Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. Maksud Praktikum
Maksud dari pelaksanaan praktikum farmasetika dasar ini adalah agar
praktikan dapat mengetahui cara pembuatan sediaan obat yang baik dan benar,
serta praktikan dapat menghitung dosis yang tepat terhadap keadaan pasien.

B. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum farmasetika dasar, praktikum ini
bertujuan agar praktikan dapat :

Memahami resep dokter

Memiliki keterampilan, kemampuan, dan pengetahuan mengenai sediaan


obat yang dibuat

Menghitung dosis dengan benar

Menimbang bahan dengan benar

Mengerjakan sediaan obat sesuai dengan yang diminta dokter

Mengetahui fungsi serta efek samping dari sediaan obat yang dibuat

BAB II
DASAR TEORI

SERBUK (PULVERES)
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, Serbuk adalah campuran homogen
dua atau lebih bahan obat yang diserbukkan. Sedangkan menurut Farmakope
Indonesia edisi IV, serbuk adalah campuran bahan kering, bahan obat atau zat
kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar.
Serbuk dibagi menjadi dua yaitu, serbuk terbagi (pulveres) dan serbuk tabur
(pulvis adspersorius) (Ilmu Meracik Obat, Hal. 32).
Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (pulveres) atau tak
terbagi (pulvis). Pulveres adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang
lebih sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum (Farmakope Indonesia edisi III, Hal. 23).
Serbuk tidak terbagi untuk pemakaian luar dapat dibedakan menjadi :
1. Serbuk tabur (pulvis adspersorius)
Adalah serbuk bebas dari butiran kasar, dimaksudkan untuk obat luar.
Dalam pembuatan selalu dilakukan obat-obat yang berkhasiat dicampurkan
dengan talk atau bolus alba, tetapi tidak dengan Zinci Oxidum dan zat lain
yang sama.
Syarat-syarat serbuk tabur yaitu :
a) Talk, kaolin dan bahan mineral lain yang digunakan untuk serbuk tabur
harus memenuhi syarat bebas dari bakteri Clostridium tetani, Clostridium
welchii, dan Bacillus anthracis.
b) Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.
c) Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus
100 mesh, agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.

2. Serbuk gigi (pulvis dentrificus)


Biasanya menggunakan perwarna carmin yang dilarutkan dalam etanol
90%.

3. Serbuk bersin (pulvis sternutatorius)


Penggunaannya dihisap melalui hidung, sehingga serbuknya harus halus
sekali.
Cara pembuatan pulveres adalah:
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu per satu, sedikit
demi sedikit dan dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit. Kemudian diayak
dengan pengayak No. 60 dan dicampur ladi. Jika serbuk mengandung lemak,
harus diayak dengan pengayak No. 44. Jika jumlah obat kurang dari 50 mg atau
jumlah tersebut tidak dapat ditimbang, maka harus dibuat pengenceran
menggunakan zat tambahan yang cocok (Farmakope Indonesia III, Hal. 23).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan Pulveres adalah :
1. Jangan mencampurkan obat berkhasiat keras ke dalam mortir dengan keadaan
tidak diencerkan, karena mencegah

masukkanya obat ke dalam pori-pori

dinding mortir.
2. Obat yang jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu.
3. Apabila serbuk sangat halus dan berwarna, misalnya : Rifampisin, Stibii
Pentasulfidum. Sediaan ini dapat masuk kedalam pori-pori mortir dan
warnanya sulit dihilangkan, maka pada waktu menggerus mortir harus dilapisi
dengan zat tambahan (konstituen).
4. Apabila di dalam serbuk terdapat ekstrak kental dilakukan dengan cara
mengencerkan terlebih dahulu kedalam mortir panas dan ditambahkan dengan
penyari spiritus dilutus lalu dikeringkan dengan saccharum lactis.
5. Apabila didalam serbuk terdapat Tinctura atau Extractum Liquidum maka,
dilakukan dengan cara, Tinctura atau Extractum Liquidum diuapkan
pelarutnya diatas tangas air hingga hampir kering lalu diserbukkan dengan
saccharum lactis.

Kelebihan-kelebihan sediaan serbuk adalah :

1. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
penderita.
2. Lebih stabil, terutama untuk obat yang rusak oleh air.
3. Penyerapan lebih cepat dan sempurna dibandingkan sediaan padat lainnya.
4. Cocok untuk anak-anak atau orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau
tablet.
5. Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat
dibuat dala bentuk serbuk.
Kelemahan sediaan serbuk adalah :
1. Tidak menutupi rasa obat yang tidak enak.
2. Mudah lembab pada penyimpanan.
3. Membutuhkan waktu dalam penyimpanan di apotek.
Persyaratan serbuk (pulveres) :
Pulveres :
Keseragaman Bobot :
1. Timbang isi dari 20 bungkus satu persatu, campur isi ke-20 bungkus tadi dan
timbang sekaligus, hitung bobot rata-rata.
2. Penyimpangan antara penimbangan satu persatu terhadap bobot isi rata-rata
tidak lebih dari 15 % tiap 2 bungkus dan tidak lebih 10 % tiap 18 bungkus.

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM II
Resep 1
dr. Galuh
Jl. Lambung Mangkurat no 129 Samarinda
SIP : 157/DU/1989
Smd, 17 Sept 2011
R/ Ioco Inzana Tab
Karmin
M.f.pulv. d.t.d. no. X
S.t.d.d.pulv I p.c.

no.II
qs

Pro : Gita (18 bulan)


A. Resep Asli
1. Resep Standar
R/ loco Inzana Tab. (ISO 42, 324)
Komposisi
1. Aspirin

80 mg

2. Glisina

10 mg

2. Kelengkapan Resep
1. Paraf dokter tidak tertera
2. Alamat pasien tidak tertera
3. Penggolongan Obat :
O = Serbuk candu majemuk
G=
W=
B = Aspirin, Glisina, Karmin

4. Komposisi Bahan
Tiap 1 bungkus mengandung :
- Aspirin
=
- Glisina
=
- Karmin
=
- Laktosa
=

80 mg x 2
10 mg x 2
25 mg
370 mg

= 160 mg
= 20 mg

B. Uraian Bahan
1. Asam Asetilsalisilat
a. Sinonim

: Acidum Acetylsalicylicum, Asetosal (FI III, 43)


b. Khasiat
:Analgetikum : Obat yang
menghilangkan rasa nyeri tanpa menimbulkan
ketidaksadaran (Ansel, 634).
- Antipiretikum : obat yang menormalkan suhu
tubuh pada saat demam (Ansel, 638).

c. Pamerian

: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih;


tidak berbau atau hampir tidak berbau; rasa asam
(F1 III, 43).

d. Farmakologi

: Anti-demam kuat dan pada dosis rendah sekali


(40mg) berdaya mengahambat agregasi trombosit
(OOP, 298).

e. Kelarutan

: Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol


(95%) ; larut dalam kloroform dan dalam eter.

f. Dosis

: - DL anak
=> 1x
= 50 mg 60 mg/tahun
1 Hr = 150 mg 240 mg/tahun
- DM Anak (bulan)

2. Amino Asetat P

=> 1x

= 1000 mg

1 hr

= 8000 mg

a. Sinonim

: Asam Aminoasetat P; Glisina P (FI III, 642)


b. Khasiat
:
Mendeteksifikasi hati dengan
jalan mengikat radikal bebas dan toksin, serta
mempercepat pertumbuhan luka. (FI III, 642)

c. Pamerian

: Serbuk hablur; putih (FI III, 642)


d. Kelarutan
:
Mudah larut dalam air;
praktis tidak larut dalam etanol mutlak P dan dalam
eter P. (FI III, 642)

3. Carminum
a. Sinonim

: Karmin (FI IV, 488)

b. Khasiat

: Bahan tambahan, pewarna (FI IV, 488)


c. Pamerian:
Serbuk atau massa hablur,
keras, merah, tidak berbau dan rasa sedikit
manis, stabil di udara, tetapi mudah menyerap
bau (FI IV, 488)
d. Kelarutan
:
Mudah atau pelanpelan larut dalam air, mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol,
tidak larut dalam kloroform dan eter. (FI IV,
488)
e. Inkompatibilitas :
Diendapkan
asam (Scovelles, 497)

C. Perhitungan Dosis
1. Asam Asetilsalisat
DL anak

= 1x = 50 mg 60 mg/tahun x 1,6 tahun


= 80 mg 96 mg
1 hr = 150 mg 240 mg/tahun x 1,6 thn
= 240 mg 384 mg

DM anak

= 1x = n x DM Dewasa
150

oleh

18 x 1000 mg = 120 mg
150
1 hr = n x DM Dewasa 18 x 8000 mg = 960 mg
150
150
Dosis dalam resep
- 1x
= 2 x 80 mg
- 1 hr = 3x 160
Kesimpulan
Rekomendasi

= 160 mg
= 1050 mg

: Dosis Over dosis karena dosis diatas dosis


maksimum
: Dosis diturunkan sesuai dosis lazim menjadi
1x
= 2 x 50 mg
= 100 mg
1 hr
= 3 x 100 mg
= 300 mg

Perbaikan Resep
R/ Aspirin (50 mg)
Glisin (10 mg)
Karmin
M.F Pulv d.t.d no. X
S.t.d.d. pulv I P.C

No II
qs

D. Penimbangan Bahan
1. Asam Asetilsalisilat
1 tab = 100 mg

= 100 mg/tab x 10 = 1000 mg untuk 10 bungkus


1 bungkus = 1000 mg : 10 = 0,1 g

2. Glisin

= 2 x 10 mg

= 20 mg x 10 = 200 mg

3. Karmin

= 0,025 g

= 25 mg

4. Laktosa

= (10 x 0,5) (1+0,2+0,025)


= 3,775 g = 3.775 mg = 3.750 mg

Karena jumlah karmin dibawah 50 mg, harus dilakukan pengenceran :


-

Timbang Karmin

Timbang SL

50 mg
450 mg

500 mg
`

Dari campuran 500 mg tersebut, diambil :


25 mg x 500 mg = 250 mg
50 mg
Hasil pengenceran = 250 mg
Sisa pengenceran = 250 mg (dibungus tersendiri)

E. Cara Kerja
1. Sediakan alat dan bahan.
2. Timbang bahan yang diperlukan sesuai perhitungan.
3. Dibuat pengenceran karmin. Diambil 250 mg, disisihkan sisanya
dibungkus tersendiri (250 mg)
4. Masukkan glisina didalam mortir, ditambahkan sebagian laktosa, gerus
hingga homogen dan keluarkan.
5. Dimasukkan aspirin didalam mortir, tambahkan sisa laktosa, gerus hingga
halus dan homogen, tambahkan dan campuran no.4
6. Dimasukkan hasil pengenceran karmin (250 mg) dalam mortir, gerus
hingga homogen.
7. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian yang sama dengan penimbangan masingmasing bagian dibagi menjadi 5 bagian sama banyak dan dibungkus
8. Serbuk dikemas rapi dan diberi etiket putih.

F. Penandaan (Etiket Putih)

No. I

Laboratorium Farmasetika Dasar


Akademi Farmasi Samarinda
Apt. Fedri Baysar
Tgl : 17 Sept 2011
Gita ( 18 bulan )
3 x sehari 1 bungkus
Setelah makan

G. Edukasi
1. Obat ini sebagai obat demam, meringankan nyeri, nyeri kepala, nyeri gigi
dan lain-lain.
2. Obat ini diminum 3 x sehari 1 bungkus, pagi, siang dan malam, sesudah
makan.
3. Obat ini disimpan ditempat sejuk dan kering
4. Efek samping yang mungkin terjadi iritasi mukosa lambung hipesensitasi
dan muntah-muntah.
5. Bila sakit berlanjut hubungin dokter.

Resep 2

dr. Galuh
Jl. Lambung Mangkurat no 129 Samarinda
SIP : 157/DU/1989
Smd, 17 Sept 2011
R/ loco Bedak Yekacil5
Adde
Peppermint Oilgtt I
S.u.e
Pro : Hendra
A. Resep Asli / Standar : R/ Bedak Yekacil (ISO 45, 383)
1. Resep asli
1.
2.
3.
4.

Asam Asetilsalisilat
Balsam peru
Kamper
Mentol

5. Seng Oksida

1%
0,5 %
0,5 %
0,5 %
5%

2. Kelengkapan resep
- Paraf dokter tidak tertera
- Alamat pasien tidak tertera
- Umur pasien tidak tertera
3. Penggolongan obat
O:
G:
W:
B : Asam Salisilat, Balsam peru, Kamter, Menthol dan ZnO.
4. Komposisi bahan
Dalam 1 bungkus mengandung:

1.
2.
3.
4.
5.

Asam salisilat
Balsam peru
Kamper
Mentol
Seng Oksida

0,05 g
0,025 g
0,025 g
0,025 g
0,25 g

B. Uraian Bahan
1. Asam Asetilsalisilat
a. Sinonim

: Acidum Acetylsalicylicum, Asetosal (FI III, 43)


b. Khasiat : - Analgetikum : Obat yang menghilangkan
rasa nyeri tanpa menimbulkan ketidaksadaran
(Ansel, 634).
- Antipiretikum : obat yang menormalkan suhu
tubuh pada saat demam (Ansel, 638).

c. Pamerian

: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih;


tidak berbau atau hampir tidak berbau; rasa asam
(F1 III, 43).

d. Farmakologi

: Anti-demam kuat dan pada dosis rendah sekali


(40mg) berdaya mengahambat agregasi trombosit
(OOP, 298).

e. Kelarutan

: Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol


(95%) ; larut dalam kloroform dan dalam eter.
f. Inkompatibilitas : Bila bercampur dengan asam borat akan membentuk
asam borasalisilat yang mudah larut dan rasa pahit.
Bila bercampur dengan ZnO akan membentuk
semen.
2. Balsamum Peruvianum
a. Sinonim

: Balsam Peru (FI III, 102)

b. Khasiat

: Keratolitikum, Anti iritansia (FI III, 102)

c. Farmakologi

: Denaturasi
protein
mikroorganisme,
lalu
pengendapan protein dalam protoplasma, setelah

itu protein dioksidasi, mengganggu pada sistem


dan proses enzim dan akhirnya terjadi modifikasi
dinding
sel
atau
membransitoplasma
(desinfektansia dengan aktivitas permukaan).
d. Pemerian

: Cairan kental, lengket tidak berserat, coklat tua


dalam lapisan tipis berwarna coklat, transparan
kemerahan, bau aromatik khas menyerupai
vanilin. (FI III, 102)

e. Kelarutan

: Larut dalam kloroform, sukar larut dalam eter,


dalam eter minyak tanah dan dalam asam asetat
glasial. (FI III, 102)

f. Inkompatibilitas

: Dengan minyak; tidak tersatukan.

3. Camphora
a. Sinonim

: Kamper (FI III,130)

b. Khasiat

: Anti iritan ( FI III,130)


Untuk membunuh mikroorganisme
c. Pemerian
: Hablur butir atau massa hablur ;
Tidak berwarna atau putih ; bau khas ; tajam ; rasa
pedas dan aromatik (FI III,130).
d. Kelarutan
: Larut dalam 700 bagian air, 7
bagian etanol (95%), dalam 0,25 bagian kloroform.
Sangat mudah larut dalam eter. Larut dalam
minyak lemak.
e. Inkompatibilitas
:
Akan
meleleh
bila
bercampur dengan asam benzoat, guala coli,
carbonas, diuretinum dan chlolari Hydras.

4. Mentholum
a. Sinonim
III, 362)

Mentol, Minyak Pokok (FI

b. Khasiat

Anti iritasi (FI III, 362)

c. Pemerian :
Hablur berbentuk jarum atau
prisma, tidak berwarna, bau tajam seperti
minyak permen, rasa panas dan aromatik diikuti
rasa dingin. (FI III, 362)
d. Kelarutan :
Sukar larut dalam air, sangat
mudah larut dalam etanol (95 %) dalam
kloroform dan dalam eter, mudah larut dalam
parafin cair dan dalam minyak aksiri. (FI III,
362)
e. Inkompatibilitas :
Dalam
larutan
spiritus, kalau dixampur dengan air atau jika
kadar alkoholnya terlampau rendah, mentol
akan memisah. (FI III, 362)
5. Zinci oxydum
a. Sinonim

: Seng oksida (F1 III,636)

b. Khasiat

: Antiseptikum lokal (F1 III,637)


c. Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus;putih
atau putih kekuningan ; tiadak berbau ; tidak
berasa,lambat laun menyerap karbondioksida
dari udara (F1 III,636)
d. Kelarutan :
Praktis tidak larut dalam ain
dan dalam etanol (95%) P;II larut dalam asam
mineral encer dan dalam larutan alkali
hidroksida. (F1 III,636)
e. Inkompatibilitas :
Apabila
bercampur
dengan asam salisilat akan membentuk senyawa
padat (berupa semen).

6. Oleum Menthae
a. Sinonim

: Minyak permen (FI III, 458)

b. Khasiat

: Zat tambahan; karminatifum

c. Pemerian

: Cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau


kuning kehijauan, bau aromatik, rada pedas dan
hangat, kemudian digin.

d. Kelarutan

: Dalam etanol larut dalam 4 bagian volume


etanol (70 %).

C. Penimbangan bahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Asam salisilat
Balsam Peru
Kamfer
Mentol
Seng Oksida
Oleum Menthae

= 1% x 5
= 0,5% x 5
= 0,5% x 5
= 0,5% x 5
= 5% x 5
= 1 tetes

= 0,05 g = 50 mg
= 0,025 g = 25 mg
= 0,025 g = 25 mg
= 0,025 g = 25 mg
= 0,25 g = 25 mg

Karena jumlah Kemfer dibawah 50 mg, harus dilakukan pengenceran :


-

Timbang Kamfer

Timbang SL

50 mg
450 mg

500 mg

Dari campuran 500 mg tersebut, diambil :


25 mg x 500 mg = 250 mg
50 mg
Hasil pengenceran = 250 mg
Sisa pengenceran = 250 mg (dibungus tersendiri)

Karena jumlah mentol dibawah 50 mg, harus dilakukan pengenceran :


-

Timbang Mentol

Timbang SL

50 mg
450 mg
500 mg

Dari campuran 500 mg tersebut, diambil :


25 mg x 500 mg = 250 mg
50 mg
Hasil pengenceran = 250 mg
Sisa pengenceran = 250 mg (dibungus tersendiri)

E. Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan ( ZnO diayak
terlebih dahulu)
3. Dimasukkan asam salisilat dan balsam peru dalam mortir, lalu di tetesi
etanol 95% 2-3 tetes, gerus hingga larut dan homogen, dikeringkan degan
sebagian ZnO gerus hingga homogen, lalu dikeluarkan dari mortir
( Campuran 1 )
4. Dimasukkan pengenceran camphora dalam mortir lalu ditambahkan
pengenceran mentol gerus hingga larut dan homogen, lalu keringkan
dengan sisa ZnO gerus hingga homogen.
5. Dimasukkan campuran 1 kedalam mortir gerus hingga halus dan
homogen.
6. Ditambahkan Oleum Menthae ( Perpemint Oil ) 1 tetes kedalam mortir
gerus hingga homogen.
7. Ditimbang pot kemas sebelum dan sesudah diisi bedak tabur, dihitung
selisih.
8. Dikemas dalam pot dan diberi etiket biru.
F. Penandaan
Etiket biru
Laboraturium Farmasetika Dasar Akademi Farmasi Samarinda
Apt : Fedri Baysar
No.IITgl : 17 Sept 2011

Hendra
Taburkan pada bagian yang gatal (teriritasi)
OBAT LUAR

G. Edukasi
1. Fungsi obat ini adalah untuk mengatasi iritasi yang disebabkan gatal-gatal.
2. Cara pemakaian ditaburkan dibagian yang teriritasi.
3. Tidak ada efek samping tetapi jika terjadi iritasi berlebih, hentikan
pemakaian obat dan hubungin dokter.
4. Disimpan ditempat yang sejuk dan kering jauhkan dari jangkauan anakanak.

Resep 3
dr. Galuh
Jl. LambungMangkurat no 129 Samarinda
SIP : 157/DU/1989
Smd, 17 Sept 2011
R/Pulv. APL sine fenasetinno V
Adde pro dosis sing
Efedhrin tab1/2
M.f. pulv. No.X
S. 1-0-1
A. Resep Asli
Pro : Ratih (5 th)
1. Resep Standar
R/ Pulv APL sine fenasetin (FOI, 1966, hal 137)
Komposisi terdiri dari :
Asam Asetilsalisilat
0,2
Fenobarbital
0,3
2. Kelengkapan Resep
- Paraf dokter tidak tertera
- Alamat pasien tidak tertera
3. Penggolongan Obat
O =
G = Fenobarbital (Psikotropika), Efedrin
W=
B = Asam asetilsalisilat
4. Komposisi Bahan
Tiap 1 bungkus mengandung :
- Asam asetilsaisilat
0,1
g
- Feobarbital
0,015 g
- Efedrin

B. Uraian Bahan
1. Asam Asetilsalisilat

c. Sinonim

: Acidum Acetylsalicylicum, Asetosal (FI III, 43)


d. Khasiat : - Analgetikum : Obat yang menghilangkan
rasa nyeri tanpa menimbulkan ketidaksadaran
(Ansel, 634).
- Antipiretikum : obat yang menormalkan suhu
tubuh pada saat demam (Ansel, 638).

c. Pamerian

: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih;


tidak berbau atau hampir tidak berbau; rasa asam
(F1 III, 43).

d. Farmakologi

: Anti-demam kuat dan pada dosis rendah sekali


(40mg) berdaya mengahambat agregasi trombosit
(OOP, 298).

e. Kelarutan

: Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol


(95%) ; larut dalam kloroform dan dalam eter.

f. Dosis

: DL 1x
1 hari
DM dewasa
1x
1 hari

= 40 mg 50 mg / tahun
= 120 mg 200 mg / tahun
= 1000 mg
= 8000 mg

g. Inkompatibilitas : Apabila bercampur dengan alkali akan tejadi


penyabunan dan pemisahan (akan membentuk asam
asetat dan garam salisilat), dan bila bercampur
dengan anti dopyrin akan meleleh dan berwarna
kuning.
2. Phenobarbitalum
a. Sinonim :

Fenobarbital, Luminal (FI III, 481)

b. Khasiat :

Hipopuotikum, sedativum

c. Famakologi
:
Memperkua efek GABAH,
kemudian menghambat kerjanya aspartat dan
gliutaman memblokir saluran-saluran Na, K, Ca
kemudain meningkatkan ambang serang dengan
jalan menstabilkan membran sel, mencegah

timbulnya muatan up normal dipangkalnya dlam


SSP, kemudian terakhir menghindari menjalannya
hiperaktifitas (muatan listrik) tersebut pada neuron
otak lainnya.
d. Pemerian
:
Hablur / sendok hablur, putih
tidak berbau, rasa agak pahit.
e. Kelarutan
:
Sangat sukar larut dalam air,
larut dalam etanol (95%), dalam eter, daam larutan
alkali karbonat.
f. Dosis :

DL

1x

= 15 mg 20 mg

1 hr = 45 mg 80 mg
DM 1x

= 300 mg

1 hr = 600 mg
g. Inkompatibilitas :
Argenti Nitras ; Opa lesensi
karena terbentuk luminal Ag
Amiinofilin ; kertas pembungkus dalam serbuk akan
berwarna kuning, jika tidak disimpan dalam tempat
yang kering sempurna, tetapi serbuknya tetap
berwarna putih

3. Ephedrini Hydrochloridum
a. Sinonim

: Efedrina Hidroklorida (FI II, 236)


b. Khasiat :

Simpatomimetikum (FI II, 236)

c. Farmakologi
:
Setelah diminum terjadi
bronchodilatasi, kemudian di rombak dalam hati
kemudian diekresikan terutama lewat urin secara
utuh.
d. Pemerian
:
Hablur putih atau serbuk
putih halus, tidak berbau, rasa pahit. (FI II, 236)

e. Kelarutan
:
Larut dalm lebih kurang 4
bagian air, dalam lebih kurang 14 bagian etanol
(95%) praktis tidak larut dalam eter. (FI II, 236)
f. Inkompatibilitas :
Dicampur dengan asetosal
menjadi basah meleleh. Dicampur dengan mentol
dan phenobarbital akan menjadi basah. Dicampur
dengan ekstra belladone akan lengket, berwarna
kuning dan menyerupai amin.
g. Dosis

: DL 1x
= 0,8 mg/kg 16 mg/kg
( dibagi dalam 4 dosis )
1 hr = 0,2 mg/kg 4 mg/kg

DM Dewasa
1x = 50 mg
1 hr = 150 mg

C. Perhitungan Dosis
1. Aspirin
DL 1 x

= 40 mg 50 mg/tahun x 5 tahun
= 200 mg 250 mg

1 hr

= 120 mg 200 mg/tahun x tahun


= 600 mg 1000 mg

DM 1x

n
x DM
n + 12
= 5
x 1000 mg
5 + 12
= 294,1 mg

1 hr

=
=

n
x DM
n + 12
5

x 8000 mg

5 + 12
= 2325,9 mg

Dosis dalam resep 1x : 1 x 5/10 (0,2) = 1 x 0,1 = 0,1 g


= 100 mg
1 hr : 2 x 0,1 = 0,2= 200 mg
Kesimpulan

: Dosis subterapi karena dosis dibawah dosis lazim

Rekomendasi

: Dosis dinaikkan sesuai dosis lazim menjadi


1x

= 1x 5/10 x 0,58 = 1x 0,29 = 290 mg

1 hr = 2 x 0,29 = 0,58 = 580 mg


(supaya mendekati dosis lazim seharinya)

2. Fenobarbital
DL 1x

: 15 mg 20 mg

1 Hr
DM

: 45 mg 80 mg
1x

1 Hr

Dosis dalam resep

n
n + 12
= 5
5 + 12
:
n
n + 12
= 5
5 + 12

x DM
x 300 mg = 88,2 mg
x DM
x 600 mg = 176,5 mg

1x = 1 x 5/10 (0,03) = 15 mg
1 hr = 2 x 15 mg = 30 mg

Kesimpulan

: Dosis dalam resep ini sub terapi karena dibawah dosis lazim

Rekomendasi : Dosis dinaikkan sesuai dengan dosis lazim


1x

= 1 x 5/10 (0,05) = 0,025 = 25 mg

1 Hr = 2 x 25 mg = 50 mg
(diambil 0,05 untuk mencapai DL 1 hari dan bahan dapat ditimbang )

3. Efedrin
Umur anak 5 tahun, berat badannya 14,2 kg (ISO 42, 445)
DL

1x

: 0,2 mg/kg - 4 mg/kg


= 0,2 mg/kg (14,2 kg) - 4 mg/kg (14,2 kg)
= 2,84 mg - 56,8 mg

1 Hr

: 0,8 mg/kg - 16mg/kg


= 0,8 mg/kg (14,2 kg) - 16mg/kg (14,2 kg)
= 11,36 mg - 227,2 mg

DM

1x

1 Hr

Dosis dalam resep

n
x DM
n + 12
= 5
x 50 mg = 14,7 mg
5 + 12
n
x DM
n + 12
= 5
x 150 mg = 44,1 mg
5 + 12

1x = tab x 25 mg/tab = 12,5 mg


1 hr = 2 x 12,5 mg = 25 mg

Kesimpulan

: Dosis dalam resep ini adalah terapi karena berada dalam rentang
DL dan DM.

Perbaikan Resep

R/ Asetosal

0,58

no. V

Fenobarbital 0,05
Adde pro dosis sing
Ephedrin tab
M.f pulv. No X
S 1-0-1

D. Perhitungan Penimbangan
1. Asetosal

: 0,5 x 0,58

= 2,9

= 2900 mg

2. Fenobarbital

: 5 x 0,05

= 0,25

= 250 mg

3. Ephedrin tab

: tab x 10

= 5 tablet

4. Saccharum

: (0,5 x 10) (2,9 + 0,25 + 0,125)


: 5000 mg 3275 mg
: 1725 mg = 1700 mg
Jadi, dalam 1 bungkus hanya 497,5 mg = 500 mg

E. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan.
3. Dimasukkan ephedrin tablet dalam mortir gerus hingga halus,
ditambahkan fenobarbital dalam mortir, gerus hingga homogen dan
keluarkan.
4. Dimasukkan sebagian laktosa dalam mortir, gerus hingga homogen dan
keluarkan.
5. Dimasukkan asetosal dalam mortir, gerus hingga homogen ditambahkan
sisa laktosa gerus hingga homogen dan tambahkan campuran no. 4.
6. Dikeluarkan dari mortir dibagi menjadi 10 bagian diatas perkamen dan
dibungkus.

7. Dikemas dengan sak plastik dan diberi etiket putih.

F. Penandaan
Etiket Putih

Laboraturium Farmasetika Dasar Akademi


Farmasi Samarinda
Apt : Fedri Baysar
No.III

Tgl : 17 Sept 2011


Ratin (5 tahun)
2 x sehari 1 bungkus
Setiap pagi dan malam hari
Sesudah makan

TIDAK BOLEH DIULANG TANPA RESEP DOKTER

G. Konseling/Edukasi
1. Obat ini berfungsi sebagai obat demam, obat nyeri (sakit kepala dan sakit
gigi, dll) dan juga sebagai obat sesak nafas (asma).
2. Obat ini diminum 2 kali sehari 1 bugkus, pagi dan malam hari dan
diminum sesudah makan.
3. Disimpan ditempat yang sejuk dan kering.
4. Efek samping yang mungkin terjadi iritasi mukosa lambung, susah tidur,
tremor dan gangguan berkemih.
5. Bila sakit berlanjut segera hubungi dokter.

IV.PEMBAHASAN
RESEP 1
Pada praktikum kali ini membuat sediaan serbuk bagi (pulveres), yaitu
serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama dan di bungkus dengan
kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok untuk sekali minum (FI
edisi III, 23).
Pada resep ini bahan-bahannya adalah loco Inzana Tab yang komposisinya
terdiri dari Aspirin, Glisina dan ditambah kan karmin sebagai pengenceran.
Asetosal adalah obat anti-nyeri tertua, yang sampai kini paling banyak digunakan
di seluruh dunia. Zat ini juga berkhasiat anti-demam kuat & pada dosis rendah
sekali (40 mg) berdaya menghambat agregasi trombosit. Reabsorpsinya cepat dan
praktis lengkap, terutama di bagian pertama duodenum (usus 12 jari). Namun,
karena bersifat asam, sebagian zat diserap pula dilambung. Efek samping yang
paling sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung, reaksi alergi kulit dan tinnitus
(telinga berdengung) pada dosis yang lebih tinggi. Karena efek antitrombositnya
yang mengakibatkan risiko perdarahan meningkat, penggunaan asetosal perlu
dihentikan satu minggu sebelum pencabutan gigi (geraham bungsu).
Asetosal juga zat yang digunakan untuk anti-demam kuat dan pada dosis
rendah sekali (80 mg) berdaya menghambat agregasi trombosit. Dalam
penggunaannya selain merupakan analgetikum asetosal dewasa ini banyak
digunakan sebagai alternatif dari antikoagulansia untuk obat pencegah infark
kedua setelah terjadi serangan. Obat ini juga efektif untuk profilaksis serangan
stroke kedua setelah menderita TIA (Transient Ischaemic Attack, serangan
kekurangan darah sementara di otak) terutama pada pria. Resorpsinya cepat dan
praktis lengkap terutama dibagian pertama duodenum. Namun karena bersifat
asam sebagian zat diserap pula oleh lambung. Dalam hati zat ini segera
dihidrolisasi menjadi asam salisilat dengan daya antinyeri lebih ringan. Efek
samping yang terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan resiko tukak lambug
dan pendarahan samar. Penyebabnya adalah sifat asam dari asetosal, yang dapat

dikurangi melalui kombinasi dengan suatu antasido (MgO aluminium hidroksida,


CaCO3) atau digunakan garam kalsiumnya. Selain itu asetosal menimbulkan efek
spesifik, seperti reaksi alergi kulit dan tinitus (telinga berdengung) pada dosis
lebih tinggi. Efek yang lebih serius adalah kejang-kejang broncihi, yang pada
pasien asma dapat menimbulkan serangan walaupun dalam dosis rendah. (OOP
Edisi VI, 316)
Glisina berkhasiat sebagai mendetoksifikasi hati dengan jalan mengikat
radikal bebas dan toksin, serta mempercepat penyembuhan luka sedangkan
karmin adalah sebagai bahan tambahan dan pewarna sehingga serbuk yang jadi
lebih berwarna dan sedikit manis.
Dalam pengerjaanya terlebih dahulu dilakukan pengenceran oleh karmin
dan laktosa, dan sisa karmin (250 mg) dibungkus tersendiri. Glisina ditambahkan
sebagian laktosa dan digerus hingga homogen bagitu pun hal nya yang sama
dilakukan pada Aspirin, ditambahkan juga sisa laktosa dan digerus hingga halus
dan homogen. Kemudian masukkan semua bahan yang sudah digerus homogen
beserta dengan pengenceran karmin dan digerus kembali hingga homogen. Serbuk
yang dihasilkan berwarna merah muda dibuat sebanyak 10 bungkus.. Puyer yang
sudah di bungkus masukkan kedalam plastik klip dan diberi etiket. Obat ini
berkhasiat untuk demam dan meringan kan nyeri kepala, nyeri gigi dll, diminum
setelah makan 3 x sehari 1 bungkus dan disimpan ditempat yang sejuk dan
terhidar dari sinar matahari langsung.
RESEP 2
Pada praktikum kali ini membuat sediaan serbuk tabur (pulvis
adspersorius), yaitu serbuk ringan yang bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan
untuk pemakaian luar (FI edisi III, 24).
Bahan-bahan yang digunakan pada resep ini adalah Mentol, Camphora,
Zinc Oxydum (ZnO), Balsam Peru, Asetosal dan Peppermint Oil. Menthol dan
Camphora berkhasiat sebagai antiiritan, Zinc Oxydum berkhasiat sebagai
antiseptikom local, sedangkan Asetosal berkhasiat keratolitikum dan anti fungi.

Untuk Zinc Oxydum dan Talc diayak terlebih dahulu sebelum ditimbang.
Zinc Oxydum diayak dengan pengayak no. 100 yaitu ayakan untuk serbuk halus.
Karena Zinc Oxydum higroskopis atau menyerap karbondioksida di udara, agar
tidak membentuk ZnO3 yang akan menggumpal dan membuat sediaan menjadi
tidak halus. Sedangkan Talc diayak dengan pengayak no. 120 yaitu ayakan untuk
serbuk sangat halus (IMO, hal.33). Pengayakan sediaan ini bertujuan untuk
menghilangkan butiran kasar, karena pada bedak tabur tidak boleh ada butiran
kasar yang dapat mengiritasi kulit.
Camphora dan Menthol termasuk bahan yang bersifat eutektikum, yaitu
bahan yang memiliki titik lebur rendah, sehingga dalam pengerjaannya Menthol
dan Camphora digerus bersamaan sampai mencair, ini juga memudahkan
pengerjaan sediaan ini. Setelah campuran ini mencair dikeringkan dengan Seng
Oksida dan gerus hingga homogen. Lakukan jugan pada Asetosal dan Balsam
Peru digerus hingga homogen dan tambahkan etanol (95%) dan keringkan dengan
sisa ZnO. Campurkan campuran Kamfer+Mentol dan Asetosal+Balsam Peru dan
tambahkan Pepermint oil 1 tetes gerus hingga homogen. Dikeluarkan dan
dimasukkan ke dalam pot yang sudah ditimbang pot kosongnya. Kemudian
ditimbang berat akhir pot dan diberi etiket biru untuk pemakaian luar. Penggunaan
obat ini dengan cara menaburkan tipis-tipis pada bagian yang sakit dan tidak
boleh untuk kulit yang terbuka.
RESEP 3
Pada praktikum farmasetika dasar, praktikan membuat sediaan berupa serbuk.
Pada resep 3 praktikan membuat sediaan dengan menggunakan bahan Asam
Asetilsalisiat, Fenobarbital, Efedrin tab
Zat-zat aktif yang digunakan adalah :

Asam Asetilsalisilat berfungsi sebagai :


-

Analgetikum : obat yang menghilangkan rasa nyeri tanpa


menimbulkan ketidaksadaran.

Antiperitikum : obat yang menormalkan suhu tubuh pada saat


demam.

Fenobarbital berfungsi sebagai hipotikum dan sedativum


Fenobarbital adalah senyawa hipnotik. Untuk mengatasi efek
hipnotiknya, obat ini dapat dikombinasikan dengan kofein. Reabsorpsinya
di usus baik (70-90%), maka dosisnya dapat diberikan sekaligus sehari.
Efek sampingnya berkaitan dengan efek sedasinya, yakni pusing,
mengantuk, ataksia, dan pada anak-anak mudah terangsang. Efek samping
ini dapat dikurangi dengan mengkombinasikannya dengan obat-obat lain.
Interaksinya bersifat menginduksi enzim, dan antara lain mempercepat
penguraian vitamin D2 dengan kemungkinan timbulnya rachitis pada anak
kecil.

Efedrin berfungsi sebagai sempatomimetikum.

Zat-zat tambahan yang digunakan adalah :

Saccharum lactis berfungsi sebagai zat tambahan yaitu pemanis.


Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Setelah itu

ditimbang

bahan-bahan

yang

diperlukan

dalam

praktikum.

Dilakukan

penghalusan efedrin tab dengan cara digerus hingga homogen dan halus,
kemudian Fenobarbital dan tambahkan sebagian laktosa di gerus hingga homogen.
Asetosal dan sisa laktosa dilakukan penggerusan dan masukkan semua campuran
efedrin tab dan fenobarbital dan kembali digerus hingga halus. Serbuk
dikeluarkan. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian yang sama banyak yang bertujuan
mempermudah dalam langkah selanjutnya, masing-masing bagian dibagi menjadi
5 bagian yang sama dibungkus dengan kertas perkamen. Dikemas dan diberi
etiket warna putih lalu dimasukkan dalam kantong klip, pada penandaan etiket
tertera tidak boleh diulang tanpa resep dokter karena merupakan obat keras. Dan
ditandai bahwa obat diminum 2 kali sehari 1 bungkus. Efek samping dapat
menyebabkan iritasi mukosa lambung, susah tidur dan gangguan berkemih. Obat
disimpan ditempat sejuk dan bila sakit berlanjut segera hubungi dokter.

V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah menjalani praktikum, praktikan dapat mengambil kesimpulan
bahwa sediaan serbuk pertama mengandung Asam Asetilsalisilat dan Glisina,
yang dibuat sebanyak 10 bungkus dan hasilnya sudah mendapatkan efek terapi.
Khasiatnya adalah sebagai obat demam, meringankan nyeri, nyeri kepala, nyeri
gigi dll. Diminum 3 kali sehari 1 bungkus sesudah makan. Disimpan ditempat
yang kering dan sejuk.

Setelah menjalani praktikum, praktikan dapat mengambil kesimpulan bahwa


sediaan serbuk kedua mengandung Camphora, Zinci Oxydum, Balsam Peru,
Acid. Salyc, dan Mentol yang dikemas dalam pot karena sebagai obat tabur dan
sediaan yang dihasilkan sudah homogen. Yang berkhasiat sebagai obat tabur untuk
mengatasi iritasi yang disebabkan gatal-gatal pada tubuh dengan cara ditabutkan
sedikit demi sedikit. Disimpan ditempat yang kering.

Kesimpulan dari resep 3 adalah bahwa sediaan serbuk ketiga mengandung


Fenobarbital, Efedrin dan Asam Asetilsalisilat, sebanyak 10 bungkus. Yang
berkhasiat sebagai obat demam, obat nyeri ( Kepala,gigi dll) dan juga sebagai obat
sesak napas (asma) dan diminum pagi dan malam sesudah makan. Disimpan
ditempat yang sejuk dan kering.

B. SARAN

1. Perhitungan dosis harus tepat dan akurat, karena praktikan tidak dapat
menggunakan dosis subterapi ataupun over dosis.
2. Berhati-hati dalam membuat sediaan agar sediaan yang dihasilkan sesuai
dengan yang diharapkan.
3. Penimbangan harus cermat dalam menmbang sediaan dan juga menggunakan
timbangan yang sesuai.
4. Gunakan waktu dengan sebaik mungkin.
5. Berhati-hati dalam menggunakan alat-alat praktikum.

Anda mungkin juga menyukai