Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS

“ Kajian Administrasi Resep, Kopi Resep dan Etiket “

Disusun Oleh :

Kelompok 4 D

Ahmad Baharudin 11161020000086

Vicka Hendriyan 11161020000093

Nurul Aisyi Rofida 11161020000097

Ayu Haryati 11161020000088

Ade Lia Fitri 11161020000081

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
MARET2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Profesi apoteker mempunyai tanggung jawab dalam pelayanan


kefarmasian untuk mengoptimalkan terapi guna memperbaiki kualitas hidup
pasien. Tetapi masih sering terjadinya kesalahan pengobatan (medication error)
dan obat-obatan yang merugikan dapat berdampak buruk bagi pasien (Pote S,
2007). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.51 Tahun
2009 tentang kefarmasian, resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter
gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Resep merupakan
hal terpenting sebelum pasien menerima obat. Dalam alur pelayanan resep,
apoteker wajib melakukan skrining resep yang meliputi skrining admninstrasi,
kesesuaian farmasetis, dan kesesuian klinis untuk menjamin legalitas suatu resep
dan meminimalkan kesalahan pengobatan.

Penulisan resep harus memenuhi persyaratan administrasi, persyaratan


farmasetis, persyaratan klinis. Kesalahan pengobatan dapat dikurangi dengan
melakukan skrining awal (Hepler dan Strand, 1990). Skrining awal yang
dilakukan seorang farmasis meliputi skrining administratif, farmasetis dan klinis.
Peran farmasi klinik dalam 4 melakukan pengkajian resep pengobatan sangatlah
penting, diantaranya skrining resep. Resep harus ditulis dengan jelas untuk
menghindari salah presepsi antara penulis dengan pembaca resep, kegagalan
komunikasi dan salah interpretasi antara dokter dengan apoteker merupakan alah
satu faktor kesalahan medikasi (medication error) yang berakibat fatal bagi pasien
(Cohen, 1999)

Permasalahan dalam peresepan merupakan salah satu kejadian medication


error. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa medication error adalah
kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan
tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Bentuk medication error yang
terjadi adalah pada fase prescribing (error terjadi pada penulisan resep) yaitu
kesalahan yang terjadi selama proses peresepan obat atau penulisan resep.
Dampak dari kesalahan tersebut sangat beragam, mulai yang tidak memberi resiko
sama sekali hingga terjadinya kecacatan bahkan kematian (Siti, 2015).

Berdasarkan masalah tersebut, dilakukan pengkajian terhadap kelengkapan


administratif pada resep apakah memenuhi ketentuan kelengkapan administratif
resep pada praktikum kali ini.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan resep?

2. Apa yang dimaksud dengan etiket?

3. Apa saja kelengkapan administrasi resep?

4. Apa saja informasi yang harus disertakan pada etiket?

5. Bagaimana analisis resep berdasarkan peraturan perundang-undangan?

1.2 Tujuan Praktikum

Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat

melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar pelayanan kefarmasian, yaitu


:

- Membaca resep
- Mengkaji resep secara administrasi
- Membuat kopi resep dan etiket
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar

Menurut Permenkes No. 919/Menkes/Per/X/1993 resep adalah permintaan


tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker pengelola apotek
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Yang berhak menulis resep adalah dokter,
dokter gigi dan dokter hewan sedangkan yang berhak menerima resep adalah
apoteker pengelola apotek yang bila berhalangan tugasnya dapat digantikan
Apoteker Pendamping/ Apoteker Pengganti atau Asisten Apoteker Kepala di
bawah pengawasan dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek (Kepmenkes
No. 280/Menkes /SK/V/1981)

Dalam hal penulisan resep, terdapat titik--titik rawan yang harus difahami
baik oleh penulis resep (prescriber) maupun pembaca resep (dispenser). Resep
harus ditulis dengan jelas dan lengkap untuk menghindari adanya salah persepsi
diantara keduanya dalam "mengartikan sebuah resep". Menurut Michelle R.
Colien kegagalan komunikasi dan salah interpretasi antara prescriber dengan
dispenser merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya kesalahan medikasi
(medication error) yang bisa berakibat fatal bagi penderita (Cohen, 1999).

Tidak ada aturan baku yang sama di seluruh dunia tentang penulisan resep
obat karena setiap negara mempunyai peraturan sendiri-sendiri (de Vries, dkk.,
1994). Di Indonesia Permenkes No.26/Menkes/Per/I/I/1984 menyebutkan resep
harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Selanjutnya dalam Kepmenkes
No.280/Menkes/SK/V/1984 menyebutkan bahwa pada resep harus dicantumkan :

1. Nama dan alamat penulis resep, serta nomor izin praktek


2. Tanggal penulisan resep
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
4. Dibelakang lambang R/ harus ditulis nama setiap obat atau komposisi
obat
5. Tanda tangan atau paraf penulis resep
6. Jenis hewan, nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan.

Skrining resep atau biasa dikenal dengan pengkajian resep merupakan


kegiatan apoteker dalam mengkaji sebuah resep yang meliputi pengkajian
administrasi, farmasetik dan klinis sebelum resep diracik. Tujuannya untuk
menjamin keamanan dan kemanjuran dari obat dalam resep ketika digunakan
pasien serta memaksimalkan tujuan terapi. Skrining resep terbagi menjadi 3
langkah :

a. Skrining administratif:
1. Informasi pasien berupa nama pasien, umur, jenis kelamin, berat
badan, alamat)
2. Informasi dokter penulis resep berupa nama dokter, nomor surat izin
praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf)
3. Tanggal penulisan resep

b. Skrining farmasetik :
1. Bentuk dan kekuatan sediaan
2. Stabilitas
3. Kompatibilitas (ketercampuran obat)

c. Skrining klinis :
1. Ketepatan indikasi dan dosis obat
2. Aturan, cara dan lama penggunaan obat
3. Duplikasi dan atau polifarmasi
4. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain)
5. Kontra indikasi
6. Interaksi

Salinan resep adalah semua keterangan yang termuat dalam resep asli
dituliskan dalam form salinan resep, yang juga harus memuat hal hal berikut :

1. Nama dan alamat apotek


2. Nama dan nomor SIK apoteker pengelola apotek
3. Tandatangan atau paraf apoteker
4. Tanda det (detur) untuk obat yang sudah diserahkan, dan atau tanda nedet
(ne detur) untuk obat yang belum diserahkan
5. Nomor resep dan tanggal pembuata

Ketentuan lain salinan resep :

1. Salinan resep harus ditandatangani oleh APA (bila tidak ada dapat
dilakukan oleh apoteker pendamping, asisten apoteker kepala dengan
mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan)
2. Resep/salinan resep harus dirahasiakan
3. Resep/salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep
atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas
kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku
BAB III

METODOLOGI

3.1.Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Senin, 18 Maret 2019
Waktu : 13.30 – 15.30 WIB
Tempat : Laboratorium lantai 3 Fikes UIN Jakarta

3.2.Alat dan Bahan


1. Kertas folio
2. Penggaris, pulpen dan corection pen

3.3.Prosedur Kerja
1. Mahasiswa mendapatkan resep yang diberikan oleh dosen pembimbing
praktikum.
2. Membaca resep yang diberikan.
3. Melakukan kajian terhadap kelengkapan administrasi resep, dan
mencatat masalah yang terdapat pada resep jijka ada.
4. Membuat kopi resep terhadap resep asli yang didapat.
5. Membuat etiket obat
6. Membuat laporan
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Resep 1
 Copy Resep
APOTEK BAROKAH
Jalan Kertamukti no98, Ciputat
Telp. (082)111111
Afra, M.Sc.,Apt (SIA: KP.29.09.9.8.2507
SALINAN RESEP

No : 01 Tgl :
21/03/2019
Nama Dokter : Dr.Fulan Tgl :
21/03/2019
Alamat Dokter : Jl. Kertamukti no 100
Untuk : Fulaniah

R/ Pamol syr fls No I


S 3 dd 1 cth
det
R/ Azitromisin tab 500 mg No I
m.f. pulv dtd No III
S 1 dd 1 pu;v
det
PCC
Afra,
M.Sc.,Apt

 Etiket
APOTEK BAROKAH
Jalan Kertamukti no98, Ciputat
Telp. (082)111111
Afra, M.Sc.,Apt (SIA: KP.29.09.9.8.2507
No. Resep : 01 Jakarta,
21/03/2019
Ny. Fulaniah
Pamol
3 X sehari, 1 tablet
Diminum : Sebelum / Sesudah Makan
Semoga Lekas Sembuh
APOTEK BAROKAH
Jalan Kertamukti no98, Ciputat
Telp. (082)111111
Afra, M.Sc.,Apt (SIA: KP.29.09.9.8.2507
No. Resep : 01 Jakarta,
21/03/2019
Ny. Fulaniah
Azitromisin
3 X sehari, 1 bungkus
Diminum : Sebelum / Sesudah Makan
Semoga Lekas Sembuh

2. Resep 2
 Copy Resep
APOTEK BAROKAH
Jalan Kertamukti no98, Ciputat
Telp. (082)111111
Afra, M.Sc.,Apt (SIA: KP.29.09.9.8.2507
SALINAN RESEP

No : 02 Tgl :
21/03/2019
Nama Dokter : Dr.Santoso Tgl :
21/03/2019
Alamat Dokter : Jl. WR. Supratman
Untuk : Alifah
Alamat Pasien : Pondok Ranji

R/ Tempera sir 160 mg/5ml No. 1


S 3 dd cth 1 prn demam
det
R/ Cefspan Susp 100 mg/5ml No.1
S bdd cth 1/4
det
R/ Actifed plus expectorant sirup 60 ml No.1
S tdd cth 1/4
nedet

PCC
Afra,
M.Sc.,Apt

 Etiket
APOTEK BAROKAH
Jalan Kertamukti no98, Ciputat
Telp. (082)111111
Afra, M.Sc.,Apt (SIA: KP.29.09.9.8.2507
No. Resep : 02 Jakarta,
21/03/2019
An. Alifah
Tempera sir 160 mg/5ml
3 X sehari, 1 sendok teh
Diminum : Sebelum / Sesudah Makan
JIKA DEMAM
Jumlah Obat : 1 botol
Harus dengan Resep Dokter
Semoga Lekas Sembuh
APOTEK BAROKAH
Jalan Kertamukti no98, Ciputat
Telp. (082)111111
Afra, M.Sc.,Apt (SIA: KP.29.09.9.8.2507
No. Resep : 02 Jakarta,
21/03/2019
An. Alifah
Cefspan Susp 100 mg/5ml
2 X sehari, 1/4 sendok teh
Diminum : Sebelum / Sesudah Makan
JIKA DEMAM
Jumlah Obat : 1 botol
Harus dengan Resep Dokter
Semoga Lekas Sembuh
3. Resep 3
 Copy Resep
APOTEK BAROKAH
Jalan Kertamukti no98, Ciputat
Telp. (082)111111
Afra, M.Sc.,Apt (SIA: KP.29.09.9.8.2507
SALINAN RESEP

No : 03 Tgl :
21/03/2019
Nama Dokter : Dr.Budi, Sp.PD Tgl :
21/03/2019
Untuk : Bu Joko (60 th)
TB/BB : 150/70
Alamat Pasien : Jakarta

Iter 5 X
R/ Norvask 10 no XXX
S 0-0-1
det
R/ Simvastatin 40 tab no X
S 1-0-0
det
R/ Magasida tab no XXX
S 4 dd 1
det

PCC
Afra,
M.Sc.,Apt

 Etiket
APOTEK BAROKAH
Jalan Kertamukti no98, Ciputat
Telp. (082)111111
Afra, M.Sc.,Apt (SIA: KP.29.09.9.8.2507
No. Resep : 03 Jakarta,
21/03/2019
Ny Joko
Norvask 10
1 X sehari, Setiap Malam
Harus dengan Resep Dokter
Semoga Lekas Sembuh

APOTEK BAROKAH
Jalan Kertamukti no98, Ciputat
Telp. (082)111111
Afra, M.Sc.,Apt (SIA: KP.29.09.9.8.2507
No. Resep : 03 Jakarta,
21/03/2019
Ny Joko
Simvastatin 40
1 X sehari, Setiap Pagi
Harus dengan Resep Dokter
Semoga Lekas Sembuh

APOTEK BAROKAH
Jalan Kertamukti no98, Ciputat
Telp. (082)111111
Afra, M.Sc.,Apt (SIA: KP.29.09.9.8.2507
No. Resep : 03 Jakarta,
21/03/2019
Ny Joko
Magasida tab
4 X sehari, 1 tablet
Harus dengan Resep Dokter
Semoga Lekas Sembuh

4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan pembacaan resep, mengkaji resep


secara administrasi dan membuat kopi resep beserta etiketnya. Resep adalah
permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam
bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
pasien sesuai peraturan yang berlaku (PERMENKES No.35 tahun 2014). Tak
jarang dijumpai pada beberapa kasus dimana resep obat tidak memenuhi
kelengkapan resep, oleh karena itu diperlukan persyaratan pengkajian resep yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kelalaian pencantuman informasi, penulisan
resep yang buruk dan penulisan resep yang tidak tepat (Katzung, 2004). Kegiatan
pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan
klinis. Pencantuman nama dan alamat prescriber dengan jelas dan lengkap sangat
diperlukan jika terdapat hal-hal yang tidak jelas atau meragukan dalam resep yang
perlu ditanyakan terlebih dahulu kepada penulis resep, menghindarkan
penyalahgunaan resep dilingkungan masyarakat serta memperlancar pelayanan
bagi pasien di apotek.
Pada resep pertama, ditemukan kurangnya penulisan tanggal SIP,
No.telpon Dokter, umur, alamat pasien, tanggal resep, jenis kelamin, berat badan
pasien dan tanda khusus. SIP, dan No. telpon Dokter Tujuannya agar ketika
Apoteker melakukan skrinning resep kemudian terjadi kesalahan mengenai
kesesuaian farmasetik yang meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
kontraindikasi, cara dan lama pemberian, dokter penulis resep tersebut dapat
langsung dihubungi untuk melakukan pemeriksaan kembali. Hal ini juga
diperlukan untuk menjamin keamanan pasien, bahwa dokter yang bersangkutan
mempunyai hak dan dilindungi undang-undang dalam memberikan pengobatan
bagi pasiennya. Kemudian penulisan berat badan pasien juga diperlukan agar
tercapainya dosis yang tepat. Hal-hal yang berpotensi menimbulkan medication
error adalah berat badan pasien, tanggal penulisan resep, umur pasien, aturan
pakai (Rahmawati, fita, dkk. 2002). Sedangkan penulisan jenis kelamin masih
dapat diketahui dari data pendukung berupa nama pasien yang menandakan
bahwa pasien tersebut berjenis kelamin laki-laki.
Sedangkan pada resep kedua, tidak ditemukan umur, berat badan pasien
Dan Jenis Kelamin. Hal ini penting dituliskan untuk mengecek dosis yang
diberikan oleh dokter tepat dosis atau tidak. Namun hal ini dapat diketahui dapat
dari resep tersebut bahwa pasien itu adalah seorang anak, hal ini berdasarkan
bahwa dokter yang menuliskan resep tersebut adalah seorang dokter spesialis
anak. Dan tidak ditemukan jenis kelamin pada resep kedua, namun hal ini dapat
ditangani dengan melihat nama pasien. Pada resep kedua juga tidak diberikan
keterangan waktu pemberian obat, apakah obat diberikan sebelum atau sesudah
makan. Penulisan aturan pakai yang tidak jelas dapat merugikan pasien, karena
berkaitan dengan dosis dan hasil terapi yang dicapai (Rahmawati, Fita, dkk.
2002). Hal ini sangat penting agar dalam proses pelayanan tidak terjadi kekeliruan
dalam pembacaan pemakaian obat. Sedangkan penulisan jenis kelamin masih
dapat diketahui dari data pendukung berupa nama pasien yang menandakan
bahwa pasien tersebut berjenis kelamin Perempuan.
Dan pada resep ke tiga, tidak titemukannya Paraf dokter, kekuatan sediaan
dan jenis kelamin. Pencantuman paraf dokter diperlukan agar resep menjadi
otentik dan tidak disalahgunakan dilingkungan masyarakat terutama jika
menyangkut resep narkotika dan psikotropika dan agar dapat menjamin keaslian
resep dan berfungsi sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut, Penulisan
dosis sediaan harus ditulis dengan jelas agar terhindar dari kesalahan pemberian
jumlah dosis, hal ini juga perlu diperhatikan sebab adanya obat-obat yang memilki
dosis lebih dari satu, dan penulisan jenis kelamin masih dapat diketahui dari data
pendukung berupa nama pasien yang menandakan bahwa pasien tersebut berjenis
kelamin Perempuan.
Pada praktikum ini juga dilakukan pembuatan pembuatan salinan resep
dan etiket. Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh apoteker, bukan hasil
fotokopi. Pada salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat dalam
resep asli harus memuat pula: Nama dan alamat apotek, nama dan nomor SIPA
Apoteker Pengelola Apotek, tanda tangan atau paraf Apoteker Pengelola Apotek,
nomor resep dan tanggal pembuatan dan juga tanda “det”=“detur” untuk obat
yang sudah diserahkan, atau tanda “nedet” =”ne detur” untuk obat yang belum
diserahkan beserta keterangan lain yang diperlukan sesuai ketentuan yang telah
ditetapkan. Salinan resep atau resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter
penulis resep, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain
yang berwenanang menurut peraturan peundang-undangan yang berlaku.
Etiket adalah penandaan yang diberikan oleh sarana pelayanan kesehatan
yang biasanya ditempel di depan obat atau alat kesehatan yang berguna untuk
memberikan informasi penggunaan kepada para pemakai obat atau alat kesehatan
tersebut. Etiket berdasarkan fungsinya terdiri dari dua macam yaitu etiket putih
dan etiket biru. Etiket putih adalah etiket yang ditujukan untuk penggunaan obat
dalam (saluran pencernaan) sedangkan etiket biru adalah etiket yang digunakan
untuk obat luar (yang tidak masuk dalam saluran pencernaan). Bagian-bagiannya
yang diperlukan dalam pembuatan etiket terdiri dari: Logo, nama, alamat dan
nomor telepon sarana pelayanan kesehatan, nomor resep yang berisi obat tersebut
atau nomor rekam medis pasien, tanggal resep tersebut diberikan, nama pasien
yang mengkonsumsi obat, nama obat dan bentuk sediaan, aturan pakai obat dan
label yang biasanya bertuliskan “Semoga lekas sembuh”.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Pada resep pertama, tidak ditemukan penulisan tanggal SIP,


No.telpon Dokter, umur, alamat pasien, tanggal resep, jenis
kelamin, berat badan pasien dan tanda khusus.
5.1.2 Pada resep kedua, tidak ditemukan umur, berat badan pasien Dan
Jenis Kelamin.
5.1.3 Pada resep ketiga, tidak ditemukan Paraf dokter, kekuatan sediaan
dan jenis kelamin.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Jakarta: Direktorat Jendral Yanfar dan Alkes Depkes RI.

Cohen M. R-MS.FASHP, 1999, Medical Errors, American Pharmaceutical

Association,WashingtonDC.

FITRIA MEGAWATI, PUGUH SANTOSO. PENGKAJIAN RESEP SECARA

ADMINISTRATIF BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN

RI NO 35 TAHUN 2014 PADA RESEP DOKTER SPESIALIS KANDUNGAN

DI APOTEK STHIRA DHIPA. Akademi Farmasi Saraswati Denpasar.

Medicamento Vol.3 No.1 2017

Depkes, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian, 1-12, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

Hepler, C.D., dan Strand, L.M., 1990, Opportunities and Responsibilities in


Pharmaceutical Care, American Journal of Hospital Pharmacy, 47 (3), 533-543.

Pote Sayali, Tiwari Pramil, D’Cruz Sanjay, 2007, Medication Precribing Errors in

a Public Teaching Hospital in India : A Prospective Study, Pharmacy Practice

5(1) : 17-20.

Siti, 2015. Skripsi: Kajian Administratif, Farmasetik dan Klinis Resep Pasien

Rawat Jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015. Jakarta

Rahmawati, F. dan Oetari, R.A. (2002). Kajian Penulisan Resep: Tinjauan Aspek
Legalitas Dan Kelengkapan Resep Di Apotek-Apotek Kotamadya Yogyakarta.
Majalah Farmasi Indonesia, 13(2), 86-94.

Widyaningsih, W. (2018). Pendalaman Materi Farmasi Modul 001: Pelayanan


Resep. Indonesia : Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Cohen M. R-MS.FASHP. (1999). Medical Errors. Washington DC : American


Pharmaceutical Association.

De Vries, TPGM (1994). Guide to Good Prescribing A Practical Manual, p. 51 -


54, World Health Organization Action Programe on Essential Drug. Geneva.

Sujudi. (1993). Peraturan Mentri Kesehatan No.919/Menkes/X/1993 Tentang


Kriteria Obat Yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep Dari Dokter. Jakarta:
MENKES RI

Rahmawati, fita, dkk. 2002. Kajian Penulisan Resep: Tinjauan Aspek Legalitas
Dan Kelengkapan Resep Di Apotek-Apotek Kotamadya Yogyakarta. Majalah
Farmasi Indonesia, 13(2), 86-94, 2002. Fakultas Farmasi UGM

Anda mungkin juga menyukai