PENDAHULUAN
1
meminum obat baik dalam bentuk tablet, pil, ataupun kapsul. Serbuk merupakan
campuran kering bahan obat atau zat kimia yang berkhasiat untuk mencegah
infeksi pada luka di permukaan kulit.
Serbuk merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihasilkan dan ditunjukan untuk pemakaian oral (melalui mulut) atau untuk
pemakaian luar (serbuk tabur) yang berkhasiat untuk mencegah infeksi pada luka
dipermukaan kulit. Serbuk dapat mengandung sejumlah kecil cairan yang
disebarkan secara merata pada campuran bahan padat atau mungkin juga
keseluruhan serbuk yang terdiri dari bahan padat yang kering. Serbuk padat pula
dibuat dari bahan obat tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan secara alamiah atau
merupakan campuran dua atau lebih unsur kimia murni
Pulvis merupakan serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis. (Syamsuni, 2006).
1.2.1 Maksud
Mahasiswa dapat memahami tentang sediaan berupa serbuk tabur atau
pulvis, khususnya cara pembuatan dan pengemasannya.
1.3 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui tentang sediaan serbuk tabur dan cara
pembuatan serbuk tabur serta pengemasannya.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
a. Medicamentum ad usum internum (pemakaian dalam) melalui oral, beretiket
putih.
b. Medicamentum ad usum eksternum (pemakaian luar) melalui implantasi,
injeksi, membrane mukosa, rektal, vaginal, nasal, opthalmic, aurical,
colution/gargarisma/gargle, beretiket biru.
4
peringatan (P No.1 s/d P No.6, misalnya P No.1: Awas obat keras, bacalah
aturan pakainya)
e. Menurut Sumber Obat
Obat yang kita gunakan dapat bersumber dari:
1) Tumbuhan (flora, nabati), misalnya digitalis, kina, minyak jarak.
2) Hewan (fauna, hayati, misalnya minyak ikan, adeps lanae, cera.
3) Mineral (pertambangan), misalnya iodkali, garam dapur, parafin, vaselin.
4) Sintesis (tiruan/buatan), misalnya kamfer sintesis, vitamin C.
5) Mikroba/fungi/jamur, misalnya antibiotik (penicillin).
f. Menurut bentuk sediaan obat
1) Bentuk padat : serbuk, tablet, pil, kapsul, dan supositoria.
2) Bentuk setengah padat : salep/unguctum, krim, pasta, cerata, gel/jelly,
occulenta (salep mata)
3) Bentuk cair/larutan : potio, sirup, eliksir, obat tetes, gargarisma, clysma,
epithema, injeksi, infuse intravena, douche, lotio,
dan mixturae.
g. Menurut proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh:
1) Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan tumah dengan jalan
mempercepat atau memperlambat proses fisiologis atau fungsi biokimia dalam
tubuh, misalnya hormon, diuretik, hipnotik, dan obat otonom.
2) Obat kemoterapetik, dapat membunuh parasit dan kuman didalam tubuh tuan
rumah. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sekecil-
kecilnya terhadap organisme tuan rumah dan berkhasiat untuk melawan
sebanyak mungkin parasit (cacing,protozoa) dan mikroorganisme (bakteri dan
virus).
3) Obat diagnotik, yaitu obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan
penyakit), misalnya dari saluran lambung-usus (barium sulfat), dan saluran
empedu (natrium iopanoat dan asam iod organic lainnya).
2.3 Pengertian Sediaan Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian oral/dalam atau untuk pemakaian luar (Syamsuni, 2006).
5
Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih
mudah larut dan lebih mudah terdispersi daripada bentuk sediaan padatan lainnya
(seperti kapsul, tablet, pil). Anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan
kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Biasanya
serbuk oral dapat dicampur dengan air minum (Syamsuni, 2006).
Syarat-syarat serbuk Secara umum syarat serbuk adalah sebagai berikut
menurut syamsuni (2006)
1. Kering.
2. Halus.
3. Homogen.
4. Memenuhi uji keseragaman bobot (seragam dalam bobot) atau keseragaman
kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang berlaku untuk serbuk
terbagi/pulveres yang mengandung obat keras, narkotik, dan psikotropik.
2.4 Pengertian Pulvis
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis anatara lain pulvis adspersorius (bedak/serbuk tabur yang
digunakan topical pada kulit (Syamsuni, 2006).
Pulvis adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
dan ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar (Dirjen POM,1995).
Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis (Syamsuni, 2006).
Pulvis yaitu serbuk yang tidak dapat terbagi dalam pemakaiannya,
contohnya serbuk tabor, serbuk gigi, dan serbuk effervescent (Anief, 2005).
2.5 Macam-Macam Serbuk Tak Terbagi
Serbuk digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain (Syamsuni, 2006)
1. Pulvis adspersorius (serbuk tabor/bedak) adalah serbuk ringan untuk
penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya
berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit
2. Pulvis dentrificus (serbuk gigi), biasanya mengandung carmin sebagai
pewarna yang dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.
6
3. Pulvis efervesen, serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan dahulu
dalam air dingin atau air hangat, serbuk ini mengeluarkan gas CO2 yang
kemudian membentuk larutan yang jernih.
Keuntungan dan Kerugian Serbuk
Keuntungan bentuk serbuk (Anief, 2000)
1. Dosis lebih tepat, lebih stabil dari sediaan larutan.
2. Tidak memerlukan banyak bahan tambahan yang tidak perlu.
3. Dokter leluasa dalam memilih dosis sesuai keadaan pasien.
Kerugian bentuk serbuk (Anief, 2000)
1. Peraciknya membutuhkan waktu yang relatif lama.
2. Sulit untuk ditutupi rasanya.
Cara Pembuatan/ Meracik Serbuk
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu persatu, sedikit
demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian
diayak, biasanya menggunakan pengayak No.60, dan dicampur lagi (Dirjen
POM, 1979).
1. Jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak No. 44.
2. Jika obat bobotnya kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat
ditimbang harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang
cocok.
3. Jika obat berupa serbuk kasar, terutama simplisia nabati, serbuk digerus lebih
dahulu sampai derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak dan derajat
halus serbuk, setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50oC
4. Jika obat berupa cairan misalnya tingtur dan ekstrak cair, pelarutnya diuapkan
hingga hampir kering, dan serbukkan dengan zat tambahan yang cocok.
5. Obat bermassa lembek, misalnya ekstrak kental, dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan zat tambahan yang cocok
6. Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap, dikeringkan
dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok.
Pembuatan Serbuk dengan Bahan-Bahan
Cara mencampur bahan obat untuk serbuk (Syamsuni, 2006).
7
1. Trituration, mencampurkan bahan obat dalam mortar dengan stemper
2. Spatulation, mencampur bahan obat langsung di atas kertas.
3. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup
4. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup yang
dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian digoyang-
goyangkan.
Derajat Kehalusan Serbuk
Macam-macam derajat kehalusan serbuk (Anief, 2006).
1. Serbuk sangat kasar : 5/8
2. Serbuk kasar : 10/40
3. Serbuk agak kasar : 22/60
4. Serbuk agak halus : 44/85
5. Serbuk halus : 85
6. Serbuk sangat halus : 120
7. Serbuk sangat halus : 200/300
2.6 Uraian Bahan
1. Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ASETAMINOPHENUM
Nama lain : Alkohol
Berat Molekul : 46.0 gr/mol
Rumus struktur :
8
Nama lain : Asam Salsilat
Berat Molekul : 138,12 gr/mol
Rumus struktur :
Zn - O
Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih
kekuningan, tidak berbau, tidak berasa, lambat
laun menyerap karbondioksida dari udara
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P, larut dalam asam mineral encer dan
dalam larutan alkali hidroksida
9
Khasiat : Antiseptikum local (membasmi kuman pada
daerah setempat kulit)
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
4. Asam Borat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIDUM BORICUM
Nama lain : Asam Borat
Berat Molekul : 61,83 gr/mol
Rumus struktur :
Mg Si = O Si
O O O H2O
Mg Si = O Si
Mg
10
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat
pada kulit bebas dari butiran, warna putih atau
serbuk hablur, hablur kelabu
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Khasiat : Antiseptik (menghambat bakteri pada biang
keringat)
Kegunaan : Zat tambahan
11
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
Pada praktikum kali ini alat yang digunakan yakni terdiri dari 4 alat
laboratorium seperti cawan porselen, lumpang dan alu, neracan analitik yang
bermerek kern, dan sudip.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu kertas perkamen, alkohol
70%, Acid salicyl, ZnO, Acid boric, Talkum, Lavender, dan tisu.
3.3 ProsedurKerja
12
3.4 Deskripsi Resep
3.4.1 Resep
dr. Adriyana.sp.kk
Jl Jawa No.17 Bandung
SIK:
dr. Adriyana, 04/km/1982
SP.KK
Telp: 085256789876
Jl. Jawa No.17 Bandung
No : 013 Gorontalo, 06 Maret 2017
S.I.K : 04/KM/1982
R/
Acid
No. Telpsalicyl
: 085256789876 1%
ZnO 10%
Acid boric 1%
Talkum ad 5 gr
Lavender q.s
m.f pulv. Adsper da in pot No.I
ʃ u.e m et vesp
13
No : Nomero : sebanyak
S : Signa : tandai
pot : pot : wadah
pulv.adsp : pulvis adspersorius : serbuk tabur
q.s : quantum siffict : jumlah ssecukupnya
u.e. : usus externus : dipakai untuk luar
vesp. : vespere : malam
3.4.2.2 Narasi Resep dalam Bahasa Latin
Recipe acid salycyl unus persenta, zink oksid desem persenta, acid boric
unus persenta, talkum ad quinquaginta gramma, peppermint quantum siffict,
oleum rosae quantum siffict. misce fac pulvis adspersorius da in pot nomero unus
(Syamsuni, 2006).
3.4.2.3 Narasi Resep dalam Bahasa Indonesia
Ambillah acid salycyl satu persen, zink oksid sepuluh persen, acid boric
satu persen, talkum sampai lima puluh gram, peppermint jumlah secukupnya,
oleum rosae jumlah secukupnya. Campur dan buatlah serbuk tabur dalam wadah
sebanyak satu
3.4.3 Perhitungan Bahan
1
1. Acid salycyl = x 50 gr = 0,5 gr
100
10
2. ZnO = x 50 gr = 5 gr
100
1
3. Acid boric = x 50 gr = 0,5 gr
100
4. Talkum = 50 gr – (0,5+5+0,5) gr = 44 gr
3.4.4.1 Perhitungan Dosis
1. Ampicillin (50-100 mg)
DL = 50 mg
𝑛
Dosis sekali = 150 x DM
17
= 150 x 50 mg = 56,66 mg
250 𝑚𝑔
Untuk %OD = 56,66 𝑚𝑔 x 100 = 441,22% Over Dosis
DM = 100 mg
14
𝑛
Dosis sekali = 150 x DM
17
= 150 x 100 mg = 11,33 mg
250 𝑚𝑔
Untuk %OD = 11,33 𝑚𝑔 x 100 = 2206,53% Over Dosis
3. Chloropheniramini maleas ( 40 mg )
𝑛
Dosis sehari = x DM
150
17
= 150 x 40 mg = 4,53 mg
2 𝑚𝑔
Untuk %OD = x 100 = 44,15 % Tidak Over Dosis
4,53 𝑚𝑔
4. Ranitidin
𝑛
Dosis sehari = x DM
150
17
= 150 x 50 mg = 56,66 mg
50 𝑚𝑔
Untuk %OD = x 100 = 66,118 % Tidak Over Dosis
56,66 𝑚𝑔
5. Glyseril guaiakolat
𝑛
Dosis sehari = x DM
150
17
= 150 x 100 mg = 11,33 mg
50 𝑚𝑔
Untuk %OD = x 100 = 441,3 % Over Dosis
11,33 𝑚𝑔
15
Efek dari acid Salicylic dapat berubah jika dikonsumsi dengan obat lain.
Karena dapat meningkatan resiko dapat mendapatkan efek samping dan
menyebabkan obat tidak bekeja dengan baik.
2. Acid boric
Efek dari acid boric sama seperti acid Salicylic dapat berubah jika
dikonsumsi dengan obat lain. Karena dapat meningkatan resiko dapat
mendapatkan efek samping dan menyebabkan obat tidak bekeja dengan baik.
3.4.6 Indikasi Resep
1. Acid boric
Indikasi : Untuk bakteriostatis lemah, sebagai racun dan juga
sebagai obat cuci mata
Kontraindikasi : Penderita hipersensitif
2. Acid salycyl
Indikasi : Untuk mencegah dan mengatasi gatal-gatal pada kulit
akibat biang keringat.
Kontraindikasi : Diabetes atau sirkulasi darah penifen terganggu
3. Talkum
Indikasi : Mengurangi keringat di badan
Kontraindikasi : Penderita hipersensitif
4. ZnO
Indikasi : Untuk perawatan ekstrim iritasi kulit, wasir, infeksi kulit
ringan.
Kontraindikasi : Gangguan ginjal yang parah, ibu hamil dan menyusui .
3.4.6 Penyampaian Informasi
Pada resep kali ini, obatnya mengandung zat aktif acid salyscyl, zink oksid,
dan acid boric. Obat ini hanya ditujukan untuk digunakan pada pemakaian luar
tidak untuk ditelan dan juga tidak boleh digunakan pada kulit yang terdapat luka.
Karena jika dipakai ditempat yang ada luka maka luka tersebut akan mengalami
infeksi. Selain itu, obat ini juga tidak boleh terhirup dalam jumlah yang banyak.
Oleh karena itu, jauhkan dari jangkauan anak-anak agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
16
3.5 Farmakologi
1. Acid boric
Asam ini pada konsentrasi jenuh (KI 3 %). Berkhasiat bakteriostatis lemah.
Asam borat dapat diadsorbsi oleh kulit yang rusak, terutama pada bayi dan anak,
untuk kemudian ditimbun dalam tubuh sebagai rcun kumulatif. Oleh karena itu,
penggunaannya dalam bedak tabur dan salep tidak dianjurkan lagi (OOP : 251).
2. Acid salycyl
Zat ini bekerja keratulitas yang dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada
kensentrasi 5-100%. Asam salisilat banyak digunakan dalam sediaan obat luar
terhadap infeksi jamur ringan. Sering kali asam ini dikombinasikan dengan asam
benzoat (saleo whitefield) dan belerang (sulfur precipitatum) yang keduanya
memiliki kerja fungistatis maupun bakteriostatis (OOP : 105)
3. Talk
Zat polyen ini mengikat ergosterol dalam membran sel jamur dan
membentuk pori-pori yang menyebabkan bahan-bahan esensisal dari sel jamur
merembas keluar. Pengguanaannya semakin sistematis dengan daya tahan tubuh
yang lemah. Efek smapingnya yang terpenting adalah toksisitasnya (demam,
merinding) dan terutama gangguan fungsi ginjal, yang membatasi dosis dan
lamanya penggunaan, guna mengurangi nefrotoksisitasnya (OOP : 103).
4. ZnO
Demulson Ranolin bersifatprotektif tetap, yang dimaksud disini adalah zat
yang berbentuk bedak halus yang tidak larut dalam air secara kimiawi. Protektif
digunkan untuk menutupi kulit atau membran mukosa dan unutuk mencegah
terjadinya iritan (Fater : 533)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
17
Gambar 4.1.1 serbuk tabur
4.2 Pembahasan
Menurut Ansel (1989), serbuk merupakanbagian halus dan sediaan,
himpunan produk yang kasar atau suatu produk dengan ukuran partikel menengah.
Serbuk dibuat dari bahan obat tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan secara alamiah
atau merupakan campuran dua atulebih unsur kimia murni yang dibuat serbuk
dalam perbandingan tertentu, serbuk mengandung sejumlah kecil cairan yang
disebarkan secara pada campuran bahan padat atau mungkin seluruhnya terdiri
dari bahan padat yang kering.
Adapun pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan pada serbuk
tabur, serbuk tabur atau pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain, pulvis adspersorius (bedak/
serbuk tabur) yang digunakan topical pada kulit.
Pada pembuatan serbuk tabur ini, bahan yang kami gunakaan adalah acid
salicyl, Zno, acid boric, taklum, pepermin, dan lavender. setelah itu ditimbang
satu-persatu bahan kedalam neraca analitik, acid salicyl 0,5 gr, Zno 5 gr, dan acid
boric 0,5gr. Kemudian dibersihkan alat-alat yang akan dipakai pada saat
praktikum dengan menggunakan alkohol 70% agar terhindar dari bakteri.
Pada resep bedak tabur, pertama dimasukan 22 gr talkum kedalam
lumpang kemuadian digerus sampai halus. Setelah itu Zno diayak dengan
menggunakan mesh No. 44. kenapa Zno perlu diayak, menurut syamsuni (2006),
jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak No. 44. Sementara
Zno mengandung lemak. Selanjutnya talkum yang digerus ditambahkan asam
salisilat 0,5 gr dan alkohol tiga tetes dengan menggunakan pipet tetes agar asam
salisilat tidak mudah terbang. Sementara menunggu Zno yang sedang diayak,
talkum yang sudah selesai digerus dengan asam salisilat ditutup dengan
18
aluminium foil agar serbuknya tidak terbang keudara. sesudah Zno diayak,
dicampur dengan talkum dan asam salisislat tetapi sebelum itu dibuka terlebih
dahulu aluminium foil yang ditutup tadi, selesai digerus tambahkan lagi dengan
asam boric dan digerus hingga halus. Kemudian tambahkan sisa talkum didalam
lumpang, alasan kenapa semua bahan digerus satu persatu menurut Kemenkes RI
(2011), jangan menggerus bahan-bahan serbuk dalam jumlah banyak sekaligus,
hal ini untuk menghindari agar jangan sampai ada bagian serbuk yang belum
halus.
Terakhir semua bahan yang digerus, diayak dengan mesh No. 44 dan 60, setelah
di ayak dengan mesh campuran talkum ditempatkan kedalam lumpang dan
ditambahkan pewangi seperti lavender, papermint secukupnya sampai
menimbulkan bau. Kemudian talkum yang sudah selesai ditambahkan pewangi
ditaruh kembali kedalam wadah sebelumnya dan diberikan etiket warna biru, tulis
pada etiket tambahan “pemakai luar”.
19
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat di simpulkan bahwa:
1. Plasmolisis terjadi bila sel tumbuhan berada pada larutan yang berkonsentrasi
tinggi (hipertonik). Sehingga air akan keluar dari sel karena tekanan osmosis.
Dan larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonik) akan membuat proses
plasmolisis menjadi cepat.
2. Semakin tinggi konsentrasi larutan yang di berikan dan semakin lama waktu
untuk mendiamkan maka semakin banyak protoplasma lepas dari dinding sel
dan vakuola.
5.2 Saran
5.2.1 Saran praktikan
Di harapkan kepada praktikan untuk lebih teliti dalam mengerjakan hal-hal
pada praktikum serta membuat laporan praktikan sesuai dengan aturan jadwal
pengumpulan.
5.2.2 Saran untuk lab
Di harapkan agar kedepannya lab botani bisa menyediakan semua alat
untuk praktikan sehingga tidak terjadi berebut alat antara kelompok.
5.2.3 Saran jurusan
Diharapkan jurusan lebih meningkatkan sarana dan prasarana agar dalam
melakukan praktikum dengan nyaman
20
21