BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Resep dapat diartikan sebagai Permintaan Tertulis dari seorang Dokter maupun Dokter
Hewan terhadap sejumlah Obat atau Alat Kesehatan kepada seorang Apoteker di Apotek. Resep
adalah permintaan tertulis seorang dokter , dokter gigi atau dokter hewan yang diberi izin
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola apotik
untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi penderita.
Dokter gigi diberi izin menulis resep dari segala macam obat untuk pemakaian gigi dan
mulut dengan cara injeksi/parenteral atau cara pakai lainnya. Sedangkan pembiusan atau patirasa
secara umum tetap dilarang bagi dokter gigi sesuai surat edaran dari Depkes RI No. 19/Ph/62 2
Mei 1962.
Dokter hewan diberi izin untuk menulis resep dari segala macam obat yang digunakan
khusus untuk hewan.
Resep disebut juga formulae medicae, terdiri dari formulae officinalis (yaitu resep yang
tercantum dalam buku farma-kope atau buku lainnya dan merupakan standar) dan formulae
magistralis (yaitu resep yang ditulis oleh dokter)formulae medicae, terdiri dari formulae
officinalis (yaitu resep yang tercantum dalam buku farma-kope atau buku lainnya dan merupakan
standar) dan formulae magistralis (yaitu resep yang ditulis oleh dokter)
Copy resep atau turunan resep adalah salinan resep yang dibuat oleh apoteker atau
apotek. Selain memuat semua keterangan obat yang terdapat pada resep asli. Salinan resep atau
resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penlis resep, penderita yang bersangkutan,
petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurutperaturan perundangan-undangan
yang berlaku.
b. Rumusan masalah
Permasalahan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Apa saja bagian-bagian dari resep dan copy resep?
2. Apa saja ketentuan resep, copy resep dan apoteker?
3. Bagaimana Komponen Resep Menurut Fungsi, Penyimpanan Resep dan copy resep,pelayanan
apotek terhadap resep,permasalahan terkait dengan resep di apotek dan cara membaca resep?
4. Apa aturan dari pengulangan copy resep dan bahaya dari pengulangan copy resep?
c.
Tujuan
Menjaga kerahasiaan
Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis atau yang merawat penderitapenderita sendiri dan petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundangundangan yang berlaku. (contohnya petugas pengadilan bila diperlukan untuk suatu perkara).
B. Bagian-bagian dari resep dan copy resep
1.
Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, atau dokter hewan.
Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat
(invocatio/inscriptio)
Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan
Tanda seru atau paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi
dosis.
2.
Tanda det atau detur untuk obat yang sudah diserahkan; tanda nedet atau nedetur untuk obat
yang belum diserahkan
Apabila resep tidak dapat dibaca dengan jelas atau tidak lengkap, apoteker wajib menanyakan
kepada penulis resep.
Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang
tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep.
Apabila dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, tanggung jawab sepenuhnya dipikul oleh
dokter yang bersangkutan (dokter wajib menyatakannya secara tertulis atau membubuhkan tanda
tangan yang lazim di atas resep).
Apabila apoteker menganggap pada resep terdapat kekeliruan yang berbahaya dan tidak dapat
menghubungi dokter penulis resep, penyerahan obat dapat ditunda.
Dokter gigi diberi izin untuk menulis segala macam obat dengan cara parenteral (injeksi) atau
cara-cara pemakaian lain, khusus untuk mengobati penyakit gigi dan mulut.
Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera, dokter dapat memberikan tanda
cito/statim/urgent (segera), P I M/periculum in mora (berbahaya bila ditunda) pada bagian
kanan resep, dan harus didahulukan dalam pelayanannya.
Resep p.p /pro paupere (resep untuk orang miskin), dimaksud agar apotek dapat meringankan
harga obat atau bila dapat diberi gratis.
Pada resep asli yang diberi tanda n.i/ne iteratur (tidak boleh diulang), maka apotek tidak boleh
mengulangi penyerahan obat atas resep yang sama
sendiri)
-
aturan pakai (signa) ditulis dengan jelas, tidak boleh ditulis s.u.c /signa usus cognitus (sudah
tahu aturan pakai)
ketentuan copy resep
Salinan resep harus ditandatangani oleh APA (bila tidak ada dilakukan oleh apoteker
pendamping, asisten apoteker kepala, apoteker supervisor atau apoteker pengganti dengan
mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan).
Resep/salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat
penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan apoteker
Apoteker = sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker,
mereka yang berdasarkan peraturan per-UU yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
Apoteker pengelola apotek (APA) = apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA=surat
izin yang diberikan oleh Menteri kepada apoteker atau apoteker bekerja sama dengan pemilik
sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu).
Apoteker supervisor = apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di
tempat lebih dari satu hari sampai tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki surat ijin
pengelola apotek dan dapat berupa APA pada salah satu apotek lain.
Apoteker pengganti = apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di
tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Iin Kerja dan tidak
bertindak sebagai APA di apotek lain.
D. Komponen resep menurut fungsinya
Menurut fungsi bahan obatnya, komponen resep terbagi atas :
1). Remidium Cardinal, adalah bahan atau obat yang berkhasiat utama
2). Remidium Ajuvans, adalah bahan atau obat yang menunjang bekerjanya bahan obat utama
3). Corrigens, adalah zat tambahan yang digunakan untuk memperbaiki warna, rasa dan bau dari obat
utama.
Corrigens dapat kita bedakan sebagai berikut :
a.
CorrigensActionis,
pulvis
doveri
terdiri
dari
kalii
sulfas,
CorrigensOdoris,
c.
CorrigensSaporis,
d.
CorrigensColoris,
diminum.
e.
CorrigensSolubilis,
4). Constituens / Vehiculum / Exipiens, merupakan zat tambahan atau bahan obat yang bersifat netral
dan dipakai sebagai bahan pengisi dan pemberi bentuk, sehingga menjadi obat yang cocok.
E. Penyimpanan resep dan copy resep
Resep yang telah dikerjakan diatur menurut tanggal dan nomor urut penerimaan resep dan harus
disimpan minimal tiga tahun.
Resep yang telah disimpan lebih dari tiga tahun dapat dimusnahkan dengan cara dibakar atau
dengan cara lain yang memadai oleh APA bersama sekurang-kurangnya seorang petugas apotek,
dan harus dibuat berita acara pemusnahan.
Apoteker Pengelola Apotik mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal dan
nomor urut penerimaan resep. Resep harus disimpan sekurang-kurangnya selama 3 tahun. Resep
yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya.Resep yang disimpan melebihi
jangka 3 tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang memadai oleh
Apoteker Pengelola Apotik bersama-sama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotik.
Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah
ditentukan, rangkap 4 dan ditanda-tangani oleh APA bersama dengan sekurang-kurangnya
seorang petugas apotik.
Apoteker tidak dibenarkan mengulangi penyerahan obat atas dasar resep yang sama apabila
pada resep aslinya tercantum tanda n.i. ( ne iteratur = tidak boleh diulang) atau obat narkotika
atau obat lain yang oleh Menkes (khususnya Dir Jen. POM) yang ditetapkan sebagai obat yang
tidak boleh diulang tanpa resep baru dari dokter.
Apotek wajib melayani resep dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.
Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang
dilandasi pada kepentingan masyarakat.
Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis di dalam resep dengan obat paten.
Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep, apoteker wajib
berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.
Apotek dapat melakukan pembuatan, pengubahan bentuk, peracikan obat dan bahan obat untuk
pelayanan resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
Apotek dapat melakukan pembuatan, pengubahan bentuk, peracikan obat dan bahan obat untuk
pelayanan langsung tanpa resep khusus untuk obat bebas dan bebas terbatas.
Apotek dapat melakukan pembuatan, pengubahan bentuk, peracikan obat dan bahan obat untuk
pelayanan lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
G. Permasalahan terkait dengan resep di apotek
Resep palsu
Sering dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, terutama para pengguna
narkotika dan psikotropika.
Isi/obat dalam resep tidak rasional (ex. untuk psikotropika tertentu ditulis dalam jumlah sangat
banyak)
- Resep yang dibawa berupa salinan resep, sedangkan resep aslinya tidak disimpan oleh apotek
yang bersangkutan.
Perlu diwaspadai juga jenis obat lain yang sering disalahgunakan, ex. CTM, DMP.
Pelayanan resep oleh bidan
Menurut Permenkes No.922 th 1993, Kepmenkes No. 1332 th 2002 (Ketentuan dan tata cara
pemberian izin apotek) dan Kepmenkes No.1027 th 2004 (Standar pelayanan kefarmasian di
apotek), resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan kepada
apoteker (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita/pasien sesuai per-UU
yang berlaku.
Menurut Kepmenkes No.900 th 2000 (Registrasi dan praktek bidan), bidan boleh menuliskan
permintaan kepada apoteker tentang kebutuhan obat tertentu untuk pasien dengan
menggunakan lembaran permintaan obat.
Keterangan gambar :
1.
Sebuah Resep yang Lengkap diantaranya Harus Mencantumkan Nama Dokter dan Alamat
Prakteknya, seperti terlihat dibagian atas Resep ini.
2.
Harus menyertakan Tanda R/ di resepnya. Tanda R/ ini singkatan dari Bahasa Latin yakni Recipe
artinya Ambilah.
3.
Di bagian R/ yang pertama terlihat ada beberapa obat dalam satu R/. Sudah bisa ditebak, bahwa
Obat ini akan diracik. Obat yang terdapat didalam R/ yang pertama terdiri dari : CTM, Efedrin,
Aminophyline, Laktas Calsium, Glyceril guaicolate. Jumlah Miligram (mg) atau Tablet (tab)
disamping obat, adalah jumlah obat yang dibutuhkan.
4.
Masih diresep R/ pertama, ada perintah Cara Pembuatan dengan kata-kata seperti ini : m.f.
pulv. dtd No. XC da in caps. Ini adalah singkatan dalam Bahasa Latin yakni Misce Fac Pulvis
Da Tales Dosis Numero XC, Da In Capsule.
m.f = Misce Fac = Buatlah
pulv = Pulvis = Serbuk
dtd = Da Tales Dosis = Sesuai Dosis
No. XC = Nomero XC = Banyaknya 90
da in caps = Da In Capsule = Buat dalam bentuk Kapsul
5.
Masih di R/ yang pertama. Tertulis S. 3 dd caps I. Ini dapat diartikan : Signa Tre De Die
Capsule Uno. Artinya : Tandailah 3 Kali Sehari Satu Kapsul.
6.
Beralih di R/ yang kedua. Tertulis Salbutamol 2mg tab No VL. Artinya : Obat Salbutamol 2mg
Berbentuk Tablet Sebanyak 45 Tablet. Setelah itu tertulis juga : S. 3 dd , artinya Pakailah
Salbutamol 2mg itu, 3 kali sehari 1/2 Tablet sekali minumnya
7.
Beralih ke R/ yang ke tiga. Tertulis Interhistin tab No XXX. Sama dengan R/ yang kedua,
Obat Interhistin diminta sejumlah 30 tablet. Dan dibawahnya tertulis aturan pakainya : S. 2 dd
1, artinya Minumlah 2 Kali sehari masing-masing 1 tablet.
8.
Masuk ke R/ ke empat. Disana tertulis OBH Syr fl. I. Bahasa latinnya : OBH Sirup Flesh
Uno. Artinya : OBH Sirup sebanyak 1 Botol. Dibawahnya tertulis aturan pakai nya S. 3 dd C
I. Bahasa Latinnya : Signa Thre De Die Cochlear Uno. Artinya : Minum OBH Sirup 3 Kali
Sehari Satu Sendok Makan.
9.
Setelah pembahasan semua jumlah obat, tidak kalah pentingnya, bahwa Nama Pasien, Umur dan
Alamat. Jangan terima jika resep bila Nama Pasien Anda tidak jelas atau lengkap (Bagi Petugas
Apotek).
10. No. RM = Nomer Rekam Medik. Artinya Pasien Tn Sodikin sedang menjalani Rawat Inap di
RSAL Mintohardjo.
*Resep untuk pengobat segera*
Untuk penderita yang memerlukan pengobatan segera dokter dapat memberi tanda :
-
Cito : segera
Urgent : penting
Statim : penting
Pertama, kopi resep yang mengandung obat bebas atau bebas terbatas dapat diulang dengan
ketentuan penderita memperoleh informasi yang jelas, baik tertulis (dalam kemasan asli yang
dilengkapi brosur) maupun secara lisan dari apoteker.
Kedua, kopi resep yang telah diberikan seluruh obatnya dapat berlaku lagi bila kopi tersebut
telah diketahui dan disetujui kembali oleh dokter yang berangkutan. Akan tetapi, hal ini sekarang
jarang terjadi.
Ketiga, untuk resep yang mengandung narkotika, tidak boleh ada tanda iter. Obat jenis ini selalu
memerlukan resep baru, kecuali bila baru diambil sebagian.
Dalam hal ini resep terdapat beberapa pengaturannya, sebagai berikut:
a.) Salinan resep harus ditanda tangani oleh apoteker
b.) Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dalam jangka waktu 3 tahun
c.) Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau merawat
penderita, penderita bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut
undang-undang yang berlaku.
J.
Sering mengulang kopi resep yang mengandung kortikosteroid (misal deksametason, prednison)
dalam jangka waktu lama akan menimbulkan full moon face. Wajah menjadi bulat, bengkak
seperti bulan karenaedema akibat retensi natrium. Kortikosteroiddeksametosan memang sering
disalahgunakan untuk menambah nafsu makan. Padahal, obat ini sebenarnya untuk penyakit
alergi, gatal-gatal kulit, asma, dll. Gemuknya badan bukan karena deposit protein, melainkan
karena air yang timbul dari edema. Dampak lain adalah timbulnya penyakit mag karena sekresi
asam lambung meningkat dan timbulnya luka di lambung, keropos tulang, serta hiperglikemia
yang mirip diabetes mellitus.
Pengulangan kopi resep yang mengandung antibiotik tetrasiklin secara terus menerus dapat
menyebabkan kerusakan gigi pada anak-anak (gigis), bercak-bercak hitam, dan nefrotoksik.
Kopi resep bahkan ada yang dipinjamkan kepada tetangga. Celakanya, baru setelah dikonsumsi,
ketahuan bahwa orang tersebut alergi terhadap obat itu. Begitu dicek, ternyata obat tersebut
adalah ampisilin (golongan penisilin).
Kopi resep untuk anak kecil yang digunakan untuk kakaknya, tentu kurang menyembuhkan.
Sebaliknya, bila kopi resep si kakak yang digunakan untuk mengobati si adik, bisa terjadi
keracunan akibat kelebihan dosis.
Mengulang kopi resep lama karena mengira cocok dengan keluhan pasien, padahal ternyata
penyakitnya berbeda.
Maka kopi resep masih berlaku apabila:
Maka sebaiknya kita bijak dalam menyikapi kopi resep. Konsultasikan dulu dengan
dokter atau apoteker. Dokter dan apoteker pun sudah saatnya menginformasikan kepada pasien
untuk tidak begitu saja mengulang kopi resep yang sudah tidak berlaku lagi. Sebaiknya apotek
juga menambahkan label ne iter atau tidak dapat diambil lagi kecuali dengan resep baru dokter.
(Intisari)