2, Oktober 2018,
https://doi.org/10.32382/mf.v14i2.586
ABSTRAK
Pelayanan Informasi Obat adalah kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kefarmasian untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada pasien, dokter, apoteker, dan profesi kesehatan
lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia dan tingkat pendidikan terhadap
tingkat pemahaman pasien setelah diberikan Pelayanan Informasi Obat di Puskesmas Makale. Penelitian ini
menggunakan observasi langsung di mana penulis mengumpulkan data dengan cara mengisi dan memberikan
pertanyaan kepada pasien rawat jalan terkait dengan pemahaman pada pasien yang diberikan pelayanan
tentang informasi obat. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang berobat di Puskesmas
Makale Kabupaten Tana Toraja. Dengan sampel yaitu pasien rawat jalan di Puskesmas Makale Kabupaten
Tana Toraja yang mendapatkan pelayanan pemberian informasi obat periode Juli - Agustus 2018. Penelitian
ini pada 100 sampel di Puskesmas Makale diperoleh hasil rata -rata 43% pada setiap pernyataan yang ada
yaitu : Nama Obat, Bentuk Sediaan, Dosis obat, Cara Penggunaan, Cara Penyimpanan, Indikasi,
Kontraindikasi, Stabilitas, Efek samping, Interaksi. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa usia tidak
memiliki hubungan dengan tingkat pemahaman pada pengaruh pemberian Pelayanan Informasi Obat dan
tingkat pendidikan memiliki hubungan setelah pemberian Pelayanan Informasi Obat pada pasien rawat jalan
di Puskesmas Makale.
Kata kunci : Pelayanan Informasi Obat, Puskesmas, Pemahaman, Hubungan Usia dan tingkat pendidikan
21
harinya dengan jumlah petugas kefarmasiaan yang berusia tua akan mengalami kesulitan untuk
sebanyak 2 orang. Data tersebut menjadi dasar membaca dan memahami informasi kesehatan
untuk melakukan penelitian karena jumlah pasien yang diberikan oleh tenaga kesehatan sehingga
yang datang lebih banyak dibandingkan dengan dapat memengaruhi literasi kesehatan.
jumlah petugas kefarmasiaan. Kurangnya jumlah Tingkat Pendidikan dimana pendidikan
petugas kefarmasiaan dan banyaknya jumlah merupakan salah satu faktor yang signifikan
pasien setiap harinya dapat menyebabkan terhadap literasi kesehatan (pemahaman), dimana
kurangnya pelayanan kefarmasiaan sehingga faktor langsung yaitu memengaruhi kemampuan
dapat mempengaruhi tingkat pemahaman pasien. seseorang dalam membaca, mendengarkan, dan
Profil Puskesmas Makale yaitu memahami informasi. Faktor tidak langsungnya
Puskesmas Makale terletak di jalan Nusantara yakni tingkat pendidikan berkaitan dengan
Nomor 8, Kelurahan Bombongan, Kecamatan pekerjaan yang dapat memengaruhi tingkat
Makale, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi ekonomi dan memengaruhi kemampuannya dalam
Sulawesi Selatan, Indonesia, Lokasinya berada menyelesaikan masalah. Dengan demikian,
tepat di pusat kota Makale, Ibukota Kabupaten seseorang mudah dalam mendapatkan serta
Tana Toraja. Lokasinya yang sangat strategis memahami informasi obat. Adapun salah satu
yaitu berada di jalan poros antara Kota Makale informasi obat yakni instruksi tertulis seperti
dan Rantepao, sangat mudah untuk diakses oleh aturan pakai. Individu yang memiliki tingkat
masyarakat, tidak hanya oleh masyarakat pendidikan tinggi cenderung mudah dalam
Kecamatan Makale semata namun juga dari memahami label obat dan mudah mendapatkan
berbagai daerah di Kabupaten Tana Toraja. informasi mengenai tindakan pencegahan
Terdapat banyak faktor yang penyakit. Sama halnya yang menyatakan bahwa
memengaruhi pemahaman antara lain usia, tingkat dengan adanya pendidikan yang berkualitas dapat
pendidikan (Kutner dkk, dan Santosa, 2012) meningkatkan kemampuan kognitif seseorang
termasuk informasi obat yang disampaikan oleh sehingga dapat mengakses informasi obat yang
Apoteker atau tenaga kefarmasian. Informasi obat akhirnya dapat membangun perilaku sehat sejak
juga perlu dipertimbangkan dapat memengaruhi dini yang dapat digunakan sepanjang hidupnya.
pemahaman karena adanya intervensi pemberian Penelitian ini dilakukan untuk
informasi obat dari apoteker memengaruhi mengetahui tingkat pemahaman yang
peningkatan pengetahuan mengenai informasi menggambarkan kualitas informasi obat yang
obat. Adanya pengulangan informasi obat oleh diterima oleh pasien setelah diberikan Pelayanan
pasien menunjukkan bahwa mereka mampu Informasi Obat. Dalam penelitian ini akan dilihat
memahami apa yang disampaikan oleh apoteker. apakah kegiatan pelayanan informasi obat yang
Di sisi lain, pemahaman merupakan salah diberikan dan dijalankan sudah memenuhi
satu proses dari dua komponen utama dalam harapan pasien dipuskesmas. Hasil penelitian ini
literasi kesehatan sehingga dari informasi selanjutnya dapat digunakan sebagai usaha
kesehatan yang diberikan, individu dapat peningkatan pemahaman dan kualitas mutu
menerapkannya untuk mengobati atau mencegah pelayanan kefarmasian pada seluruh puskesmas
penyakit. Sementara beberapa informasi obat yang ada di Indonesia khususnya di Tana Toraja.
yang diberikan di Puskesmas yang merupakan Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
unit pelaksana teknis dinas kesehatan masih bagaimana hubungan antara usia dan tingkat
belum lengkap dimana informasi mengenai pendidikan terhadap tingkat pemahaman pasien
makanan/aktivitas yang harus dihindari selama setelah diberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO)
penyembuhan jarang atau tidak disampaikan. Oleh di Puskesmas Makale?
karena hal-hal tersebut, perlu diketahui tingkat
pemahaman dan kemungkinan faktor-faktor apa METODE
saja yang memengaruhinya termasuk pelayanan Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu
informasi obat yang telah diterima masyarakat di Jenis penelitian yang digunakan dalam
Puskesmas. penelitian ini adalah deskriptif dengan metode
Usia merupakan faktor yang Prospektif. Tempat penelitian ini dilaksanakan di
memengaruhi kemampuan dalam pemahaman Puskesmas Makale Kabupaten Tana Toraja dan
seseorang. Individu yang berusia tua akan dalam waktu periode Juli - Agustus 2018
mengalami penurunan fungsi kognitif dan
kemampuan berfikir. Oleh karena itu, seseorang Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
22
Populasi dari penelitian ini adalah Toraja diperoleh hasil bahwa tidak semua hasil
seluruh pasien yang datang berobat di Puskesmas wawancara memiliki hasil 100% karena dari
Makale Kabupaten Tana Toraja. Sampel dari beberapa pasien tidak paham atau tidak mengerti
penelitian ini adalah pasien rawat jalan di dan petugas pelayanan kefarmasian tidak
Puskesmas Makale Kabupaten Tana Toraja yang menjelaskan sebagian dari 10 pernyataan diatas
mendapatkan pelayanan pemberian informasi obat yang seharusnya perlu dijelaskan tetapi karena
periode Juli - Agustus 2018. Teknik pemilihan keterbatasan waktu yang tidak memungkinkan
sampel berdasarkan kriteria sebagai berikut : bagi pasien untuk mendengarkan dan
1. Pasien yang berusia > 15 tahun memperhatikan penjelasan dari petugas tenaga
2. Pasien yang memiliki tingkat pendidikan dari teknis kefarmasian.
Tidak Sekolah, SD, SMP, SMA, D3, S1 Pada pemberian Pelayanan Informasi
3. Pasien yang dapat berkomunikasi Obat oleh petugas tenaga teknis kefarmasian
4. Pasien yang bersedia diwawancarai menjadi dalam mewujudkan mutu pelayanan kesehatan
responden dan telah menandatangani lembar yang baik dan selalu memberikan pelayanan
persetujuan (informed consent). kefarmasian kepada yang menerima informasi
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik obat.
Purposive Sampling di mana pengambilan sampel Dengan pemberian informasi kepada
diambil secara acak. pasien, maka dapat dijalin hubungan yang baik
sehingga dapat mengurangi atau menghindarkan
Teknik pengumpulan Data kemungkinan bisa terjadinya kesalahan
Pengumpulan data dilakukan dengan penyerahan obat kepada pasien. Hal yang
menggunakan metode direct observation dimana terpenting dalam melakukan kegiatan tersebut
penulis mengumpulkan data dengan cara mengisi harus memenuhi 10 indikator Pelayanan Informasi
dan memberikan pertanyaan kepada pasien rawat Obat (PIO) yaitu tentang nama obat, bentuk
jalan terkait dengan pemahaman pada pasien yang sediaan, dosis obat, cara penggunaan obat, cara
diberikan pelayanan tentang informasi obat. penyimpanan obat, indikasi obat, kontraindikasi,
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini stabilitas obat, efek samping obat, interaksi obat.
adalah lembar test untuk melihat kepahaman Pentingnya nama obat (P1) yang
pasien. diberikan kepada pasien agar mengetahui dan
membedakan macam - macam obat tersebut,
Cara Analisis Data bentuk sediaan (P2) yang diberikan kepada pasien
Penelitian ini dilakukan dengan cara uji supaya dapat mengetahui bentuk dari obat - obat
deskriptif parametrik dengan metode korelasi tersebut. Dosis obat (P3) yang diberikan kepada
persen (Pearson Correlation) antara usia dan pasien sangatlah penting agar obat yang diberikan
tingkat pendidikan pasien dengan tingkat itu diminum secara teratur, cara penggunaan obat
kepahaman terhadap informasi obat yang (P4) yang diberikan kepada pasien supaya dapat
diberikan. mengetahui bagaimana obat itu digunakan dengan
baik dan benar. Cara penyimpanan obat (P5) yang
HASIL diberikan kepada pasien sangatlah penting agar
Hasil penelitian menunjukkan pelayanan obat yang dikonsumsi bisa disimpan secara baik
informasi obat yang dilakukan di Puskesmas dan benar sehingga obat tidak mengalami
Makale Kabupaten Tana Toraja pada 100 sampel kerusakan yang dapat mempengaruhi kegunaan
pasien rawat jalan terdapat 10 pernyataan dan 10 obat.
pertanyaan wawancara yaitu : [nama obat (P1), Indikasi obat (P6) juga sangatlah penting
bentuk sediaan (P2), dosis obat (P3), cara bagi pasien agar dikonsumsi atau dipakai sesuai
penggunaan obat (P4), cara penyimpanan obat dengan kegunaan obat, kontraindikasi obat (P7)
(P5), indikasi obat (P6), kontraindikasi (P7), sangatlah penting agar pasien mengetahui dimana
stabilitas obat (P8), efek samping obat (P9), obat tidak boleh diberikan pada keadaan tertentu,
interaksi obat (P10)] diperoleh hasil bahwa tidak serta stabilitas obat (P8) penting bagi pasien
semua hasil wawancara memiliki hasil 100% dimana pada obat harus diketahui penyimpanan
obat dengan baik terutama pada obat yang
PEMBAHASAN memiliki pengaruh kualitas yang rendah.
Berdasarkan hasil penelitian yang Sedangkan pada efek samping obat (P9) juga
dilakukan di Puskesmas Makale Kabupaten Tana sangatlah penting agar pasien mengetahui masalah
23
apa yang akan terjadi setelah konsumsi obat 0% karena keterbatasan waktu yang ada dan
tersebut, dan interaksi obat (P10) juga penting lamanya menyiapkan obat sehingga petugas
bagi pasien karena dimana jika pada obat yang kefarmasian tidak menjelaskan informasi tersebut
dikonsumsi tidak boleh dikonsumsi secara yang seharusnya dijelaskan dengan jelas, baik dan
bersamaan harus berbeda jam ketika dikonsumsi benar karena petugas kefarmasian tidak
tetapi pasien tidak paham jadi pasien konsumsi menjelaskan.
obat tersebut pada jam yang sama. Dari setiap masalah yang ada saat ini di
Dari hasil wawancara dengan responden puskesmas harus mempunyai solusi atau pendapat
dengan indikator nama obat (P1) diperoleh hasil yang berguna demi kelancaran pelayanan
72% karena pada beberapa responden tidak begitu kefarmasian. Dari hasil penelitian diatas solusi
memperhatikan obat apa yang dikonsumsi mereka yang dapat diberikan kepada Puskesmas yaitu
beranggapan bahwa obat yang diberikan oleh Apoteker atau Tenaga teknik kefarmasian
dokter harus diminum secara rutin setiap harinya seharusnya menjelaskan semua indikator
dengan tetap memperhatikan aturan minumnya. Pelayanan Informasi Obat khususnya
Bentuk sediaan (P2) diperoleh hasil 0% karena kontraindikasi, stabilitas, efek samping, dan
semua responden tidak begitu memperhatikan dan interaksi. Untuk pasien harus sabar mendengarkan
mengerti bentuk sediaan obat apa yang diberikan apa yang akan dijelaskan petugas kefarmasian
kepada mereka, petugas kefarmasian tidak tentang obat tersebut.
menjelaskan hanya menuliskan bentuk sediaan Penelitian ini menggunakan skala ordinal
tersebut dietiket obat. Dosis obat (P3) diperoleh yang mempunyai nilai tingkatan yang berbeda
hasil 80% karena pada beberapa responden sudah misalnya usia : 16 sampai 85 dan tingkat
memahami dan mengerti dosis yang diberikan pendidikan : tidak sekolah, SD, SMP, SMA, D3,
oleh petugas kefarmasian dan secara rutinitas S1 dengan metode korelasi persen (Pearson
sudah minum obat, cara penggunaan obat (P4) Correlation) agar diketahui ada tidaknya
diperoleh hasil 100% karena semua responden hubungan yang terjadi pada pengaruh pemberian
memahami dan mengerti bahwa obat diminum pelayanan informasi obat. Dikatakan uji
dan salep itu harus dioleskan, cara penyimpanan parametrik multivariat menggunakan 3 variabel
obat (P5) diperoleh hasil 100% karena semua yaitu Pemahaman, Usia, Tingkat pendidikan
responden memahami dan mengerti cara karena hasil distribusi normalnya baik.
menyimpan obat dengan baik dan benar. Berdasarkan analisis statistik dengan
Indikasi obat (P6) diperoleh hasil 80% metode spermen dan diperoleh hasil bahwa pada
karena pada beberapa responden sudah memahami penelitian dilakukan di Puskesmas Makale dengan
dan mengerti indikasi atau khasiat obat itu untuk jumlah sampel 100 pada pengaruh pemahaman
diminum , sesuai kegunaan penyakit yang ada pasien rawat jalan dengan melihat hubungan
didalam tubuhnya dan diminum secara teratur antara usia dan tingkat pendidikan setelah
sesuia dengn aturan minum yang ada. pemberian Pelayanan Informasi Obat dimana jika
Kontraindikasi (P7) diperoleh hasil 0% karena signifikan (2-tailed) < 0,05 berarti memiliki
keterbatasan waktu yang ada dan lamanya hubungan jika signifikan (2-tailed) > 0,05 berarti
menyiapkan obat sehingga petugas kefarmasian tidak memiliki korelasi. Usia diperoleh hasil
tidak menjelaskan informasi tersebut yang Signifikan (2-tailed) yaitu 0.184 bahwa usia tidak
seharusnya dijelaskan dengan jelas, baik dan memiliki hubungan dengan tingkat pemahaman
benar. Stabilitas obat (P8) diperoleh hasil 0% dengan melihat pengaruh Pemberian Pelayanan
karena keterbatasan waktu yang ada dan lamanya Informasi Obat, sedangkan Tingkat pendidikan
menyiapkan obat sehingga petugas kefarmasian diperoleh hasil Signifikan (2-tailed) yaitu 0.000
tidak menjelaskan informasi tersebut yang pada tingkat pendidikan memiliki hubungan
seharusnya dijelaskan dengan jelas, baik dan dengan tingkat pemahaman dengan melihat
benar karena petugas kefarmasian tidak pengaruh Pemberian Pelayanan Informasi Obat.
menjelaskan. Efek samping obat (P9) diperoleh
hasil 0% karena keterbatasan waktu yang ada dan KESIMPULAN
lamanya menyiapkan obat sehingga petugas Berdasarkan hasil penelitian yang
kefarmasian tidak menjelaskan informasi tersebut berjudul dengan menggunakan metode observasi
yang seharusnya dijelaskan dengan jelas, baik dan langsung diperoleh hasil bahwa usia tidak
benar karena petugas kefarmasian tidak memiliki hubungan dengan tingkat pemahaman
menjelaskan. Interaksi obat (P10) diperoleh hasil pada pengaruh pemberian Pelayanan Informasi
24
Obat dan tingkat pendidikan memiliki hubungan Safety Dengan Persepsi Penerapan
setelah pemberian Pelayanan Informasi Obat pada Patient Safety. Universitas Diponegoro
pasien rawat jalan di Puskesmas Makale. Semarang
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
SARAN
No.74 tahun 2016 tentang Standar
Disarankan untuk petugas kefarmasian
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
harus memperhatikan dan menyampaikan
berdasarkan usia dan pendidikan kepada pasien Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
dalam melakukan Pelayanan Informasi Obat. No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Suciptawati P. L. Ni. 2016. Statistika Non
Arfaldi Andri. 2016. Makalah “ Pelayanan
Parmetrik. Universitas Udayana Bukit
Informasi Obat”. Program Studi S1
Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Jimbaran
Riau Sri Rastantyo Duta. 2012. Penilaian Pasien
Terhadap Peran Tenaga Kefarmasian
Aslam Muhammad, Kaw Tan Chik, Adji Pra
Dalam Pemberian Informasi Obat Di
Yitno. 2003. Farmasi Klinis (Clinical
Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Umum
Pharmacy) Menuju Pegobatan Rasional
Daerah Dr. Moewardi Periode April-Mei
dan Penghargaan Pilihan Pasien.
2012. Surakarta. Diploma III Farmasi
Surabaya. PT. Alex Media Komputindo
Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pratama A. Dhewa. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Alam Universitas Sebelas
Pengetahuan Tentang Penerapan Patient Maret
25
Tabel 1. Hasil data penelitian pada pelayanan informasi obat
Tabel 2. Hubungan usia dan tingkat pendidikan pada pengaruh Pelayanan Informasi obat
Correlations
USIA PENDIDIKAN NILAI
USIA Pearson Correlation 1 -.024 -.134
26
Media
Farmasi pISSN : 0216-2083
eISSN : 2622-0962
Diterbitkan Oleh:
Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Makassar
MEDIA FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
Website :
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediafarmasi/index
ii
EDITORIAL
Pembaca yang budiman, ucapan syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan
Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan anugerahNya sehingga penerbitan Vol. XIV No.2,
Oktober 2018 MEDIA FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR dapat
terlaksana dan telah mendapat legalitas sebagai media resmi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) dengan nomor penerbitan pISSN No. 0216-2083 dan e-ISSN No. 2622-0962.
Media Farmasi Politeknik Kesehatan Makassar diterbitkan 2 kali dalam setahun yaitu
pada bulan April dan Oktober. Sebagai majalah ilmiah, Media Farmasi mengembangkan misi
dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan khususnya di bidang farmasi
Akhirnya redaksi sangat berharap bahwa semua artikel yang disajikan dalam edisi ini
dapat memberi apresiasi keilmuan di bidang kesehatan bagi kita semua. Oleh karena itu
kritikan dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan edisi-edisi selanjutnya.
Selamat membaca
Redaksi
ii
DAFTAR ISI
iii
Efek Konseling terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu pada Terapi
Diare Balita
Khaerani, Surya Ningsi, Andi Try Resti Fauziah Sahib ....................... 51
iv