Anda di halaman 1dari 13

RESEP DAN SALINAN RESEP

Oleh:
apt. Dimas Danang Indriatmoko, S.Farm., M.Farm.

A. RESEP
Batasan mengenai resep beberapa kali mengalami perubahan, pada Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor. 922/MENKES/PER/X/1993
Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, Dokter Hewan kepada
Apoteker Pengelola Apotik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita
sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
Perkembangan teknologi memberi dampak perubahan pada beberapa sektor
termasuk bidang kefarmasian seperti dalam hal ini adalah peresepan. Sehingga batasan
mengenai Resep mengalami perubahaan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek yang dimaksud dengan resep
adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada Apoteker, baik
dalam bentuk kertas maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan
farmasi dan/atau alat kesehatan bagi pasien.
Terlihat bahwa resep tidak hanya terbatas dalam bentuk kertas tetapi juga dalam
bentuk elektronik atau dikenal dengan peresepan elektronik (e-prescribing). Sistem
peresepan elektronik (e-prescribing) adalah suatu sistem peresepan dengan menggunakan
perangkat lunak yang didesain untuk mempermudah dalam pelayanan peresepan obat
mulai dari tahap prescribing (penulisan resep), tahap transcribing (pembacaan resep untuk
proses dispensing), tahap dispensing (penyiapan hingga penyerahan resep oleh petugas),
tahap administration (proses penggunaan obat) dan proses monitoring (Sabila, dkk.,
2018).
E-prescribing mempunyai beberapa keunggulan dibanding dengan peresepan
manual, di antaranya dapat mencegah terjadinya risiko salah membaca resep, dapat
memberikan dosis obat yang tepat, input data lebih cepat, lebih hemat dalam penggunaan
kertas dan lebih praktis. Pada peresepan manual, tulisan dokter terkadang tidak terbaca
sehingga dapat menyebabkan kesalahan, penulisan resep seringkali harus diulang, dalam
proses pemesanan, pencatatan dilakukan secara manual dan memerlukan waktu yang lebih
lama dibandingkan dengan e-prescribing (Sabila, dkk., 2018).
Batasan mengenai resep mengalami perubahan kembali seperti yang tertera pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2021 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Klinik. Peraturan tersebut memberikan batasan yaitu resep
adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk
tertulis maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku. Berdasarkan batasan tersebut, yang berhak menulis resep adalah
dokter atau dokter gigi, dokter hewan tidak lagi memiliki kewenangan menulis resep karena
tidak lagi masuk dalam standar pelayanan kefarmasian.
Tetapi kewenangan dokter hewan dalam menuliskan resep saat ini masih
dilindungi oleh undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang
Peternakan Dan Kesehatan Hewan. Dalam undang-undang tersebut pada pasal 51
disebutkan bahwa obat keras yang digunakan untuk pengamanan penyakit hewan
dan/atau pengobatan hewan sakit hanya dapat diperoleh dengan resep dokter hewan.
Sehingga kewenangan dokter hewan dalam menulis resep tidak dapat dihapus oleh
peraturan Menteri, karena kedudukan Undang-undang lebih tinggi dibanding peraturan
Menteri.
Dokter hewan diberi izin untuk menulis resep dari segala macam obat yang digunakan
khusus untuk hewan (Syamsuni, 2006).
Dokter gigi diberi izin untuk menulis dari segala macam obat dengan cara per
parenteral (injeksi) atau cara-cara pemakaian yang lain, khusus untuk mengobati penyakit
gigi dan mulut. Sedangkan pembiusan/patirasa secara umum tetap dilarang bagi dokter gigi
sesuai Surat Edaran S.E. Dep. Kes. No. 19/Ph/Circ/62, Mei 1962 (Anief, 2019).

Resep disebut juga Formulae Medicae, terdiri dari


1. Formulae Officinalis (yaitu resep yang tercantum dalam buku farmakope atau buku
lainnya dan merupakan standar)
2. Formulae Magistralis (yaitu resep yang ditulis oleh
dokter) (Syamsuni, 2006)

KELENGKAPAN RESEP
Resep yang dapat dilayani adalah Resep yang memuat kelengkapan sebagai berikut:
1. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik dokter, alamat praktik dokter dapat dilengkapi
dengan nomor telepon, jam, dan hari praktik.
2. Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter (inscription).
3. Tanda R/pada bagian kiri setiap penulisan Resep, merupakan singkatan dari recipe
yang berarti “harap diambil” (invocation).
4. Nama obat, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, dan jumlahnya (praescriptio/
ordonatio). Jumlah bahan obat dapat dinyatakan dalam satuan berat untuk bahan
padat (microgram, milligram, gram) dan satuan volume untuk cairan (tetes, mililiter,
Liter). Bila di tuliskan angka tanpa keterangan lain, yang dimaksud adalah “gram”.
5. Aturan pakai (signatura). Aturan pemakaian obat umumnya di tulis dengan singkatan
Bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan Signa, disingkat S.
6. Tanda tangan atau paraf dokter/dokter gigi/dokter hewan yang menuliskan Resep
(subscriptio).
7. Nama dan usia pasien. Nama penderita di belakang kata Pro: merupakan identifikasi
penderita, dan sebaiknya dilengkapi dengan alamanya yang akan memudahkan
penelusuran bila terjadi sesuatu dengan obat pada penderita.
Untuk Resep dokter hewan di belakang Pro: harus ditulis jenis hewan serta nama dan
alamat pemiliknya.
Bila penderita seorang anak, maka harus dicantumkan umurnya. Untuk menghitung
apakah dosis yang ditulis pada resep sudah sesuai dengan cocok dengan umur si anak.
Bila resep untuk orang dewasa, dicantumkan dibelakang Pro: Tuan/Nyonya atau
Bapak/Ibu diikuti dengan nama penderita.
Di bawah nama penderita hendaknya dicantumkan juga alamatnya, ini penting alam
keadaan darurat (misalnya salah obat) penderita langsung dapat dihubungi. Alamat
penderita di resep juga akan mengurangi kesalahan/tertukar memberikan obat bila
ada suatu waktu ada dua orang yang menunggu resepnya dengan nama yang
kebetulan sama.
(Syamsuni, 2006; Zaman-Joenoes, 2012 dan Anief, 2019)

MENGGANTI OBAT DALAM RESEP


1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan
Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik
Pasal 15 ayat (2) dan (3)
(2) Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis di dalam
resep dengan obat paten.
(3) Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep.
Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih
tepat.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Apotek
Pasal 21 ayat (2) dan (3)
(2) Dalam hal obat yang diresepkan terdapat obat merek dagang, maka Apoteker
dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien.
(3) Dalam hal obat yang diresepkan tidak tersedia di Apotek atau pasien tidak
mampu menebus obat yang tertulis di dalam Resep, Apoteker dapat mengganti
obat setelah berkonsultasi dengan dokter penulis Resep untuk pemilihan obat
lain.

PENGELOLAAN RESEP
1. Resep bersifat rahasia.
2. Resep harus disimpan di Apotek dengan baik paling singkat 5 (lima) tahun. Resep yang
telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain.
3. Resep atau salinan Resep hanya dapat diperlihatkan kepada dokter penulis Resep,
pasien yang bersangkutan atau yang merawat pasien, petugas kesehatan atau petugas
lain yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

RESEP MENGANDUNG NARKOTIKA


Resep yang dilayani harus asli; ditulis dengan jelas dan lengkap; tidak dibenarkan
dalam bentuk faksimili dan fotokopi, termasuk fotokopi blanko resep.
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian dilarang mengulangi penyerahan obat atas dasar
resep yang diulang (iter) apabila resep aslinya mengandung Narkotika.
Resep yang mengandung narkotika tidak boleh untuk penggunaan sendiri ( mihi ipsi),
aturan penggunaan harus jelas tidak boleh tertulis U.C (usus cognito).
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian dilarang menyerahkan Narkotika berdasarkan salinan
resep yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali apabila tidak menyimpan
resep asli.
Apotek hanya dapat menyerahkan Narkotika berdasarkan resep yang ditulis oleh
dokter yang berpraktek di provinsi yang sama dengan Apotek tersebut, kecuali resep
tersebut telah mendapat persetujuan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tempat Apotek
yang akan melayani resep tersebut.
Penggunaan resep dalam bentuk elektronik di dalam penyerahan Narkotika, Instalasi
Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan Puskesmas diperbolehkan dengan
ketentuan:
a. Pelayanan resep elektronik hanya dapat diselenggarakan oleh sarana yang
mengeluarkan resep elektronik tersebut;
b. Tersedia sistem dokumentasi yang baik sehingga resep elektronik mampu telusur dan
dapat ditunjukkan pada saat diperlukan.
Dalam menyerahkan Narkotika berdasarkan resep, pada resep atau salinan resep harus
dicatat nama, alamat, dan nomor telepon yang bisa dihubungi dari pihak yang mengambil
obat. Resep dan/atau surat permintaan tertulis Narkotika harus disimpan terpisah dari resep
dan/atau surat permintaan tertulis lainnya. Resep yang di dalamnya tertulis Narkotika
bersama Psikotropika dan/atau Prekursor Farmasi harus disimpan bergabung dengan resep
Narkotika lainnya.
RESEP UNTUK PENANGANAN SEGERA
Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat memberi tanda:
Cito : segera
Urgent : penting
Statim : penting
P.I.M : Periculum In Mora = berbahaya bila ditunda.
pada bagian atas kanan resep, apoteker harus mendahulukan pelayanan resep ini termasuk
resep antidotum .

KOMPONEN RESEP MENURUT FUNGSI


Menurut fungsi bahan obatnya, resep terbagi atas :
1. Remidium Cardinal, adalah obat yang berkhasiat utama
2. Remidium Ajuvans, adalah obat yang menunjang bekerjanya bahan obat utama
3. Corrigens, adalah zat tambahan yang digunakan untuk memperbaiki warna, rasa dan
bau dari obat utama.
Corrigens dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Corrigens Actionis, digunakan untuk memperbaiki kerja zat berkhasiat utama.
Contohnya pulvis doveri terdiri dari kalii sulfas, ipecacuanhae radix, dan opii
pulvis. Opii pulvis sebagai zat berkhasiat utama menyebabkan orang sukar
buang air besar, karena itu diberi kalii sulfas sebagai pencahar sekaligus
memperbaiki kerja opii pulvis tersebut.
b. Corrigens Odoris, digunakan untuk memperbaiki bau dari obat. Contohnya
Oleum Cinnamommi dalam emulsi minyak ikan. Bahan lain contohnya adalah
Oleum Rosarum dan Oleum Bergamottae.
c. Corrigens Saporis, digunakan untuk memperbaiki rasa obat. Contohnya
saccharosa atau sirupus simplex untuk obat - obatan yang pahit rasanya. Contoh
lain adalah Sirop Aurantiorum, Tint. Cinamomi, Aqua Menthae Piperitae, dan
lain-lain.
d. Corrigens Coloris, digunakan untuk memperbaiki warna obat . Contohnya obat
untuk anak diberi warna merah agar menarik untuk diminum. Corrigen yang
dapat digunakan adalah Tint. Croci (kuning), Caramel (coklat), Carminum
(merah), dan lain-lain.
e. Corrigens Solubilis, digunakan untuk memperbaiki kelarutan dari obat utama.
Contohnya Iodium dapat mudah larut dalam larutan pekat KI/NaI.

4. Constituens / Vehiculum / Exipiens, merupakan zat tambahan. Adalah bahan obat


yang bersifat netral dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk, sehingga
menjadi obat yang cocok. Contohnya laktosum pada serbuk, amylum dan talcum pada
bedak tabur.

Contoh resep berdasarkan fungsi bahan obatnya.


R/ Sulfadiazin 0,500 (Remidium Cardinale)
Bic-Natric 0,300 (Remidium Ajuvans)
Saccharum 0,100 (Corrigens Saporis)
Lact. 0,200 (Constituens)
Mf. Pulv.dtd no X
S.t.d.d.p. I
Pro : Tn. Budi
(Syamsuni, 2006; Zaman-Joenoes, 2012)

B. SALINAN RESEP (Copy Resep, Apograph, Exemplum, Afschrift)


Salinan resep adalah salinan yang dibuat dan ditandatangani oleh apoteker
menggunakan blanko salinan resep dan bukan berupa fotokopi dari resep asli. Salinan resep
selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli, harus memuat pula:
1. Nama, alamat, dan nomor surat izin sarana;
2. Nama dan nomor Surat Izin Praktek Apoteker;
3. Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan;
4. tanda nedet atau ne detur untuk obat yang belum diserahkan;
5. Nomor resep dan tanggal pembuatan;
6. Stempel sarana.
Salinan Resep hanya dapat diperlihatkan kepada dokter penulis Resep, pasien yang
bersangkutan atau yang merawat pasien, petugas kesehatan atau petugas lain yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 24 Tahun 2021 Tentang
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian).
BAGIAN-BAGIAN SALINAN RESEP:
1. Nama dan alamat apotek, dapat dilengkapi nomor telepon apotek
2. Nama Apoteker Penanggung jawab Apotek (APA) dan nomor Surat Izin Praktik
Apoteker (SIPA)
3. Nama dan umur pasien
4. Nama dokter penulis resep
5. Tanggal penulisan resep
6. Tanggal dan nomor urut pembuatan Salinan Resep
7. Tanda R/
8. Tanda pengambilan obat. Tanda “det” atau “deteur” untuk obat yang sudah
diserahkan “ne det” atau “ne deteur” untuk obat yang belum diserahkan. Tanda
pengambilan obat dapat dituliskan sebagai “det orig” atau “det iter” untuk resep
dengan tanda “iter”
9. Tuliskan p.c.c (pro copy conform) menandakan bahwa salinan resep telah ditulis
sesuai dengan aslinya. Dengan adanya tanda pcc, maka harus selalu diingat bahwa
berapa pun jumlah obat yang akan diperoleh pasien pada saat kunjungan ke apotek,
Salinan resep tetap ditulis sesuai dengan resep aslinya.
10. Tanda tangan apoteker dan cap apotek juga merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari Salinan resep karena kedua komponen tersebut menunjukkan keabsahan Salinan
resep yang dibuat. Kedua komponen tersebut juga terkait dengan legalitas Salinan
resep sebagai sebuah dokumen.

(Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 24 Tahun 2021 Tentang
Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi
Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian;
http://m-rifqi-rokhman.staff.ugm.ac.id/);
(Athijah, dkk., 2011)
ALASAN SALINAN RESEP DIBUAT
Suatu Salinan Resep dibuatkan oleh Apotek dengan alasan:
1. Permintaan dokter
Kalau ada tanda “ITER” di Resep asli. Misalnya “ITER 2X”, berarti Resep boleh diulang
2 kali lagi tanpa resep baru dari dokter. Sebaliknya tanda NI (ne iteretur) berarti resep
tidak boleh diulang.
2. Obat diambil sebagian dari yang tercantum dalam resep.
a. Karena Pasien (sebagai contoh karena pasien tidak memiliki biaya yang cukup
untuk menebus resep)
b. Karena Apotek (Apotek tidak memiliki Sebagian obat yang tercantum di resep)
3. Diminta untuk membuat Salinan Resep oleh pasien.
(Ayudhia, dkk., 2017; Sari, dkk., 2019; dan Zaman-Joenoes, 2009)

Untuk membuat salinan resep harus diperhatikan tanda pengulangan pengulangan resep
dan tanda apakah obat sudah diambil sebagian, seluruhnya, atau belum diambil sama sekali.
SALINAN RESEP TANPA TANDA ITER
(https://m-rifqi-rokhman.staff.ugm.ac.id/2014/03/09/salinan-resep-lengkap/ )

Contoh Resep
dr. Dimas
SIP. 007.999/4444/I/DU/007.1/2023
Jl. Raya Labuan KM 23 Cikaliung,
Pandeglang, Banten 42273
Tlp. (0253) 888888
Pandeglang, 26 Januari 2023

R/ Metformin 500mg No. XXX


S3 dd I paraf
R/ Norvask 5mg No. XXX
S1 dd I paraf

Pro : Tn. Tomi


Umur : 48 tahun
Alamat : Jl. Pancasila No. 01

Obat diambil seluruhnya, maka Salinan Jika obat yang diambil hanya amlodipin
resepnya seperti di bawah ini. 5mg saja maka Salinan resep nya seperti
di bawah ini.
Apotek Danang Farma Apotek Danang Farma
Jl. Merdeka N0. 007 – Pandeglang Jl. Merdeka N0. 007 – Pandeglang
Tlp. (0253) 777777 Tlp. (0253) 777777
Apoteker: apt. Danang, S.Farm. Apoteker: apt. Danang, S.Farm.
SIPA: 007/SIPA/2022 SIPA: 007/SIPA/2022
No : 01 Tgl. 26/01/2023 No : 01 Tgl. 26/01/2023
Dari Dokter : dr. Dimas Tgl. 26/01/2023 Dari Dokter : dr. Dimas Tgl. 26/01/2023
Untuk : Tn. Tomi (48 tahun) Untuk : Tn. Tomi (48 tahun)

R/ Metformin 500mg No. XXX R/ Metformin 500mg No. XXX


S3 dd I det- S3 dd I ne det-
R/ Norvask 5mg No. XXX R/ Norvask 5mg No. XXX
S1 dd I det- S1 dd I det-

PCC PCC

apt. Danang, S.Farm. apt. Danang, S.Farm.


Misalkan Norvask 5mg hanya diambil 20 tablet maka ditulis “det XX” atau “ne det X” dan
Salinan Resepnya dapat digunakan untuk mengambil sisa 10 tablet Norvask 5mg.
SALINAN RESEP DENGAN TANDA ITER
dr. Dimas dr. Dimas
SIP. 007.999/4444/I/DU/007.1/2023 SIP. 007.999/4444/I/DU/007.1/2023
Jl. Raya Labuan KM 23 Cikaliung, Jl. Raya Labuan KM 23 Cikaliung,
Pandeglang, Banten 42273 Pandeglang, Banten 42273
Tlp. (0253) 888888 Tlp. (0253) 888888
Pandeglang, 26 Januari 2023 Pandeglang, 26 Januari 2023

ITER 3X R/ Metformin 500mg No. LX


R/ Metformin 500mg No. LX ITER X S2 dd I paraf
S2 dd I paraf
R/ Norvask 5mg No. XXX
R/ Norvask 5mg No. XXX S1 dd I paraf
S1 dd I paraf
Pro : Tn. Tomi
Pro : Tn. Tomi Umur : 48 tahun
Umur : 48 tahun Alamat: Jl. Pancasila No. 01
Alamat : Jl. Pancasila No. 01
Penulisan iter pada bagian atas resep Penulisan iter di samping salah satu sediaan,
sehingga yang diulang adalah keseluruhan sehingga yang diulang adalah sediaan yang
obat dalam resep yaitu Metformin 500mg ada di sampingnya yaitu Metformin 500mg
dan Norvask 5 mg. saja, sedangkan untuk Norvask 5mg tidak
diulang.

Iter yang tertulis 3x berarti obat dalam resep boleh diberikan sebanyak 4 kali, dimana
pengambilan yang pertama menggunakan resep asli, pengambilan yang kedua
menggunakan salinan resep pertama (pengulangan yang ke-1x), pengambilan yang kedua
dengan menggunakan salinan resep kedua (pengulangan yang ke-2x), dan pengambilan
yang ketiga dengan menggunakan salinan resep ketiga (pengulangan yang ke-3x)
PENGAMBILAN PERTAMA PENGAMBILAN KE-DUA
dr. Dimas Apotek Danang Farma
SIP. 007.999/4444/I/DU/007.1/2023 Jl. Merdeka N0. 007 – Pandeglang
Jl. Raya Labuan KM 23 Cikaliung, Tlp. (0253) 777777
Pandeglang, Banten 42273 Apoteker: apt. Danang, S.Farm.
Tlp. (0253) 888888 SIPA: 007/SIPA/2022
Pandeglang, 26 Januari 2023 No : 01 Tgl. 26/01/2023
Dari Dokter : dr. Dimas Tgl. 26/01/2023
ITER 3X Untuk : Tn. Tomi (48 tahun)
R/ Metformin 500mg No. LX
S2 dd I paraf ITER 3X
R/ Metformin 500mg No. LX
R/ Norvask 5mg No. XXX S2 dd I det orig-
S1 dd I paraf R/ Norvask 5mg No. XXX
S1 dd I det orig-
Pro : Tn. Tomi
Umur : 48 tahun
Alamat: Jl. Pancasila No. 01
PCC

apt. Danang, S.Farm.


Pasien datang pertama kali ke Apotek Setelah satu bulan (26-02/2023).
membawa resep di atas (dengan tanda ITER Pasien datang ke Apotek membawa Salinan
3X). Pasien menerima Metformin 500mg Resep di atas.
sebanyak 60 tablet dan Norvask 5mg Pasien mendapat Metformin 500mg
sebanyak 30 tablet. sebanyak 60 tablet dan Norvask 5mg
Resep disimpan oleh Apotek dan pasien sebanyak 30 tablet.
mendapat Salinan Resep seperti di samping Salinan Resep tersebut dismpan Apotek dan
kanan. pasien mendapat Salinan Resep baru.
PENGAMBILAN KE-TIGA PENGAMBILAN KE-EMPAT
dr. Dimas Apotek Danang Farma
SIP. 007.999/4444/I/DU/007.1/2023 Jl. Merdeka N0. 007 – Pandeglang
Jl. Raya Labuan KM 23 Cikaliung, Tlp. (0253) 777777
Pandeglang, Banten 42273 Apoteker: apt. Danang, S.Farm.
Tlp. (0253) 888888 SIPA: 007/SIPA/2022
No : 01 Tgl. 26/02/2023 No : 01 Tgl. 26/02/2023
Dari Dokter : dr. Dimas Tgl. 26/01/2023 Dari Dokter : dr. Dimas Tgl. 26/01/2023
Untuk : Tn. Tomi (48 tahun) Untuk : Tn. Tomi (48 tahun)

ITER 3X ITER 3X
R/ Metformin 500mg No. LX R/ Metformin 500mg No. LX
S2 dd I det iter 1x- S2 dd I det iter 2x-
R/ Norvask 5mg No. XXX R/ Norvask 5mg No. XXX
S1 dd I det iter 1x- S1 dd I det iter 2x-

PCC PCC

apt. Danang, S.Farm. apt. Danang, S.Farm.


Setelah satu bulan (26-02/2023). Setelah satu bulan (26-03/2023).
Pasien datang ke Apotek membawa Salinan Pasien datang ke Apotek membawa Salinan
Resep di atas. Resep di atas.
Pasien mendapat Metformin 500mg Pasien mendapat Metformin 500mg
sebanyak 60 tablet dan Norvask 5mg sebanyak 60 tablet dan Norvask 5mg
sebanyak 30 tablet. sebanyak 30 tablet.
Salinan Resep tersebut dismpan Apotek dan Salinan Resep tersebut dismpan Apotek.
pasien mendapat Salinan Resep baru Jika pasien meminta Salinan Resep (misal
seperti Salinan Resep di samping. untuk klaim asuransi) maka pada Salinan
Resep yang baru harus di tulis dengan
tanda “det” (obat seluruhnya sudah
diambil, termasuk dengan pengulangannya)
DAFTAR PUSTAKA

Anief M. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2019.
Athijah U, Pristianty L, Puspitasari HP. Buku Ajar Preskripsi Obat dan Resep Jilid 1. Surabaya:
Airlangga University Press; 2011.
Ayudhia R, Soebijono T, Oktaviani. Rancang Bangun Sistem Informasi Penjualan Obat Pada
Apotek Ita Farma. JSIKA 2017;6(1).
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor.
922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik.
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 24 Tahun 2021 Tentang Pengawasan
Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan Dan
Tata Cara Pemberian Izin Apotik.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotek.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2021 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Klinik
Sabila FC, Oktarlina RZ, Utami N. Peresepan Elektronik ( E-Prescribing) Dalam Menurunkan
Kesalahan Penulisan Resep. Majority 2018, 7(3), 271-5.
Sari CP, Mafruhah O R, Fajria RN, Meta A. Evaluasi Pelayanan Resep Berdasarkan
Pelaksanaan Standar Kefarmasian di Apotek Tempat Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) Kota Yogyakarta. Jurnal Pharmascience. 2019, 06(01), 18 – 29.
Syamsuni A. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan Dan Kesehatan Hewan. Zaman-
Joenoes N. Ars Prescribendi Resep yang Rasional. Jilid 1. Edisi 2. Surabaya: Airlangga
University Press; 2009.
https://m-rifqi-rokhman.staff.ugm.ac.id/2014/03/09/salinan-resep-lengkap/
https://gudangilmu.farmasetika.com/konsekwensi-hukum-dan-dampak-dari-
penghapusan-kata-dokter-hewan-pada-definisi-resep-dalam-regulasi-terkait-
pelayanan-keapotekeran-di-komunitas/

Anda mungkin juga menyukai