KASUS 1
KONSELING KEPADA PASIEN GERIATRI
Disusun oleh:
Kelompok V
Yufri Mu’alik I1C018036
Ita Pramudia Ananta I1C018038
David Lodewyk H. H. I1C018040
Siti Nurhaniyah I1C018042
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
I. JUDUL
Konseling farmasis kepada pasien geriatri.
II. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menerapkan cara berkomunikasi atau melakukan konseling
dengan pasien geriatri yang baik.
2. Mahasiswa mampu menggali informasi dan mengidentifikasi masalah terkait pasien
geriatri dengan gangguan sariawan yang mengganggu dalam berbicara.
3. Mahasiswa mampu menerapkan pemilihan pengobatan yang efektif dan menjelaskan
mengenai indikasi, aturan pakai, efek samping, hal-hal yang harus dihindari, dan
terapi non farmakologis.
4. Mahasiswa mampu memastikan pasien telah memahami penjelasan konseling yang
diberikan.
V. PEMBAHASAN
1. Ulasan Role Play
Pada saat Role Play dilakukan pasien bapak Anton yang diperankan oleh
Yufri dan ditemani keluarga pasien yang diperankan oleh Ita datang ke apotek
“Medica Farma”. Sebelumnya apoteker yang diperankan oleh Siti Nurhaniyah
menyapa pasien dengan perkenalan dan menanyakan maksud dan tujuan datang
ke apotek “Medica Farma”. Pasien datang dengan mengeluhkan sariawan kepada
apoteker yang sedang bertugas untuk berkonsutasi mengenai obat yang dapat
dibeli untuk menyembuhkan sariawannya dengan segera.
Selanjutnya apoteker menanyakan identitas pasien dan keluarga pasien
(nama, umur dan alamat). Setelah mendapatkan informasi, apoteker menanyakan
keluhan yang sedang dialami pasien, namun karena pasien bapak anton
mengalami kesulitan dalam berbicara karena sakit sariawan akhirnya yang
menjelaskan adalah keluarganya yaitu Mba Ita. Setelah itu apoteker juga
menanyakan tentang alergi obat dan riwayat penyakit kepada pasien. Selain itu,
apoteker juga menanyakan apakah pasien sudah periksa ke dokter terlebih
dahulu atau belum dan menanyakan apakah pasien sedang atau pernah
mengkonsumsi obat sebelum datang ke apotek (Sari et al., 2018).
Setelah menggali informasi terkait keluhan dan kondisi pasien, apoteker
memberikan 2 pilihan obat kepada pasien yaitu obat kumur Tantum dan obat
kumur Aloclair. Apoteker menjelaskan perbedaan antara kedua obat tersebut
meliputi indikasi dan efektifitas dari kedua obat tersebut. Apoteker lebih
menyarankan pasien untuk menggunakan obat kumur Aloclair karena lebih
efektif untuk membantu penyembuhan sariawan pasien. Selain lebih efektif,
Aloclair juga tidak ada efek samping walaupun harganya lebih mahal.
Setelah itu apoteker memberikan informasi terkait obat (kegunaan, aturan
pakai, penyimpanan, lama penggunaan, hal-hal yang harus diperhatikan, hal hal
yang harus dihindari dan interaksi obat). Informasi ini harus diberikan karena
sangat penting, untuk menghindari kesalahan penggunaan obat. Karena dapat
mempengaruhi efektifitas obat (Gennaro, 2000).
Aloclair Mengandung Aloe Vera, Sodium Hyaluronate, Glycyrhettinic
Acid, Polyvinylpyrrolidone (PVP) untuk pereda nyeri dan membantu
penyembuhan pada ulkus rongga mulut. Produk ini bekerja dengan membentuk
selaput pelindung pada lesi, luka atau ulkus dan memberikan efek analgesik,
antiseptik, antiinflamasi (meredakan bengkak) serta wound healing
(penyembuhan luka). Penggunaannya yaitu 3-4 x sehari, ketika Aloclair tertelan
sebenarnya masih cukup aman tetapi sebaiknya jangan sampai menelan produk
ini, aloclair juga tidak memiliki efek samping (Marwati dan Chahya, 2004).
Apoteker juga menjelaskan terkait penyimpanan obat, yaitu disimpan di
suhu ruangan, tidak lembab, terhinda sinar matahari dan jangkuan anak anak.
Kemudian apoteker juga menjelaskan terapi non farmakologi untuk
mempercepat penyembuhan dengan mengkomsumsi buah yaitu jeruk apabila
kekusahan makan dapat dibuat jus, banyak minum air putih, menghindari
makanan pedas, keras, dingin/panas serta melakukan olahraga seperti jalan santai
selama 15 menit seminggu 3 kali (Marwati dan Chahya, 2004).
Setelah itu, apoteker menanyakan apakah penjelasan yang telah diberikan
dapat dimengerti atau adakah yang perlu di ulangi. Akan tetapi pasien sudah
memahaminya karena apoteker menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Dalam pemberian informasi haruslah benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,
tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini menyesuaikan keadaan pasien (Depkes RI,
2007).
Selanjutnya untuk mengkonfirmasi hal tersebut apoteker meminta izin agar
keluarga pasien mengulangi informasi yang telah diberikan. Pada saat keluarga
pasien menjelaskan kembali apoteker mengecek apakah informasinya sudah
tepat atau belum. Setelah selesai apoteker juga mengingatkan untuk keluarga
pasien selalu mengingatkan pasien supaya tidak lupa terkait penjelasan yang
telah diberikan (Sari et al., 2018).
Kemudian apoteker menginformasikan harga obat pada pasien dan
melakukan pembayaran. Apoteker menyerahkan aloclair obat kumur serta
memberikan kalimat penutup terimakasih semoga bapak anton lekas sembuh.
Setelah proses pembayaran pasien diberikan rasa empati berupa ucapan cepat
sembuh. Karena keramahan yang diberikan apoteker kepada pasien sangat
berpengaruh. Termasuk bentuk mengusahakan kenyamanan pasien adalah
dengan menjaga lingkungan tetap bersih, ruangan yang rapi, berpenampilan dan
berbahasa yang sopan (Sari et al., 2018).
Proses konseling dilaksanakan sebaik mungkin karena dengan konseling
terbukti apoteker dapat mengidentifikasi dan mengatasi masalah terkait obat,
memberdayakan pasien untuk menerapkan manajemen perilaku diri yang positif,
peningkatan kepuasan pasien dan dapat mengoptimalkan kualitas perawatan
pasien. Konseling yang efektif akan membuat pasien mengerti tentang penyakit
dan pengobatan yang sedang dijalani dan meningkatkan kepatuhan minum obat
(Dewanti et al., 2015).
VI. KESIMPULAN
Pada konseling dengan pasien geriatri apoteker harus dapat memahami
keadaan pasien. Dalam penyampaian informasi obat disampaikan juga kepada
keluarga pasien agar dapat membantu pasien geriatri ketika lupa. Pada kasus ini
kegiatan konseling dengan pasien geriatri yang mengeluhkan sakit sariawan sudah
dilakukan dengan baik. Mahasiswa yang melakukan role play menjadi peran seorang
apoteker membuat rasa nyaman dan memberikan empatinya terhadap keadaan pasien
sehingga pasien juga merasa tenang ketika berkomunikasi untuk penggalian
informasi. Selain itu informasi yang diberikan kepada pasien cukup baik mencakup
pilihan obat, cara penggunaan obat, efek samping, interaksi obat, penyimpanan obat,
hal-hal yang harus diperhatikan dan terapi non farmakologi. Apoteker juga
memastikan dengan baik bahwa pasien dan keluarga pasien memahami informasi
yang telah diberikan.
VII. DAFTAR PUSTAKA
ABKIN. 2005. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik Bimbingan
dan Konseling, dan Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Jakarta: ABKIN.
Anonim. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana Terapi Obat) Untuk
Pasien Geriatri. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Ayuningtyas, F. dan Prihatiningsih, W. 2017. Komunikasi Terapeutik pada Lansia di
Graha Werdha AUSSI Kusuma Lestari, Depok. MediaTor. 10(2), pp. 201-215.
Blenkinsopp, A. and Paxton, P. 2002. Symptoms in the Pharmacy a Guide to the
Management of Common Illness. Melden: Blackwell publishing.
Chua, S.S., Ramachandran, C.C., and Paraidathatu, T.T. 2006. Response of
community pharmacists to the presentation of back pain : a simulated patient
study. The International Journal of Pharmacy Practice. Pp. 171-178.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Konseling Pelayanan
Kefarmasian di Sarana Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Depkes RI: Jakarta
Dewanti, S.W., Andrajati, R. and Supardi, S., 2015. Pengaruh konseling dan leaflet
terhadap efikasi diri, kepatuhan minum obat, dan tekanan darah pasien
hipertensi di Dua Puskesmas Kota Depok. Indonesian Pharmaceutical
Journal, 5(1), pp.33-40.
Gennaro, A. R., 2000, Remington: The Science and Practice of Pharmacy, 20th ed,
USA : Lippincott William and Wilkins Co Walers Kluwers Company, hh.1948-
1949.
Hussar, D.A. 1995. Patient Compliance, in Remington : The Science and Practice of
Pharmacy (1796-1807), Volume II. USA: The Philadelphia Collage of
Pharmacy and Science.
Izzatin, I.A.N. 2015. Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Swamedikasi Oleh
Apoteker Di Beberapa Apotik Wilayah Surabaya Selatan. Calyptra. 4(2), pp.1-
15.
Pionas. 2021. Tantum Verde Oral Rinse. http://pionas.pom.go.id/obat/tantum-verde-
oral-rinse. Diakses pada tanggal 11 Maret 2021.
Marwati, E. dan Chahya, R. 2004. Penatalaksanaan penderita stomatitis aftosa
rekuren. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi. 19(55).
Sandy, P.M. dan Irawan, F.B. 2018. Perkembangan Obat Sariawan dan Terapi
Alternatifnya. Majalah Farmasetika. 3(5), pp. 98-101.
Sari, R.P., Putra, A.M.P. and Masran, U., 2018. Hubungan Pengetahuan dan
Kebutuhan Pasien Terhadap Informasi Obat di Apotek Amandit Farma
Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Manuntung, 4(2), pp.98-105.
Tumiwa, N.G, Paulina V.Y. Yamlean, dan Gayatri Citraningtyas. 2014. Pelayanan
Informasi Obat Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien Geriatri Di Instalasi
Rawat Inap Rsup Prof. Dr. R.D. Kandou. PHARMACON Jurnal Ilmiah
Farmasi UNSRAT. 3(3).