Anda di halaman 1dari 7

JOA : JOURNAL OMICRON ADPERTISI

https://jurnal.adpertisi.or.id/index.php/joa
Volume : 2 Nomor 1 – Januari 2023, Hal 53-59
e-ISSN : 2961-8223

Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat (PIO) Berdasarkan


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016

Saparuddin Latu 1, Mansur 2, Andi Muh. Yaqin P 3


1
Universitas Megarezky Makassar, Email: saparuddinlatu@unimerz.ac.id
2
Universitas Megarezky Makassar, Email: Mansur@unimerz.ac.id
3
Universitas Megarezky Makassar, Email: andimuhyaqkin@unimerz.ac.id

Email Koresponden : saparuddinlatu@unimerz.ac.id

(diterima : 06-02-2023; disetujui: 17-02-2023; Dipublikasi : 24-02-2023)

Abstrak
Farmasi klinik merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dari system peleyanan kefarmasian yang
ada di rumah sakit yang berfokus pada pelayanan pasien. Farmasi klinik memiliki tujuan untukn
mengentifikasi, mencegah, serta menyelesaikan masalah yang terkaiy oabt dan merupakan bagian
perluasan dari profesi petugas farmasi yang tidak hanya berorentasi kepada obat namun juga kepada
pasien yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas terapi obat. Penyelenggraan standar pelayanan
kefarmasian dirumah sakit hrus di dukung oleh ketersedian sumber daya farmasi, pengorganisasian
yang berorientasi kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional. telah di lakukan
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui Penerapan Pelayanan Informasi Obat Di Rumah Sakit
Daerah Haji Kota Makassar dengan meninjau kegiatan Farmasi Klinik, pelayanan informasi obat
(PIO), dengan melakukan penelitian langsung ke Apotik rawat jalan rumah sakit daerah haji kota
Makassar. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif non eksperimental. Hasil penelitian
ditemukan bahwa pelayanan Farmasi klinik sudah dilakukan termasuk pelayanan informasi obat (PIO)
sudah dilaksanakan dengan baik.

Kata Kunci: Farmasi klinik, PIO, Permenkes RI 72 tahun 2016.

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan keadaan sehat sejahtera pada badan, jiwa, dan sosial yang dapat
memungkinkan setiap orang hidup dengan produktif secara sosial dan ekonomis demi
kelangsungan hidup, bukan terlihat dari jasmani namun keadaan social juga. Pengertian sehat
menurut Word Health Organization (WHO) tahun 1948 yaitu “suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan” yang di alami atau di
rasakan oleh setiap manusia (Wardhani 2015).
Kesehatan mental merupakan kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram
serta tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dengan baik.
Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan serta kemampuan dalam
dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif
dengan orang lain dan bisa menjalan hidup yang lebih baik (setiawati 2020).
Salah satu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah Apotik dimana Apotik merupakan
tempat praktik para tenaga farmasi atau Apoteker untuk melakukan transaksi obat demi menjaga
terjadi kesalahan dalam pemberian pengobatan atau biasa di sebut medication error, kesalahan
dalam dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, dan juga mengatasi masalah

53
JOA, Journal OMICRON ADPERTISI, Vol.2 No.1 Januari 2023

terkait obat, masalah farmakoekonomi, dan farmasi sosial Untuk menghindari hal-hal tersebut di
atas, apoteker harus menjalankan praktik sesuai standar pelayanan Farmasi yang ada
(Dalimunthe 2019).
Farmasi Klinik dapat di di artikan sebagai kemampuan profesonal dalam bidang
kesehatan yang memiliki suatu tanggung jawab dalam meningkatkan keamanan, kerasionalan,
dan ketetapan obat yang di gunakan dalam terapi dan juga penerapan pengetahuan serta fungsi
terspesiliasasi apoteker dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Definisi singkatnya adalah penerapan pengetahuan obat untuk kepentingan pasien dan
memperhatikan kondisi penyakit yang di alami pasien dan kebutuhan untuk mengerti terapi
obatnya dan pelayanan ini memerlukan hubungan yang erat antara apoteker, pasien, dokter,
perawat dan tenaga medis lainnya yang telah terlibat memberikan pelayanan (Siregar 2003).
Pelayanan Farmasi Klinik harus memiliki tujuan yang jelas dalam suatu instalasi
Farmasi, yang meliputi Memaksimalkan efek terapeutik, Meminimalkan risiko, Meminimalkan
biaya, Menghormati pilihan pasien, Ketepatan indikasi Ketepatan pemilihan obat, Ketepatan
pengaturan dosis, yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Dengan adanya kegiatan
tersebut di atas di harapkan dapat mengurangi efek samping yang sering terjadi pada pasien
(Santoso. 2018).
Pelayanan informasi obat adalah sala satu bentuk pekerjaan yang di lakukan oleh tenaga
kefarmasian. Dalam evaluasi PIO rekomendasi yang di lakukan oleh apoteker harus akurat,
independen dan terkini yang di berikan kepada pasien, atau masyarakat luas di luar sana yang
memerlukan informasi tentang pengetahuan informasi obat yang perlu di terapkan agar dalam
peresepan dan penggunaan obat yang baik dan benar (Tjahyadi 2013).
Pelayanan informasi obat (PIO) merupakan penyediaan dan pemberian informasi obat
yang bersifat aktif dan pasif. Pelayanan yang bersifat aktif di maksut apabila apoteker pelayanan
informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan secara
aktif memberikan informasi obat, misalnya penerbitan bulletin, brosur, leaflet, seminar dan
sebagainya. Pelayanan bersifat pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan
informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang di terima oaleh pasien atau anggota
keluargga pasien dan tenaga medis lainnya untuk mendapatkan informasi yang lebih baik agar
tidak terjadi kesalahan pemberian obat ( Tjahyadi 2013.
Dalam menteri kesehatan republik Indonesia no 129 tahun 2008 tentang standar
pelayanan rumah sakit menegaskan bahwa standar pelayanan minimal (SPM) adalah ketentuan
tentang jenis dan mutu pelayanna dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak di
peroleh oleh setiap warga Negara secara minimal dalam dirinya, dimana pengertian dari rumah
sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi
pelayanan promotif,preventif, kurateve,dan rahabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat yang ada di rumah sakit (Peraturan Menteri Kesehatan
tahun 2008).

METODE

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif. Deskriptif adalah suatu metode dalam skala
penelitian status, baik sekelompok manusia, atau suatu objek dan juga kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Yang bertujuan untuk membuat
deskrifsi gambaran atau lukisan secara sistematis. (Rukajat. 2018). Dengan demikian Penelitian
ini termasuk jenis penelitian deskriptif non eksperimental.
Variabel dalam penelitian ini adalah permasalahan teknis dalam
pelayanan informasi obat dan pelayanan kefarmasian yang lazim yang diperlukan
pasiendiinstalasi farmasi rawat jalan rumah sakit haji kota Makassar. meliputi: Waktu
Penggunaan Obat, Lama Penggunaan Obat, Cara Penggunaan Obat, Efek Samping Obat,
Interaksi Obat, Cara Penyimpanan Obat dan Cara Pembuangan Obat

54
JOA, Journal OMICRON ADPERTISI, Vol.2 No.1 Januari 2023

Adapun populasi pada penelitian ini adalah semua apoteker yang berdah pada instalasi
farmasi rawat jalan rumah sakit haji kota Makassar. Dan semua pasien yang mendapatkan
pelayanan informasi obat saat datang berobat.
Adapun yang Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Apoteker yang
bertugas di RSUD Haji kota dan yang sudah memiliki surat izin praktik Apoteker (SIPA) dan
melakukan pelayanan informasi obat kepada pasien yang datang berobat dan mendapatkan
pelayanan informasi obat dari Apoteker yang memenuhi kriteria Inkulusi dan Ekslusi. Sampel
penelitian di sini disebut responden (Apoteker dan Pasien).

HASIL

Berdasarkan analisis, maka penelitian ini menemukan :

1. Pelayanan kefarmasian berdasarkan Permenkes Indonesia No 72 tahun 2016 tentang Standar


Pelayanan Farmasi di rumah sakit pada bab III.
Mengatakan bahwa Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang erontasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan
farmasi klinik.
Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk merealisasikan
perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien.
Untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan
paradigma tersebut dapat diimplementasikan. Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien
agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan hukum. Dengan
demikian, para Apoteker Indonesia dapat berkompetisi dan menjadi tuan rumah di negara
sendiri. Perkembangan di atas dapat menjadi peluang sekaligus merupakan tantangan bagi
Apoteker untuk maju meningkatkan kompetensinya sehingga dapat memberikan Pelayanan
Kefarmasian secara komprehensif dan simultan baik yang bersifat manajerial maupun farmasi
klinik.
Dari hasil penelitian yang penulis telah lakukan dapat di katakana bahwa pelayanan
farmasi klinik pada instalasi farmasi rawat jalan RSUD haji kota Makassar sepenuhnya belum
terlaksana sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 72 tahun 2016. Dimana dalam
Permenkes 72 tahun 2016, mengatakan bahwa farmasi klinik merupakan pelayanan langsung
yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien
(patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) dapat terjamin dengan baik dan
angka kematian akibat kesalahan pemeberian obat dapat berkurang”.
Dimana seharusnya dari ke 11 poin farmasi klinik yang terdapat dalam Permenkes No
72 Tahun 2016 harus di laksanakan agar pencapain efek terapi dan keselamatan pasien dalam
pengobatan dapat tercapai dan hidup pasien terjamin, akan tetapi peneliti menemukan bahwa
dalam pelayanan informasi obat (PIO) pelaksanaannya peneliti menemukan bahwa
penerapan farmasi klinik belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Contohnya dalam
Permenkes No 72 tahun 2016 dalam kegiatan yang di lakukan, saat melakukan Pelayanan
informasi obat sala satu kegiatannya adalah menyiapkan buletin, leaflet, poster, newsletter,
agar mempermudah bagi pasien untuk mengetahui lebih banyak tentang informasi obat yang
mereka komsumsi.
Hasil pernyataan di atas didapatkan dari hasil wawancara antara peneliti dan Apoteker,
Pasien yang datang berobat. Apoteker mengatakan bahwa pihak apoteker memberikan
informasi melalui poster bulletin dan lain sebagainya sebagai media tambah informasi bagi
pasien. Namun hal demikian berbanding terbalik dengan jawaban yang di terima oleh peneliti
dari pasien, mereka tidak pernah menerima buletin dan leaflet ketika mereka sedang berobat
pada instalasi farmasi rawat jalan RSUD Haji kota Makassar.
55
JOA, Journal OMICRON ADPERTISI, Vol.2 No.1 Januari 2023

Menurur Peraturan Menteri Kesehatan No 72 tahun 2016 tentang Pelayanan Informasi


Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi Obat
yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker
kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di
luar Rumah Sakit.
Menurut Ditjen Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2006),
terdapat 5 metode yang dapat digunakan untuk melakukan pelayanan informasi
obat yaitu:
a. Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker selama 24 jam atau on
call.
b. Pelayanan informasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja, sedang
diluar jam kerja dilayani oleh apoteker instalasi farmasi yang sedang
tugas jaga.
c. Pelayanan infromasi obat dilayani oleh apoteker pada jam kerja, dan
tidak ada pelayanan informasi obat diluar jam kerja.
d. Tidak ada petugas khusus pelayanan informasi obat, dilayani oleh semua
apoteker instalasi farmasi, baik pada jam kerja maupun diluar jam kerja.
e. Tidak ada apoteker khusus, pelayanan informasi obat dilayani oleh
semua apoteker instalasi farmasi di jam kerja dan tidak ada pelayanan
informasi obat diluar jam kerja
Menurut WHO, pengobatan yang rasional adalah suatu keadaan dimana pasien menerima
pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dengan dosis, cara pemberian dan durasi
yang tepat, dengan cara sedemikian rupa sehingga meningkatkan kepatuhan pasien terhadap
proses pengobatan dan dengan biaya yang paling terjangkau bagi mereka dan masyarakat pada
umumnya.Bila definisi WHO tersebut diterjemahkan, maka ”meningkatkan kepatuhan” berarti
bahwa pemberian pengobatan harus disertai dengan pemberian informasi yang memadai.
Dengan kata lain, informasi obat dan pengobatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
proses terapi rasional (Badan POM RI 2015).
Dari hasil penelitian yang di lakukan bahwa pelayanan informai obat (PIO) di instalasi
farmasi rawat jalan RSUD Haji kota Makassar sudah dilakukan dengan baik dan sudah sesuai
dengan standar peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia. Dampak dari tidak
terlaksanakanya pelayanan informasi obat (PIO) yaitu pelayanan obat menjadi tidak teratur,
kapatuhan pasien juga tidak teratur, sehingga obat yang di terima pasien biasanya tidak di
gunakan dengan baik, yang mengakibatkan efek terapi yang baik dan di inginkan menjadi
terhambat.

Pembahasan
Dari hasil penelitian yang penulis teliti bahwa pelayanan farmasi klinik pada instalasi
farmasi rawat jalan di RSUD Haji kota Makassar sepenuhnya belum sesuai dengan peraturan
menteri kesehatan no 72 tahun 2016 :
Pertama, pada hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada Responden hasil yang di
dapatkan yaitu. Pelayanan farmasi klinik pada instalasi farmasi rumah sakit daerah haji kota
Makassar sudah di laksanakan walau belum maksimal di lakukan karena adanya pandemik covid
19 yang menghambat sedikit interaksi antara pihak farmasi klinik dan pasien. Terkhusus pada
pelayanan informasi obat juga sudah di laksanakan baik rawat jalan maupun pada rawat inap,
tidak ada perbedaaan yang mendasar pada pelayanan informasi obat rawat jalan dan rawat inap,
hanya pada waktu pelayanan pemberian pelayanan saja jika pada pelayanan informasi obat di
rawat inap, pemberian PIO di laksanakan pada saat visit ke tiap bangsal-bangasal. Kemudian
pada rawat jalan apoteker melakukan PIO secara langsung kepada pasien jika menerima obat
dari pasien. Sistem kerja yang di lakukan oleh pegawai instalasi farmasi di RSUD haji mereka
bekerja sesuai dengan devisi atau tugas masing-masing, apotik rawat jalan misalnya ada 4
Apoteker rawat inap 5 apoteker, gudang farmasi ada 3 apoteker yang bertugas. Dan mereka di
kordinir oleh kordinator masing- masing devisi. Pelayanan PIo di instalasi farmasi rawat jalan
56
JOA, Journal OMICRON ADPERTISI, Vol.2 No.1 Januari 2023

biasanya mereka di berikan sarana (pensil, kertas, pamphlet, atau brosur) dan sumber data atau
literature yang di gunakan biasanya dari Mims, OOP, vogel dll. Selanjutnya biasanya ketika
pelayanan PIO berlangsung atau selesai pihat farmasi juga biasanya melakukan dokumentasi.
Biasanya juga Apoteker selalu menjelaskan indikasi-indikasi yang terjadi ketika menggunakan
obat tersebut, namun dengan bahasa yang mudah di pahami oleh si pasien dan tidak
menimbulkan ketakutan pada saat pemberian informasi mengenai indikasi dari obat yang di
komsumsi, serta memberikan juga informasi durasi pemberian obat seperti jika obat diminum
sampai batas waktu yang di tentukan. Kemudian memberikan informasi tentang cara
penggunaan obat. Apalagi pada obat-obat yang memiliki penanganan khusus seperti supositoria
di gunakan pada malam hari, jangan sampai si pasien menggunakan siang hari pada saat
beraktifitas karena akan menimbulkan tergangunya aktifitas. Apoteker juga menjelaska aturan
pakai obat misalnya tiap 24 jam sekali, atau tiap 8 jam sekali. Bahkan sampai pemusnaan
seharusnya apoteker juga menjelsakan cara tersebut, tapi pihak RSUD haji belum melakukan
secara maksimal. Untuk memberikan pengetahuan kepada pasien bahwa tentang cara
pemusnaan obat yang benar dan baik.
Kedua dari hasil wawancara dengan pasien SN, dan pasien N dapat di jelaskan bahwa
pasien sering datang berobat di rumah sakit haji kota Makassar terkhusus pada instalasi farmasi
rawat jalan, pasien mendaptakan informasi tentang cara pengguaan obat, waktu pengguan obat
misalnya tiap 24 jam atau tiap 8 jam sekali, atau di minum sebelum makan atau sesudah makan.
Apoteker juga memberiakan informasi mengenai jangka waktu lama pasien dalam
mengkomsumsi obat, seperti jika antibiotik si pasien harus menghasbiskan, lalu obat analgetik,
jika rasa nyerih berhenti maka obatpun harus di hentikan. Memberikan informasi terakit interaksi
obat, penyimpanan obat apa lagi obat-obat khusus, seperti supositoria di simpan di suhu dingin
seperti kulkas, agar tidak melele. Namun si pasien jarang menerima pamlet bahkan ada juga yang
tidak pernah menerima.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan pada instalasi farmasi rawat jalan RSUD
Haji kota Makassar kita bisa menyimpulkan anatara lain:
a. Bahwa pelayanan farmasi klinik pada instalasi farmasi RSUD Haji kota Makassar, sudah di
lakukan sesuai dengan standar Pelayanan Peraturan Dalam Perturan Menteri Kesehatan No
72 tahun 2016.
b. Dari penelitian yang telah di lakukan maka pelayanan informasi obat (PIO) di RSUD haji
kota Makassar sudah di lakukan dengan baik sesuai dengan Permenkes 72 tahun 2016,
kemudian selama pandemik covid 19 pelayanan informasi sedikit mengalami perubahan dari
sebulum adanya covid 19.
Saran
Adapun saran yang diberikan oleh peneliti sebagai berikut :
a. Dari hasil penelitian yang telah di lakukan: Peningkatan peran apoteker dalam melakukan
edukasi tentang pelayanan farmasi klik dalam hal pemberian informasi obat harus lebih di
perhatikan lagi, sebab Apoteker berperan dalam proses penyembuhan penyakit si pasien, dan
lebih mengacuh pada Permenkes No 72 tahun 2016.

REFERENSI

Aprilyanti . 2017. Pengaruh Usia dan Masa Kerja Terhadap Produktivitas Kerja (Studi Kasus: PT.
OASIS Water International Cabang Palembang). Fakultas Teknik. Universitas Tridinanti.
Palembang.Juurnal 2017.
Badan Pemeriksaan Obat Makanan Republik Indonesia. 2012. Pedoman Monitoring Efek Samping
Obat (Meso) Bagi Tenaga Kesehatan.Republik Indonesia. Jakarta.

57
JOA, Journal OMICRON ADPERTISI, Vol.2 No.1 Januari 2023

Candra. 2018. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Masa Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt
Sibatel Silangkitang Barata Telekomunikasi. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Medan Area Medan.
Dalimunthe.2019. Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian
Dalam Bidang Farmasi Klinik Di Apotek Di Kota Medan. Program Studi Sarjana Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan. (skripsi).
Deharja.2021. Praktik Klinis Rekam Medis.CV Pelita Mandiri Kota Kendari.
Djamaluddin.2019. Kepatuhan Pelayanan Farmasi Klinik Dirumah Sakit Di Rsud. Dr. Wahidin
Sudirohusodo.Stia Lan Kota Makassar. (Jurnal).
Dwidhananta, Wirasuta. 2020. Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Aspek
Visite Di Rumah Sakit X Sesuai Peraturan Perundangan. Program Studi Farmasi, Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana. Jimbaran-Bali.
Efiana.I.2019. Gambaran Pemberian Informasi Obat Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUD Tidar Kota
MagelangProposal Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Diploma III FarmasiFakultas Ilmu
KesehatanUniversitas Muhammadiyah Magelang. Proposal penelitian 2019.
Fajarini. A.2020. Evaluasi Pelaksanaan Konseling Di Apotek Etika Farma Brebes Berdasarkan
Permenkes Ri Nomor 73 Tahun 2016. Program Studi D3 Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhadi Setiabudi Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Jurnal nomor 4 volume 2.
Tahun 2021.
Hasanah .K, Andrajati .R, Supardi. S. 2019. Kontribusi Kelengkapan Pengisian Formulir Rekonsiliasi
Obat terhadap Penggunaan Obat Rasional pada Pasien Rawat Inap di RSU X Bekasi. Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia, Depok, Indonesia. Jurnal .Volume 10.Nomor.I. 2019
Ridha. Pengaruh Pelaksanaan SOP Perawat Pelaksaan Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Di Rawat
Inap RSUD Bangkinang.Universitas Pahlawan Tuanku Tambusia. Bangkinang. (Skripsi).

Indra I. 2019. Cara Mudah Memahami Meteologi Penelitian. CV Budi Utama Yogyakarta.
Lubis Z. 2019. Pendukung Pelaksanaan Penelitian Sosial. Yogyakarta.

Megawaty, Kumala, Keban.2020. Evaluasi Pelayanan Pemantauan Terapi Obat Di Rumah Sakit X
Tangerang. Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila Jalan.

Menkes RI, 2009. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 51 Tahun 2009


Tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Menkes RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 72 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasiaan di rumah sakit.
Menkes RI.2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.
Menkes RI, 2018.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018
Tentang Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien.
Novitasari, Aditya, Lela. 2016. Aluasi Pelayanan Informasi Obat Pada Pasien Di Instalasi
Farmasi Rsud Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta

58
JOA, Journal OMICRON ADPERTISI, Vol.2 No.1 Januari 2023

Rosalisa. 2015. Wawancara Sebuah Interaksi Komunikasi Dalam Penelitian Kualitatif. Staf Pengajar
Fakultasilmu Sosail Dan Politik Universitas Riu. (Jurnal. 2015)
Renggo. 2017. Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Pada Pasien Di
Instalasi Farmasi Puskesmas Kabupaten Sleman Yogyakarta. Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta. (Skripsi.2017)
Rukajat. 2018. Pendekatan Penelitian Kuantitatif. Budi UtamaYogyakarta. Raya Lenteng Agung
Srengseng Sawah, Jagakarta, Kota Jakarta Selatan. (Jurnal 2018)
Santoso. 2018. Pengaruh Pengalaman Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai(Studi Pada
Kantor Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso). Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi,
Universitas Muhammadiyah Jember.(skripsi 2018)
Sanjaya.2012. Pelaksanaan Fungsi Sosial Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit (Studi Kasus Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang). Fakultas
Ilmu Hukum Universitas Katolik Soegijapranata .Semarang (Skripsi.2012).
Setiawati.2020. Kesehatan Mental Perspektif M. Bahri Ghazali. Fakultas Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi. Universitas Islam Negeri (Uin) Raden Intan Lampung. Lampung
(Skripsi.2020).
Sinala. 2017. Peranan Apoteker Dalam Pemberian Informasi Obat Di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Haji Andi Sulthan Daeng Radja
Kabupaten Bulukumba. Poltekkes Kemenkes Ri Makassar. (jurnal 2017)
Tjahyadi.2013. Studi Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit X Surabaya. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. (jurnal 2013)
Ukkas. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ProduktivitasTenaga Kerja Industri Kecilkota Palopo.
Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah. Palopo.
(jurnal.2017)
Wardhani. 2015. Pelayanan Kesehatan Mental Dalam Hubungannya Dengan Disabilitas Dan Gaya
Hidup Masyarakat Indonesia (Analisis Lanjut Riskesdas 2007 dan 2013) (Mental Health Services
Disability And Life Style Of Indonesian). Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes Ri.Surabaya.
(Jurnal 2015).

59

Anda mungkin juga menyukai