Oleh:
apt. Dimas Danang Indriatmoko, S.Farm., M.Farm.
A. RESEP
Batasan mengenai resep beberapa kali mengalami perubahan, pada Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor. 922/MENKES/PER/X/1993
Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, Dokter Hewan kepada
Apoteker Pengelola Apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita
sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
Perkembangan teknologi memberi dampak perubahan pada beberapa sektor
termasuk bidang kefarmasian seperti dalam hal ini adalah peresepan. Sehingga batasan
mengenai Resep mengalami perubahaan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek yang dimaksud dengan resep
adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada Apoteker, baik
dalam bentuk kertas maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan bagi pasien.
Terlihat bahwa resep tidak hanya terbatas dalam bentuk kertas tetapi juga dalam
bentuk elektronik atau dikenal dengan peresepan elektronik (e-prescribing). Sistem
peresepan elektronik (e-prescribing) adalah suatu sistem peresepan dengan menggunakan
perangkat lunak yang didesain untuk mempermudah dalam pelayanan peresepan obat
mulai dari tahap prescribing (penulisan resep), tahap transcribing (pembacaan resep untuk
proses dispensing), tahap dispensing (penyiapan hingga penyerahan resep oleh petugas),
tahap administration (proses penggunaan obat) dan proses monitoring (Sabila, dkk.,
2018).
E-prescribing mempunyai beberapa keunggulan dibanding dengan peresepan
manual, di antaranya dapat mencegah terjadinya risiko salah membaca resep, dapat
memberikan dosis obat yang tepat, input data lebih cepat, lebih hemat dalam penggunaan
kertas dan lebih praktis. Pada peresepan manual, tulisan dokter terkadang tidak terbaca
sehingga dapat menyebabkan kesalahan, penulisan resep seringkali harus diulang, dalam
proses pemesanan, pencatatan dilakukan secara manual dan memerlukan waktu yang lebih
lama dibandingkan dengan e-prescribing (Sabila, dkk., 2018).
Batasan mengenai resep mengalami perubahan kembali seperti yang tertera pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2021 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Klinik. Peraturan tersebut memberikan batasan yaitu resep
adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk
tertulis maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku. Berdasarkan batasan tersebut, yang berhak menulis resep adalah
dokter atau dokter gigi, dokter hewan tidak lagi memiliki kewenangan menulis resep karena
tidak lagi masuk dalam standar pelayanan kefarmasian.
Tetapi kewenangan dokter hewan dalam menuliskan resep saat ini masih
dilindungi oleh undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang
Peternakan Dan Kesehatan Hewan. Dalam undang-undang tersebut pada pasal 51
disebutkan bahwa obat keras yang digunakan untuk pengamanan penyakit hewan
dan/atau pengobatan hewan sakit hanya dapat diperoleh dengan resep dokter hewan.
Sehingga kewenangan dokter hewan dalam menulis resep tidak dapat dihapus oleh
peraturan Menteri, karena kedudukan Undang-undang lebih tinggi dibanding peraturan
Menteri.
Dokter hewan diberi izin untuk menulis resep dari segala macam obat yang digunakan
khusus untuk hewan (Syamsuni, 2006).
Dokter gigi diberi izin untuk menulis dari segala macam obat dengan cara per
parenteral (injeksi) atau cara-cara pemakaian yang lain, khusus untuk mengobati penyakit
gigi dan mulut. Sedangkan pembiusan/patirasa secara umum tetap dilarang bagi dokter gigi
sesuai Surat Edaran S.E. Dep. Kes. No. 19/Ph/Circ/62, Mei 1962 (Anief, 2019).
KELENGKAPAN RESEP
Resep yang dapat dilayani adalah Resep yang memuat kelengkapan sebagai berikut:
1. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik dokter, alamat praktik dokter dapat dilengkapi
dengan nomor telepon, jam, dan hari praktik.
2. Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter (inscription).
3. Tanda R/pada bagian kiri setiap penulisan Resep, merupakan singkatan dari recipe
yang berarti “harap diambil” (invocation).
4. Nama obat, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, dan jumlahnya (praescriptio/
ordonatio). Jumlah bahan obat dapat dinyatakan dalam satuan berat untuk bahan
padat (microgram, milligram, gram) dan satuan volume untuk cairan (tetes, mililiter,
Liter). Bila di tuliskan angka tanpa keterangan lain, yang dimaksud adalah “gram”.
5. Aturan pakai (signatura). Aturan pemakaian obat umumnya di tulis dengan singkatan
Bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan Signa, disingkat S.
6. Tanda tangan atau paraf dokter/dokter gigi/dokter hewan yang menuliskan Resep
(subscriptio).
7. Nama dan usia pasien. Nama penderita di belakang kata Pro: merupakan identifikasi
penderita, dan sebaiknya dilengkapi dengan alamanya yang akan memudahkan
penelusuran bila terjadi sesuatu dengan obat pada penderita.
Untuk Resep dokter hewan di belakang Pro: harus ditulis jenis hewan serta nama dan
alamat pemiliknya.
Bila penderita seorang anak, maka harus dicantumkan umurnya. Untuk menghitung
apakah dosis yang ditulis pada resep sudah sesuai dengan cocok dengan umur si anak.
Bila resep untuk orang dewasa, dicantumkan dibelakang Pro: Tuan/Nyonya atau
Bapak/Ibu diikuti dengan nama penderita.
Di bawah nama penderita hendaknya dicantumkan juga alamatnya, ini penting alam
keadaan darurat (misalnya salah obat) penderita langsung dapat dihubungi. Alamat
penderita di resep juga akan mengurangi kesalahan/tertukar memberikan obat bila
ada suatu waktu ada dua orang yang menunggu resepnya dengan nama yang
kebetulan sama.
(Syamsuni, 2006; Zaman-Joenoes, 2012 dan Anief, 2019)
PENGELOLAAN RESEP
1. Resep bersifat rahasia.
2. Resep harus disimpan di Apotek dengan baik paling singkat 5 (lima) tahun. Resep yang
telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain.
3. Resep atau salinan Resep hanya dapat diperlihatkan kepada dokter penulis Resep,
pasien yang bersangkutan atau yang merawat pasien, petugas kesehatan atau petugas
lain yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 24 Tahun 2021 Tentang
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian;
http://m-rifqi-rokhman.staff.ugm.ac.id/);
(Athijah, dkk., 2011)
ALASAN SALINAN RESEP DIBUAT
Suatu Salinan Resep dibuatkan oleh Apotek dengan alasan:
1. Permintaan dokter
Kalau ada tanda “ITER” di Resep asli. Misalnya “ITER 2X”, berarti Resep boleh diulang
2 kali lagi tanpa resep baru dari dokter. Sebaliknya tanda NI (ne iteretur) berarti resep
tidak boleh diulang.
2. Obat diambil sebagian dari yang tercantum dalam resep.
a. Karena Pasien (sebagai contoh karena pasien tidak memiliki biaya yang cukup
untuk menebus resep)
b. Karena Apotek (Apotek tidak memiliki Sebagian obat yang tercantum di resep)
3. Diminta untuk membuat Salinan Resep oleh pasien.
(Ayudhia, dkk., 2017; Sari, dkk., 2019; dan Zaman-Joenoes, 2009)
Untuk membuat salinan resep harus diperhatikan tanda pengulangan pengulangan resep
dan tanda apakah obat sudah diambil sebagian, seluruhnya, atau belum diambil sama sekali.
SALINAN RESEP TANPA TANDA ITER
(https://m-rifqi-rokhman.staff.ugm.ac.id/2014/03/09/salinan-resep-lengkap/ )
Contoh Resep
dr. Dimas
SIP. 007.999/4444/I/DU/007.1/2023
Jl. Raya Labuan KM 23 Cikaliung,
Pandeglang, Banten 42273
Tlp. (0253) 888888
Pandeglang, 26 Januari 2023
Obat diambil seluruhnya, maka Salinan Jika obat yang diambil hanya amlodipin
resepnya seperti di bawah ini. 5mg saja maka Salinan resep nya seperti
di bawah ini.
Apotek Danang Farma Apotek Danang Farma
Jl. Merdeka N0. 007 – Pandeglang Jl. Merdeka N0. 007 – Pandeglang
Tlp. (0253) 777777 Tlp. (0253) 777777
Apoteker: apt. Danang, S.Farm. Apoteker: apt. Danang, S.Farm.
SIPA: 007/SIPA/2022 SIPA: 007/SIPA/2022
No : 01 Tgl. 26/01/2023 No : 01 Tgl. 26/01/2023
Dari Dokter : dr. Dimas Tgl. 26/01/2023 Dari Dokter : dr. Dimas Tgl. 26/01/2023
Untuk : Tn. Tomi (48 tahun) Untuk : Tn. Tomi (48 tahun)
PCC PCC
Iter yang tertulis 3x berarti obat dalam resep boleh diberikan sebanyak 4 kali, dimana
pengambilan yang pertama menggunakan resep asli, pengambilan yang kedua
menggunakan salinan resep pertama (pengulangan yang ke-1x), pengambilan yang kedua
dengan menggunakan salinan resep kedua (pengulangan yang ke-2x), dan pengambilan
yang ketiga dengan menggunakan salinan resep ketiga (pengulangan yang ke-3x)
PENGAMBILAN PERTAMA PENGAMBILAN KE-DUA
dr. Dimas Apotek Danang Farma
SIP. 007.999/4444/I/DU/007.1/2023 Jl. Merdeka N0. 007 – Pandeglang
Jl. Raya Labuan KM 23 Cikaliung, Tlp. (0253) 777777
Pandeglang, Banten 42273 Apoteker: apt. Danang, S.Farm.
Tlp. (0253) 888888 SIPA: 007/SIPA/2022
Pandeglang, 26 Januari 2023 No : 01 Tgl. 26/01/2023
Dari Dokter : dr. Dimas Tgl. 26/01/2023
ITER 3X Untuk : Tn. Tomi (48 tahun)
R/ Metformin 500mg No. LX
S2 dd I paraf ITER 3X
R/ Metformin 500mg No. LX
R/ Norvask 5mg No. XXX S2 dd I det orig-
S1 dd I paraf R/ Norvask 5mg No. XXX
S1 dd I det orig-
Pro : Tn. Tomi
Umur : 48 tahun
Alamat: Jl. Pancasila No. 01
PCC
ITER 3X ITER 3X
R/ Metformin 500mg No. LX R/ Metformin 500mg No. LX
S2 dd I det iter 1x- S2 dd I det iter 2x-
R/ Norvask 5mg No. XXX R/ Norvask 5mg No. XXX
S1 dd I det iter 1x- S1 dd I det iter 2x-
PCC PCC
Anief M. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2019.
Athijah U, Pristianty L, Puspitasari HP. Buku Ajar Preskripsi Obat dan Resep Jilid 1. Surabaya:
Airlangga University Press; 2011.
Ayudhia R, Soebijono T, Oktaviani. Rancang Bangun Sistem Informasi Penjualan Obat Pada
Apotek Ita Farma. JSIKA 2017;6(1).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor.
922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik.
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 24 Tahun 2021 Tentang Pengawasan
Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan Dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotik.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2021 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Klinik
Sabila FC, Oktarlina RZ, Utami N. Peresepan Elektronik ( E-Prescribing) Dalam Menurunkan
Kesalahan Penulisan Resep. Majority 2018, 7(3), 271-5.
Sari CP, Mafruhah O R, Fajria RN, Meta A. Evaluasi Pelayanan Resep Berdasarkan
Pelaksanaan Standar Kefarmasian di Apotek Tempat Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) Kota Yogyakarta. Jurnal Pharmascience. 2019, 06(01), 18 – 29.
Syamsuni A. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan Dan Kesehatan Hewan. Zaman-
Joenoes N. Ars Prescribendi Resep yang Rasional. Jilid 1. Edisi 2. Surabaya: Airlangga
University Press; 2009.
https://m-rifqi-rokhman.staff.ugm.ac.id/2014/03/09/salinan-resep-lengkap/
https://gudangilmu.farmasetika.com/konsekwensi-hukum-dan-dampak-dari-
penghapusan-kata-dokter-hewan-pada-definisi-resep-dalam-regulasi-terkait-
pelayanan-keapotekeran-di-komunitas/