Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH FARMAKOLOGI

MANAJEMEN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

OLEH:
Kelompok II

NAMA ANGGOTA :
1. Putu Aan Kartika Yudha (AK0322002)
2. Putu Meilany Wulandari Putri (AK0322003)
3. Ajeng Puspitasari (AK0322005)
4. Ridho Mulyana Putra (AK0322008)
5. Mathew Rifaifle Talomanafe (AK0322010)
6. M. Ikhlas Rahaidan Putra (AK0322012)

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI KESEHATAN


STIKES KESDAM IX/UDAYANA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Harapan kami semoga laporan ini
dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman, dan menambah wawasan
serta pengalaman, bagi para pembacanya.
Kami sadar bahwa laporan ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik
dari aspek kualitas maupun kuantitas dari isi yang dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh
keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang
membangun kepada para pembaca sehingga kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Denpasar, 18 Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan terpadu untuk mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan
kesehatan. Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Pengaturan standar pelayanan kefarmasian bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan
melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam
rangka keselamatan pasien (patient safety).
Pelayanan kefarmasiaan dapat dijalankan diseluruh tatanan pelayanan kesehatan
termasuk Puskesmas. Puskesmas merupakan salah satu unit pelayanan terdepan dan
terdekat dengan masyarakat termasuk pelayanan kefarmasian. Apotek di puskesmas
merupakan sarana pelayanan kefarmasian yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk
memperoleh obat. Apotek menurut Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 merupakan
fasilitas pelayanan kefarmasian, tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker.
Saat ini orientasi pelayanan apotek telah bergeser dari drug oriented menjadi patient
oriented yang beasaskan pada pharmacytical care dengan tujuan membantu pasien
mendapatkan dan menggunakan obat secara akurat dan tepat. Pelayanan yang bermutu
dapat dilihat, salah satunya dengan melihat dari tingkat kepuasan konsumen atau pasien.
Kepuasan pasien menjadi bagian yang integral dan menyeluruh dan kegiatan jaminan
mutu pelayanan kesehatan. Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang
yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan produk yang dirasakan dalam
hubungannya dengan harapan seseorang (Theodoridis & Kraemer, n.d.).

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai
berikut.
1.2.1 Apa pengertian Puskesmas dan pelayanan kefarmasian di Puskesmas?
1.2.2 Bagaimana pengelolaan obat di Puskesmas?
1.2.3 Bagaimana proses perencanaan perbekalan farmasi di Puskesmas?
1.2.4 Bagaimana proses penerimaan perbekalan farmasi di Puskesmas?
1.2.5 Standar pelayanan apa saja yang termasuk di dalam Puskesmas?
1.2.6 Apa saja kegiatan yang termasuk dalam standar pelayanan di Puskesmas?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disimpulkan, maka tujuan dari makalah ini
sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Puskesmas dan Pelayanan Kefarmasian
Puskesmas.
1.3.2 Untuk mengetahui pengelolaan obat di Puskesmas.
1.3.3 Untuk mengetahui proses perencanaan perbekalan farmasi di Puskesmas.
1.3.4 Untuk mengetahui penerimaan perbekalan farmasi di Puskesmas.
1.3.5 Untuk mengetahui standar pelayanan yang termasuk di dalam Puskesmas.
1.3.6 Untuk mengetahui kegiatan yang termasuk dalam pelayanan kefarmasian
Puskesmas.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Puskesmas dan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas


Puskesmas adalah kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Tâm et al., 2016).
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan pelaksanaan upaya kesehatan dari
pemerintah, yang berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok
Puskesmas, yaitu sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat, pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan dan pusat perbedayaan masyarakat. Ruang lingkup
kegiatan pelayanan kefarmasian di puskesmas meliputi Pengelolaan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik di dukung dengan adanya
sarana prasarana dan sumber daya manusia (Raisya, n.d.).

2.2 Pengelolaan Obat di Puskesmas


Manajemen pengelolaan sediaan farmasi di gudang meliputi perencanaan obat,
pengadaan obat, penyimpanan obat dan pendistribusian obat. Gudang penyimpanan obat
di puskesmas dan rumah sakit di Indonesia diketahui masih kurang untuk memenuhi
persyaratan penyimpanan seperti tidak menggunakan sistem FIFO dan FEFO, kartu stok
yang belum memadai, dan tidak menggunakan sistem penataanalfabetis.
Pengelolaan obat pada tahap penyimpanaan merupakan bagian terpenting dalam
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga mutu obat – obatan,
memudahkan pencarian dan pengawasan, menjaga kelangsungan persediaan, mengurangi
risiko kerusakan dan kehilangan, mengoptimalkan persediaan, serta memberikan
informasi kebutuhan obat yang akan datang (Raisya, n.d.).
Kegiatan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi :
1) Perencanaan
Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2014 Perencanaan yakni kegiatan seleksi obat
dalam menentukan jumlah dan jenis obat dalam memenuhi kebutuhan sediaan farmasi
di puskesmas dengan pemilihan yang tepat agar tercapainya jumlah yang tepat, jenis
tepat, dan serta efisien.
Perencanaan obat dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan peningkatan efisiensi
penggunaan obat, peningkatan penggunaan obat secara rasional, dan perkiraan jenis
dan jumlah obat yang dibutuhkan.
2) Permintaan
Permintaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan obat yang sudah
direncanakan dengan mengajukan permintaan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan peraturan dan kebijakan pemerintah setempat.
3) Penerimaan
Penerimaan obat adalah kegiatan menerima obat dari Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota sesuai dengan permintaan yang sudah diajukan oleh puskesmas. Pada
kegiatan penerimaan obat harus menjamin jumlah, mutu, waktu penyerahan,
spesifikasi, kesesuaian jenis dan harga yang sudah tertera pada pesanan.

2.3 Proses Perencanaan Perbekalan Farmasi di Puskesmas


Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai (BMHP) di
puskesmas setiap periode, dilaksanakan oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian
(TTK) pengelola ruang farmasi. Perencanaan obat yang baik dapat mencegah kekosongan
atau kelebihan stok obat dan menjaga ketersediaan obat di puskesmas. Tahapan
perencanaan kebutuhan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) meliputi :
1) Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Proses pemilihan obat di puskesmas
dilakukan dalam rangka perencanaan permintaan obat ke dinas kesehatan
kabupaten ataupun kota dan pembuatan formularium puskesmas. Pemilihan obat
di puskesmas harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan
Formularium Nasional (FORNAS). Untuk menjaga ketersediaan obat, apoteker
atau penanggung jawab ruang farmasi bersama tim tenaga kesehatan di Puskesmas
menyusun formularium puskesmas. Penggunaan formularium puskesmas selain
bermanfaat dalam kendali mutu, biaya, dan ketersediaan obat di puskesmas juga
memberikan informasi kepada dokter, dokter gigi, apoteker dan tenaga kesehatan
lain mengenai obat yang digunakan di puskesmas. Formularium puskesmas
ditinjau kembali sekurang – kurangnya setahun sekali menyesuaikan kebutuhan
obat di puskesmas.
2) Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan antara lain yaitu data penggunaan obat periode sebelumnya
(data konsumsi), data morbiditas, sisa stok dan usulan kebutuhan obat dari semua
jaringan pelayanan puskesmas.
3) Memperkirakan kebutuhan periode yang akan datang ditambah stok penyangga
(buffer stock). Buffer stock ditentukan dengan mempertimbangkan waktu tunggu
(lead time), penerimaan obat serta kemungkinan perubahan pola penyakit dan
kenaikan jumlah kunjungan. Buffer stock bervariasi tergantung kepada kebijakan
puskesmas.
4) Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat menggunakan metode yang
sesuai.
5) Data pemakaian, sisa stok dan permintaan kebutuhan obat puskesmas dituangkan
dalam Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas.
6) Laporan pemakaian berisi jumlah pemakaian obat dalam satu periode dan lembar
permintaan berisi jumlah kebutuhan obat puskesmas dalam satu periode.
7) LPLPO puskesmas menjadi dasar untuk rencana kebutuhan obat tingkat
puskesmas dan digunakan sebagai data pengajuan kebutuhan obat ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (Raisya, n.d.).

2.4 Penerimaan Perbekalan Farmasi di Puskesmas


Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan
sesuai dengan aturan kefarmasiaan, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau
sumbangan. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima
sesuai kontrak baik dari spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan. Semua
perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi pada
order pembelian rumah sakit. Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh
petugas yang bertanggung jawab.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan :
 Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya.
 Khusus untuk alat kesehatan harus mempunyai certificate of origin Sertifikat
Analisa Produk.
2.5 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi dua kegiatan, yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber
daya manusia dan sarana prasarana.

2.6 Kegiatan yang termasuk dalam Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas


A. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis merupakan salah satu kegiatan
pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta
pemantauan dan evaluasi. Tujuannya agar menjamin kelangsungan ketersediaan dan
keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah efisien,
efektif, dan rasional. Dapat meningkatkan kompetensi/kemampuan kepada tenaga
kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan.
Kepala Ruang Farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
menjamin terlaksananya pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dengan baik.
1) Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi dalam
rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas.
2) Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuan permintaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah untuk
memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai di
Puskesmas sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
3) Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dari
instalasi farmasi Kabupaten/Kota ataupun dengan hasil pengadaan Puskesmas
secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
4) Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan
kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman (tidak
hilang), terhindar dari adanya kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya
tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
5) Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pendistribusian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit
farmasi Puskesmas dan jaringannya.
6) Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang
tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan. Penarikan sediaan farmasi yang
tidak memenuhi standar atau ketentuan peraturan perundang – undangan
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall0 atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
bila ada ketentuan sebagai berikut :
a) Produknya tidak memenuhi yang persyaratan mutu.
b) Telah Kadaluwarsa.
c) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan
d) Dicabut izin edarnya. Tahapan pemusnahan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai.
B. Pengendalian Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengendalian sistem farmasi dan bahan medis habis pakai adalah utuk mengetahui
suatu strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan ataupun kekosongan obat diunit pelayanan kesehatan dasar.
C. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian kegiatan
dalam pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai, baik dari yang
diterima, disimpan, didistribusikan dan yang akan digunakan pada Puskesmas atau
unit pelayanan lainnya.
D. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai
Setiap kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai, harus
dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional. Standar Prosedur Operasional
(SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut diletakkan di tempat yang
mudah dilihat (Maria Anastasia Pada, n.d.).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perencanaan obat di Puskesmas dilakukan oleh Apoteker dengan melihat laporan
pemakaian obat pada bulan sebelumnya kemudian diusulkan ke Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasindengan persetujuan Kepala Puskesmas. Selain itu, perencanaan obat di
Puskesmas juga dilihat dari pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Hal ini akan
berpengaruh terhadap ketersediaan obat di Puskesmas pada saat tiba-tiba ada kejadian
penyakit pada bulan-bulan tertentu. Pengadaan obat di Puskesmas dilaksanakan dengan
mengajukan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota Banjarmasin setiap 1 (satu) bulan, namun kadangkala terjadi
kekosongan obat sehingga pasien harus membeli sendiri diluar. Penyimpanan obat yang
dilakukan oleh Puskesmas belum masuk standar penyimpanan gudang obat yang baik, ini
di karenakan gudang obat yang dimiliki mempunyai ruang yang suhunya belum sesuai
dengan standar. Selain itu juga kondisi gudang obat yang tidak memiliki pertukaran udara
yang efektif, sehingga hal ini akan mempengaruhi mutu obat.

3.2 Saran
1. Perencanaan obat sebaiknya memperhatikan pola penyakit, karakteristik pengunjung
(umur, jenis kelamin), stok awal dan sisa stok, pemakaian rata – rata perbulan, dan
stok pengaman agar obat – obatan yang direncanakan dapat tepat jenis maupun tepat
jumlah. Diharapkan agar pihak Puskesmas dapat menyediakan fasilitas tempat
penyimpanan obat yang lengkap dan suhu ruangan yang sesuai dengan standar agar
kondisi obat dapat terjaga dan dapat mencegah terjadinya obat yang rusak.
2. Diharapkan agar pihak Puskesmas agar dapat melaksanakan sistem pendistribusian
dengan semaksimal mungkin meskipun sudah sesuai prosedur.
3. Diharapkan agar pihak Puskesmas dapat mempertahankan sistem pencatatan dan
pelaporan obat yang sudah sesuai standar pengelolaan obat yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Maria Anastasia Pada, 2020. (n.d.). Makalah Pelayanan Puskesmas.

Raisya, A. 2020. (n.d.). Makalah Puskesmas.

Tâm, T., Và, N. C. Ứ U., Giao, C. Ể N., Ngh, C., & Chu, Ẩ N B Ụ I. (2016). Pengertian
puskesmas. 01, 1–23.

Theodoridis, T., & Kraemer, J. (n.d.). Latar Belakang Puskesmas. 51, 1–6.

Anda mungkin juga menyukai