Anda di halaman 1dari 234

Pertemuan 1

ILMU RESEP
Apt. Sonata Daniatiek, S.Farm,M.Biomed
Kompetensi
• Mahasiswa dapat menjelaskan hak dan kewajiban
Apoteker
• Mahasiswa dapat menjelaskan tentang step step
dalam compounding dan dispensing
• Mahasiswa dapat menjelaskan tentang spesialit Obat
• Mahasiswa dapat menjelaskan pengobatan yang
rasional
• Mahasiswa dapat menjelaskan tentang medication
error
• Mahasiswa dapat menjelaskan tentang beyond use
date dan pendosisan
Perkuliahan
• Hak dan kewajiban Apoteker
• Step step dalam compounding dan dispensing
• Spesialit Obat
• Pengobatan yang rasional
• Medication error
• Beyond use date dan pendosisasan
Mungkin Apoteker itu yang jualan obat?

Mungkin juga Apoteker itu yang meracik obat?

Atau Apoteker itu yang memberikan obat?

apoteker itu
apa…
Apoteker adalah…..
sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai apoteker dan
mengucapkan sumpah jabatan
apoteker.
Apa bedanya
dengan dokter ?
Dokter betugas
mendiagnosa
Dimana Apoteker?
TUGAS DAN
FUNGSI APOTEKER
MANAJEMEN FARMASI
DEFINSI PEKERJAAN KEFARMASIAN

• Pekerjaan kefarmasian • Adapun yang melakukan


adalah pembuatan pekerjaan kefarmasian
termasuk pengendalian meliputi:
mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan
pendistribusian atau
penyaluran obat,
pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat
tradisional.
TENTANG APOTEKER
TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER
MANAJEMEN FARMASI

TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI


RUMAH SAKIT
DEFINISI
RUMAH SAKIT INSTALASI RUMAH SAKIT

• Rumah sakit adalah institusi • Instalasi Farmasi Rumah


pelayanan kesehatan yang Sakit adalah suatu
menyelanggarakan bagian/unit/divisi atau
pelayanan kesehatan fasilitas dirumah sakit,
perorangan secara tempat penyelenggaraan
paripurna yang semua kegiatan pekerjaan
menyediakan pelayanan kefarmasian yang ditujukan
rawat inap, rawat jalan dan untuk keperluan rumah
rawat darurat. sakit itu sendiri.
FUNGSI APOTEKER DI INSTALASI FARMASI
MANAJEMEN FARMASI

TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI


INDUSTRI FARMASI
TUGAS DAN FUNGSI
APOTEKER DI INDUSTRI
FARMASI

Peran apoteker di industri


farmasi seperti yang disarankan
oleh World Health Organization
(WHO), yaitu Eight Star of
Pharmacist yang meliputi :
Peran tersebut diterapkan di
dalam fungsi-fungsi industrial
yang diperlukan, yaitu
MANAJEMEN FARMASI

TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI


APOTEK
TUGAS DAN FUNGSI
APOTEKER DI APOTEK
Apotek adalah salah satu tempat
dilakukannya pekerjaan kefarmasian,
penyaluran sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat.
MANAJEMEN FARMASI

TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI


PUSKESMAS
PUSKESMAS
Puskesmas adalah unit pelayanan
teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja (Depkes RI, 2004).
MANAJAMEN FARMASI

TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI


PEMERINTAHAN
REALITA TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI
LAPANGAN DIBANDINGKAN DENGAN
TEORITIKNYA

MANAJEMEN FARMASI
BERDASARKAN
HASIL PENELITIAN
BERDASARKAN
HASIL PENELITIAN
BERDASARKAN
HASIL PENELITIAN
KESIMPULAN
HAK DAN KEWAJIBAN APOTEKER
COMPOUNDING AND
DISPENSING
Permasalahan Resep

Pertemuan 2
Permintaan tertulis dari dokter,
dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan
menyerahkan obat kepada pasien
sesuai peraturan perundangan
RESEP yang berlaku.
Menurut keputusan Menteri
Kesehatan Nomer
1027/MENKES/SK/IX/2004
nama, nomor Surat Izin Praktek
SKRINING dan alamat dokter, tanggal
RESEP penulisan resep, paraf dokter
penulis resep, nama,
alamat, umur, jenis
kelamin,berat badan pasien,
Persyaratan nama obat, dosis, dan jumlah
administratif yang diminta, dan cara
pemakaian yang jelas.

bentuk sediaan, dosis,


Kesesuaian
stabilitas, incompatibilitas,
farmasetis
cara dan lama pemberian.

efek samping, alergi,


Pertimbangan
interaksi dan kesesuaian
klinis
dosis.
Kaidah-kaidah Penulisan Resep

1. Suatu obat dalam resep sebaiknya tidak menuliskan gr, yang bilamana dimaksud ialah satuan gram.
Suatu angka di belakang nama obat dalam resep otomatis berarti gram sedangkan gr. adalah granum
yang beratnya hanya 65 mg.

2. Titik desimal untuk dosis obat harus ditempatkan dengan tepat. Kesalahan penempatan titik desimal
dapat menyebabkan dosis/kekuatan obat menjadi 10 kali dari dosis/kekuatan yang dimaksud.

3. Nama obat ditulis dengan jelas. Penulisan nama obat yang tidak jelas dapat menyebabkan kekeliruan
dalam pengambilan obat yang akan diberikan kepada pasien.

4. Kekuatan dan jumlah obat ditulis dalam resep dengan jelas. Kekuatan obat adalah jumlah obat yang
terkandung dalam tiap tablet dan supositoria (miligram) atau dalam larutan mililiter. Singkatan yang
berlaku internasional adalah mg untuk miligram dan ml untuk mililiter.

5. Harus hati-hati bila memberikan beberapa obat secara bersamaan yaitu beberapa bahan obat yang
dicampurkan dalam satu R/ (recipe) dan beberapa bentuk sediaan diberikan dalam beberapa R/
(recipe) dalam satu kertas resep, setiap sediaan itu oleh penderita harus diminum pada waktu
bersamaan.

6. Dosis tiap obat yang diberikan seharusnya diperhitungkan dengan tepat serta diperhitungkan juga
semua factor individual penderita, terutama umur dan berat badannya.
7. Harus diketahui dulu kondisi penderita secara akurat sebelum menentukan
pengobatan.

8. Terapi dengan obat diberikan hanya bila ada indikasi yang jelas dan tidak karena
penderita mendesak meminta suatu obat tertentu.

9. Ketentuan mengenai obat dituliskan dengan jelas di atas resep, sehingga nanti akan
tertera pada etiket yang dipasang pada wadah obat.

10. Pemberian obat yang terlalu banyak sebaiknya dihindari karena bisa bahaya.

11. Pemberian obat dalam jangka waktu yang terlalu lama sebaiknya dihindari.

12. Tata cara penggunaan obat diterangkan kepada pasien dengan jelas.

13. Kemungkinan bahaya bila meminum obat lain disamping obat yang diberikan dokter
diberitaukan kepada pasien.

14. Efek samping atau kelainan tertentu akibat dari obat yang diberikan, diberitahukan
kepada pasien.
Definisi Copie Resep
Copie resep ialah salinan tertulis dari suatu resep yang
dibuat oleh apotek.

Penulisan Copie Resep


Dalam copie resep, selain memuat semua keterangan
yang termuat dalam resep asli harus memuat pula:
1. nama dan alamatapotek
2. nama dan nomor S.I.K. Apoteker Pengelola Apotek
3. tanda tangan atau paraf Apoteker Pengelola Apotek
4. tanda det = detur untuk obat yang sudah diserahkan
atau tanda ne det = ne detur untuk obat yang belum
diserahkan.
5. nomor resep dan tanggal pembuatan.
KESALAHAN DALAM RESEP
OBAT

 Kesalahan dapat terjadi pada semua tahap


dari proses perawatan, mulai dari diagnosis
sampai pemberian obat
 Penulisan resep obat dan penyerahan obat
yang tidak tepat dapat mengakibatkan
pengobatan tidak berhasil
 penyerahan obat yang tidak tepat seperti
halnya obat yang tidak tersedia pada saat
dibutuhkan dan kesalahan dispensing
JENIS KESALAHAN YANG TERJADI
PADA RESEP

 Aturan pakai tidak ditulis lengkap, tidak sesuai atau tidak


ditulis sebagai aturan pakai atau ”signa”.
 Tidak menyebutkan nama obat yang diminta dengan
jelas, misalnya obat ditulis dengan kode-kode tertentu
(biasanya untuk obat dengan resep yang diulang atau
copie resep).
 Resep tidak menyebutkan kekuatan obat yang diminta
padahal obat tersedia dalam bermacam- macam
kekuatan.
 Tidak ada umur pasien terutama untuk pasien anak.
 Tidak ada tanda tangan dokter/prescriber.
Lanjut…..

 Obat yang diresepkan telah dicontinued lebih dari 3 bulan


(tidak diproduksi lagi) dan stock obat tidak ada.
 Bentuk sediaan yang diresepkan tidak sesuai atau berbeda
dengan yang diminta pasien.
 Nama obat tidak jelas karena tulisan yang sulit dibaca.
 Tanggal resep tidak ditulis.
 Penulisan obat dengan khasiat sama lebih dari 1 kali dalam 1
lembar resep, baik dengan nama sama atau merk berbeda.
 Pasien tidak cocok atau mengalami efek samping selama
pemberian obat.
 Tidak menyebutkan bentuk sediaan yang diminta padahal obat
tersebut tersedia dalam bermacam macam bentuk.
RESEP 1
PERMASALAHAN RESEP
PENYELESAIAN

• Apoteker harus
mengkonfirmasi ulang
kepada dokter penulis
resep tersebut.
Resep 2
Permasalahan

Penulisan resep tidak


jelas

Penyelesaian
Apoteker harus
mengkonfirmasi kepada
dokter penulis resep
tersebut
Resep 3
25/7/2011
R/  Furosemid                               XXV
      S 1-1/2-0
R/  KSR                                        XV
      S 1 dd 1
R/  Metformin 500                        XLV
      S 3 dd 1
R/  Glibenklamide 5                      XV
      S 1-0-0
R/  Diazepam 2                             XXX
      S 2 dd 1
R/  Aspilet                                     XV
      S 1 dd 1
R/  ISDN 5                                   XV
      S 1 dd 1 SL bila nyeri dada
R/  Antasida Fl.                            I
      S 4 dd IC
R/  Simvastatin                             XV
      S 0-0-1
R/  Gemfibrozil 300                      XV
      S 0-0-1
 
Pro             : Tn. A (40 Th)
a. Anamnesa
Pasein menyatakan telah lama menderita penyakit kolesterol, sakit jantung,
diabetes mellitus dan tekanan darah tinggi (140 mmHg).
b.Analisa Kasus
Dalam kasus ini Tn. A yang berusia 40 tahun, mendapat 10 item obat dalam
satu kurun waktu pengobatan. Pasien mengalami diabetes mellitus dengan
diagnosa penyerta tekanan darah tinggi, hiperlipidemia, dan gangguan jantung.
Obat-obat yang diresepkan dokter adalah sebagai berikut:
- Furosemid, sebagai antihipertensi golongan diuretik loops diuretik
- KSR/ Kalium klorida 600 mg, sebagai suplemen kalium untuk mencegah
hipokalemia akibat penggunaan diuretik
- Metformin dan glibenklamid sebagai antidiabetes oral
- Diazepam, sedative golongan benzodiazepin
- Aspilet sebagai antiplatelet
- ISDN, sebagai antiangina
- Antasida, untuk menetralkan asam lambung
- Simvastatin dan gemfibrozil sebagai antihiperlipidemia
SARAN

Sebaiknya antihiperlipidemia yang digunakan merupakan agen tunggal, yaitu


simvastatin atau gemfibrozil saja, bukan sebagai kombinasi keduanya. Dan
tampaknya penggunaan simvastatin lebih aman, dibandingkan dengan
gemfibrozil. Karena gemfibrozil berinteraksi dengan sulfonylurea, dan
mengakibatkan peningkatan efek hipoglikemia sulfonylurea.
Ingatkan pada pasien untuk tidak mengkomsumsi jus anggur selama pasien
masih mengkonsumsi simvastatin
Sarankan pada pasien untuk melakukan diet karbohidrat dan lemak yang
ketat, untuk menjaga suapaya kadar glukosa dan lipid dalam darah tetap berada
pada rentang yang aman
Sarankan juga pada pasien untuk selalu menyediakan asuapan glukosa cepat
(permen, atau minuman manis) jika sewaktu-waktu terjadi hipoglikemia.
Pasien juga harus cukup istirahat, dan menghindari kelelahan, untuk menjaga
kerja jantung tetap normal. Pasien juga harus menghindari rokok dan alkohol.
Olah raga ringan yang teratur masih diperbolehkan, sebatas tidak menimbulkan
kelelahan.
RESEP 4
22/7/2011
R/  Captopril
 25                            XLV
      S 3 dd 1
R/  HCT                                        XV
      S 1-0-0
R/  Bisoprolol
5                             XV
      S 1 dd 1
R/  ISDN 5                                   XV
      S 1 dd 1 SL bila nyeri dada
R/  B1                                           XL
V
      S 3 dd 1
R/  Meloxicam
15                         XV
      S 2 dd 1
R/  Antasida Fl.                            I
      S 4 dd C
 
Pro             : Ny. N (61 Th)
 
a. Anamnesa
Pasien mengeluh nyeri dada, tekanan darah tinggi, sering tremor,
dan pegal-pegal pada sekujur badan.

b. Analisa
Dalam kasus ini pasien menerima 7 item obat dalam sekali waktu
konsumsi. 7 item obat tersebut yaitu :
- captopril yang merupakan antihipertensi golongan inhibitor
enzim
pengkonversi angiotensin (ACEI),
- hidroklorotiazid (HCT) yang merupakan diuretik golongan tiazid,
- bisoprolol, suatu agen antihipertensi golongan  pemblok β yang
kardioselektif
- isosorbid dinitrat (ISDN), antiangina golongan nitrat
- tiamin (vitamin B1), untuk terapi defisiensi vitamin B1
- meloksikam, obat antiinflamasi nonsteroid, yang memiliki sifat
antinyeri
- antasida, untuk menetralkan asam lambung
 
SARAN

 Dosis meloksikam sebaiknya dikurangi, yaitu hanya


7,5 mg/hari, mengingat pasien telah lanjut usia,
kemungkinan resiko reaksi obat merugikannya akan
meningkat yang berupa  kerusakan atau penurunan
fungsi ginjal. Begitu pun dengan lama terapinya
sebaiknya dibatasi. Sampaikan pada pasien untuk
segera menghentikan konsumsi meloksikam ini bila
gejala nyeri pada badan telah mereda.
 Saat pasien merasa nyeri dada, dan menggunakan
ISDN, hindari mengkonsumsi meloksikam juga,
karena meloksikam dapat mengantagonis kerja ISDN
 Antasida sebaiknya tidak digunakan
RESEP 5 Resep 5
20-7-2011
R/ Metformin
500                                    XLV
      S 3 dd 1
R/  Glibenklamide
5                                  XV
      S 1 dd 1
R/  Captopril
50                                        XLV
      S 3 dd 1
R/  furosemid                                           X
      S ½-0-0
R/  BC                                                     XLV
      S 3 dd 1
R/  Amlodipin
5                                        XV
      S 1 dd 1
R/  Na-diklofenak
50                                XXX
      S 0-0-1
R/ Simvastatin
10                                      XV
      S 0-0-1
 
Pro             : Tn. SS (66 tahun)
a. Anamnesa/ diagnose
Pasien dinyatakan mengalami diabetes mellitus, hipertensi,
hiperkolesterolemia, ostheoartritis, dan sindrom dispepsia.

b.Analisa resep
Dalam kasus ini pasien menerima 8 item obat, sebagai berikut :
- Metformin, antidiabetes golongan biguanid
- Glibenklamide, antidiabetes golongan sulfonilurea
- Captopril, antihipertensi golongan inhibitor enzim
pengkonversi
angiotensin (ACEI)
- Furosemid, antihipertensi golongan loop diuretik
- BC/ vitamin B kompleks, suplemen kekurangan vitamin B
- Amlodipin, antihipertensi golongan pemblok kanal kalsium
(CCB)
- Na-diklofenak, antiinflamasi nonsteroid
- Simvastatin, antihiperlipidemia golongan statin
 
SARAN
 Kombinasi captopril, furosemid, dan amlodipin, perlu dipantau
efeknya, ada baiknya dosis captopril dikurangi
 Konsumsi captopril 1 jam sebelum makan, untuk menghindari
interaksinya dengan makanan
 Pasien perlu diberi obat untuk mengatasi sindrome
dispepsianya, terlebih dalam resep tersebut terdapat obat-
obat yang menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan
pada saluran cerna, berupa iritasi lambung (natrium-
diklofenak), mual, muntah, diare (metformin dan
glibenklamid).Ranitidine dan antiemetic seperti domperidon
atau metoklopramid mungkin perlu diberikan.
 Pasien juga harus diingatkan untuk senantiasa melakukan
terapi non farmakologis, berupa diet makanan rendah
karbohidrat, lemak, dan garam.
 Pasien juga harus menghindari konsumsi rokok dan atau
alcohol
 Olah raga ringan secara teratur sangat dianjurkan
• Jika terdapat sesuatu yang kurang
jelas atau jika nampak telah terjadi
kesalahan, apoteker harus
mengkonsultasikan kepada penulis
resep. Hendaknya apoteker tidak
mengartikan maksud dari kata yang
tidak jelas atau singkatan yang tidak
diketahui.
Pertemuan 3

SPESIALIT OBAT

Oleh : Sonata Daniatiek,


S.Farm,M.Biomed, Apt
SPESIALIT OBAT
• Adalah mempelajari obat berdasarkan fungsi
meliputi nama generik, nama dagang, tunggal
maupun kombinasi sesuai bentuk sediaan dan
kekuatan bahan obat.
Nama dan janis obat
Obat diberi nama berdasarkan :
• Kandungan zat kimianya ( nama kimia )
• Nama generik
• Nama merek dagang
Obat Generik : obat dengan nama resmi yang
ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya.

Obat paten :
adalah obat dengan nama merek dagang dan
menggunakan nama yang merupakan milik produsen
obat tersebut.

Penggolongan obat
Obat-obat yang beredar di Indonesia terbagi dalam
4 golongan, yaitu:
1. Golongan Opium dan turunannya
2. Golongan Obat keras
3. Golonagan Obat bebas terbatas
4. Golongan Obat bebas
- Obat gol.opium dan turunannya, dan gol. obat keras,
hanya dapat diperoleh di apotik dengan resep dokter.
- Obat bebas terbatas dan obat bebas, dapat diperoleh
tanpa resep dokter di apotik, toko obat, toko dan warung.
Pada wadah atau kemasan gol. obat bebas terbatas
dicantumkan tanda peringatan. Tanda peringatan tersebut
berwarna hitam dan tulisannya berwarna putih.

Ada beberapa peringatan untuk bebas terbatas


1. P. No.1 Awas! obat keras baca aturan pakai
2. P. No.2 Awas! obat keras hanya untuk
kumur,jangan ditelan
3. P. No.3 Awas! obat keras hanya untuk bagian
luar badan
Definisi Obat
• Obat adalah suatu zat/bahan yang digunakan
untuk diagnosa, pengobatan, penyembuhan atau
pencegahan penyakit pada manusia atau pada
hewan.
– Obat dapat menyembuhkan tapi banyak kejadian seseorang
menderita keracunan obat, maka obat dapat bersifat racun.
– Obat bersifat sebagai obat apabila digunakan dengan dosis
yang tepat dan waktu yang tepat.
– Obat dapat menimbulkan keracunan bila digunakan dalam
dosis yang lebih besar atau salah menggunakan obat.
– Dalam menggunakan obat perlu diketahui efek obat tersebut,
penyakit yang diderita, berapa dosisnya dan kapan digunakan.
Zat Aktif Obat
• Zat aktif obat adalah zat berkhasiat yang dikandung
oleh suatu obat.
– Zat aktif obat tidak dapat begitu saja digunakan
untuk pengobatan, tetapi dibuat bentuk yang
cocok untuk penggunaannya.
– Dipilih route penggunaan obat yang sesuai agar
tujuan pengobatan dapat tercapai
Dalam pemberian obat perlu dipertimbangkan
sebagai berikut :
• 1. Efek yang dikehendaki, efek lokal atau efek
sistemik.
• 2. Duration ( lama obat berefek)yang dikehendaki
cepat atau lambat.
• 3. Apakah obatnya tidak rusak di lambung atau di
usus.
• 4. Route (jalan) yang digunakan relatif aman melalui
mulut, suntikan atau melalui dubur.
• 5. Melalui jalan yang menyenangkan bagi pasien.
Bahan-bahan untuk membuat obat
• Bahan pembuat obat berasal dari berbagai sumber
yaitu: binatang, tumbuhan, dan mineral.
– Beberapa obat yang dibuat darikelenjar binatang, misalnya : hormon
tiroid, insulin dan hormon seksual.
• Beberapa obat dibuat dari kerang, tulang (calcium),
lilin lebah(madu),bisa ular, dll.
– Obat dari bahan tumbuhan, misalnya :
akar (digitalis sassaparila), rhizoma(aspidium),
daun(belladona, pepermint), bunga, buahdan biji.
– Obat yang berasal dari bahan mineral, misalnya :
magnesium sulfat, dan alumunium.
– Obat yang dibuat secara sintetis, misalnya :
kortikosteroid, transquilizer, kemoterapi , dll.
Efek Obat
• Efek obat adalah daya kerja obat terhadap organ tubuh
manusia, misalnya :
1. Obat untuk mencegah pendarahan yaitu :
golongan obat kemostatik ataukoagulan yang menjadikan
darah mengental.
2.Obat golongan emetik mendorong supaya muntah, anti
emetik mencegah muntah.
3. Obat yang dapat mengu
rangi sakit kepala, rasa sakit, tidak bisa tidur (insomnia),
kelebihan asam lambung dan depresi (tekanan mental).
4. Obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi atau
menaikkan darah rendah.
5. Obat yang dapat melawan infeksi, membunuh kuman
(antibiotik).
6. Obat kanker, obat diabetes (sakit gula), liver (hati), dll.
Tablet
Macam-macam tablet :
•Tablet kempa (compressae)
•Tablet kunyah, misalnya Tablet besar yang tidak
ditelan, tetapi dikunyah.
Contoh : Tablet antasida.
•Tablet salut (coated tablet) misalnya:
– Salut gula, dibuat dengan larutan gula.
– Salut tekan (press) coated tablet dibuat dengan mesin.
– Salut film (film coated tablet) dibuat dengan semprot larutan
salut polimer.
– Salut enterik, tablet salut yang tahan terhadap asam lambung,
dan hancur dalam usus.
Kapsul

• Kapsul terdiri dari wadah/cangkang yang


terbuat dari gelatin dan obatnya diisikan
kedalam wadah kapsul tersebut yang
dapat larut dalam lambung/usus.
Serbuk (pulvis,pulveres)
a. Serbuk terbagi (pulveres)
Serbuk yang dibungkus dalam kertas perkamen, tiap bungkus
merupakan 1 dosis / takaran.
b. Serbuk tak terbagi (pulvis)
Serbuk dalam jumlah yang banyak ditempatkan dalam dos, botol
mulut besar.
Contoh : Bedak tabur dan serbuk tabur.
c. Serbuk effervescent
•Serbuk yang berupa granul kecil yang mengandung asam sitrat dan
natrium bicarbonat.
•Cara penggunaannya dilarutkan dulu dalam segelas air, terjadi
reaksi asam dan natrium bicarbonat mengeluarkan
Co2menimbulkan rasa seperti limun.
Macam-macam bentuk obat cair
untuk pemakaian oral :

1. Solutio (larutan) : merupakan suatu larutan


obat sebagai pelarut air atau ditambah larutan
lainnya seperti glycerin, alcohol, dll.
2. Elixir : Suatu larutan alcohol yang diberi
pemanis mengandung obat dan bahan pembantu.
3. Syrup: Suatu larutan obat dalam larutan gula
yang jenuh, biasanya diberi essence
4. Emulsi : Suatu campuran 2 zat cair yang tidak mau
bercampur, seperti minyak dalam air, zat cair yang
satu terdispersi dalam zat cair lainnya dengan
bantuan emulgator.
Contoh : Emulsum Olei Iecoris Asseli.
5. Suspensi oral : Suatu campuran obat berupa zat
padat terdispersi (terbagi rata) dalam air, bila mau
diminum dikocok dulu.
Penggunaan Obat secara parenteral

• Parenteral adalah obat yang tidak melalui


usus, tapi melalui kulit dengan cara
injeksi/obat suntik.
• Injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, emulsi,suspensi, atau serbuk
yang dilarutkan lebih dulu sebelum
digunakan secara parenteral.
Macam-macam sediaan
parenteral/injeksi
• Larutan dalam air, mis : injeksi vit.c
• Larutan dalam minyak, mis : oleum camphoratum
• Larutan suspensi obat padatdalam Aqua, mis : injeksi
hidrocortison acetat
• Larutan suspensi dalam minyak,mis : injeksi penicillin oil
• Kristal steril dalam air (aqua steril), mis : injeksi penicillin
G.Na
• Cairan infus, intra vena, berupa larutan dalam volme besar,
dalam dosis tunggal, mis : larutan Nacl 0,9% 500ml, Ringer
lactat, dextrose 5% dan 10%, dll
Penggunaan Obat secara inhalasi
• yaitu : obat dalam bentuk gas atau uap
disemprotkan melalui hidung atau mulut
• mis : obat inhalasi untuk asma (sesak nafas)
Penggunaan Obat melalui selaput
lendir
1. Obat melalui selaput lendir mulut
– Lozenges : Tablet isap yang diisap melalui mulut
mis : vitacimin tablet.
– Tablet bukal : Tablet yang dimasukkan antara pipi dan gusi mis :
tablet hormon steroid.
– Tablet sub lingual : Tablet yang dimasukkan dibawah lidah
mis: tablet ISDN (obat darah tinggi).
– Tablet implantasi : Tablet kecil, pipih bulat steril, berisi hormon
steroid dimasukkan dalam kulit
mis : implantasi untuk KB.
* Tablet vaginal : tablet bentuk oval mudah hancur dalam
vagina.
2. Obat melalui selaput lendir mata
•a. Oculenta = ophtalmic ointment = salep mata
•b. Opthalmic solution = tetes mata
c. Opthalmic suspension : suspensi untuk tetes mata
3. Obat melalui selaput lender hidung
mis : obat tetes hidung = guttae nasal
4. Obat melalui selaput lendir telinga
mis : Guttae Auric = obat tetes telinga
5. Melalui selaput lendir rectum
yaitu melalui anus, misalnya : suppositoria
6. Melalui vagina/selaput lendir vagina
mis : Ovula yang mudah hancur dari ol.cocos
Penggunaan obat pada kulit (topical)
a. Dalam bentuk padat, seperti serbuk tabur
mis: Salicyl talk
b. Bentuk cair
mis : - Kompres Rivanol
Lotion : obat dalam air tersuspensi
Liniment : dalam bentuk emulsi
c. Bentuk semi padat
1. unguenta = salep kulit
2. cream = sediaan setengah padat mengandung air
3. pasta = salep yang mengandung serbuk amylum & Zno,
bersifat pengering
4. Jelly = sediaan semi padat, kental dan lengket terbuat
dari gom.
TERIMA KASIH
Pertemuan 4
Pertemuan 5,6

Medication Error
Medication Error
• Kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat
selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang
sebetulnya dapat dicegah.
(Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1027/MENKES/SK/
IX/2004)
• Segala tindakan yang sebenarnya dapat dicegah, yang dapat
mendorong penggunaan obat yang tidak tepat atau
membahayakan pasien, dapat terjadi pada tahap prescribing
(peresepan), dispensing (penyiapan), dan drug administration
(pemberian obat) (Wittich, 2014).

Wittich, C., M., Burkle, Lanier, W. L. 2014. Medication Errors: An Overview for Clinicians,
Mayo Clinic Proceedings, 89(8),1116–1125
Penyebab Medication Error

Wittich, C., M., Burkle, Lanier, W. L. 2014. Medication Errors: An Overview for
Clinicians, Mayo Clinic Proceedings, 89(8),1116–1125
Tipe Medication Errors (berdasarkan
alur proses pengobatan)

Omission error Wrong time error


Gagal menyerahkan dosis sesuai Pemberian obat diluar interval waktu
dosis yang diperintahkan yang telah ditetapkan

Unauthorized drug error


Improper dose error
Obat yang terlanjur diserahkan
Dosis, strength atau jumlah obat yang
kepada pasien padahal
tidak sesuai dengan yang dimaskud
diresepkan oleh bukan dokter
dalam resep
yang berwenang.

Wrong dosage-form error Wrong drug-preparation error


Pemberian obat dengan bentuk Penyiapan/ formulasi atau
berbeda dari yang diresepkan pencampuran obat yang tidak sesuai.
dokter
LANJUTAN….
Deteriorated drug error
Wrong administration-technique error
Pemberian obat yang telah kadaluarsa
Obat diberikan tidak sesuai rute yang
atau keutuhan bentuk takaran fisik atau
diperintahkan
kimia yang telah berubah.

Extra dose
Monitoring error
Kesalahan dalam frekuensi pemberian
Kesalahan yang terjadi saat melakukan
obat yang lebih sering dari yang
monitoring
diinstruksikan oleh dokter
PRESCRIBING ERROR
Kesalahan saat pada saat penulisan resep. Fase ini merupakan ME yang utama.
DISPENDING ERROR
Kesalahan terjadi pada saat pembacaan resep untuk proses dispensing

Cheung KC, Marcel L. Bouvy and Peter A. G. M. De Smet. 2009. Medication errors: The importance of safe dispensing.
British Journal of Clinical Pharmacology, 67:6, p. 676-680
TRANSCRIPTION ERROR
Kesalahan saat pada saat penulisan resep. Fase ini merupakan ME yang utama.
ADMINISTERING ERROR
Kesalahan saat pada saat pemberian resep. Fase ini merupakan ME yang utama.
Indeks medication errors untuk kategorisasi
errors berdasarkan tingkat keparahan
REKOMENDASI UNTUK DOKTER

1. Resep selalu mengikuti perkembangan obat terkini,


sehingga harus ada komunikasi dan kerjasama yang
baik antara dokter dengan apoteker
2. Di Rumah Sakit, penulisan resep harus sesuai dengan
formularium RS.
3. Penulisan resep harus tepat dan jelas.
4. Sebaiknya dokter menjelaskan resep yang diberikan
kepada pasien atau keluarga
REKOMENDASI UNTUK APOTEKER

1. Apoteker harus berpartisipasi dalam pemantauan terapi


obat
2. Untuk merekomendasikan dan mengenali terapi obat
yang tepat, apoteker harus dapat bekerjasama dengan
tenaga medis lainnya
3. Apabila resep tidak jelas sebaiknya apoteker harus
menghubungi dokter.
4. Selain petugas administrasi apoteker juga harus
mengetahui ketersediaan obat.
5. Sebelum meracik obat, sebaiknya apoteker melakukan
assessment terlebih dahulu.
REKOMENDASI UNTUK PERAWAT

1. Perawat harus memeriksa kembali obat yang akan


diberikan kepada pasien untuk mencapai outcome
terapi yang di inginkan.
2. Perawat harus mengetahui informasi obat yang
memadai dari tenaga kesehatan lainnya, literature, dll.
3. Identitas pasien harus di periksa kembali sebelum
obat diberikan kepada pasien. Kemudian obat
diberikan pada waktu yang telah ditentukan dan
diamati efek yang ditimbulkan (perkembangan).
REKOMENDASI UNTUK PASIEN DAN
KELUARGA PASIEN

1. Pasien harus merasa bebas untuk bertanya tentang


prosedur dan perawatan yang diterima.
2. Pasien atau keluarga pasien harus memberi informasi yang
lengkap terkait kondisi yang dialami pasien
3. Pasien berhak untuk mengetahui informasi dari obat yang
didapatkan (cara pemkaian, waktu minum, efek samping,
dll).
REKOMENDASI UNTUK PRODUSEN
FARMASI

1. Dalam pengambilan keputusan tentang nama obat,


pelabelan, dan kemasan sebaiknya melibatkan tenaga
kesehatan (apoteker, dokter, perawat, dll)
2. Look a like sound a like merk dagang dan nama generik
harus dihindari.
3. Petunjuk pemakaian obat harus jelas. Penamaan obat harus
jelas.
4. Produsen farmasi harus berkomunikasi dengan tenaga
kesehatan (apoteker, dokter, perawat,dll) ketika ada
perubahan yang dibuat dalam formulasi atau bentuk
sediaan.
Strategi Pencegahan Medication
Error
Hal yang perlu dilakukan oleh
Pharmacist

Sumber: ASHP Guidelines on Preventing Medication Errors in Hospital. 1993.


American Society of Hospital Pharmacist
Hal yang perlu dilakukan oleh Pharmacist

Sumber: ASHP Guidelines on Preventing Medication Errors in Hospital. 1993.


American Society of Hospital Pharmacist
Hal yang perlu dilakukan oleh
Pharmacist

Sumber: ASHP Guidelines on Preventing Medication Errors in Hospital. 1993.


American Society of Hospital Pharmacist
Hal yang perlu dilakukan oleh
Pharmacist

Sumber: ASHP Guidelines on Preventing Medication Errors in Hospital. 1993.


American Society of Hospital Pharmacist
Khusus untuk Chemotheraphy

Sumber: ASHP Guidelines on Preventing Medication Errors with Chemotheraphy and


Biotheraphy
Khusus untuk Chemotheraphy

Sumber: ASHP Guidelines on Preventing Medication Errors with Chemotheraphy and


Biotheraphy
Strategi Penanganan Medication
Error
Strategi Penanganan Medication
Error
Strategi Penanganan Medication Error
Manajemen Risiko Medication Error

Manajemen Risiko adalah suatu


metode sistematis untuk
mengidentifikasi, menganalisis,
mengendalikan, memantau,
mengevaluasi, dan
mengkomunikasikan risiko yang ada
pada suatu kegiatan.

Sumber : Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Departemen Kesehatan RI 2008
Manajemen Risiko Medication Error

• Koreksi bila ada kesalahan sesegera mungkin


• Pelaporan medication error
• Dokumentasi medication error
• Pelaporan medication error yang berdampak cedera
• Supervisi setelah terjadinya laporan medication error
• Sistem pencegahan
• Pemantauan kesalahan secara periodik
• Tindakan preventif
• Pelaporan ke tim keselamatan pasien tingkat nasional

Sumber : Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Departemen Kesehatan RI 2008
Laporan Medication Error

Setiap laporan harus tercantum :


– Pelapor yang teridentifikasi
– Data insiden
– Deskripsi error
– Nama obat terkait
– 5 W + 1 H (insiden)

Sumber : Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Departemen Kesehatan RI 2008
Langkah-langkah Pengelolaan Medication Error
Langkah-langkah Pengelolaan Medication Error
Langkah-langkah Pengelolaan Medication Error
Langkah-langkah Pengelolaan Medication Error
Monitoring dan Evaluasi dilakukan terhadap :
Metode Analisis Medication Error
Root Cause Analysis (RCA) Failure Mode dan Effects Analysis
(FMEA)
•RCA = suatu pemeriksaan dari suatu kesalahan
setelah kesalahan itu terjadi untuk mengetahui • FMEA = Metode sistematis dan proaktif untuk
apa yang menjadi penyebab kesalahan tersebut. mengevaluasi suatu proses untuk
•Ketika terjadi kesalahan pengobatan, apoteker mengidentifikasi di mana dan bagaimana suatu
harus melakukan RCA. proses dapat gagal.
• Jenis analisis ini tidak terfokus pada masalah • Dalam FMEA, diasumsikan bahwa kesalahan
kinerja individu, tetapi pada kegagalan suatu akan terjadi dan dapat diprediksi. Analisis
proses/sistem untuk menentukan mengapa FMEA dilakukan untuk mengantisipasi
dan bagaimana terjadi sebuah kesalahan. kesalahan yang akan datang dan mendesain
• Dalam RCA, serangkaian pertanyaan dibuat suatu proses atau sistem untuk meminimalkan
untuk mengidentifikasi letak kesalahan. dampaknya.
Kemudian dilakukan rencana aksi, tidak lanjut • Metode ini digunakan untuk menelusuri risiko
dan strategi penilaian untuk mencegah potensial dalam suatu produk atau sistem,
kesalahan serupa dan memperbaiki situasi sering juga digambarkan sebagai mekanisme
dimana masalah tersebut terjadi. penilaian risiko.
Referensi
• American Society of Hospital Pharmacists. 1993. “ASHP Guideline on
Preventing Medication Errors in Hospitals”. Am J Hosp Pharm; 50:129-
137.
• Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2008. Buku
Saku Tanggung Jawab Apoteker terhadap Keselamatan Pasien (Patient
Safety). Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
• Guideline on medication Error Reporting : Ministry of Health Malaysia
• Hatta, ed. 2013. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di
Sarana Pelayanan Kesehatan, edisi revisi 2. Universitas Indonesia.
Depok.
• World Health Organization. (2014). Reporting and Learning Systems
For Medication Errors : The Role of Pharmacovigilance Centres. France
Peran Apoteker dalam
mencegah
medication error
Peran Apoteker dalam mencegah medication error
1. Berpartisipasi dalam memonitor terapi
pengobatan
– Rencana pengobatan,
– Ketepatan rute dan cara pemberian obat,
– Kemungkinan adanya duplikat terapi
– Mengevaluasi hubungan antara data klinis dan data laboratorium
– Memastikan obat dalam keamanan, keefektifan dan penggunaan yang
rasional.
2. Berperan penting dalam rekonsiliasi obat
3. Merekomendasikan dan mengenali terapi
pengobatan yang tepat
– Mengikuti program edukasi profesional
(Ernawati DK, Lee YP, Hughes JD. 2014; American Society of Hospital Pharmacists. 1993; Scarsi KK, Fotis MA, Noskin GA, 2002)
Peran Apoteker dalam mencegah medication error
4. Siap sedia untuk memberikan informasi dan saran
mengenai rejimen terapi
5. Mengetahui sistem penyediaan obat, kebijakan
distribusi obat, melalui distributor yang aman
6. Seharusnya tidak berasumsi yang menyebabkan
kekeliruan pengobatan
7. Menjaga kerapian dan kebersihan area kerja dengan
standar operasional yang jelas
8. Meninjau kembali resep dan menuliskan medical
record pasien
(Ernawati DK, Lee YP, Hughes JD. 2014; American Society of Hospital Pharmacists. 1993; Scarsi KK, Fotis MA, Noskin GA, 2002)
Peran Apoteker dalam mencegah medication error
9. Menyediakan obat yang siap untuk diberikan seperti sistem unit dose
pada pasien rawat inap
10. Meninjau label
11. Menjamin bahwa pengobatan yang diberikan sesuai, dengan terlebih
dahulu mendeteksi masalah pengobatan seperti alergi atau interaksi
obat
12. Mengobservasi bagaimana obat tersebut diberikan dan prosedur
penyimpanan
13. Melakukan konseling dan melalukan verifikasi bahwa pasien atau
perawat mengerti penggunaan obat dan informasi lainnya terkait
pengobatan

(Ernawati DK, Lee YP, Hughes JD. 2014; American Society of Hospital Pharmacists. 1993; Scarsi KK, Fotis MA, Noskin GA, 2002)
Kasus 1
• Seorang nenek di Bristol Inggris, Dawn Britton (62 tahun) meninggal
dunia setelah diberi obat yang salah oleh apoteker Jhoots Pharmacy,
Kinswood, Bristol, Inggris. Ia terbiasa meminum tablet Prednisolon
untuk penyakit Crohn yang ia derita. Namun seorang apoteker
memberikan tablet yang berbeda. Apoteker memberikan tablet
Gliklazid yang seharusnya diberikan untuk penderita diabetes.
• Karena ukuran dan warna pil yang sama, Dawn Britton pun tidak dapat
membedakan obat yang biasa ia minum dengan obat yang diterima dari
apoteker. Beberapa minggu, setelah mengkonsumsi tablet Gliklazid, ia
ditemukan tidak sadarkan diri di rumahnya dan segera dilarikan ke
rumah sakit. Dawn Britton mengalami koma selama 1 bulan hingga
akhirnya meninggal dunia pada 20 November 2013. Diketahui bahwa
Dawn Britton meninggal dikarenakan cedera otak hipoksia akibat
hipoglikemia setelah mengkonsumsi tablet Gliklazid yang merupakan
obat antidiabetes.
Analisis
Pada kasus yang dialami oleh Dawn Britton,
terdapat beberapa informasi yaitu:
•Pasien membawa resep obat prednisolone ke
Apotek Jhoots
•Pasien terbiasa meminum obat prednisolone
•Ukuran dan warna pil prednisolone dan gliklazid
memiliki warna dan bentuk yang serupa sehingga
sulit untuk dibedakan
•Pasien menderita penyakit Crohn dan bukan
penderita diabetes
Analisis
Kemungkinan yang menyebabkan terjadinya kejadian
medication error
• Resep pasien tertukar dengan resep lain
– tidak didukung dengan adanya informasi terjadinya
kesalahan pemberian obat terhadap pasien dengan resep
Gliklazid
• Apotek Jhoots memiliki sediaan obat prednisolone dan
gliklazid dalam kemasan botol dan bukan kemasan
obat yang dikemas dalam bentuk satuan.
– Kesalahan dalam hal tersebut sangat mungkin terjadi
karena saat apotek menyimpan obat dalam kemasan botol
dan mengeluarkan obat tersebut maka obat akan
kehilangan identitasnya karena obat berada dalam bentuk
butiran tanpa tanda dan kemasan yang jelas
Hal tersebut dapat didukung dengan adanya faktor
yang dialami oleh apoteker yang menyebabkan
medication error diantaranya adalah kelelahan,
mudah terganggu dalam mengerjakan resep dan
terburu-buru. Semakin tinggi tingkat ketiga hal
tersebut maka dapat meningkatkan tingkat
kesalahan terhadap pekerjaan manusia (human
error) yang akan berdampak sangat berbahaya
ketika dialami oleh tenaga profesional kesehatan
seperti apoteker.
Solusi
Referensi
• McDowell, Sarah E., Ferner, Harriet S., & Ferner, Robin E.
(2009). The pathophysiology of medication errors: how and
where they arise. Br J Clin Pharmacol, 67 (6), 605-6013.
Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2723197/
• Laurance L. Brunton, et. al., Goodman & Gilman: Manual
farmakologi dan terapi. Jakarta: EGC, 2010.
• http://www.medicinenet.com/prednisolone/article.htm
diakses pada sabtu 3 september 2016 Pukul 11.43 wib.
• http://www.drugbank.ca/drugs/DB01120 diakses pada
sabtu 3 september 2016 Pukul 11.43 wib.
Kasus 2
Kasus Medication Error
Trey Jones mengalami tremor pada tangan dan hiperaktivitas saat ia berusia 5
tahun. Tabitha Jones, bermaksud menebus Inderal (PROPANOLOL) 10 mg yang
diresepkan untuk Trey di Walgreens, apotek jaringan yang salah satunya berlokasi di dekat
kediaman mereka di Amerika Serikat. Apotek Walgreens keliru memberikan Methitest
(tablet methyltestosterone) dan bukannya Inderal. Methitest itu pun dikonsumsi
oleh Trey. Anak yang tadinya makan dengan normal tiga kali sehari itu menjadi berubah
kebiasaan makannya. Setiap kali waktu makan, dia akan makan sepiring penuh dan
kemudian untuk makan porsi kedua, lalu berlanjut sampai piring ketiga. Obat ini
diulang sampai tiga kali. Trey tetap hiperaktif, bahkan semakin sulit dihentikan
dan cenderung melakukan kekerasan dengan menendang-nendang. Tangan Trey pun
tetap tremor sehingga dokternya meningkatkan dosis obat (yang dimaksudkan
sebagai Inderal) menjadi dua kalinya.

LANJUT
Dan Walgreens lagi-lagi keliru sehingga Trey mendapatkan Methitest lagi dengan dosis
dua kali lipat sebelumnya. Trey kemudian mengalami nyeri genital, yang
kemudian menjadi awal diketahuinya kesalahan itu. Apotek
Walgreens hanya menyarankan orangtua Trey untuk
menghubungi dokternya. Orangtua Trey mengisi formulir
komplain ke Badan Farmasi Tennessee dan menuntut
Walgreens, khawatir dengan akibat dari konsumsi
Methitest pada pertumbuhan Trey atau menyebabkan
kerusakan liver. Pada hari itu, Sindhal dan seorang rekannya menangani 477
resep dalam sehari. Sindhal mengakui kekeliruannya dan menyatakan dia juga tidak
mengecek ulang tanggal lahir Trey pada resep. (Diambil dari kejadian nyata di Amerika Serikat)
Analisis Kasus

• Apoteker memberikan Methitest


(untuk dewasa) kepada Trey
Jones (5th) yang seharusnya
diberikan Inderal 10 mg sesuai
resep dokter.
Transcribing (pembacaan resep)
Pada kasus ini apotek memberikan obat yang salah yaitu Methitest. Padahal dokter meresepkan
Inderal.
Selain itu, apoteker tidak mengecek ulang tanggal lahir pasien pada resep
Hal ini terjadi 2 kali :
1. pada awal melayani resep inderal pasien
2. pada saat pasien menebus obat kedua kalinya dengan dosis dua
kali lipat dari sebelumnya.

Dispensing (peracikan atau pengambilan obat)  Karena pembacaan resep


yang salah, maka obat yang diberikan juga salah.

Administering (saat obat diberikan ke pasien)  apoteker tidak memeriksa


identitas pasien maka obat yang dikonsumsi pasien salah
Solusi
– Meminimalisir stress dan tekanan akibat beban kerja berlebihan
– apotek harus dapat mencipatkan kondisi yang baik bagi apoteker untuk
mencegah terjadinya kelelahan, gangguan-gangguan, atau kondisi apapun yang
dapat menghalangi apoteker untuk melakukan praktik dengan aman (Elsevier,
2014).
– apotek harus memberikan waktu istirahat dan waktu makan bagi apoteker
dan harus dapat mengelola sistemnya agar apoteker dapat melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai profesi kesehatan (Elsevier, 2014).
– Memberikan konseling kepada pasien
– Berdasarkan Permenkes No. 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan
kefarmasian di rumah sakit, jumlah apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
yang dibutuhkan harus sesuai beban kerja yang diterima.
Solusi (Cont’d)
• Apoteker harus lebih hati-hati dalam mengecek resep obat.
– Dalam kasus Trey: Apoteker yang melayani Trey menyebutkan
bahwa dia juga tidak mengecek ulang tanggal lahir Trey (Mccoy
& Brady, 2008).
• Mengaplikasikan computerized physician’s order entry atau CPOE
(Elsevier, 2014)
– kesalahan dalam pembacaan resep dapat juga disebabkan oleh
tulisan dokter.
Referensi
• Elsevier. (2014). Mosby's Pharmacy Technician: Principles and Practice
(4th ed.). Canada: Elsevier.
• Mccoy, K., & Brady, E. (2008). Five-year-old took wrong medication for
two months. September 3, 2016. USA TODAY,
HTTP://ABCNEWS.GO.COM/BUSINESS/STORY?ID=4276486
Seorang wanita berusia 80 tahunan di sebuah panti jompo mengalami kesalahan
mengadministrasikan lotion kulit Novasone (mometasone furoate) di mata kirinya. Pasien salah
mengira bahwa Lotion Novasone adalah obat tetes mata, karena memiliki bentuk dan ukuran
yang mirip. Pasien mengalami rasa sakit, sensasi terbakar dan ketidaknyamanan di matanya
setelah administrasi. Dalam beberapa menit, mata pasien dibilas dengan saline dan langsung
menunjukkan respon yang baik. Staf perawat menghubungi dokter umum dan pasien dianjurkan
untuk meneruskan pembersihan mata dengan normal saline dan melaporkan jika terjadi keluhan.
Tidak ada tindakan yang dilakukan ophthalmology. Apotek pemasok telah dihubungi dan botol
tersebut telah dilabel ulang. Dalam kasus ini, tidak ada efek yang signifikan yang diderita oleh
pasien sebagai akibat dari kesalahan administrasi ini, selain rasa nyeri dan ketidaknyamanan pada
mata.

Naunton, M., Nor, K., Bartholomaeus, A., Thomas, J., dan Kosari, S., Case Report of A Medication Error In
the Eye of the Beholder, Medicine, 2016, Vol. 95 (28).
Analisa Kasus 3
Kasus ini diklasifikasikan sebagai Medication Error
jenis Wrong Administration Technique-Error dengan
tingkat keparahan kategori C, yaitu terjadi kesalahan
dan obat sudah digunakan pasien tetapi tidak
membayakan pasien (NCC MERP Index).

Faktor penyebab Medication Error (Administrasi) :

Faktor internal pasien, seperti usia lanjut (80 tahun),


penurunan penglihatan (rabun atau buta warna) sehingga
pasien kesulitan membaca label.
Bentuk dan ukuran botol sediaan yang mirip.
Kurangnya pengawasan dari perawat setempat (di panti
jompo).
Kemungkinan lotion Novasone dan obat tetes mata
disimpan di tempat yang sama.
Novasone tidak diberi label yang jelas oleh Apoteker.
Hanya diberi label (“obat luar” atau “untuk penggunaan
luar”) tidak secara jelas dituliskan obat tersebut digunakan
di bagian tubuh mana.
Solusi Kasus 3

Rekomendasi untuk Pasien Rekomendasi untuk Perawat


Simpan botol pada kotak/wadah aslinya Memahami informasi dan penggunaan
Simpan secara terpisah botol obat tetes obat
mata dan botol obat lain pada lokasi yang Memantau tanggal kadaluarsa dan
berbeda penampilan setiap obat yang dikonsumsi
Selalu buang obat tetes mata yang penghuni panti jompo
masih tersisa jika sudah kadaluarsa Meletakkan obat yang mirip di tempat
Baca label secara teliti dan hati-hati yang berbeda.
untuk memastikan ketepatan penggunaan
Rekomendasi untuk Apoteker RS/Apotek Rekomendasi untuk Apoteker Industri

Mempertimbangkan pengubahan desain


Memberikan konseling secara jelas dan kemasan Novasone Lotion.
memastikan pemahaman pasien bila perlu Contoh : bentuk spray.
berikan lembar informasi obat
Menginstruksikan penyimpanan yang terpisah Memperjelas aturan dan lokasi penggunaan
untuk obat tetes mata dari obat-obat lainnya dengan memberikan keterangan tambahan
Memberikan label tambahan yang pada label.
menerangkan lokasi penggunaan obat
Contoh Formulir Medication Error di Rumah Sakit
Beyond use date (BUD)
Pertemuan 7

Apt. Sonata Daniatiek,S.Farm,M.Biomed


Beyond Use Date (BUD)
• Beyond Use Date (BUD)
• adalah batas waktu penggunaan produk obat
setelah diracik/disiapkan atau setelah kemasan
primernya dibuka/dirusak. Kemasan primer disini
berarti kemasan yang langsung bersentuhan dengan
bahan obat, seperti: botol, ampul, vial, blister

• Beyond Use Date (BUD) TIDAK SAMA


DENGAN Expiration Date (ED)
Beda BUD dan ED

1) batas waktu penggunaan


Beyond Use Date
produk obat setelah
(BUD)
diracik/disiapkan atau setelah
kemasan primernya
dibuka/dirusak.
2) BUD bisa sama dengan atau
lebih pendek daripada ED.
3) BUD tidakselalu tercantum.

Expiration Date
(ED) atau tanggal
kedaluwarsa a. Menggambarkan batas waktu penggunaan produk
obat setelah diproduksi oleh pabrik farmasi,
sebelum kemasannya dibuka.
b. ED dicantumkan oleh pabrik farmasi pada
kemasan produk obat
Persamaan BUD dan ED

BUD dan ED menentukan batasan waktu dimana suatu


produk obat masih berada dalam keadaan stabil. Suatu
produk obat yang stabil berarti memiliki karakteristik kimia,
fisika, mikrobiologi, terapetik, dan toksikologi yang tidak
berubah dari spesifikasi yang sudah ditetapkan oleh pabrik
obat, baik selama penyimpann maupun penggunaan

Idealnya, BUD dan ED ditetapkan berdasarkan hasil uji


stabilitas produk obat dan dicantumkan pada kemasannya
Faktor – faktor yang mempengaruhi
Beyond use date (BUD)

1. Sifat dari obat, dilihat dari stabilitas kimia, adanya


bahan pengawet dan konsentrasinya
2. Jenis wadah penyimpanan
3. Batas mikrobiologi
4. Kondisi lingkungan penyimpanan : suhu kamar,
suhu pada saat didinginkan, suhu beku serta
kondisi kelembaban, dan terutama frekuensi
seringnya wadah dibuka.
Beyond Use Date Vaksin
Idealnya, semua vaksin harus langsung disuntikkan setelah disiapkan
karena setelah itu umurnya dapat menjadi lebih pendek, tidak lagi
mengacu pada expiration date.

Rentang waktu atau tanggal setelah penyiapan vaksin, dimana


sesudah waktu atau tanggal ini vaksin tidak bisa lagi
digunakan, dikenal dengan beyond use date (BUD).

•BUD antar produk vaksin bervariasi.


•Informasi terkini mengenai BUD vaksin dapat diperoleh dari
brosur pabrik pembuat vaksin.

Bila tidak segera disuntikkan, vial vaksin harus diberi tanda


tanggal dan waktu vaksin tersebut disiapkan.

Vaksin yang sudah disiapkan tetapi tidak segera disuntikkan harus disimpan
sesuai dengan persyaratan penyimpanan dan harus segera disuntikkan
maksimum sebelum batas BUD yang telah ditentukan oleh pabrik pembuatnya.
Beyond Use Date Produk
Nonsteril
1. Produk Obat Pabrik
1) Bentuk Sediaan Padat, Langkah-langkah penetapan BUD:

a. Mencari informasi BUD dari pabrik obat yang bersangkutan


b. Jika informasi dari pabrik tidak tersedia, gunakan pedoman umum
dari USP:
- Cek ED dari pabrik yang tertera
pada kemasan asli
- Jika ED<1 tahun, BUD maksimal =
ED pabrik; Jika ED>1 tahun, BUD
maksimal = 1 tahun.
2) Bentuk Sediaan Semipadat, Langkah-langkah penetapan BUD:

a. Mencari informasi BUD dari pabrik


obat yang bersangkutan
b. Jika informasi dari pabrik tidak
tersedia, gunakan pedoman umum
dari USP:
- Cek ED dari pabrik yang tertera
pada kemasan asli
- Jika ED<1 tahun, BUD maksimal =
ED pabrik; Jika ED>1 tahun, BUD
maksimal = 1 tahun.
3) Bentuk Sediaan Cair.
Untuk produk obat yang harus direkonstitusi sebelum digunakan, informasi
BUD ditetapkan berdasarkan informasi yang tertera pada kemasan asli obat.
Untuk produk obat nonrekonstitusi (termasuk produk repacking)
langkahlangkah penetapan BUD-nya yaitu:
a. Mencari informasi BUD dari pabrik obat yang bersangkutan
b. Jika informasi dari pabrik tidak tersedia, gunakan pedoman umum
dari USP:
- Cek ED dari pabrik yang tertera
pada kemasan asli
- Jika ED<1 tahun, BUD = ED pabrik;
Jika ED>1 tahun, BUD = 1 tahun
Perhitungan beyound use date
Langkah-langkah dalam menetapkan
BUD obat racikan
Petunjuk Umum Penetapan BUD
Obat Racikan Non Steril
Penetapan BUD berdasarkan
bentuk sediaan obat racikan
1. Puyer & kapsul
Contoh perhitungan:
Obat merek X diracik pada bulan desember
2012. ED obat yaitu desember 2013.
Perhitungan bud:
= 25% x 12 bulan
= 3 bulan (<6 bulan)
BUD maksimal = 3 bulan
2. Larutan Oral (Oral Solution),
Suspensi Oral, Emulsi Oral
Beyond Use Date Produk Steril
Tingkat risiko kontaminasi produk steril menjadi 5,yaitu:
Beyond-use date pada sediaan injeksi cair (BUD untuk
sediaan steril dari tingkat resiko berbeda yang disimpan
pada suhu yang bebeda.
Ketentuan umum BUD
Bud obat sediaan non steril tanpa merubah apapun
dari pabrik ada dua macam :
Beberapa pertimbangan untuk
BUD
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai