PENDAHULUAN
Obat adalah suatu bahan baik zat kimia, hewani, maupun nabati dalam dosis yang layak dapat
menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit dan gejalanya, baik badaniah maupun
rokhaniah pada manusia atau hewan (Anief, 1997; Tjay dan Rahardja, 2002).Tablet merupakan
sediaan farmasi yang paling banyak digunakan, di mana bahan obatnya berbentuk sediaan padat,
dan biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai (Ansel dkk,
2005; Lachman dkk., 1986; Anief, 1997).
1
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Pulveres
Pulveres atau serbuk bagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Untuk serbuk terbagi
yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen
atau kertas yang mengandung lilin kemudian dilapis lagi dengan kertas logam.
Serbuk dapat diminta terbagi-bagi atau tak terbagi-bagi. Serbuk yang terbagi-bagi, selalu
dibuat sampai bobotnya 0.5g sebagai zat pengisi dipakai laktosa. Tetapi ini hanyalah kebiasaan,
karena tidak dinyatakan bahwa serbuk-serbuk harus menpunyai bobot 0.5g.
Serbuk yang terbagi-bagi, dapat dibagi secara visual, tetapi sebanyak-banyaknya hanya 10
serbuk bersama-sama. Jadi serbuk itu dibagi dengan jalan menimbang dalam beberapa bagian,
sebanyak-banyaknya dapat dibuat 10 serbuk. Penimbangan satu persatu diperlukan, jika pasien
memperoleh lebih dari 80% dari takaran maksimum untuk sekali atau dalam 24 jam. Dalam hal
ini seluruh takaran serbuk itu ditimbang satu persatu. Serbuk-serbuk dengan bobot yang kurang
dari 1 gram, penimbangan nya dapat dilakukan pada timbangan biasa.
II.3 Pulvis
Pulvis atau serbuk tidak terbagi adalah serbuk yang tidak dibagi dalam jumlah banyak jika
pada suatu serbuk, dinyatakan suatu cara pemakaian dalam takaran sendok the atau sendok lain,
maka selalu sesendok rata serbuk.
Cara yang sederhana ialah dengan jalan memasukkan serbuk yang telah diketahui bobotnya,
kedalam sebuah gelas takaran kering, kemudian membaca volumenya. Maka dapat dihitung
beberapa bobot dari 3 mL serbuk (jika takaran diberikan dalam sendok teh) itu. Karena pada serbuk
yang tak terbagi-bagi seringkali diberikan takaran dalam sendok-sendok teh, maka dinyatakan
bahwa satu sendok teh rata dari campuran serbuk, meskipun senyawa-senyawa berat, bobotnya
jarang sekali melebihi 2 gram. Sebaiknya pada etiket ditulis, pasien harus mengambil satu sendok
teh rata.
2
Jika jumlah zat yang berkhasiat keras banyak, sehingga menghilangkan zat itu dari zat
pengering, berpengaruh kepada bobot dari sesendok makan rata, maka mengukur berat dari serbuk
harus dibuat dengan sendok percobaan, dari sebagian masa seluruhnya, kemudian ditetapkan bobot
dari sesendok rata. Senyawa-senyawa yang mengandung air hablur biasanya diganti dengan
senyawa-senyawa yang telah kering. Pada sendok tidak terbagi, biasanya air hablur yang telah
hilang itu diganti dengan laktosa. Jika pada suatu serbuk yang tidak terbagi-bagi, takaran
maksimumnya tidak dilampaui, maka dengan sendirinya serbuk itu dapat dibuat. Serbuk tidak
terbagi dibagi menjadi beberapa macam, salah satunya adalah pulvis adspersorius.
Pulvis adspersorius atau serbuk tabor adalah serbuk ringan untuk penggunaan topical, dapat
dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada
kulit. Pada umumnya serbuk tabor harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh, agar
tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
II.4 Kapsul
Kapsul adalah sediaan serbuk yang diisikan dalam cangkang kapsul atau berupa sediaan cairan,
setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar. Kapsul keras adalah kapsul menggunakan
cangkang kapsul, dibuat dari gelatin, dalam berbagai ukuran disesuaikan dengan serbuk obat yang
akan diisikan.
Cangkang kapsul umumnya berbentuk tabung berujung bulat, terdiri dari wadah dan tutup yang
sesuai dan dipatri dengan air atau lim lain yang cocok. Kapsul yang sudah ditutup tidak mudah
dibuka lagi. Untuk serbuk obat yang berjumlah sedikit, agar cangkang kapsul wadah terisi penuh,
dapat ditambah zat tambahan yang cocok. Jika obat mengandung air, sebelum diisikan, air sedapat
mungkin dihilangkan lebih dahulu dan kemudian dicampur dengan paraffin cair atau vaselin atau
minyak nabati yang cocok.
Kapsul kenyal adalah kapsul yang menggunakan kapsul dasar yang dibuat dari campuran
terdiri dari gelatin, gliserol dan sorbitol atau metilselulosa dalam perbandingan sesuai dengan
kekerasan kapsul yang dikehendaki. Obat berupa cairan atau setengah padat dibungkus dengan
kapsul dasar dan dicetak menggunakan cetakan khusus dalam bentuk bulat, lonjong atau tabung
berujung bulat. Pada pembuatan kapsul agar diusahakan dalam ruangan kelembaban lebih kurang
60%.
3
BAB III
RESEP
Dr.Djoen
SIP : 503/DKK-DU/VII/2014
Jl. KH. Harun Nafsi Gg.Dharma Samarinda
(0541)7269413
Samarinda, 30 April 2019
R
/
Pirazinamid 500mg
INH 250mg
Vit B6 ½ tab
SL q.s
m.f pulv dtd No. XXX
S.o.m pulv 1
did
Pro : An.Taufik (8th)
Alamat : Jl. P Antasari No.10 Samarinda
M.f Pulv: Misca Fac Pulveres : Campur dan buatlah Serbuk bagi
S.o. m pulv 1 : Signa omni mane pulveres 1 : Tandai tiap pagi 1 serbuk bagi
4
III.1.3 Kelengkapan Resep
Inscriptio : Ada
Invocatio : Ada
Paraescriptio : Ada
Signature : Ada
Subcriptio : Ada
5
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Antituberkulosis, Kombinasi obat lain.
INH (Isoniazidum) FI Edisi III hal 320
Rumus Struktur:
Pemerian : Hablur tidak berwarna/serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak pahit,
terurai perlahan oleh cahaya udara.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%), sukar larut
dalam eter dan kloroform.
DM : (10mg/kg)
Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
asin.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%), praktis tidak larut
dalam eter.
6
SL (Saccharum Lactis) FI Edisi III hal 338
Rumus Struktur:
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih.
INH (10mg/kg)
DMP sehari= 10mg x 20mg = 200mg
DDR sehari = 1 x 100mg = 100mg
% kadar sehari = DDR/DMP x 100%
= 100mg/200mg x 100%
= 50% < 100% ≠ OD
7
3. Vit B6 ½ x 15 = 7.5 tab 7.5 tab Obat Bebas Komponen
Vit –b
kompleks
4. SL 50mg x 15 = 750mg 750mg Obat Bebas Corrigen
saporis dan
Odoris
Pengenceran Tablet
Vit B6 = 0.5mg x 520mg = 260mg (hasil INH = 0.5mg x 500mg = 250mg (hasil
pengenceran) pengenceran)
Sisa pengenceran = 520-260 = 260mg Sisa pengenceran = 500-250= 250mg
8
III.1.9 Wadah, Etiket dan Penyimpanan
An Taufik (8th)
R
/ Pirazinamid 500mg
INH 250mg
Vit B6 ½ tab
SL q.s
S.o.m pulv 1
Did
Pcc
9
III.1.11 Informasi Obat
Dr.Djoen
SIP : 503/DKK-DU/VII/2014
Jl. KH. Harun Nafsi Gg.Dharma Samarinda
(0541)7269413
Samarinda, 7 Mei 2019
R
/
PCT 300mg
CTM 1.5mg
SL q.s
m.f. pulv dtd No. X
S.t.dd. pulv I prn
did
Pro : Taufik (8th)
Alamat : Jl. P. Antasari
R
/ : Recipe : Ambillah
M.f Pulv: Misca Fac Pulveres : Campur dan buatlah Serbuk bagi
S.t.dd pulv I : Signa ter de die pulveres I : Tandai 3 x sehari 1 bungkus puyer
10
Did : Da in dimidio : Berikan setengahnya
Inscriptio : Ada
Invocatio : Ada
Paraescriptio : Ada
Signature : Ada
Subcriptio : Ada
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit.
11
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari cahaya.
Khasiat : Analgetikum, Antipiretikum.
CTM (Chlorpheniramin Maleas) FI Edisi III hal 153
Rumus Struktur :
CTM (- /40mg)
DMP sehari = 8/20 x 40mg = 16mg
DDR sehari = 3 x 1.5 = 4.5mg
12
% kadar sehari = DDR/DMP x 100%
= 4.5mg/16mg x 100%
= 28.12% < 100 ≠ OD
Pengenceran Tablet
CTM 0.875 = 0.875/1 x 400 = 350mg (hasil pengenceran)
Sisa pengenceran = 400mg-350mg = 50mg
13
III.2.9 Wadah, Etiket dan Penyimpanan
An Taufik (8th)
COPY
R
/ PCT 300mg
CTM 1.5mg
SL q.s
Did
Pcc
14
III.2.11 Informasi Obat
Dr.Djoen
SIP : 503/DKK-DU/VII/2014
Jl. KH. Harun Nafsi Gg.Dharma Samarinda
(0541)7269413
Samarinda, 13 Mei 2015
R
/
Menthol 0,5
Camphor 0,5
Adeps. Lanae 0,5
Zno 5
Amylum 4
Acid. Salicyl 1
Bals. Peruv 1
Talcum ad 25
m. f. Pulv. Adsp
S. pulv. Adsp
R/ : recipe: ambillah
M.f .pulv. Adsp : Misca Fac Pulvis Adspesorius: Campur dan buatlah Bedak
15
S. pulv. Adsp: Signa Pulvis Adspesorius: Tandai Bedak
Inscriptio : Ada
Invocatio : Ada
Paraescriptio : Ada
Signature : Ada
Subcriptio : Ada
16
Pemerian : Hablur berbentuk logam dan prisma, seperti minyak permen rasa pedas,
aromatik diikuti dingin.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanop (95%).
Pemerian : Hablur butir atau massa hablur tidak berwarna atau putih bau khas tajam
rasa pedas dan aromatik.
Kelarutan : Larut dalam 700 bagian air dalam 1 bagian etanol (95%).
17
Khsiat : Anti Septikum
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna, serbuk berwarna putih hampir tidak berbau,
rasa agak manis.
Kelarutan : Larut dalam 650 bagian air dalam 4 bahian etanol (95%)
10
Menthol : 0,5 g ( 0,5 × ) = 0,55 g
100
10
Camphor : 0,5 g ( 0,5 × ) = 0,55 g
100
10
Adeps lanae : 0,5 g ( 0,5 × ) = 0,55 g
100
10
Zno :5g(5× ) = 5,5 g
100
10
Amylum :4g(4× ) = 4,4 g
100
10
Acid salicyl :1g(1× ) = 1,1 g
100
10
Bals. Peruv :1g(1× ) = 1,1 g
100
18
= 11,25 gram
1. Asam salisilat di tetesi spiritus fortior hingga larut keringkan dengan sebagian talcum
2. Balsem peruv ditetesi dengan eter / aseton. Keringkan dengan sebagian talcum
3. Adeps lanoe di tetesi dengan ether / aceton keringkan dengan sebagian talcum tambahkan
campuran 1 dan 2. Tambahkan Zno (100), tambahkan amylum aduk hingga homogen.
Ayak dengan pengayak No. 44 hingga semua terayak kemudian homogenkan lagi.
4. Methanol dan camphor di tetesi spiritus fortior. Keringkan dengan dengan sisa talcum dan
campuran ke 3 aduk ad homogen lalu timbang jumlah yang di minta. Masukan wadah beri
etiket.
III.3.9 Wadah, Etiket dan Penyimpanan
APOTEK PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
Jl. Kh. Harun Nafsi Gg Dharma Samarinda Sebrang,
Kalimantan timur
Apoteker : Renaldha Janu Erga, S.Farm,Apt.
SIPA : 180103060
An Taufik (8th)
19
APOTEK PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
Jl. Kh. Harun Nafsi Gang Dharma Samarinda Sebrang, Kalimantan Timur,
Telp. (0541) 7269413
Apoteker : Renaldha Janu Erga, S,Farm,Apt.
SIPA : 180103060
COPY
Dibuat tgl : 30 – 04 - 19 No :3
R
/ Menthol 0,5
Camphor 0,5
Zno 5
Amylum 4
Acid. Salicyl 1
Bals. Peruv 1
Talcum ad 25
m. f. Pulv. Adsp
S. pulv. Adsp
Det
pcc
20
III.4 Resep Kapsul
Dr.Djoen
SIP : 503/DKK-DU/VII/2014
Jl. KH. Harun Nafsi Gg.Dharma Samarinda
(0541)7269413
Samarinda, 20 Mei 2015
R
/
Efedrin Hcl 25 mg
Prednison 5 mg
GG 100 mg
Ctm 2 mg
m. f. Pulf.dtd No X da in Caps
S.tdd cap 1 prn
R/ :Recipe : Ambillah
M. f. Pulv.dtd No X : Misca Fac Pulveres Nomero Decem : Campur dan Buatlah Puyer
sebanyak 10
S.tdd cap 1 prn : signa ter di die capsulae unam pro renata: tandai tiga kali sehari satu kapsul
jika perlu
21
Alamat Dokter : Ada
Inscriptio : Ada
Invocatio : Ada
Paraescriptio : Ada
Signature : Ada
Subcriptio : Ada
Pemerian : Hablur putih atau serbuk putih Halus, tidak berbau, rasa pahit.
22
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 4 bagian air, dalam lebih kurang 14 bagian etanol
(95%) p, praktis tidak larut dalam eter p.
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak bau, mula mula tidak berasa
kemudian pahit.
Kelarutan : Sangat sukar dalam air, sukar dalam etanol (95%) p, dalam kloroform p,
dalam dioksan p dan dalam metanol p
Khasiat : Adrenoglukokortikoidum
23
Nama resmi : GLYCERYUS GUAIACOLAS
Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga ke abuan, hampir tidak berbau atau berbau
lemah, rasa pahit.
Kelarutan : larut dalam air, dalam etaol (95%) p, dalam kloroform p, dalam gliserol p
dan dalam propilen glikol p.
Khasiat : Ekspetron
DM : (- /40mg)
CTM (-/40mg)
𝑛 16
Dmp = Shr = 20 × 𝐷𝑚 = × 40𝑚𝑔 = 32 𝑚𝑔
20
DDR = Shr = 3× 2 𝑚𝑔 = 6 𝑚𝑔
𝐷𝐷𝑅 6 𝑚𝑔
% 𝑆ℎ𝑟 = 6 𝐷𝑚𝑝
× 100 % = 32 𝑚𝑔
× 100 % = 18.75 % < 100 ≠ 00
24
𝑛 16
Dmp: 1x = 20 × 𝐷𝑚 = × 50 𝑚𝑔 = 40 𝑚𝑔
20
𝐷𝐷𝑅 25
%1×= × 100 % = × 100 % = 62,5 % < 100 ≠ 𝑂𝐷
𝐷𝑚𝑝 40
𝑛 16
Shr = 20 × 𝐷𝑚 = × 150 𝑚𝑔 = 120 𝑚𝑔
20
𝐷𝐷𝑅 75
% Shr = 𝐷𝑚𝑝 × 100 % = × 100 % = 62,5 % < 100 ≠ 𝑂𝐷
120
20 𝑚𝑔
CTM: 2 mg × 10 = 4𝑚𝑔 = 5 𝑡𝑎𝑏
𝑡𝑎𝑏
250 𝑚𝑔
Efedrin: 25 mg × 10 = 𝑚𝑔 = 10 𝑡𝑎𝑏
25
𝑡𝑎𝑏
50 𝑚𝑔
Prednison: 5 mg × 10 = 𝑚𝑔 = 10 𝑡𝑎𝑏
5
𝑡𝑎𝑏
1000 𝑚𝑔
GG: 100 mg × 10 = 10 𝑡𝑎𝑏
100 𝑚𝑔/𝑡𝑎𝑏
1. Bersih dan setarakan timbangan, siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan.
2. Ambil CTM 5 tab masukan dalam mortir, gerus ad halus
3. Ambil efedrin 10 tab, masukan ke dalam mortir no 2 gerus ad halus ad homogen
4. Ambil prednison 10 tab masukkan kedalam mortir no 3 gerus ad halus ad homogen
5. Ambil GG 10 tab masukan ke dalam mortir no 4 gerus ad halus ad homogen
6. Timbang menjadi 2 sama banyak, tiap bagian menjadi 5 sama banyak. Siapkan cangkang
kapsul sebanyak 10 cangkang kapsul
7. Masukan ke dalam pot kapsul/ masukan kedalam plastik klip, beri etiket putih dengan tanda
3x sehari 1 capsule, jika perlu
III.4.9 Wadah, Etiket dan Penyimpanan
25
Label : Jika perlu
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terhindar dari cahaya
APOTEK PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
Jl. Kh. Harun Nafsi Gg Dharma Samarinda Sebrang,
Kalimantan timur
Apoteker : Renaldha Janu Erga, S.Farm,Apt.
SIPA : 180103060
An Ayu (16th)
APOTEK PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
Jl. Kh. Harun Nafsi Gang Dharma Samarinda Sebrang, Kalimantan Timur,
Telp. (0541) 7269413
Apoteker : Renaldha Janu Erga, S,Farm,Apt.
SIPA : 180103060
COPY
Dibuat tgl : 07 – 05 - 19 No :4
R
/ Efedrin Hcl 25 mg
Prednison 5 mg
GG 100 mg
CTM 2 mg
Det
pcc
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada resep puyer satu ini, ditemukan beberapa bentuk permasalahan. Yang pertama pada INH
yang memiliki dosis maksimal (10mg/kg) dan penyelesaian nya dengan cara menghitung dosis
INH tersebut dan diperoleh hasil kadar persen sehari yaitu 50% yang menujukkan < 100% ≠ OD
(tidak overdosis).
Yang kedua, permasalahan dari bahan SL yang belum diketahui jumlah yang harus digunakan.
Sehingga ditemukan penyelesaian dengan membuat minimal 1 sediaan puyer memiliki bobot SL
50mg. Karena jumlah puyer dalam resep yang diminta adalah 15, itu berarti 50mg x 15 = 750mg
(jumlah total SL yang harus ditimbang) dan akan dibagi sesuai jumlah puyer dengan bobot yang
kurang lebih sama. (Ilmu Meracik Obat, 1987: Gadjah Mada University Press)
Yang ketiga, resep diambil setengah dengan tanda did. Sehingga ditemukan penyelesaian
dengan cara membuat Copy Resep untuk obat yang belum diambil oleh pasien.
Pada resep puyer dua ini, ditemukan beberapa bentuk permasalahan. Yang pertama pada CTM
yang memiliki dosis maksimal (-/40mg) dan penyelesaian nya dengan cara menghitung dosis CTM
tersebut dan diperoleh hasil kadar persen sehari yaitu 28.12% yang menunjukkan < 100 ≠ OD
(tidak overdosis).
Yang kedua, permasalahan dari bahan SL yang belum diketahui jumlah yang harus digunakan.
Sehingga ditemukan penyelesaian dengan membuat minimal 1 sediaan puyer memiliki bobot SL
50mg. Karena jumlah puyer dalam resep yang diminta adalah 5, itu berarti 50mg x 5 = 250mg
(jumlah total SL yang harus ditimbang) dan akan dibagi sesuai jumlah puyer dengan bobot yang
kurang lebih sama. (Ilmu Meracik Obat, 1987: Gadjah Mada University Press)
Yang ketiga, resep diambil setengah dengan tanda did. Sehingga ditemukan penyelesaian
dengan cara membuat Copy Resep untuk obat yang belum diambil oleh pasien.
27
Pada resep bedak ini, ditemukan beberapa permasalahan dari bahan-bahan yang digunakan.
Yang pertama pada Menthol dan camphora. Menthol dan camphora merupakan campuran eutectic
(TE) karena sama-sama memiliki titik lebur. Sehingga ditemukan penyelesaian yaitu dengan cara
menggerus menthol dan camphora bersamaan sampai mencair, setelah itu dikeringkan dengan
sedikit talk dan digerus ad homogen. (Ilmu Meracik Obat, 1987: Gadjah Mada University Press)
Yang kedua, pada Asam Salisilat yang memiliki bentuk tajam yang dapat mengiritasi kulit.
Sehingga ditemukan penyelesaian dengan cara dilarutkan dengan etanol lalu dikeringkan dengan
sedikit talk dan digerus ad homogen. (Ilmu Meracik Obat, 1987: Gadjah Mada University Press)
Yang ketiga pada ZnO atau Zinc Oxyd atau yang biasa dikenal dengan seng oksida. Bahan ini
memiliki karasteristik yang mudah menggumpal karena dapat bereaksi dengan CO2. Sehingga
ditemukan penyelesaian dengan cara mengayak bahan ini terlebih dahulu, lalu ditimbang, dan
digerus ad halus. (Ilmu Meracik Obat, 1987: Gadjah Mada University Press)
Yang keempat pada Adeps lanae yang merupakan sediaan semipadat. Sehingga ditemukan
penyelesaian dengan cara menetesi dengan etanol, lalu ditambah dengan sedikit talk dn digerus ad
homogen. (Ilmu Meracik Obat, 1987: Gadjah Mada University Press)
Yang kelima pada Balsam Peru yang merupakan sediaan cair. Sehingga ditemukan
penyelesaian dengan cara mengencerkan balsam peru dengan ditetesi etanol, lalu dikeringkan
dengan sedikit talk dan digerus ad homogen. (Ilmu Meracik Obat, 1987: Gadjah Mada University
Press)
Pada resep kapsul ini, ditemukan beberapa permasalahan pada CTM dan Efedrin HCl yang
memiliki dosis maksimal ini. Sehingga ditemukan penyelesaian, yang pertama pada CTM. CTM
dengan dosis maksimal (-/40mg) ini dihitung sesuai rumus dan diperoleh hasil kadar persen sehari
yaitu 18.75 % yang menunjukkan <100 ≠OD (tidak overdosis).
Dan yang kedua pada dosis maksimal Efedrin HCl (50mg/150mg) yang kemudian dihitung dosis
maksimal sebagai penyelesaian dan diperoleh hasil kadar persen 1x minum adalah 62,5 % yang
menunjukkan <100 ≠OD (tidak overdosis). Begitu pula dengan hasil kadar persen sehari yaitu 62,5
% yang menunjukkan <100 ≠OD (tidak overdosis).
28
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Pada resep puyer satu, obat berkhasiat sebagai anti tuberculosis yang terdapat pada kandungan
obat INH dan pirazinamid. Diminum 1 x sehari tiap pagi hari.
Pada resep puyer dua, obat berkhasiat sebagai anti piretik dan analgetik yang terdapat pada
kandungan PCT, dan antihistamin pada kandungan CTM. Sehingga obat ini digunakan untuk
meredakan demam yang disebabkan oleh alergi, dan mengurangi gatal-gatal peradangan yang
disebabkan karena alergi terhadap sesuatu. Diminum 3 x sehari I puyer, jika perlu.
Pada resep bedak, sediaan ini berkhasiat sebagai anti iritan dan antiseptik. Yang digunakan
agar tidak mengiritasi kulit dan menjaga kulit agar tetap steril terhindar dari kuman dan bakteri.
Digunakan untuk pemakaian luar/topical.
Pada resep kapsul, obat ini berkhasiat sebagai ekspektoran. Yang digunakan untuk membantu
mengeluarkan batuk berdahak yang disetai dengan gatal di tenggorokan. Diminum 3 x sehari 1
kapsul
V.2 Saran
Praktikan diharapkan di praktikum selanjutnya bisa melaksanakan praktikum lebih baik lagi
dan tidak banyak kesalahan dalam membuat jurnal praktikum, pratikan juga harus bisa membaca
resep . Selain itu berhati hatilah dalam mencampur bahan obat-obatan.Dalam praktikum keseriusan
harus di utamakan.
Dan diharapkan pada pihak akademik untuk senantiasa memberi bimbingan pada
pembelajaran, dan kenyamanan dalam melengkapi fasilitas yang ada di laboratorium yang sangat
dibutuhkan oleh para mahasiswa demi adanya menunjang kelancaran dalam pelaksaan
pembelajaran yang efektif baik dalam teori atau praktik.
29
DAFTAR PUSTAKA
Chaerunissa, Anis Yohana., Emma Surahman, Sri soeryati h. imron. 2009. Farmasetika Dasar.
Bandung: Widya Padjajaran
Anief, Moh. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
30
LAMPIRAN
Sediaan Bedak
31