Anda di halaman 1dari 7

Hak Pasien dan Kewajiban Apoteker dalam Memberikan Pelayanan

Informasi Obat di Apotek


Yoga Fitra Ananta
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Email : yogaananta046@gmail.com

Abstrak
Hukum kesehatan semakin dikenal oleh publik, sedangkan pemberian obat yang tidak rasional masih
sering dilakukan. Hubungan yang baik antara pasien dengan tenaga kesehatan memperbesar
tercapainya pengobatan yang diharapkan. Dalam pembahasan kali ini mengenai hak-hak yang
dimiliki oleh pasien serta kewajiban seorang Apoteker maupun Asisten Farmasi atas pemberian
informasi obat-obatan yang relevan berdasarkan pertimbangan dari berbagai pihak terkait.
Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab,
yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus menerus harus
ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi,
perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan
memenuhi rasa keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kesehatan. Peran apoteker dalam pemberdayaan konsumen atas informasi obat
dilaksanakan pada pengobatan swa-medikasi di apotek dan di rumah sakit apoteker memberdayakan
konsumen atas informasi obat dengan cara memberikan informasi, konseling, promosi dan edukasi.

Kata kunci : Hak Pasien, Kewajiban Apoteker, Pelayanan Informasi Obat

1. Latar Belakang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan Dalam praktek kefarmasian, apoteker memiliki
serta memiliki pengetahuan dan/atau tugas untuk pengendalian sediaan farmasi,
ketrampilan melalui pendidikan di bidang pengadaan, penyimpanan, pendistribusian obat
kesehatan yang untuk jenis tertentu hingga obat sampai kepada pasien yaitu saat
memerlukan kewenangan untuk melakukan pelayanan obat atas resep dokter serta
upaya kesehatan. Sesuai dengan Undang- pelayanan informasi obat. Pasien adalah setiap
undang tenaga kesehatan bahwa tenaga orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatan memiliki peranan penting untuk kesehatannya untuk memperoleh pelayanan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kesehatan yang diperlukan baik secara
yang maksimal kepada masyarakat agar langsung maupun tidak langsung.
masyarakat mampu untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup Pelayanan kesehatan ditengah dinamika
sehat sehingga akan terwujud derajat moderenisasi kehidupan masyarakat di
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai Indonesia yang didalamnya semakin
investasi bagi pembangunan sumber daya meningkatnya kesadaran hukum masyrakat,
manusia yang produktif secara sosial dan menjadikan profesi tenaga kesehatan harus
ekonomi serta sebagai salah satu unsur mempersiapkan diri secara maksimal dan
kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud proporsional. Sebagai perwujudan derajat
tenaga kesehatan secara optimal agar serasi
dan selaras denga tujuan pembangunan 3 tetes setiap 6 jam sehingga setelah
kesehatan, diperlukan suatu keseimbangan menggunakan obat tersebut mata pasien malah
antara hak dan kewajiban pada pemberi jasa semakin perih, dan saat obat diteteskan terasa
pelayanan kesehatan dengan kepentingan panas. Akhirnya pasien pergi ke Puskesmas
pihak-pihak. Tenaga kesehatan merupakan dan memberitahukan kepada dokter mengenai
unsur yang sangat strategis ataupun utama obat yang digunakan hasilnya kornea mata
dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang pasien mengalami kerusakan. Sedangkan
optimal, aman, tertib dan profesional, yang masih adanya pemberian obat kepada pasien
berlangsung setiap waktu dan yang tidak rasional terkait dengan jumlah obat
berkesinambungan. yang diresepkan berlebihan maupun informasi
tentang obat.
Pengaturan standar pelayanan kefarmasian
dimaksudkan untuk meningkatkan mutu Untuk itu disini akan membahas mengenai :
pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian
hukum bagi tenaga kefarmasian dan hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar
terwujudnya pelayanan pengobatan yang baik
melindungi pasien dari penggunaan obat yang
tidak rasional dalam rangka keselamatan khususnya dalam informasi obat di apotek?
pasien (patient safety). Bertujuan agar tidak Hak-hak pasien dalam memperoleh pelayanan
terjadinya kesalahan dalam pemberian obat kesehatan?
dan informasi kepada pasien sebab maraknya
kesalahan dalam pemberian obat yang tidak Dan kewajiban seorang Apoteker dan
rasional. Farmasis.

Informasi terkait obat penting bagi konsumen.


Dengan mengetahui secara mendetail 3. Tinjauan Pustaka
informasi, maka konsumen dapat mengetahui
dengan pasti tujuan penggunaan dan hal-hal Dalam Permenkes No.73 Tahun 2016 tentang
lain yang terkait dengan obat yang dikonsumsi. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Obat akan berfungsi sebagaimana mestinya menjelaskan bahwa Standar Pelayanan
apabila digunakan sesuai dengan tujuan dan Kefarmasian adalah tolak ukur yang
cara penggunaan. dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian. Sedangkan Pelayanan
2. Kasus/Masalah Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang
Karena masih banyak terjadi kesalahan dalam berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
pengobatan dan terdapat laporan kasus setiap maksud mencapai hasil yang pasti untuk
tahun bahkan setiap bulannya. Berbagai kasus meningkatkan mutu kehidupan pasien.
terjadi berkaitan dengan kesalahan
administrasi pengobatan yang tidak disengaja Pekerjaan kefarmasian menurut Undang-
saat pemberian dan saat perawatan hingga Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu
pemberian informasi obat yang tidak rasional meliputi pembuatan termasuk pengendalian
salah satunya kasus bapak IU. Awalnya Tn IU mutu sediaan farmasi, pengamanan,
merasakan mata kiri perih karena terkena pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
sabun kemudian membasuh mata dengan air obat, pelayanan obat atas resep dokter,
namun tidak membaik, lalu pasien membeli pelayanan informasi obat serta pengembangan
tetes mata insto, namun tidak memberikan efek obat, bahan obat dan obat tradisional harus
pasien pun berinisiatif untuk pergi ke apotek dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
membeli obat mata yang termasuk obat keras mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai
dan harus menggunakan resep dokter namun dengan ketentuan peraturan perundang-
pasien tetap meminta obat tersebut hingga undangan. Menurut Permenkes No.73 Tahun
akhirnya diberikan kepada pasien namun tidak 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
membaca aturan pakai yang seharusnya hanya di Apotek pengertian Apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, Peran farmasis sangat besar dalam pencegahan
sedangkan Tenaga Teknis Kefarmasian adalah kesalahan pelayanan obat dalam peresepan,
tenaga yang membantu apoteker dalam pada penerimaan resep farmasis harus bekerja
menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri ekstra hati-hati dalam menerjemahkan perintah
atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dokter kedalam pelayanan pemberian obat.
dan Analis Farmasi.
Penggunaan obat yang rasional adalah pola
Medication eror merupakan kejadian yang pemberian obat yang tepat yaitu pemilihan
tidak bisa dihindarkan dalam pemberian obat obat yang sesuai dengan diagnosis
yang tidak rasional. Pengertian mediaction penyakitnya, tepat konsumsinya, tepat
eror ( kesalahan pelayanan obat ) merupakan dosisnya, tepat jangka waktu pemberiannya,
setiap kejadian yang dapat dihindari yang dan aman,dengan harga semurah mungkin
menyebabakan atau berakibat pada pelayanan serta dengan pemberian informasi yang
obat yang tidak tepat atau membahayakan obyektif. Singkatnya, pola pemakaian obat
pasien. Sementara obat berada dalam yang aman dan efektif (cost-effective), efisien
pengawasan tenaga kesehatan atau pasien. dengan good outcome.
Disinipula dijelaskan bahwa medication error
Pada pelayanan pengobatan harus dilakukan
dapat terjadi pada tahap prescribbing
(peresaparn), dispensing (penyiapan), dan drug secara menyeluruh, tenaga kesehatan secara
administration (pemberian obat) dimana bersama-sama dan mengikutsertakan pasien.
apabila terjadi kesalahan salah satu dari hal Pasien harus diberi tahu penjelasan rejimen
tersebut dapat menimbulkan kesalahah pada terapinya. Pasien perlu menyetujui rencana
tahap selanjutnya. Dalam pemberian obat yang pengobatannya ( concordance ) sehingga
tepat perlu memperhatikan lima tepat (five bukan lagi diperintahkan oleh dokter atau
rights) yang terdiri atas tepat pasien (right perawat dan mematuhinya ( compliance ).
client), tepat obat (right drug), tepat dosis Pasien adalah setiap orang yang melakukan
(right dose),tepat waktu (right time), dan tepat konsultasi masalah kesehatannya untuk
rate (right rute). Medication error atau memperoleh pelayanan kesehatan yang
kesalahan dalam pelayanan obat dapat diperlukan, baik secara langsung maupun tidak
dihindari dimana yang paling penting adalah langsung kepada tenaga kesehatan yang
memahami bagaimana caranya dalam berwenang. Pasien secara khusus dalam
meminimalisir dan menghindari kesalahan kefarmasian adalah penerima pelayanan
medication error. Sistem pengamanan kefarmasian yaitu setiap orang yang
pelayanan obat di apotek pada umumnya melakukan konsultasi kefarmasian yang
menerapkan pengecekan ulang baik oleh berhubungan dengan kesehatannya untuk
farmasis maupun asisten farmasis kepala. Bila memperoleh pelayanan yang diperlukan, baik
terjadi Medication Error hal yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung
sebagai berikut: kepada apoteker, kewajiban pasien dalam
1. Bila terjadi kesalahan dalam peracikan pelayanan kefarmasian diantaranya :
maka dilakukan diskusi antara memberikan informasi yang jujur, lengkap dan
farmasis, asisten farmasis dan petugas akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya
lain, dijelaskan mengenai kesalahan tentang masalah kesehatannya, mematuhi
yang terjadi. aturan/petunjuk yang disampaikan apoteker,
2. Bila terjadi kesalahan dan obat telah memberi imbalan jasa atas pelayanan yang
diserahkan pada pasien maka asisten diterimanya. Dalam Undang-undang tenaga
farmasis melapor kepada farmasis, bila kesehatan No. 36 tahun 2014 Hak warga
diperlukan menghubungi dokter negara dalam bidang kesehatan pada pasal 4-8
3. Bila terjadi kesalahan pada peresepan secara berurutan sebagai berikut :
atau langsung menghubungi pasien dan 1. Setiap orang berhak atas kesehatan.
menjelaskan mengenai kesalahan dan 2. pasal 5 ada 3 (tiga) ayat (1) Setiap
menukar obat dengan yang benar. orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan. (2) Setiap Pelayanan Profesi, Standar
orang mempunyai hak dalam Prosedur Operasional, dan etika
memperoleh pelayanan kesehatan yang profesi serta kebutuhan
aman, bermutu, dan terjangkau. (3) kesehatan penerima pelayanan
Setiap orang berhak secara mandiri dan kesehatan
bertanggung jawab menentukan sendiri b. Memperoleh persetujuan dari
pelayanan kesehatan yang diperlukan penerima pelayanan kesehatan
bagi dirinya. atau keluarganya atas tindakan
3. Setiap orang berhak mendapatkan yang akan diberikan
lingkungan yang sehat bagi pencapaian c. Menjaga kerahasiaan kesehatan
derajat kesehatan. penerima pelayanan kesehatan
4. Setiap orang berhak untuk d. Membuat dan menyimpan
mendapatkan informasi dan edukasi catatan dan/atau dokumen
tentang kesehatan yang seimbang dan tentang pemeriksaan, asuhan,
bertanggung jawab. dan tindakan yang dilakukan
5. Setiap orang berhak memperoleh e. Merujuk penerima pelayanan
informasi tentang data kesehatan kesehatan ke tenaga kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan lain yang mempunyai
pengobatan yang telah maupun yang kompetensi dan kewenangan
akan diterimanya. yang sesuai.
f. Tenaga kesehatan yang
Selain itu masyarakat atau pasien akan menjalankan praktik pada
mendapatkan Perlindungan Pasien UU No.36 fasilitas pelayanan kesehatan
tahun 2009 pasal 56-58 sebagai berikut: wajib memberikan pertolongan
1. Setiap orang berhak menerima atau pertama kepada penerima
menolak sebagian atau seluruh pelayanan kesehatan dalam
tindakan pertolongan yang akan keadaan gawat darurat dan/atau
diberikan kepadanya setelah menerima pada bencana untuk
dan memahami informasi mengenai penyelamatan nyawa dan
tindakan tersebut secara lengkap. pencegahan kecacatan.
2. Setiap orang berhak atas rahasia g. Tenaga Kesehatan
kondisi kesehatan pribadinya yang sebagaimana dimaksud pada
telah dikemukakan kepada ayat (1) dilarang menolak
penyelenggara pelayanan kesehatan. penerima pelayanan kesehatan
3. Setiap orang berhak menuntut ganti dan/atau dilarang meminta
rugi terhadap tenaga kesehatan, uang muka terlebih dahulu.
dan/atau penyelenggara kesehatan h. Mengabdikan diri sesuai
yang menimbulkan kerugian akibat dengan bidang keilmuan yang
kesalahan atau kelalaian dalam dimiliki
pelayanan kesehatan yang diterimanya. i. Meningkatkan Kompetensi
4. Tuntutan ganti rugi tidak berlaku bagi j. Bersikap dan berperilaku sesuai
tenaga kesehatan yang melakukan dengan etika profesi
tindakan penyelamatan nyawa atau k. mendahulukan kepentingan
pencegahan kecacatan seseorang masyarakat daripada
dalam keadaan darurat. kepentingan pribadi atau
kelompok
Kewajiban dan tanggung jawab apoteker l. Melakukan kendali mutu
Sebagai tenaga Kesehatan dalam UU No.36 pelayanan dan kendali biaya
tahun 2014 pasal 58- 60 secara berurutan: dalam menyelenggarakan
a. Memberikan pelayanan upaya kesehatan.
kesehatan sesuai dengan
Standar Profesi, Standar
4. Pembahasan farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan
Pasien adalah setiap orang yang melakukan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas,
konsultasi masalah kesehatannya untuk ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari
memperoleh pelayanan kesehatan yang Obat dan lain-lain. Kegiatan Pelayanan
diperlukan, baik secara langsung maupun tidak Informasi Obat di Apotek meliputi:
langsung kepada tenaga kesehatan yang
berwenang. Pasien secara khusus dalam 1. menjawab pertanyaan baik lisan
kefarmasian adalah penerima pelayanan maupun tulisan;
kefarmasian yaitu setiap orang yang 2. membuat dan menyebarkan
melakukan konsultasi kefarmasian yang buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
berhubungan dengan kesehatannya untuk masyarakat (penyuluhan);
memperoleh pelayanan yang diperlukan, baik 3. memberikan informasi dan edukasi
secara langsung maupun tidak langsung kepada pasien;
kepada apoteker, kewajiban pasien dalam 4. memberikan pengetahuan dan
pelayanan kefarmasian diantaranya : keterampilan kepada mahasiswa
memberikan informasi yang jujur, lengkap dan farmasi yang sedang praktik profesi;
akurat sesuai kemampuan dan pengetahuannya 5. melakukan penelitian penggunaan
tentang masalah kesehatannya, mematuhi Obat;
aturan/petunjuk yang disampaikan apoteker, 6. membuat atau menyampaikan makalah
memberi imbalan jasa atas pelayanan yang dalam forum ilmiah;
diterimanya. 7. melakukan program jaminan mutu.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah Pelayanan Informasi Obat harus
lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan didokumentasikan untuk membantu
sumpah/janji apoteker, seorang sarjana farmasi penelusuran kembali dalam waktu yang relatif
meskipun sudah lulus dari program pendidikan singkat dengan menggunakan Formulir 6
apoteker dan bisa mempunyai sertifikat sebagaimana terlampir. Hal-hal yang harus
kompetensi apoteker belum dapat disebut diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan
sebagai apoteker sebelum yang bersangkutan Informasi Obat :
disumpah menurut agama dan keyakinannya
1. Topik Pertanyaan;
untuk mengucapkan sumpah/janji apoteker
2. Tanggal dan waktu Pelayanan
Kewajiban tenaga kesehatan khususnya Informasi Obat diberikan;
farmasi dalam memberikan informasi obat 3. Metode Pelayanan Informasi Obat
kepada pasien harus memperhatikan beberapa (lisan, tertulis, lewat telepon);
aspek penting seperti tertera dalam Permenkes 4. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat
No.73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan badan, informasi lain seperti riwayat
Kefarmasian di Apotek yaitu tentang alergi, apakah pasien sedang
Pelayanan Informasi Obat atau PIO hamil/menyusui, data laboratorium);
5. Uraian pertanyaan;
Pelayanan Informasi Obat (PIO) 6. Jawaban pertanyaan;
Pelayanan Informasi Obat merupakan 7. Referensi;
kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam 8. Metode pemberian jawaban (lisan,
pemberian informasi mengenai Obat yang tertulis, pertelepon) dan data Apoteker
tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan yang memberikan Pelayanan Informasi
dengan bukti terbaik dalam segala aspek Obat.
penggunaan Obat kepada profesi kesehatan Apoteker harus memberikan informasi yang
lain, pasien atau masyarakat. Informasi benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat,
mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.
bebas dan herbal. Informasi meliputi dosis, Informasi obat pada pasien sekurang-
bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan kurangnya meliputi: dosis, efek farmakologi,
metoda pemberian, farmakokinetik, cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,
jangka waktu pengobatan, aktivitas serta tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi,
makanan dan minuman yang harus dihindari serta jaminan yang dijanjikan
selama terapi.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan
Hak-hak Pasien menurut Undang-Undang jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang/atau jasa
Menurut UU kesehatan no 23/1992 dalam Bab
Penjelasan dari Pasal 53 ayat 2, hak-hak pasien 4. Hak untuk didengar pendapat dan
meliputi: keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan
1. Hak untuk memperoleh informasi
5. Hak untuk mendapatkan advokasi,
2. Hak untuk memberikan persetujuan perlindungan, dan upaya penyelesaian
3. Hak atas rahasia kedokteran sengketa perlindungan konsumen secara patut

4. Hak atas pendapat kedua (second opinion) 6. Hak untuk mendapat pembinaan dan
pendidikan konsumen
Informasi yang berhak diterima pasien antara
lain informasi mengenai: penyakit yang 7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara
diderita, tindakan medik yang hendak benar, jujur, serta tidak diskriminatif
dilakukan, informasi obat, kemungkinan 8. Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti
penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan rugi dan/atau penggantian, apabila barang/atau
tindakan untuk mengatasinya, prognosanya, jasa yang diterima tidak sesuai dengan
serta perkiraan biaya pengobatan. perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Hak memberikan persetujuan maksudnya Pasien yang datang ke apotek untuk membeli
bahwa pasien berhak memberikan ijin ataupun obat atau menebus resep, dengan demikian
menolak atas tindakan yang akan dilakukan memiliki hak-haknya secara hukum baik
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang sebagai pasien maupun sebagai konsumen.
dideritanya. Pasien juga berhak mengakhiri Olehkarena itu sudah menjadi kewajiban dari
pengobatan serta perawatan atas tanggung farmasis di apotek untuk dapat memenuhinya.
jawab sendiri setelah memperoleh informasi
yang jelas mengenai penyakitnya.
Rahasia kedokteran bisa berupa kerahasiaan 5. Kesimpulan
penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya, dan privasinya. Sedangkan hak Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa adanya hubungan
mendapatkan second opinion (pendapat kedua)
memberikan kebebasan kepada pasien untuk yang erat antara tenaga kefarmasian dengan
pasien. Pentingnya kesadaran mengenai hak
berkonsultasi kepada dokter atau tenaga
dan kewajiban bagi pasien maupun tenaga
kesehatan kompeten lainnya.
kefarmasian agar terciptanya pengobatan yang
Apabila pasien mendapatkan obat untuk proses aman, tepat, dan akurat. Dalam dasar hak
terapinya, maka mereka juga berkedudukan pasien dan kewajiban tenaga kefarmasian telah
sebagai konsumen obat yang mendapatkan diatur dalam suatu peraturan yang mengikat
hak-haknya menurut Undang-Undang yang harus dipatuhi oleh seluruh pihak. Hal ini
Perlindungan Konsumen. Hak konsumen bertujuan agar tidak terjadinya medication
menurut pasal 5 UU Perlindungan Konsumen error atau kesalahan dalam pengobatan
adalah: khususnya pelayanan informasi obat oleh
tenaga kefarmasian. Sehingga penyampaian
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan informasi obat disampaikan dengan penuh
keselamatan dalam mengkonsumsi barang tanggung jawab yang telah distujui oleh
dan/atau jasa berbagai pihat yang terkait.
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa,
6. Daftar pustaka
serta mendapatkan barang dan/atau jasa
Saisab, A. M. (2019). PERLINDUNGAN
HUKUM BAGI PASIEN AKIBAT
APOTEKER YANG LALAI DALAM
MEMBERIKAN OBAT-OBATAN. Lex Et
Societatis, 7(2).
Sodik, M. A., & Nzilibili, S. M. M. (2017). The
Role Of Health Promotion And Family
Support With Attitude Of Couples
Childbearing Age In Following Family
Planning Program In Health. Journal of Global
Research in Public Health, 2(2), 82-89.
Siringoringo, V. M., Hendrawati, D., &
Suharto, R. (2017). Pengaturan Perlindungan
Hukum Hak-Hak Pasien Dalam Peraturan
Perundang-Undangan Tentang Kesehatan Di
Indonesia. Diponegoro Law Journal, 6(2), 1-
13.
Sari, N. (2014). Pemberdayaan Hak Konsumen
atas Informasi Obat. Jurnal Media
Hukum, 21(2), 16.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73
TAHUN 2016 TENTANG STANDAR
PELAYANAN KEFARMASIAN DI
APOTEK
UNDANG-UNDANG No.36 tahun 2014
TENTANG TENAGA KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai