Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM FARMASETIKA II
PERCOBAAN 6: BENTUK SEDIAAN PILULAE (PIL)

Disusun oleh:

Nama : Liva Amarelia Pratista

Kelas/NIM : C-2022
22/494125/FA/13424

Golongan :1

Kelompok :C

Tanggal Praktikum : Kamis, 25 Mei 2023

LABORATORIUM MFFM 1
DEPARTEMEN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
87
A. Nama Bentuk Sediaan
Pil (pilulae). tambahkan kekuatan sediaan dan nomor resep

6 B. Tinjauan Pustaka masih belum menjawab tujuan praktkum: bisa ditambahi penjelasan perlakuan bahan higroskopis,
nama dagang, dan PPP
Pil adalah sediaan berbentuk bulat telur yang termasuk sediaan per oral. Pil berasal
dari bahasa Latin “pila” yang berarti bola kecil. Farmakope Indonesia III mendefinisikan pil
sebagai “suatu sediaan berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan padat”.
Kisaran berat pil berada diantara 100 mg sampai 500 mg. Pil kecil yang beratnya kira-kira
30 mg disebut granula dan pil besar yang beratnya lebih dari 500 mg disebut boli (Moh.
Anief, 2003). Boli biasanya digunakan untuk pengobatan hewan seperti sapi, kuda dan
lain-lain.

Sediaan pil memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Sediaan pil memiliki
kelebihan antara lain mudah ditelan, dapat menutupi rasa dan bau zat aktif obat yang tidak
enak, lebih stabil dari serbuk dan solutio, dan sangat baik untuk obat yang penyerapannya
dikehendaki. Sedangkan, kekurangan dari sediaan ini ialah obat yang dikehendaki
memberikan aksi yang cepat, obat yang dalam keadaan larutan pekat dapat mengiritasi
lambung, bahan obat padat atau serbuk yang voluminous dan bahan obat cair ada dalam
jumlah besar (Ansel, 2008).

Selain itu, adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai sediaan ini yaitu
pada penyimpanan bentuknya harus tetap dan sediaan tidak begitu keras sehingga dapat
hancur dalam saluran pencernaan. Untuk pil salut enterik, disalut menggunakan zat yang
cocok supaya pil tidak hancur di lambung melainkan di usus halus. Pil juga harus
memenuhi syarat keseragaman bobot dan waktu hancur (Anonim, 1979).
Syarat yang harus dipenuhi pil tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi III (1979),
yang mencakup:
1. Homogen dalam ukuran, bentuk, warna dan dosisnya dan mempunyai kekenyalan,
daya rekat, dan kekerasan tertentu.
2. Pada waktu penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak begitu keras
sehingga dapat hancur dalam saluran pencernaan, dan pil salut enterik tidak hancur
dalam lambung tetapi hancur dalam usus halus.
3. Bobot pil ideal antara 100, 150 mg, rata-rata 120 mg. Oleh karena sesuatu hal
syarat ini seringkali tidak dapat dipenuhi. Selain itu, pil juga harus memenuhi
keseragaman bobot. Timbang 20 pil satu persatu, hitung bobot rata-rata,
penyimpangan terbesar terhadap bobot rata-rata adalah:
Untuk bobot % Penyimpangan maksimal
rata-rata pil
18 pil 2 pil
100 mg – 250 mg 10% 20%
251 mg – 500 mg 7,5% 15%
(Anonim, 1979).
4. Waktu hancur pil memenuhi persyaratan waktu hancur yang tertera pada
kompresi, yaitu : pil harus hancur dalam air pada suhu 36 –38° C selama 15’ untuk
pil tidak bersalut dan 60’ untuk pil bersalut. Untuk pil bersalut enterik direndam
terlebih dahulu dalam larutan HCl 0,06 N ; 3 jam, lalu dipindahkan ke dalam
larutan dapar pH 6,8 pada suhu 36 –38° C. Dalam 60’ pengujian pil sudah hancur.
Zat utama berupa bahan obat yang harus memenuhi persyaratan farmakope,
misalnya KMnO4, Asetosal, Digitasil Folia, Garam Ferro, dll.
Zat tambahan yang terdiri dari:
a. Zat pengisi, fungsinya untuk memperbesar volume massa pil agar mudah
dibuat. Contoh: akar manis (Radix Liquiritae), bolus alba atau bahan lain yang
cocok (glukosa, amilum, dll) radix liquiritae dengan gliserin adalah konstituen
yang baik untuk bahan-bahan minyak atsiri (Metode Blomberg) terlebih kalau
ditambahkan succus lq. Hal ini karena radix lq. mengandung gliserin yang bersifat
mengemulsi minyak.
b. Zat pengikat: fungsinya untuk memperbesar daya kohesi maupun adhesi
massa pil agar massa pil dapat saling melekat menjadi massa yang kompak.
Contoh: sari akar manis (Succus liquiritiae), gom akasia, tragakan, campuran
bahan tersebut (PGS) atau bahan lain yang cocok (glukosa, mel, sirop, musilago,
kanji, adeps lanae, glycerium cum tragacanth, extra gentian, extra aloe, dan
lain-lain).
c. Zat penabur: fungsinya untuk memperkecil gaya gesekan antara molekul
yang sejenis maupun tidak sejenis, sehingga massa pil menjadi tidak lengket satu
sama lain, lengket pada alat pembuat pil, atau lengket satu pil dengan pil lainnya.
Contoh: lycopodium, talcum.
d. Zat pembasah: fungsinya untuk memperkecil sudut kontak antar molekul
sehingga massa menjadi basah dan lembek serta mudah dibentuk. Contoh: air,
air-gliserin, gliserin, sirop, madu, atau bahan lain yang cocok.
e. Zat penyalut: fungsinya untuk menutupi rasa dan bau yang tidak enak,
mencegah perubahan karena udara, dan supaya pil pecah dalam usus bukan dalam
lambung. Contohnya: perak, tolu balsam, keratin, sirlak, kolodium, salol, gelatin,
gula, atau bahan lain yang cocok (Faqih, 2015).
C. Nama dan Isi Formula

Nama Resep : Pil Kalium iodida

Bentuk Sediaan : Pil

Kekuatan Sediaan : Kalii iodida

Isi Formula : Kalii iodida : 3 gram

Pulv. Succus. Ira : 1,2 gram

Pulv. Radix. Ira : 1,2 gram

Aquae glycerinata : secukupnya


D. Formula Standar 10

Resep: Pil kalium iodida

Resep No. IV Resep Standar (Anonim. 1978):

R/ Kalii iodida 0,100 R/ Iod. Kalii 5


m.f.pil.dtd.No. XXX Pulvis Succus 2
Liquiritiae
S.t.d.d. pil 1 Pulvis Radix 2
Liquiritae
Aquae glycerinata q.s
Pro: Ny. Sukma m.f.pil.no.50

Keterangan setiap resep dipisah aja


Keterangan:

R/ (Recipe) *ambillah

S.t.d.d.pil 1 (Signa ter de die pilulae unum) *tandailah 3 kali sehari 1 pil
m.f.pil.dtd.No. XXX (misce fag pilulae da tales doses numera triginta) *campur
dan buat pil, diberi sesuai dosis dengan jumlah 30

m.f.pil.no.50 (misce fag pilulae numera 50) *campur dan buat pil
dengan jumlah 50
q.s (quantum satis) *secukupnya

Pro *identitas pasien


E. Fungsi Setiap Bahan 10

1. Kalli iodida : Struktur hablur tetrahedral, transparan, opak dan putih atau
serbuk granul putih , agak higroskopis. Disimpan dalam wadah yang tertutup rapat.
Termasuk sangat mudah larut dalam air, lebih larut dalam air mendidih, larut dalam
etanol 95% P, mudah larut dalam gliserol P. Berfungsi sebagai antifungi/antijamur
(Anonim, 1979).

2. Pulvis succus liquiritiae : Struktur batang berbentuk silinder atau bongkah besar,
licin, agak mengkilap, hitam coklat tua, atau serbuk berwarna coklat, bau jernih khas,
rasa manis khas. Disimpan dalam wadah tertutup baik. Berfungsi sebagai bahan pengikat
(Anonim, 1979).

3. Pulvis radix liquiritae : Berbau khas dan sedikit aromatis, bau sangat manis, sedikit
khelat, rasa manis. Larut dalam air dan disimpan dalam wadah tertutup baik. Berfungsi
sebagai bahan pengisi (Anonim, 1995).

4. Talcum : Berbentuk serbuk hablur sangat halus; berwarna putih atau


putih kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran-butiran.
Disimpan dalam wadah tertutup baik dan larut dalam asam <2,00%. Berfungsi sebagai
bahan penabur (Anonim, 1979). bahan penabur agar pil tidak lengket

5. Aquae glycerinate : Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


dicampurkan dengan gliserin sama banyak. Disimpan dalam wadah tertutup baik.
Berfungsi sebagai bahan pembasah/pelarut (Anonim, 1995).

F. Khasiat 6

Dapat melunakkan lendir (mukus) di saluran napas dan mengeluarkannya lewat batuk.
Umumnya diberikan kepada penderita paru jangka panjang, seperti asma, bronkitis kronis,
dan emfisema. Bersamaan dengan obat antitiroid digunakan untuk mempersiapkan kelenjar
tiroid sebelum operasi pengangkatan (Safitri, 2020). khasiatnya sebagai antijamur

G. Perhitungan Penimbangan Bahan-Bahan 10

Diketahui:
Jumlah pil pada resep asli = 30
Jumlah pil pada resep standar = 50
Sehingga perhitungannya menjadi:
1. Kalli iodida : 30 × 5 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 3 𝑔𝑟𝑎𝑚
50

2. Succus liquiritiae : 30 × 2 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,2 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1200 𝑚𝑔


50

3. Radix Liquiritae : 30 × 2 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,2 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1200 𝑚𝑔


50

4. Aquae glycerinata : Secukupnya kira-kira berapa tetes?

5. Talcum : Secukupnya

H. Peralatan 8

1. Plastik
2. Timbangan dan anak timbang
3. Pipet tetes
4. Sendok sungu/sudip
5. Mortir dan stamper
6. Serbet tuliskan bahan dan jumlahnya sekaligus
7. Corong
8. Neraca lengan
9. Pillen roller dan pillen plank
10. Kertas timbang
11. Alat pemotong pil
12. Gelas ukur
I. Cara Kerja 10
J. Etiket 8

Apotek
Farmasetika
Jl. Sekip Utara, Yogyakarta
Telp. (0274) 587333
No. IV Tanggal : 25 Mei 2023
Pasien : Ny. Sukma
Obat : Pil Kalii iodide (obat batuk)
Aturan Pakai : 3x sehari 1 pil
Sebelum/Saat/Sesudah makan
Peringatan Simpan di Kadaluarsa Apoteker
Hindari tempat Tempat sejuk. 25 November
yang lembab Wadah yang tertutup 2023

baik dan kering


terlindungi dari
Liva A.
cahaya.

keterangan BUDnya? BUD: 14 hari krn ada airnya

K. Wadah Akhir 10

Pil dimasukkan dalam wadah plastik yang tertutup baik, kering, aman dari paparan cahaya.
E. Referensi

Anief, M., 2003, Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anonim, 1978, Formularium Nasional Edisi II, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan RI., Jakarta.
Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, UI Press, Jakarta.

Faqih, V., 2015, Kapsul dan Pil, academia.edu/19876285/kapsul_dan_pil diakses pada


tanggal 4 Maret 2023 pukul 19.25 WIB.

Safitri, Marista A., 2020, Potassium Iodide: Manfaat, Dosis, & Efek Samping,
honestdocs.id/potassium-iodide diakses pada tanggal 4 Maret 2023 pukul 20.37 WIB.

Anda mungkin juga menyukai