
sebelum obat tersebut dikonsumsi. Sedangkan tumbuhan obat dalam bentuk
jamu biasanya sediaan obat dalam bentuk serbuk, dimana bentuk, aroma,
rasa pada tumbuhan obat sulit dikenali karena selain bentuknya yang seperti
serbuk biasanya sediaan obat dalam bentuk jamu terdiri dari beberapa jenis
tumbuhan obat yang diracik dengan tujuan penggunaan untuk beberapa jenis
penyakit (Pramono, 2002).
2

Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang dibuat dari


tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut secara turun-menurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman (Hermanto, 2007). Jamu berasal dari
bahasa jawa kuno jampi atau usodo. Artinya penyembuhan menggunakan
ramua, doa atau usodo (Trubus, 2010).

Pemeriksaan sediaan jamu secara mikroskopik digunakan untuk


menjamin kebenaran dari simplisia penyusun sediaan jamu dengan
mengamati bentuk fragmen spesifik penyusun pada sediaan jamu. Secara
umum analisis obat tradisional jamu dikelompokkan menjadi dua macam
analisis, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif
berfungsi untuk mengidentifikasi jenis dari suatu zat atau simplisia yang
terdapat pada bahan bakunya, sedangkan analisis kuantitatif yaitu penetapan
kadar atau kemurnian dari zat atau simplisia yang akan dianalisis. Jamu
harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Klaim khasiat ditetapkan berdasarkan data empiris dan memenuhi
persyaratan mutu yang berlaku. Obat tradisional tidak boleh mengandung
bahan kimia obat (Frans, 2007).

Berdasarkan cara pembuatannya istilah jamu godhog dikenal


untuk menyebut rebusan simplisia segar dan kering. Lalu ada jamu seduh
untuk simplisia herbal yang dicampur dengan air panas tanpa proses
pemasakan (Trubus, 2010). Berdasarkan cara persiapannya, jamu dibedakan
berdasarkan dua kelompok besar yaitu, jamu yang mengandung satu jenis
tanaman obat dan jamu yang mengandung dua atau lebih tanaman obat.
Terdapat empat cara penyajian jamu tradisional yaitu, jamu segar, jamu
godhog, jamu seduhan, jamu olesan, dan cara modern yaitu, jamu dalam
bentuk pil, tablet atau kapsul (Riswan dan Roetmantyo, 2002).

Berbeda dengan obat-obatan modern, standar mutu untuk jamu


didasarkan pada bahan baku dan produk akhir yang pada umumnya belum
memiliki baku standar yang sesuai dengan persyaratan. Simplisia nabati,
hewani dan pelikan yang dipergunakan sebagai bahan untuk memperoleh
3

minyak atsiri, alkaloid, glikosida atau zat berkhasiat lainnya, tidak perlu
memenuhi persyaratan yang tertera pada monografi yang bersangkutan.
Identifikasi simplisia dapat dilakukan berdasarkan uraian mikroskopik serta
identifikasi kimia berdasarkan kandungan senyawa yang terdapat
didalamnya (MMI, 1995).

Pemeriksaan anatomi dari suatu simplisia memiliki karakteristik


tersendiri dan merupakan pemeriksaan spesifik suatu simplisia atau
penyusun jamu. Sebelum melakukan pemeriksaan makroskopik harus
dipahami bahwa masing-masing jaringan tanaman berbeda bentuknya. Ciri
khas dari masing-masing organ batang, akar dan rimpang umumnya
memiliki jaringan penyusun primer yang hampir sama yaitu epidermis,
korteks dan endodermis, jari-jari empulur dan bentuk berkas
pengangkutnya. Sedangkan jaringan sekunder pada organ batang, akar dan
rimpang berupa periderm dan ritidorm (Egon, 1985).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kaca pembesar,
mikroskop, gelas obyek, kaca penutup, lampu spiritus, pipet tetes, spatula,
dan tisu. Sedangkan bahan yang digunakan campuran jamu berupa rajangan
dan bentuk serbuk, larutan kloral hidrat 70% LP, akuades.

IV.CARA KERJA
1. Jamu Rajangan

Jamu Rajangan

- Dipisahkan dan dikelompokkan berdasarkan simplisia


penyusunnya
- Dilakukan uji makroskopik dan organoleptis pada
setiap simplisia penyusun jamu
- Ditentukan nama masing-masing simplisia penyusun
jamu tersebut

Hasil
4

2. Jamu Serbuk

Jamu Serbuk

- Dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik


- Ditemukan fragmen khasnya
- Ditemukan simplisia penyusunnya

Hasil

V. DATA PENGAMATAN
a. Piring IA
Uji organoleptik
Simplisia Warna Rasa Bau
Zingiber officinale Rhizoma Coklat susu Pedas Khas
Orthosiphon aristatus Folium Coklat kehijauan Pahit Tidak berbau
Apium graveolens Herba Coklat terang Pahit khas
Allamanda cathartica Flos Coklat terang Pahit Khas

Uji Makroskopik
Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)
Zingiber officinale Rhizoma 1,8 1,1
Orthosiphon aristatus Folium 3 1,2
Apium graveolens Herba 3,6 0,9
Allamanda cathartica Flos 2,6 2,5

b. Piring IB
Uji Organoleptik
Simplisia Warna Rasa Bau
Curcuma domestica Rhizoma Orange Khas Khas
Citrus sinensis Pericarpium Coklat Pahit Khas
kekuningan
Allamanda cathartica Flos Coklat gelap Sepet khas
5

Orthosiphon aristatus Coklat kehijauan Pahit Tidak berbau

Uji Makroskopik
Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)
Curcuma domestica Rhizoma 1,8 1,1
Citrus sinensis Pericarpium 2,3 2
Allamanda cathartica Flos 4,9 2
Orthosiphon aristatus Folium 3 1,2

3. Piring IIA
Uji Organoleptik
Simplisia Warna Bau Rasa

Carica papaya Folium Hijau Tidak Pahit


berbau

Zingiberis officinalis Rhizoma Putih Khas Pedas

Allamanda cathartica Flos Coklat Khas Pahit

Carica papaya Folium Coklat Khas Hambar

Uji Makroskopik
Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)

Carica papaya Folium 2,9 2,5

Zingiberis officinalis Rhizoma 1,27 1,2

Allamanda cathartica Flos 8,7 4,8

Carica papaya Folium 6,1 0,35


6

4. Piring IIB
Uji Organoleptik
Simplisia Warna Bau Rasa

Carica papaya Folium Hijau Tidak Pahit


berbau

Apium graveolens Caulis Coklat Khas Hambar

Curcuma domestica Rhizoma Oranye Khas Hambar

Citrus L Pericarpium Coklat oranye Khas sitrus Pahit

Uji Makroskopik
Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)

Carica papaya Folium 4 3,87

Apium graveolens Caulis 4,3 1,1

Curcuma domestica Rhizoma 1,8 0,5

Citrus L Pericarpium 3,5 2,5

5. Piring IIIA
Uji Organoleptik
Simplisia Bau Warna Rasa
Zingiberis officinalis Rhizoma Khas aromatik Krem Pedas, sedikit
kecoklatan manis
Allamanda cathartica Flos Khas Hitam Pahit
kecoklatan
Carica papaya Folium Daun kering Atas: hijau Pahit
tua, bawah:
hijau muda
Orthosiphon aristatus Folium Daun kering Hijau Tidak berasa
kecoklatan
7

Uji Makroskopik
Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)
Zingiberis officinalis Rhizoma 2 1,5
Allamanda cathartica Flos 7 2
Carica papaya Folium 3,5 1,5
Orthosiphon aristatus Folium 4,5 1

6. Piring IIIB
Uji Organoleptik
Simplisia Bau Warna Rasa
Curcuma domestica Rhizoma Khas Orange Pedas, sedikit
manis
Citrus L Pericarpium Khas minyak Luar: Asam
atsiri coklat,
dalam:
putih
kekuningan
Carica papaya Folium Daun kering Atas: hijau Pahit
tua, bawah:
hijau muda
Orthosiphon aristatus Folium Daun kering Hijau Tidak berasa
kecoklatan

Uji Makroskopik
Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)
Curcuma domestica Rhizoma 1,7 0,7
Citrus L Pericarpium 2 1,5
Carica papaya Folium 3,5 1,5
Orthosiphon aristatus Folium 4,5 1

7. Piring IVA
Uji Organoleptik
Simplisia Warna Bau Rasa

Amaranthus tricolor Folium Hijau kecoklatan Khas Tidak berasa


8

Curcuma domestica Rhizoma Kuning Khas Tidak berasa

Orthosiphon aristatus Folium Hijau kecoklatan Tidak Pahit


berbau

Carica papaya Folium Hijau tua Khas Pahit

Uji Makroskopik
Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)

Amaranthus tricolor Folium 2 1,3

Curcuma domestica Rhizoma 1,5 1

Orthosiphon aristatus Folium 2,5 0,5

Carica papaya Folium 11 5

8. Piring IVB
Uji Organoleptik
Simplisia Warna Bau Rasa

Zingiberis officinalis Rhizoma Putih Khas Pedas

Allamanda cathartica Flos Kuning Khas Pahit


kecoklatan

Apium graveolens Folium Hijau kecoklatan Khas Pahit

Apium graveolens Caulis Coklat Khas Pahit

Uji Makroskopik
Simplisia Panjang (cm) Lebar (cm)

Zingiberis officinalis Rhizoma 1,3 0,7

Allamanda cathartica Flos 9 8

Apium graveolens Folium 4 0,5

Apium graveolens Caulis 5 0,3


9

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN


Secara umum analisis obat tradisional jamu dikelompokkan menjadi
dua macam analisis, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuanitatif. Analisis
kualitatif berfungsi untuk mengidentifikasikan jenis dari suatu zat atau
simplisia yang terdapat pada bahan bakunya, sedangkan analisis kuantitatif
yaitu penetapan kadar atau kemurnian dari zat atau simplisia yang akan
dianalisis (Dharma, 1985).
Percobaan kali ini, dilakukan pengujian secara kualitatif obat
tradisional jamu biasanya yang dipergunakan untuk identifikasi atau
menganalisis jenis bahan baku dari suatu simplisia baik dari jenis tumbuhan
maupun hewan. Di dalam pemeriksaan kualitatif ini meliputi analisis
sebagai berikut (Dharma,1985):
1. Pengujian organoleptik yaitu untuk mengetahui kekhususan warna, bau
dan rasa dari simplisia yang diuji.
2. Pengujian makroskopik yaitu, pengujian yang dilakukan dengan
menggunakan kaca pembesar atau dengan indera. Fungsinya untuk
mencari kekhususan morfologi ukuran dan bentuk simplisia.
3. Pengujian mikroskopik yaitu pengujian yang dilakukan dengan
menggunakan mikroskop dengan perbesaran tertentu yang sesuai dengan
keperluan simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial,
paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Fungsinya untuk
mengetahui unsur-unsur anatomi jaringan khas dari simplisia
(Dharma,1985).

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat


tradisional termasuk simplisia, maka dilakukan pengujian pendahuluan yaitu
organoleptik, dan pengujian makroskopik. Prosedur awal yang dilakukan
adalah jamu yang berupa rajangan dipisahkan terlebih dahulu dan
dikelompokkan berdasarkan simplisia penyusunnya. Lalu dilakukan uji
makroskopik dan organoleptis pada setiap simplisia penyusun jamu,
kemudian ditentukan nama masing-masing simplisia penyusun jamu
tersebut. Setiap kelompok mendapatkan dua piring yang berisi jamu
10

rajangan. Hasil yang diperoleh pada piring IA berisi simplisia rimpang jahe,
daun kumis kucing, herba seledri, dan bunga terompet emas sedangkan
piring IB berisi simplisia rimpang kunyit, kulit jeruk, bunga terompet emas,
dan daun kumis kucing. Piring II A berisi simplisia daun pepaya, rimpang
jahe, bunga terompet emas, dan batang seledri sedangkan pada piring II B
berisi simplisia daun pepaya, batang seledri, rimpang kunyit, dan kulit jeruk.
Piring III A berisi simplisia rimpang jahe, bunga terompet emas, daun
pepaya, dan daun kumis kucing sedangkan piring III B berisi simplisia
rimpang kunyit, kulit jeruk, daun pepaya, dan daun kumis kucing. Piring
IVA berisi simplisia daun bayam, rimpang kunyit, daun kumis kucing, dan
daun pepaya sedangkan piring IV B berisi simplisia rimpang jahe, batang
seledri, daun seledri, dan bunga terompet emas. Maka simplisia penyusun
jamu pada percobaan ini adalah simplisia yang telah dibuat sebelumnya
yaitu, Apium graveolens Herba (Herba Seledri), Citrus L Pericarpium (Kulit
Jeruk), Curcuma domestica Rhizoma (Rimpang Kunyit), Amaranthus
tricoloris Folium (Daun Bayam), Zingiberis officinalis Rhizoma (Rimpang
Jahe), Orthosiphon aristatus Folium (Daun Kumis Kucing), Allamanda
cathartica Flos (Bunga Terompet Emas), dan Carica papaya Folium (Daun
Pepaya). Berikut adalah hasil vs pustaka untuk pengujian organoleptik dan
makroskopik.

1. Zingiberis officinalis Rhizoma (Rimpang Jahe)


Pemerian berupa rimpang agak pipih, bagian ujung bercabang
pendek, warna putih kekuningan, bau khas, rasa pedas. Bentuk bundar telur
terbalik, pada setiap cabang terdapat parut melekuk ke dalam. Dalam bentuk
potongan, panjang umumnya 3-4 cm, tebal 1-6,5 mm. Bagian luar berwarna
cokelat kekuningan, beralur memanjang, kadang-kadang terdapat serat
bebas. Bekas patahan pendek dan berserat menonjol. Pada irisan melintang
terdapat berturut- turut korteks sempit yang tebalnya lebih kurang sepertiga
jari-jari dan endodermis. Berkas pengangkut tersebar berwarna kelabu . Sel
kelenjar berupa titik yang lebih kecil berwarna kekuningan (Depkes RI,
2008).
11

Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik rimpang jahe


adalah berbentuk oval, pipih, berukuran panjang 3 cm dan lebar 0,85 cm.
Uji organoleptik rimpang jahe yang diperoleh adalah berwarma putih
kecoklatan, berbau khas aromatik, dan berasa pedas. Hasil ini sudah sesuai
dengan literatur yang didapatkan.

2. Curcuma domestica Rhizoma (Rimpang Kunyit)


Pemerian berupa kepingan ringan, rapuh, warna kuning jingga,
kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecokelatan; bau khas, rasa
agak pahit, agak pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa tebal; bentuk
hampir bundar sampai bulat panjang, kadang-kadang bercabang; lebar 0,5-3
cm, panjang 2-6 cm, tebal 1-5 mm; umumnya melengkung tidak beraturan,
kadang-kadang terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar. Batas korteks
dan silinder pusat kadang-kadang jelas. Bekas patahan agak rata, berdebu,
warna kuning jingga sampai cokelat kemerahan (Depkes RI, 2008).
Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik rimpang
kunyit adalah berbentuk panjang, melengkung, tidak beraturan, berukuran
dengan panjang 1,8 cm dan lebar 1 cm. Uji organoleptik rimpang kunyit
yang diperoleh adalah berwarna kuning kecoklatan, berbau khas, dan berasa
khas, manis, sedikit pahit. Hasil ini sudah sesuai dengan literatur yang
didapatkan.

3. Orthosiphon aristatus Folium (Daun Kumis Kucing)


Pemerian Berupa serpihan daun dan tangkai baik bersama maupun
terpisah, warna hijau kecokelatan, tidak berbau, rasa agak pahit, rapuh,
bentuk bundar telur, lonjong, belah ketupat memanjang atau bentuk lidah
tombak, ujung lancip atau tumpul, panjang 2-12 cm, lebar 1-8 cm. Tangkai
daun persegi, warna agak ungu, panjang kurang lebih 1 cm. Helai daun
dengan tepi bergerigi kasar tidak beraturan, kadang-kadang beringgit tajam
dan mcngglliling ke bawah, ujung daun dan pangkal daun meruncing.
Tulang daun menyirip halus dan bercabang sedikit (Depkes RI, 2008).
12

Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik daun kumis


kucing adalah berbentuk panjang, melengkung, mengkirut, berukuran
dengan panjang 3,2 cm dan lebar 1,4 cm. Mempunyai tulang daun menyirip.
Uji organoleptik daun kumis kucing yang diperoleh adalah berwarna hijau
kecoklatan, tidak berbau dan tidak berasa. Hasil ini sudah sesuai dengan
literatur yang didapatkan.

4. Apium graveolens Herba (Herba Seledri)


Warna hijau muda sampai hijau tua. Bentuk daun tanaman seledri
Apium graveolens L daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3,
helaian daun tipis dan rapat pangkal dan ujung daun runcing tepi daun
beringgit. Batangnya biasanya sangat pendek, bersegi dan beralur
membujur. Aroma wangi bau menusuk aroma khas. Rasa agak sedikit pahit
(Dalimartha, 2008).
Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik daun seledri
adalah berbentuk oval, mengkirut, berukuran dengan panjang 3 cm dan
lebar 2,5 cm. Mempunyai tulang daun menjari. Uji organoleptik daun
seledri yang diperoleh adalah berwarna hijau kecoklatan, tidak berbau, dan
berasa pahit. Hasil ini sudah sesuai dengan literatur yang didapatkan.
Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik batang seledri
adalah berbentuk panjang agak pipih, berukuran dengan panjang 3 cm dan
lebar 0,2 cm. Uji organoleptik batang seledri yang diperoleh adalah
berwarna hijau kekuningan, beraroma khas, dan berasa pahit. Hasil ini
sudah sesuai dengan literatur yang didapatkan.

5. Amaranthus tricolor folium (Daun bayam)


Daun berbentuk bulat telur, lemas, panjang 5-8 cm, ujung tumpul,
pangkal runcing serta warnanya hijau. Bunga dalam tukal yang rapat, bagian
bawah duduk di ketiak, bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga
diujung tangkai berbentuk bulir (Dalimartha, 2008).
Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik daun bayam
adalah berbentuk oval tidak beraturan, berukuran dengan panjang 7 cm dan
13

lebar 3 cm. Uji organoleptik daun bayam yang diperoleh adalah berwarna
hijau, tidak berbau dan tidak berasa. Hasil ini sudah sesuai dengan literatur
yang didapatkan.

6. Citrus L Pericarpium (Kulit Jeruk)


Tanaman jeruk manis dapat mencapai ketinggian 3 10 m. Tangkai
daun 0,5 3,5 cm. Daun berbentuk elips atau bulat telur memanjang. Buah
jeruk berbentuk bulat atau bulat rata dan memiliki kulit buah tebal (sekitar
0,3 0,5 cm), daging buah kuning, jingga atau kemerah merahan. Daging
buah terbagi bagi atas 8 13 segmen yang mengelilingi sumbu buah. Biji
jeruk berbentuk bulat telur dan berwarna putih atau putih keabuan (Depkes
RI, 1989).
Pemanfaatan jeruk manis adalah untuk menambah daya tahan tubuh
karena mengandung vitamin C. Kulit jeruknya mengandung minyak atsiri
salah satunya yaitu limonen yang dapat meningkatkan peredaran darah,
meringankan rasa sakit akibat radang tenggorokan dan batuk, serta dapat
menghalangi berkembang biaknya sel kanker dalam tubuh. Selain limonen,
kulit jeruk juga mengandung lonalol, linalil, dan terpinol yang berkhasiat
sebagai penenang. Kandungan sitronela dalam kulit jeruk berguna sebagai
anti nyamuk (Depkes RI, 2011). Di dalam jeruk juga terdapat protein,
lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin dan air (Depkes RI, 1989).
Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik kulit jeruk
adalah berbentuk lonjong, panjang, dan melengkung. Berukuran dengan
panjang 3,3 cm dan lebar 1 cm. Uji organoleptik kulit jeruk yang diperoleh
adalah berwarna coklat tua, berbau khas jeruk, memiliki rasa pahit dan
sedikit asam. Hasil ini sudah sesuai dengan literatur yang didapatkan.

7. Carica papaya Folium (Daun Pepaya)


Menurut Dalimartha (2008), pada tanaman pepaya daunnya
berkumpul di ujung batang dan ujung percabangan, tangkainya bulat
silindris, juga berongga, panjang 25-100 cm. Helaian daun bulat telur
dengan diameter 25-75 cm, daun berbagi menjari, ujung daun runcing,
14

pangkal berbentuk jantung, warna permukaan atas hijau tua, permukaan


bawah warnanya hijau muda, tulang daun menonjol di permukaan bawah
daun. Bunga jantan berkumpul dalam tandan, mahkota berbentuk terompet,
warna bunganya putih kekuningan.
Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik daun pepaya
adalah berukuran dengan panjang 3,5-11 cm dan lebar 2,5 cm. Uji
organoleptik daun pepaya yang diperoleh adalah berwarna hijau, tidak
berbau, memiliki rasa pahit. Hasil ini sudah sesuai dengan literatur yang
didapatkan.

8. Allamanda cathartica Flos (Bunga Terompet Emas)


Bunga terompet emas merupakan tanaman yang bisa mencapai
ketinggian 2 meter. Batangnya berkayu, silindris, terkulai, warna hijau,
permukaan halus, percabangan monopodial, arah cabang terkulai. Berdaun
tunggal, bertangkai pendek, tersusun berhadapan (folia oposita), warna
hijau, bentuk jorong, panjang 5 - 15 cm, lebar 2 - 5 cm, helaian daun tebal,
ujung dan pangkal meruncing (acuminatus), tepi rata, permukaan atas dan
bawah halus, bergetah. Bunga majemuk, bentuk tandan (racemus), muncul
di ketiak daun dan ujung batang, mahkota berbentuk corong (infundi -
buliformis) - berwarna kuning, panjang mahkota 8 - 12 mm, daun mahkota
berlekatan (gamopetalus), diameter 5 7.5 cm. Buah kotak (capsula),
bulat, panjang +/- 1,5 cm, bentuk dengan biji segitiga, berwarna hijau
pucat saat muda - setelah tua menjadi hitam perbanyakan generatif (biji),
vegetatif (stek), berakar tunggang (Tjitrosoepomo, 2007)
Hasil percobaan yang diperoleh pada uji makroskopik bunga
terompet emas adalah berukuran dengan panjang 9 cm dan lebar 8 cm. Uji
organoleptik bunga terompet emas yang diperoleh adalah berwarna coklat
kekuningan, berbau khas, memiliki rasa pahit. Hasil ini sudah sesuai dengan
literatur yang didapatkan.
15

Khasiat dari simplisia penyusun jamu antara lain :


1. Zingiberis officinallis Rhizoma
Menurut Heyne (1987), Zingiber Rhizoma (Rhizoma Zingiberis- akar
jahe) yang berupa umbi Zingerber officinale mengandung 6% bahan obat-
obatan yang sering dipakai sebagai rumusan obat-obatan atau sebagai obat
resmi di 23 negara. Sejak dulu jahe dipergunakan sebagai obat, atau bumbu
dapur dan aneka keperluan lainnya. Jahe dapat merangsang kelenjar
pencernaan, baik untuk membangkitkan nafsu makan dan pencernaan. Jahe
berguna sebagai obat gosok untuk penyakit encok dan sakit kepala. Jahe
segar yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai obat luar untuk sebagai
obat mulas. Rasa dan aromanya pedas dapat menghangatkan tubuh dan
mengeluarkan keringat. Minyak atsirinya bermanfaat untuk menghilangkan
nyeri, anti inflamasi dan anti bakteri. Air perasan umbinya (akar tongkat)
digunakan untuk penyakit katarak. Pada umumnya jahe dipakai sebagai
pencampur beberapa jenis obat yaitu sebagai obat batuk, rnengobati Iuka
luar dan dalam, melawan gatal (umbinya ditumbuk halus) dan untuk
mengobati gigitan ular.
2. Curcuma domestica L
Menurut Chang (1986), umbi akar Kunyit dipakai sebagai obat sakit
dada, perut, lengan sakit, sakit pada saat haid, luka-luka dan borok. Kunyit
dianggap sangat mujarab untuk menyembuhkan haid yang tidak teratur,
melancarkan aliran darah, melarutkan gumpalan darah dan dijadikan resep
untuk mengobati sakit perut, dada dan punggung.
3. Apium graveolens Herba
Menurut MMI (1989), kandungan kimia dari Apium graveolens
Herba antara lain flavonoid yang terdiri dari apiin, apigenin, isokuersitrin
berkhasiat sebagai anti inflamasi.
4. Orthosiphon aristatus Folium
Daun kumis kucing adalah daun Orthosiphon stamineus Benth., suku
Lamiaceae, mengandung flavonoid sinensetin tidak kurang dari 0,10%
(Depkes RI, 2008). Kandungan flavonoid sinensetin berkhasiat sebagai anti-
inflamasi dan anti-bakteri (Herliana, 2013).
16

5. Allamanda catharica Flos


Menurut Tjitrosoepomo (2007), daun alamanda catharica mengandung
alkaloida, kulit batang dan buahnya mengandung saponin, disamping itu
kulit batangnya juga mengandung tanin dan buahnya mengandung
flavonoida dan polifenol. Bunga terompet emas diketahui memiliki
beberapa fungsi medis, salah satunya dapat dipakai sebagai laksatif. Getah
tanaman ini memiliki sifat antibakteri. Bunga terompet emas juga memiliki
sifat antibiotik terhadap bakteri Staphylococcus.
6. Carica papaya Folium
Dari beberapa kandungan yang ada pada daun pepaya tersebut yang
diduga memiliki potensi sebagai larvasida adalah enzim papain, saponin,
flavonoid, dan tannin. Enzim papain adalah enzim proteolitik yang berperan
dalam pemecahan jaringan ikat, dan memiliki kapasitas tinggi untuk
menghidrolisis protein eksoskeleton yaitu dengan cara memutuskan 12
ikatan peptida dalam protein sehingga protein akan menjadi terputus.
flavonoid merupakan senyawa yang dapat bersifat menghambat makan
serangga. Flavonoid berfungsi sebagai inhibitor pernapasan sehingga
menghambat sistem pernapasan nyamuk yang dapat mengakibatkan nyamuk
Aedes aegypti mati. Saponin merupakan senyawa terpenoid yang memiliki
aktifitas mengikat sterol bebas dalam sistem pencernaan, sehingga dengan
menurunnya jumlah sterol bebas akan mempengaruhi proses pergantian
kulit pada serangga (Nani dan Dian, 1996).
7. Amaranthus tricolor Folium
Daun bayam sangat baik bagi kesehatan ginjal dan organ pencernaan
karena bayam kaya akan serat seperti protein zat besi, kalsium, fosfor,
vitamin A, B dan C sehingga dapat mengatasi sembelit dan melancarkan
buang air besar. Kandungan gizi bayam yang kaya akan nutrisi juga dapat
menurunkan kolesterol, gula darah, menurunkan tekanan darah dan
melancarkan peredaran darah serta dapat mencegah kanker usus, diabetes
dan gagal ginjal (Ramadhan, 2009).
17

8. Citrus L Pericarpium (Kulit Jeruk)


Kandungan kimia dalam kulit jeruk manis adalah saponin, tanin,
flavonoid, dan terpenoid (Siburian, 2008). Kulit jeruknya mengandung
minyak atsiri salah satunya yaitu limonen yang dapat meningkatkan
peredaran darah, meringankan rasa sakit akibat radang tenggorokan dan
batuk, serta dapat menghalangi berkembang biaknya sel kanker dalam
tubuh. Selain limonen, kulit jeruk juga mengandung lonalol, linalil, dan
terpinol yang berkhasiat sebagai penenang. Kandungan sitronela dalam kulit
jeruk berguna sebagai anti nyamuk (Despkes RI, 2011). Di dalam jeruk juga
terdapat protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin dan air
(Depkes RI, 1989).

VII. KESIMPULAN
Secara umum analisis obat tradisional jamu dikelompokkan menjadi
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Analisis kualitatif sediaan jamu meliputi pengujian organoleptik, dan
uji makroskopik.
Identifikasi komponen jamu rajangan dapat dilakukan dengan cara
dipisahkan rajangan dan dikelompokkan berdasarkan simplisia
penyusunnya lalu diuji makroskopik dan organoleptis pada setiap
simplisia penyusun jamu.
Uji organoleptik dan uji makroskopik pada percobaan yang
dilakukan sudah sesuai dengan literatur.
Setiap komponen jamu mempunyai senyawa kimia dan khasiat yang
berbeda-beda.
18

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1989, Vademekum Bahan Obat Alam, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 29-34.
Depkes RI, 1995, Materia Medika Indonesia Jilid VI, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2011, Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dharma, A.P., 1985, Tanaman Obat Tradisional Indonesia, PN Balai Pustaka,
Jakarta.
Chang, H, But, P., Pharmacology and Application of Chinese Materia Medica,
Vol I, World Scientific, Singapura, 210-213.
Dalimartha, Setiawan, 2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5, Pustaka
Bunda, Jakarta.
Dharma, A.P, 1985, Tanaman Obat Tradisional Indonesia (Medicinal Plants in
Indonesian Traditional Medicine, Balai Pustaka, Jakarta.
Egon, S., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopis, ITB,
Bandung.
Frans A. Rumate, A.Ilham Makhmud, 2007, Peraturan Perundang-undangan
Bidang Farmasi dan Kesehatan, Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Herliana, Ersi, 2013, Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal, Fmedia,
Jakarta.
Hermanto, N. S., 2007, Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping, Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Heyne, K, 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia III, Balitbang Kehutanan RI,
1755.
Nani, S. dan Dian S., 1996, Tinjauan Hasil Penelitian Tanaman Obat di
Berbagai Institut III, Jakarta.
19

Pramono, E., 2002, The Comercial use of traditional knowledge and


medicinal plants in Indonesia. Paper Submitted for Multistakeholder
Dialogue on Trade, Intelectual Property and Biological resources in
Asia, BRAC Centre for Development Management, Ranjendrapur,
Bangladesh
Ramadhan, A.N., 2009, Pengaruh Perbandingan Tepung Beras Rose Brand,
Tepung Beras Karya Tani dan Konsentrasi Santan Kelapa Terhadap
Karakteristik Rempeyek Bayam, Kumpulan Program Kreatifitas
Mahasiswa, UNPAS, Bandung.
Riswan ,S dan Roetmantyo, H.S., 2002, Jamu as Traditional Medicine in Java,
South Pacific Study, 23(1):1-10
Siburian, Rikson, 2008, Isolasi dan Identifikasi Komponen Utama Minyak Atsiri
dari Kulit Buah Jeruk Manis Asal Timor, Nusa Tenggara Timur, Jurnal
Natur Indonesia, 11(1) : 9-13.
Tjitrosoepomo, Gembong, 2007, Morfologi Tumbuhan, UGM Press,
Yogyakarta.
Trubus, 2010, Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah dan Cara Racik, Trubus
Swadaya, Depok.
20

LAMPIRAN I
Pertanyaan
1. Apakah perbedaan antara jamu rebusan(godhogan) dengan seduhan?
Jawab: jamu godhogan merupakan jamu tradisional yang terbuat dari
bahan-bahan segar atau kering yang direbus dalam waktu tertentu
kemudian air rebusan diminum. Sedangkan jamu seduhan merupakan
jamu yang terbuat dari berbagai macam tanaman obat yang disajikan
dengan cara langsung diseduh dengan air panas kemudian air seduhan
diminum.

2. Sebutkan bahan kimia obat (BKO) yang sering ditambahkan pada


komposisi jamu beserta efek sampingnya!
Jawab:
a. CTM dapat menyebabkan mengantuk, sukar menelan, ganguan
saluran cerna, tinnitus (telinga berdering), diplopia (penglihatan
ganda), stimulasi susunan saraf pusat terutama pada anak euphoria,
gelisah, sukar tidur, tremor dan kejang.
b. Parasetamol dalam penggunaan yanglama dapat menyebabkan
kerusakan hati.
c. Deksametason dapat menyebabkan moon face, retensi cairan dan
elektrolit, hiperglikemia, gangguan pertumbuhan, osteoporosis, daya
tahan terhadap infeksi menurun, miopi (kelemahan otot) gangguan
hormone, dan glaucoma (tekanan dalam bola mata meningkat).
d. Metampiron dapat menyebbkan gangguan saluran cerna seperti mual,
pendarahan lambung, rasa terbakar serta gangguan saraf seperti
tinnitus dan neuropati, gangguandarah, pembentukan sel darah
dihambat (anemia oplastik), agranulositosis, gangguan ginjal, syok,
kematian, dll.
e. Sibutramin hidroklorida dapat meningkatkan tekanan darah
(hipertensi), denyut jantung serta sulit tidur. Obat ini tidak boleh
digunakan pada pasien dengan riwayat penyakit arteri coroner, gagal
jantung kongesif, aritema atau stroke.
21

3. Berikan satu contoh ramuan jamu yang beredar di pasaran dan jelaskan
fungsi dari masing-masing bahan penyusunnya!
Jawab:
Jamu buyung upik:
1. Curcumae Rhizome 400 mg
Berfungsi untuk penambah nafsu makan.
2. Zingiberis aromaticae Rhizome 500 mg
Berfungsi untuk penambah nafsu makan dan meringankan rasa nyeri.
3. Myristicae Semen 50 mg
Berfungsi untuk karminativa.
4. Burmani Cortex 50 mg (kulit kayu manis)
Berfungsi untuk antioksidan dan pewangi.
5. Bahan-bahan lainnya hingga 7.8 gr yang terdiri dari Curcumae
domestica Rhizome, Zingiberis Rhizome, Curcumae Aeruginosae,
Kaempferia Rhizome dll.

LAMPIRAN II

Hasil uji makroskopik


Orthosiphon aristatus
Folium

Hasil uji makroskopik


Zingiber officinale
Rhizoma
22

Hasil uji makroskopik


Apium graveolens Herba

Hasil uji makroskopik


Curcuma domestica
Rhizoma

Hasil uji makroskopik


Citrus sinensis
Pericarpium

Hasil uji makroskopik


Orthosiphon aristatus
Folium

Hasil uji makroskopik


Alamanda catartica Flos
23

Piring IIA Piring IIB


II A : Daun Pepaya, Rimpang Jahe, Bunga Terompet Emas, Batang Seledri
II B : Daun Pepaya, Batang Seledri, Rimpang Kunyit, Kulit Jeruk

Piring IIA Piring IIIB


III A : Rimpang Jahe, Bunga Terompet, Daun Pepaya, Daun Kumis Kucing.
III B : Rimpang Kunyit, Kulit Jeruk, Daun Pepaya, Daun Kumis Kucing.

Piring IVA Piring IVB

IVA : Daun Bayam, Rimpang Kunyit, Daun Kumis Kucing, Daun Pepaya
24

IV B : Rimpang Jahe, Batang Seledri, Daun Seledri, Bunga Terompet

Anda mungkin juga menyukai