TINJAUAN PUSTAKA
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Adapun yang
medis.
rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus,
Farmasi dan Terapi (TFT) yang merupakan unit kerja dalam memberikan
di rumah sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua
spesialisasi yang ada di rumah sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga
kesehatan lainnya apabila diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja
penggunaan obat.
Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang apoteker,
apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah apoteker, namun apabila
diketuai oleh apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter. TFT harus mengadakan
rapat secara teratur, minimal 2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar
rapat diadakan sekali dalam satu bulan. TFT dapat mengundang pakar dari dalam
maupun dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan
rasional
sakit.
Instalasi farmasi rumah sakit merupan suatu bagian di rumah sakit yang
dipimpin oleh seorang apoteker sebagai penanggung jawab dan merupakan tempat
atau fasilitas penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang menjaminn tersedianya
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman,
bermutu, bermanfaat, dan terjangkau (Siregar dan Amalia, 2004) (Menkes RI,
2016).
tugas dan fungsi yang penting dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek
kefarmasian;
yaitu pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
organisasi yang sesuai dengan kebutuhan yang merupakan bagian dari Instalasi
habis pakai, pelayanan farmasi klinis dan manajemen mutu yang bersifat dinamis
yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran
dan tujuan instalasi farmasi rumah sakit. Ketersediaan jumlah tenaga apoteker dan
klasifikasi dan perizinan rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri (Menkes RI,
2016).
beban kerja pada pelayanan kefarmasian di rawat inap yang meliputi pelayanan
jalan yang meliputi pelayanan farmasi menajerial dan pelayanan farmasi klinik
merupakan suatu siklus yang saling terkait, pada dasarnya terdiri dari empat
fungsi dasar yaitu seleksi, perencanaan dan pengadaan, distribusi dan penggunaan
(Satibi, 2014). Menurut Quick (1997) manajemen obat di rumah sakit merupakan
salah satu unsur penting dalam fungsi manajerial rumah sakit secara keseluruhan,
pelayanan kesehatan di rumah sakit dan dapat dilakukan dengan cara memberikan
obat, sehingga dapat diperoleh keefektifan dan efisiensi pengelolaan obat. Dimana
Tujuan dari pentingnya manajemen obat di rumah sakit adalah agar obat
yang diperlukan tersedia setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, mutu
yang terjamin dan harga yang terjangkau untuk mendukung pelayanan yang
manajemen pengunaan obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang
sekurang-kurangnya sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu rumah
sakit memahami kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan
seleksi dan seterusnya. Setiap tahap siklus manajemen obat yang baik harus
berlangsung secara efektif dan efisien. Siklus pengelolaan obat tersebut dapat
Dukungan manajemen:
Organisasi
Pembiayaan
Penggunaan Manajemen Pengadaan
Distribusi
mengelola tahap-tahap dan kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan
saling mengisi sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan obat yang efektif dan
efisien agar obat yang diperlukan oleh dokter selalu tersedia setiap saat
dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung pelayanan
dan pengadaan, pendistribusian, dan penggunaan, yang saling terkait satu sama
mengakibatkan tidak efisiennya sistem suplai dan penggunaan obat yang ada
(Quick, 1997).
Ketidakefisienan dan ketidaklancaran pengelolaan obat dapat memberi
dampak negatif terhadap rumah sakit, maka perlu dilakukan penelusuran terhadap
2.4.1 Seleksi/Selection
Seleksi atau pemilihan obat merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau
RI, 2016).
Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Tim Farmasi
dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas (Satibi, 2014). Menurut
b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
c. Pola penyakit
f. Mutu
g. Harga
h. Ketersediaan di pasaran
Formularium rumah sakit disusun mengacu pada Formularium Nasional.
Formularium rumah sakit berisi daftar obat yang disusun mengacu pada
Formularium Nasional dan telah disepakati oleh staf medis rumah sakit, disusun
oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) dan ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
2.4.2 Perencanaan
jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Tahap perencanaan
penetapan prioritas, sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, waktu
kebutuhan obat adalah salah satu aspek penting dan menentukan dalam
2004).
Perencanaan merupakan tahap awal pada pengadaan obat. Ada beberapa
a. Metode morbiditas/epidemiologi:
yang digunakan untuk beban kesakitan (morbidity load), yang didasarkan pada
pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan waktu tunggu (lead time).
Persyaratan utama dalam metode ini adalah rumah sakit harus sudah memiliki
standar pengobatan, sebagai dasar untuk penetapan obat yang akan digunakan
berdasarkan penyakit.
usaha memperbaiki pola penggunaan obat, dan kelemahan dari metode ini adalah
membutuhkan waktu dan tenaga terampil dan data penyakit sulit diperoleh secara
pasti
b. Metode konsumsi
periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Hal yang harus
yaitu dengan melakukan pengumpulan dan pengolahan data, analisa data untuk
yang termasuk dalam jenis data alokasi dana, daftar obat, stok awal, penerimaan,
paling mudah dan akurat, tidak perlu data penyakit dan standar pengobatan,
kekurangan dan kelebihan obat sangat kecil. Kekurangan dari metode ini data
konsumsi, obat dan jumlah kontak pasien sulit didapat, tidak dapat digunakan
untuk dasar penggunaan obat dan perbaikan pola peresepan . Rumus yang
A = (B+C+D) – E
c. Metode Gabungan:
Yaitu gabungan dari mordibitas dan konsumsi. Metode ini untuk menutupi
2.4.3 Pengadaan
jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
keempat atas Peraturan Presiden no. 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang dan
memperoleh obat yang dibutuhkan dengan harga yang layak, mutu baik,
pengiriman obat terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak
memerlukan waktu dan tenaga yang berlebihan (Quick, 1997). Selain itu tahap
pengadaan juga memegang peranan penting karena dengan pengadaan rumah sakit
yang baik dan sesuai maka akan mendapatkan obat dengan harga, mutu, dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Maka dari itu rumah sakit tidak dapat
memenuhi kebutuhan pasien jika persediaan obat tidak ada, hal ini dapat berakibat
fatal bagi pasien dan akan mengurangi keuntungan yang seharusnya dapat
mereview daftar obat-obatan yang diadakan, menentukan jumlah item yang akan
baik maka memerlukan struktur komponen berupa personel yang terlatih dan
a. Metode pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan biaya
tinggi.
menurut persyaratan yang ditetapkan antara lain berdasarkan bentuk sediaan dan
yang akan datang, melindungi permintaan yang naik turun, melindungi pelayanan
baik dari segi jumlah, mutu, expire date, merk, harga, dan spesifikasi lain
yang diterima.
penyimpanan/gudang.
First Out (FIFO) yaitu obat yang datang kemudian diletakkan dibelakang obat
yang terdahulu dan sistem First Expired First Out (FEFO) yaitu obat yang
2.4.5 Distribusi
pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketepatan waktu. Rumah sakit harus
dan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di
yaitu:
d. Sistem kombinasi
pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian obat
pelayanan obat oleh farmasi serta penggunaan obat oleh pasien. Seorang dokter
diharapkan membuat peresepan yang rasional, dengan indikasi yang tepat, dosis
mempertimbangkan harga dan kewajarannya. Obat yang ditulis dokter pada resep
benar, indikasi yang tepat, obat yang manjur, aman, cocok untuk pasien dan biaya
terjangkau, ketepatan dosis, cara pemakaian dan lama yang sesuai, sesuai dengan
c. Cara pemakaian obat, dosis, frekuensi dan lama pemberian tidak sesuai
d. Pemakaian obat dengan potensi toksisitas atau efek samping lebih besar
kebenarannya
negatif yaitu diantaranya dampak terhadap mutu pengobatan dan pelayanan baik
j. Koordinator farmasi
Nasional:
pertahun berupa laporan pembelian obat tahun 2018, kemudian hitung berapa
kali tiap item obat tertera dalam laporan pembelian obat tersebut.
Kecocokan jumlah barang nyata dengan kartu stok diperoleh dari jumlah
persediaan terakhir obat yang ada pada kartu stok kemudian dicocokkan
dengan jumlah persediaan obat yang ada di rak atau pallet. Data yang diambil
berupa kartu stok sebanyak 30% dari total seluruh obat yang ada di rumah
penyimpanan obat dengan cara mengamati nomor batch dan tanggal kadaluarsa
pada obat di rak atau pallet dan tanggal pembelian obat. Data yang diambil
berupa kartu stok sebanyak 30% dari total seluruh obat yang ada di rumah
obat. Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di Instalasi Farmasi Rumah
dalam satu tahun. Rumus persentase dan nilai obat yang kadaluarsa dan atau
rusak:
Obat stok mati yaitu obat yang selama 3 bulan atau lebih tidak
mengalami transaksi atau tidak digunakan. Data yang diambil berupa kartu
stok sebanyak 30% dari total seluruh obat yang ada di rumah sakit.
tersedia, pemakaian obat setahun dan pemakaian rata-rata obat per bulan.
tiap lembar resep yang terlayani pada tahun 2017 dan 2018. Sampel yang
diambil berupa resep masing-masing 600 lembar resep untuk tahun 2017 dan
generik pada tiap lembar resep yang terlayani pada tahun 2017 dan 2018.
Sampel yang diambil berupa resep masing-masing 600 lembar resep untuk
tahun 2017 dan 2018 di instalasi rawat jalan dan rawat inap.
antibiotik pada tiap lembar resep yang terlayani pada tahun 2017 dan 2018.
Sampel yang diambil berupa resep masing-masing 600 lembar resep untuk
tahun 2017 dan 2018 di instalasi rawat jalan dan rawat inap.
injeksi pada tiap lembar resep yang terlayani pada tahun 2017 dan 2018.
Sampel yang diambil berupa resep masing-masing 600 lembar resep untuk
tahun 2017 dan 2018 di instalasi rawat jalan dan rawat inap.
masing 600 lembar resep untuk pasien rawat inap dan pasien rawat jalan.
diambil sebanyak 100 lembar resep untuk pasien pasien rawat jalan.
diambil sebanyak 100 lembar resep untuk pasien pasien rawat jalan.